Bab 123
Bab 123
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
Latar Belakang...............................................................................................................1
Identifikasi Masalah......................................................................................................1
Tujuan Penelitian...........................................................................................................1
Metode Penelitan...........................................................................................................1
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Caring merupakan sesuatu yang berkaitan dengan cara seseorang berpikir, berperasaan dan
bersikap ketika berhubungan dengan orang lain. Kebudayaan caring dapat meningkatkan
kebersamaan, kekompakkan, dan rasa kekeluargaan pada suatu kelompok atau masyarakat.
Namun, sayangnya kebudayaan caring saat ini mulai menurun, hal ini disebabkan semakin
individualismenya seseorang yang umumnya akan peduli (care) pada seseorang yang sudah
dekat. Hal ini yang mendasari kami untuk melakukan sebuah penelitian mengenai kebudayaan
caring di Universitas Padjadjaran. Dengan penelitian ini kita dapat mengetahui seberapa besar
rasa caring antar mahasiswa UNPAD secara umum.
1.2 Identifikasi Masalah
a. Seberapa besar respon caring mahasiswa UNPAD terhadap suatu fenomena (kehilangan
barang).
b. Bagaimana pandangan mahasiswa UNPAD tentang respon Caring.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah mengetahui dan menambah wawasan mengenai
respon caring mahasiswa UNPAD terhadap suatu fenomena (kehilangan barang).
1.4 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriftif, kualitatif eksploratif. Pengumpulan data
dilakukan melalui simulasi kejadian lalu dilanjutkan dengan pengisian quisione dan pengamatan
terhadap sasaran
BAB II
KAJIAN TEORI
Sebagai landasan untuk membahas penelitian ini, dirujuk beberapa teori yang
berhubungan dengan permasalahan yang sudah ditentukan. Landasan teori ini berisikan tentang:
maupun non verbal. Jean Watson (1985), Caring merupakan komitmen moral untuk
melindungi, mempertahankan dan meningkatkan martabat manusia.
Caring merupakan heart profesi, artinya sebagai komponen yang fundamental dari
fokus sentral serta unik dari keperawatan (Barnum, 1994). Meskipun perkataan caring telah
digunakan secara umum, tetapi tidak terdapat definisi dan konseptualisasi yang universal
mengenai caring itu sendiri (Swanson, 1991, dalam Leddy, 1998). Setidaknya terdapat lima
perspektif atau kategori mengenai caring, yaitu caring sabagai sifat manusia (Benner & Wrubel,
Leininger), caring sebagai intervensi terapeutik (Orem), dan caring sebagai bentuk kasih sayang
(Morse et al., 1990, dalam Leddy, 1998).
Marriner dan Tomey (1994) menyatakan bahwa caring merupakan pengetahuan
kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat etik dan filosofikal. Caring bukan
semata-mata perilaku. Caring adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi tindakan.
Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan
memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth et all,
1999) Sikap caring diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik. Caring menolong
klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik, psikologis, spiritual, dan sosial.
Bersikap caring untuk klien dan bekerja bersama dengan klien dari berbagai lingkungan
merupakan esensi keperawatan. Dalam memberikan asuhan, perawat menggunakan keahlian,
kata-kata yang lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping klien, dan
bersikap caring sebagai media pemberi asuhan (Curruth, Steele, Moffet, Rehmeyer, Cooper, &
Burroughs, 1999). Para perawat dapat diminta untuk merawat, namun tidak dapat diperintah
untuk memberikan asuhan dengan menggunakan spirit caring.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Caring merupakan heart profesi,
artinya sebagai komponen yang fundamental dari fokus sentral serta unik dari keperawatan.
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdediksi bagi orang lain
pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau
menyayangi. Secara teoritis, pengertian caring adalah tindakan yang menunjukan pemanfaatan
lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan, memberikan lingkungan yang bersih,
ventilasi yang baik dan tenang kepada klien. Caring atau care tidak mempunyai pengertian yang
tegas, tetapi ada tiga makna dimana ketiganya tidak dapat dipisahkan yaitu member perhatian,
bertanggung jawab dan ikhlas.
2.2 Manfaat Caring
Caring dalam praktik keperawatan memilki beberapa manfaat, yaitu :
a. Perawat dapat menggunakan kekuatan sugestif secara positif untuk memberikan
dukungan pada pasien untuk yakin akan mendapat kesembuhan. Hal ini harus diawali
dari keyakinan dalam diri perawat sendiri bahwa dengan sentuhannya pasien akan dapat
kesembuhan. Pengalaman dalam pelayanan memberikan kekuatan bahwa peran perawat
merupakan variabel penting dalam pemberi kepuasan dan kesembuhan.
b. Untuk mendapat hubungan saling percaya dengan pasien.
c. Membantu memenuhi kebutuhan dasar manusia
2.2.1
Karakteristik Caring
Menurut Wolf dan Barnum (1998)
a.
d.
