Anda di halaman 1dari 11

1)

SISTEM PENCERNAAN
Proses Pencernaan pada Manusia
Manusia merupakan organisme yang tidak dapat membuat makanan sendiri atau disebut
sebagi organisme heterotrof. Semua kebutuhan makanan didatangkan dari luar untuk memenuhi
kebutuhan energi dan untuk sintesis berbagai zat yang dibutuhkan di dalam tubuh. Makhluk hidup
seperti manusia selalu membutuhkan suplai makanan untuk menjaga kelangsungan hidupnya.
Sebelum dapat digunakan tubuh, makanan dicerna dalam sistem pencernaan. Sistem pencernaan
manusia terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan terdiri
dari organ-organ pencernaan seperti lidah, kerongkongan, lambung, usus, sedangkan kelenjar
pencernaan meliputi kelenjar ludah, hati, kelenjar dinding lambung, dan kelenjar pankreas.
Proses pencernaan dalam tubuh manusia adalah kompleks. Bahan makanan yang telah
mengalami penguraian sebagian di dalam mulut, melalui tenggorokan (esofagus) masuk ke dalam
lambung. Di sini kerja enzim amilase dalam air ludah dihentikan dengan adanya asam klorida
yang dikeluarkan oleh lambung. Dalam keadaan normal bahan makanan tinggal untuk beberapa
jam di dalam lambung, sementara asam klorida dan pepsin menguraikan protein dan karbohidrat
yang terkandung dalam zat makanan tersebut menjadi oligopeptida dan oligosakarida. Berbeda dari
amilase dan enzim lainnya, pepsin bekerja dalam suasana sangat asam, pH 1.0-2.5, sesuai dengan
kondisi asam dalam cairan lambung (Muhammad Wirahadikusumah, 1985 : 1).
Makanan yang dikonsumsi manusia harus mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh
manusia. Secara ringkas zat-zat tersebut digolongkan menjadi makronutrien yang meliputi
karbohidrat, lemak, protein. Mikronutrien yang meliputi mineral dan vitamin. Kelompok bahan
ikutan yang meliputi alkaloid, antigisi, warna alami, aroma atau penyedap alami. Kelompok
bahan tambahan misalnya pengawet, penstabil, pengental, dan pewarna (Slamet Sudarmaji, 1989).
Makronutrien yang meliputi karbohidrat, lemak, dan protein pada saat dicerna akan
mengalami pengubahan. Dimulai dari mulut dimana terjadi pencernaan mekanik oleh gigi dengan
bantuan lidah. Pada proses pengunyahan ini terjadi perombakan karbohidrat (pati atau amilum)
menjadi molekul yang paling sederhana yaitu glukosa (monosakarida). Karbohidrat merupakan
nutrient yang mengadung energi yang harus ada dalam diet minimal 20% agar tidak terbentuk
benda-benda keton sehingga terjadi ketosis dan lebih lanjut asidosis (Dawies Ismadi, 1988).
Pemotongan rantai karbohidrat menjadi lebih sederhana ini dibantu dengan enzim ptialin yang
dihasilkan oleh kelenjar ludah.
Lemak juga akan mengalami proses perombakan dimana lemak akan diubah menjadi
molekul yang paling sederhana yang berupa asam lemak dan gliserol. Lemak yang dimaksud dalam
hal ini adalah trigliserida. Proses perombakan ini membutuhkan enzim lipase yang dihasilkan di
pankreas. Lemak juga mengalami proses emulsi agar lebih mudah dicerna. Bahan yang digunakan
adalah cairan empedu yang dihasilkan di hati (hepar) yang disimpan di kantung empedu. Dengan
proses emulsi ini lemak dapat tercampur dengan air. Dibanding makronutrien yang lain, lemak
lebih susah dicerna sehingga lebih lama berada di lambung. Inilah yang menyebabkan lemak
membuat kita tetap merasa kenyang.
Selanjutnya, proses pencernaan berlangsung di dalam usus halus yang mengeluarkan
berbagai enzim dan zat pencerna dari berbagai organ tubuh. Kandung empedu mengeluarkan asam
empedu untuk mengemulsikan lipid: kelenjar pankreas mengeluarkan cairan yang mengandung
amilase, menguraikan oligosakarida menjadi maltose: tripsin dan kimo tripsin menguraikan poli
dan oligo peptide menjadi peptide kecil: lipase menguraikan trigliserida menjadi asam lemak dan
gliserol: kolesterol esterase menguraikan senyawa ester dari kolesterol.
Usus halus tersusun oleh beberapa macam jaringan yang masing-masing mempunyai fungsi
tertentu, yaitu jaringan: epitelium, ikat, otot polos, dan saraf. Jaringan epitelium berfungsi
membungkus villi, mensekresikan mukus dan mengabsorpsi air serta zat-zat gizi makanan.
Jaringan ikat yang dalam hal ini berupa pembuluh darah bersama dengan epitelium berfungsi
mengangkut sari makanan. Jaringan otot berfungsi untuk melakukan gerak peristaltis dibawah
stimulus saraf otonom. Dan jaringan saraf berfungsi mengorganisir kerja ketiga jaringan tadi.
Struktur kompleks usus halus ini mempunyai satu fungsi yakni untuk mencerna dan menyerap
sari-sari makanan.
Selain itu masih ada zat lainnya yang dikeluarkan oleh usus halus: untuk menyempurnakan
proses penguraian sedemikian rupa hingga dihasilkan senyawa monosakarida, mononukleotida,

asam lemak, asam amino, dan senyawa kecil satuan pembentuk senyawa lainnya yang siap untuk
diserap oleh dinding usus halus, untuk selanjutnya dibawa oleh aliran darah atau limpa ke seluruh
bagian tubuh (Muhammad Wirahadikusumah, 1985 : 2)
Makronutrien yang lain adalah protein. Bahan ini dapat diperoleh dari hewan maupun
tumbuhan. Protein juga mengalami pencernaan mekanik dan kimiawi, pencernaan mekanik
terjadi dimulut sedangkan pencernaan kimiawi protein di lambung. Protein dirombak menjadi
molekul yang paling sederhana yang disebut asam amino. Tubuh manusia tidak dapat membentuk
semua asam amino yang diperlukan oleh tubuh, oleh karena itu harus diperoleh dari diet, yang lebih
dikenal dengan asam amino esensial. Pencernaan protein dibantu dengan enzim lambung dan
pancreas. Contoh enzim tersebut misalnya pepsin, dan tripsin. Protein yang dirombak menjadi
molekul sederhana yaitu asam amino baru dapat dimanfaatkan oleh sel tubuh. Protein merupakan
bahan yang tidak dapat disimpan dalam tubuh sehingga manusia harus selalu mencukupi
kebutuhan protein harian dari diet.
Mikronutrien juga dibutuhkan oleh tubuh. vitamin dan mineral berperan dalam prosesproses metabolism tubuh. Vitamin merupakan senyawa orgaik kompleks yang esensial untuk
pertumbuhan dan fungsi biologis yang lain bagi makhluk hidup, dan dibutuhkan dalam jumlah sedikit.
Berhubung vitamin tidak disintesa di dalam tubuh, kecuali vitamin D dan vitamin K, maka
beberapa vitamin lain harus tersedia dalam diet. Sebagian besar vitamin berfungsi sebagai bagian dari
koenzim. Berdasarkan atas sifat kelarutannya dan mekanisme penyerapan, vitamin dibedakan
menjadi vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin yang larut
dalam air memiliki struktur kimia yang sangat beranekaragam, tetapi semuanya mempunyai sifat
molekul polar oleh karena itu dapat larut dalam air. Vitamin yang larut dalam lemak memiliki sifat
non polar hidrofobik. Vitamin ini mengakibatkan dalam penyerapannya membutuhkan lemak.
Mineral juga dibutuhkan oleh tubuh dan hanya dalam jumlah yang sedikit. Sherman (1952)
mencoba mengelompokkan unsure mineral sebagai berikut :
1. Unsur mineral yang ikut membentuk jaringan keras seperti tulang dan gigi Ca dan
Phospat.
2. Unsur mineral yang turut membentuk jaringan lunak seperti kelenjar, saraf, garam
organik, yang mengandung unsur Na, K, Mg, S, P, Cl dan juga ada dalam protoplasma.
3. Unsur mineral yang membentuk cairan tubuh, terutama garam-garam anorganik yang
dapat larut.
Adapun fungsi mineral antara lain sebagai pembentuk jaringan, pemelihara dan pengatur
sistem koloidal, pertukaran cairan tubuh, viskositas, pemelihara keseimbangan asam basa tubuh, dan
sebagai aktivator enzim dan sistem biologis.
Semua bahan makanan, baik makronutrien maupun mikronutrien akan dialirkan ke seluruh
tubuh oleh sistem sirkulasi, dalam hal ini darah. Dan disetorkan ke sel-sel tubuh. Makronutrien harus
dalam kondisi paling sederhana, meliputi monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa) asam
lemak, gliserol dan asam amino. Jika zat makanan tersebut masih dalam bentuk ukuran besar, maka
akan susah masuk dalam sel karena sel memiliki membrane yang sifatnya selektif permeabel (semi
permeabel).
Zat-zat makanan dalam bentuk paling sederhana itu nantinya akan dibutuhkan dalam
metabolisme sel, dengan tujuan untuk menjaga agar sel tetap hidup. Rangkaian metabolisme sel
berjalan dengan sangat kompleks dan dengan keteraturan tinggi. Pada makalah ini akan dibahas
mengenai metabolisme makronutrien yang meliputi karbohidrat, lemak, dan protein yang terjadi di
dalam sel tubuh manusia.
Metabolisme adalah segala proses reaksi kimia yang terjadi di dalam makhluk hidup mulai
dari makhluk bersel satu yang sangat sederhana seperti bakteri, protozoa, jamur tumbuhan, hewan,
sampai kepada manusia, makhluk yang susunan tubuhnya sangat kompleks. (Muhammad
Wirahadikusumah, 1985)