Memiliki kesabaran
e. Bertanggung jawab
f. Memberi informasi sehingga klien dapat mengambil keputusan
g.Memberi sentuhan
h. Memajukan sensitifitas
i .Menunjukan rasa hormat pada klien
j. Memanggil klien dengan namanya
2.2.2
psikologi seperti, Maslow, Mcleland, McGregor, dll. Kebutuhan manusia menjadi motif
secara intrinsik individu tersebut dalam berperilaku.
Contoh : Deni menolong orang kaya yang kecopetan karena ingin mendapatkan hadiah.
Jika orang tersebut bukan orang kaya, Deni tidak mau membantu.
c. Lingkungan yang Memengaruhinya
Faktor lingkungan sangat berpengaruh pada manusia, suatu keputusan yang dibuat oleh
individu dapat dipengaruhi dengan apa yang terjadi diluar dari dirinya dengan kata lain
motivasi eksternal berperan disini. Lingkungan membentuk manusia menjadi lebih baik
atau menjadi jahat, ramah, atau sombong.
Contoh : Ketika terjadi peristiwa kebakaran, Ari ikut membantu warga memadamkan api.
d. Faktor Like or Dislike with Something
Percaya atau tidak faktor ini juga mempengaruhi seseorang dalam berperilaku, apabila
seseorang tidak suka pada atasannya dalam memimpin, maka apapun yang dikatakan
atasan hanya merupakan masukan tidak langsung dilakukan.
Contoh : Deli tidak suka kepada Pak Mamat, guru Olahraganya, sehingga apapun yang
diperintahkan Pak Mamat, ia tak pernah mematuhinya.
2.4 Sikap Caring
Asuhan keperawatan bermutu dapat dicapai apabila perawat dapat memperlihatkan sikap
caring kepada klien. Dalam memberikan asuhan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata
yang lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping klien, dan bersikap
caring. Para perawat dapat diminta untuk merawat, namun mereka tidak dapat diperintah untuk
memberikan asuhan dengan menggunakan spirit caring.
Spirit caring harus tumbuh dari dalam diri perawat dan berasal dari hati perawat yang
terdalam. Spritit caring bukan hanya memperlihatkan apa yang dikerjakan perawat yang
bersifat tindakan fisik, tetapi juga mencerminkan siapa dia. Caring merupakan pengetahuan
kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat etik dan filosofikal. Caring adalah
cara yang memiliki makna dan memotivasi tindakan).
Sikap ini diberikan memalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik. Prilaku caring
menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik, psikologis, spiritual, dan
sosial.
Sikapcaring harus tercermin pada faktor-faktor kuratif yaitu:
a. Pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistik.
6
Perawat menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan sesuatu kepada klien. Selain
itu, perawat juga memperlihatkan kemapuan diri dengan memberikan pendidikan kesehatan pada
klien.
b. Memberikan kepercayaan-harapan.
Hal ini dilakukan dengan cara memfasilitasi dan meningkatkan asuhan keperawatan yang
holistik, dan memberi keyakinan bahwa kehidupan dan kematian sudah ditentukan sesuai takdir.
Disamping itu, perawat meningkatkan perilaku klien dalam mencari pertolongan pertama.
c. Menumbuhkan sensitifan terhadap diri dari orang lain.
Perawat belajar menghargai kesensitifan dan perasaan kepada klien, sehingga ia sendiri dapat
menjadi lebih sensitif, murni dan bersikap wajar pada orang lain, dapat mengendalikan perasaan
ketika klien bersikap kasar terhadap diri (perawat), dan mampu meluluskan keinginan klien
terhadap sesuatu yang logis.
d. Mengembangan hubungan saling percaya.
Perawat memberikan informasi dengan jujur, dan memperlihatkan sikap empati yaitu turut
merasakan apa yang dialami klien.
e. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif klien.
Perawat memberikan waktunya dengan mendengarkan semua keluhan dan perasaan klien
tentang keinginannya untuk sembuh dan apa yang akan dilakukan jika sembuh, memotivasi klien
untuk mengungkapkan perasaannya baik positif maupun negatif dan menerima aspek positif
maupun negatif sebagai bagian dari kekuatan yang dimilikinya.
f.
Interaksi interpersonal.
Hubungan perawat-klien tidak sekedar hubungan mutualis. Kelemahan yang ada pada
perawat dan klien menjadi hilang ketika masing-masing pihak terlibat interaksi, mencoba
memahami
kondisi
masing-masing.