Metabolisme meliputi proses sintesis dan proses penguraian senyawa atau komponen
dalam hidup. Proses sintesis ini disebut anabolisme dan proses penguraian disebut katabolisme.
Semua reaksi metabolisme dikatalis oleh enzim, termasuk reaksi sederhana seperti penguraian asam
karbonat menjadi air dan karbondioksida, proses pemasukan dan pengeluaran zat kimia dari dan ke
dalam sel melalui membran: proses biosintesis protein yang panjang dan rumit: ataupun proses
penguraian bahan makanan dalam system pencernaan mulai dari mulut, lambung, usus, dan
penyerapan hasil penguraian tersebut melalui dinding usus serta penyebarannya ke seluruh
bagian tubuh yang memerlukannya (Muhammad Wirahadikusumah, 1985 : 1)
Anabolisme dibedakan dengan katabolisme dalam beberapa hal: anabolisme merupakan proses
sintesis molekul kimia kecil menjadi molekul yang lebih besar, sedangkan katabolisme adalah
sebaliknya, yaitu penguraian molekul besar menjadi molekul kecil: anabolisme adalah proses yang
membutuhkan energy sedangkan katabolisme melepas energy: anabolisme merupakan reaksi
reduksi, sedangkan katabolisme merupakan reaksi oksidasi: seringkali hasil anabolisme merupakan
senyawa pemula untuk proses katabolisme (Muhammad Wirahadikusumah, 1985 : 1). Author : Vly,
D2t, Ek4, Fno
2)

1.

Enzim dan hormon yang berpengaruh pada sistem pencernaan.


Pada sistem pencernaan, pencernaan zat-zat makanan dilakukan secara mekanis dan
kimiawi. Secara mekanis dilakukan dengan gerakan, sedangkan secara kimiawi dilakukan
menggunakan enzim-enzim peencernaan yang dihasilkan saluran cerna atau bukan saluran cerna
(contoh: pankreas). Selain mencerna, absorbsi zat-zat makanan dipengaruhi oleh hormon-hormon
(terutama hormon metabolisme) yang bisa berdampak langsung atau tidak langsung.
Untuk mempelajari dan mempermudah klasifikasi, berikut ini adalah klasifikaasi enzim
yang berpengaruh pada sistem pencernaan berdasarkan zat-zat makanan yang akan dicerna
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam tubuh, walaupun energi yang dihasilkan
lebih kecil dibandingkan dengan energi yang dihasilkan oleh lemak dan protein, karena karbohidrat
lebih mudah diceerna dan dimetabolisme oleh tubuh kita. Karbohidrat dicerna oleh tubuh dalam
bentuk gula sederhana atau disebut monosakarida. Untuk pembelajaran yang lebih runtut dan
sistematis, berikut adalah enzim enzim yang berperan dalam pencernaan karbohidrat berdasarkan
urutan kerja.