Perawat
menggunakan
keterampilan
komunikasi
pemahaman tentang klien sebagai manusia yang utuh. Hubungan semacam ini bersifat terapeutik
yang akan meningkatkan psikologi yang kondusif dan memfasilitasi perubahan dan
perkembangan positif pada diri klien, hubungan ini difokuskan pada tujuan utama untuk
memenuhi kebutuhan klien. Hubungan yang saling membantu antara perawat-klien tidak begitu
saja terjadi. Hal ini dibangun secara cermat ketika perawat melakukan teknik komunikasi
terapeutik.
g. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spritual yang mendukung.
Perawat perlu mengenali pengaruhi lingkungan internal dan eksternal klien terhadap kesehatan
kondisi penyakit klien.
Kreasi dari lingkungan yang terapeutik memacu kemampuan perawat untuk menghasilkan
kenyamanan fisik dan psikososial pada klien. Peran mendasar perawat adalah meyakinkan bahwa
kebutuhan fisiologi klien benar-benar terpenuhi. Sebagai contoh, perawat mengatur posisi klien
agar dapat bernapas dengan normal dan tidur secara nyaman tanpa gangguan. Tindakan yang
dilakukan perawat terhadap klien selalu dipertimbangkan atas keinginan klien. Sehingga
8
hubungan yang terjadi benar-benar sebagai hubungan mutualis dan sebagai sarana agar
kebutuhan klien dapat terpenuhi. .
Faktor faktor karatif ini perlu selalui dilakukan oleh perawat agar semua aspek dalam diri
klien dapat tertangani sehingga asuhan keperawatan profesional dan bermutu dapat diwujudkan.
Selain itu, melalui penerapan faktor karatif ini perawat juga dapat belajar untuk lebih memahami
diri sebelum mamahami orang lain.
Keperawatan merupakan suatu proses interpersonal yang terapeutik dan signifikan. Inti
dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien adalah hubungan perawat-klien yang
bersifat profesional dengan penekanan pada bentuknya tinteraksi aktif antara perawat dan klien.
Hubungan ini diharapkan dapat memfasilitasi partisipasi klien dengan memotivasi keinginan
klien untuk bertanggung jawab terhadap kondisi kesehatannya.
BAB III
HASIL PENELITIAN
Untuk mengetahui seberapa besar budaya caring yang dimiliki mahasiswa Universitas
Padjadjaran, maka kami melakukan penelitian di lingkungan Universitas Padjadjaran dengan
cara simulasi kehilangan suatu barang, setelah itu sasaran mengisi quisioner yang disediakan.
Peneliti juga mengisi quisoner tentang perilaku sasaran yang mendapatkan simulasi. Sasaran
dalam penelitian ini adalah 13 orang dari mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Padjadjaran dan 12 orang dari mahasiswa Universitas Padjajaran selain dari Fakultas Ilmu
Keperawatan. Berikut adalah hasil dari penelitian yang kami lakukan.
3.1 Hasil Quisioner Sasaran
1. Apa yang Anda rasakan ketika temanmu mendapat kesulitan (cth : kehilangan barang) ?
a) Ikut merasakan
b) Biasa saja
c) Tidak peduli
Hasil :
Hasil Penelitian
Biasa saja; 20%
2. Apa yang Anda lakukan ketika temanmu mendapat kesulitan (cth : kehilangan barang)?
a) Peduli, membantu
b) Peduli, tidak membantu
c) Tidak peduli, tidak membantu
Hasil :
10
Hasil Penelitian
Peduli, membantu
Tidak peduli, tidak membantu
36%
64%
Hasil Penelitian
34%
42%
24%
11
4. Apa yang Anda lakukan jika kesulitan ini sulit terselesaikan ( barang yang hilang tidak
kunjung di temukan )?
a) Berusaha terus membantu menyelesaikan
b) Pasrah
c) Pergi meninggalkan masalah
Hasil :
Hasil Penelitian
Berusaha terus membantu menyelesaikan
Pergi meninggalkan masalah
Pasrah
12%
44%
44%
12
Hasil Penelitian
12%
Menghibur
Diam
Mulai menyalahkan
lingkungan sekitar
20%
68%
6. Kata-kata apa yang keluar pertama kali dari Anda untuk merespon masalah tersebut?
a) Ya ampun ampun... kok bisa.... tadi kamu ke mana aja? Ayo kita cari bersama-sama....
b) Ooh hilang....
c) Kok bisa hilang?! Salah sendiri ga hati-hati!! Makanya jadi orang jangan ceroboh!
Hasil :
Hasil Penelitian
Ya ampun... kok bisa.... tadi
kamu ke mana aja? Ayo kita
cari bersama-sama....
Ooh hilang....
Kok bisa hilang?! Salah
sendiri ga hati-hati!! Makanya
jadi orang jangan ceroboh!
4%
24%
72%
7. Solusi apa yang biasanya Anda berikan ketika sseorang mengalami kesulitan?
a) Jangan sedih... ini pakai saja punya saya dulu.
13
Hasil Penelitian
16%
28%
56%
14
Hasil Penelitian
2. Apa yang temanmu lakukan ketika Anda mendapat kesulitan (contoh : kehilangan barang)?
a) Peduli, membantu
b) Peduli, tidak membantu
c) Tidak peduli, tidak membantu
Hasil :
Hasil Penelitian
1%
41%
Peduli, membantu
Peduli, tidak membantu
Tidak peduli, tidak
membantu
57%
Hasil Penelitian
Pertama kali
mendengar masalah
tersebut
24%
4%
72%
Hasil Penelitian
4%
Menghibur
Diam
44%
Mulai menyalahkan
lingkungan sekitar
52%
5. Kata-kata apa yang keluar pertama kali dari temanmu untuk merespon masalah tersebut?
a) Ya ampun... kok bisa.... tadi kamu ke mana aja? Ayo kita cari bersama-sama....
b) Ooh hilang....
c) Kok bisa hilang?! Salah sendiri ga hati-hati!! Makanya jadi orang jangan ceroboh!
16
Hasil Penelitian
Ya ampun... kok bisa....
tadi kamu ke mana aja?
Ayo kita cari bersamasama....
5%
14%
Ooh hilang....
Kok bisa hilang?! Salah
sendiri ga hati-hati!!
Makanya jadi orang jangan
ceroboh!
82%
Hasil Penelitian
Jangan sedih... ini pakai saja punya saya dulu.
Yaudah.... ikhlasin aja.... namanya juga takdir.
Kamu sih... tidak hati-hati.... jadiin pelajaran buat kamu.
5%
14%
82%
17
Hasil tersebut juga didukung dari pengamatan yang peneliti lakukan yaitu :
1. 52% memiliki rasa peduli yang tinggi.
2. 42% memiliki cukup rasa peduli.
3. 6 % kurang memiliki rasa peduli.
18
100% 100%
60%
200% 200%
300% 300%
52%
50%
42%
40%
30%
20%
6%
10%
0%
Dari hasil pengamatan peniliti serta quisioner yang diisi oleh sasaran , dapat diketahui rata-rata
tentang respon caring mahasiswa UNPAD dalam pengamatan yang kami lakukan yakni :
1. 54,5% memiliki rasa peduli yang tingggi.
2. 37% memiliki cukup rasa peduli.
3. 8,5% kurang memilki rasa peduli.
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
37%
Cukup Rasa
Peduli
9%Peduli
Kurang Rasa
Series 3
19
28%
20%
52%
20
27%
23%
50%
Dari hasil pengamatan peniliti serta quisioner yang diisi oleh sasaran , dapat diketahui
pandangan mahasiswa UNPAD tentang respon caring
dalam pengamatan yang kami lakukan yakni :
1. 21,5% merasa pengetahuan dan aplikasi tentang caring phenomena semakin
bertambah
2. 51% merasa mengetahui seberapa besar rasa caring terhadap sesama.
3. 27,5% merasa kesal karena dikerjai.
21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil survei kelompok kami, sikap caring atau peduli mahasiswa Universitas
Padjadjaran umumnya tinggi. Mereka tidak hanya ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang
lain saat kehilangan barang, tetapi juga membantu mencari solusi yang tepat. Meskipun begitu
ternyata masih ada yang hanya peduli tapi tidak membantu mencarikan solusi.
Beradsarkan hasil survei kelompok kami pula, dapat diketahui bahwa sikap peduli
mahasiswa Universitas Padjadjaran cukup tinggi karena begitu mendengar permasalahan mereka
langsung merespon. Misalnya dengan kata-kata Ya ampun... kok bisa? tadi kamu ke mana aja?
Ayo kita cari bersama-sama. Tetapi, ketika masalah tidak dapat terselesaikan mereka lebih
memilih untuk diam. Hal tersebut karena mereka tidak ingin membuat orang yang kehilangan
barang lebih bersedih lagi.
4.2 Saran
Meskipun mahasiswa Universitas Padjadjaran relatif memiliki sikap peduli yang tinggi, tapi
masih ada sebagian yang kurang memiliki sikap peduli. Sebaiknya mahasiswa Universitas
Padjadjaran yang masih kurang memiliki sikap peduli mulai menumbuhkan sikap peduli dari
sekarang dengan cara:
1. Understanding others, cepat menangkap isi perasaan dan pikiran orang lain.
2. Service orientation, memberikan pelayanan yang dibutuhkan orang lain bukan
mengambil apalagi memanipulasi.
3. Developing others, memberikan masukan-masukan positif atau membangun orang lain.
4. Leveraging diversity, mengambil manfaat dari perbedaan bukan menciptakan konflik dari
perbedaan itu.
5. Political awareness, memahami aturan main yang tertulis atau tidak tertulis dalam
hubungan dengan orang lain.
22