Enzim ptialin (amilase mulut/amilase oral)


Enzim ptialin termasuk sebagai enzim -amilase, yaitu enzim yang memecah amilum
(polisakarida) menjadi maltosa (disakarida) dan polimer kecil sakarida lainya . Enzim ini
terutama dihasilkan oleh kelenjar parotis. Tetapi karena makanan berada dalam mulut tidak seberapa
lama, tidak sampai 5% dari amium dapat terhidrolisis disini. Walaupun demikian, kerja ptialin dapat
bertahan hingga satu jam saat makanan memasuki lambung
Manifestasi dari kerja enzim ptialin dapat dirasakan saat kita mengunya nasi atau roti dalam
waktu yang lama, maka makanan tersebut akan semakin terasa manis dan semakin manis.
HCl
HCl dalah asam lambung yang disekresikan oleh dinding lambung yang merubah pH
makanan menjadi asam agar kuman-kuman yang masuk bersama makanan dapat dibunuh di dalam
lambung sebelum masuk ke duodenum.
Enzim amilase pankreas
Enzim amilase pankreas adalah enzim yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang
strukturnya dan fungsinya sama dengan ptialin. Enzim ini disekresikan menuju pars descenden

duodenum. Dengan enzim ini, polisakarida dirubah menjadi disakarida seperti maltosa, sukrosa
dan laktosa. Selanjutnya perjalanan makanan karbohidrat akan dilanjutkan ke usus halus (jejenum
dan illeum).
Enzim enzim epitel usus halus
Telah disebutkan di atas bahwa karbohidrat akan diserap dalam bentuk monosakarida,
sedangkan setelah melewati duodenum, karbohidrat baru berbentuk disakarida. Oleh karena itu,
terdapat enzim enzim pemecah disakarida menjadi monosakarida yang dihasilkan oleh epitel usus.
Nama enzim ini sesuai dengan disakarida yang akan dipecah, yaitu maltase sukrase dan laktase.
Setelah menjadi monosakarida, karbohidrat langsung diserap menju darah dan ditransfer ke
hati untuk di koordinasi penggunaanya.
2.

Lemak
Lemak (lipid) berperan penting dalam tubuh manusia, selain sebagai energi cadangan, lemak
juga berfungsi membentuk membran sel dan menghasilkan energi yang paling besar melalui proses
lipolisis dan -oksidase. Lemak akan dicerna dalam bentuk asaam lemak. Berikut ini enzim yang
berpengaruh pada pencernaan lemak.
Lipase gaster
Lipase adalah enzim pemecah lemak, di lambung dihasilkan enzim lipase gaster untuk
memecah lemak, tetapi rata-rata proses ini tidak begitu berarti, karena pencampuran lemak dan enzim
mutlak memerlukan ester-cholesterol yang dihasilkan oleh empedu yang disekresikan ke
duodenum.
Lipase pankreas yang dibantu oleh cholesterol yang dihasilakan empedu
Lipase pankreas dihasilkan untuk hidrolisis lemak menjadi asam lemak, tetapi umumnya
enzim bersifat hidro filik dan lemak bersifat hidrofobik sehingga tidak dapat mencampur dan
bereaksi. Untuk itu diperlukan ester-cholesterol yang dapat menjadi emulgator agar lemak dan ezim
dapat bercampur.
Setelah berhasil lemak akan diserap dan diangkut ke dalam darah. Karena lemak tidak larut
air maka transportasinya memerlukan protein plasma yaitu kilomoikron, LDL (low density
lipoprotein) dan HDL (high density lipoprotein).

3.

Protein.
Protein adalah komponen penting pertumbuhan karena sebagian besar sel terdiri dari protein.
Begitupun sistem imun dan protein plasma, semuanya mutlak membutuhkan protein.
Protein diabsorbsi dalam bentuk asam amino. Berikut ini adalah enzim yang
mempengaruhi pencernaan protein :
Enzim pepsin
Enzim pepsin berfungsi untuk mencerna poli protein menjadi lebih sederhana, pepsin
dihasilkan oleh lambung dan bekerja optimal pada pH asam (2-3) dan tidak bekerja sama sekali
dalam pH di atas 5.
Pepsin memiliki kemampuan untuk mencerna kolagen.

HCl
HCl dalam lambung membantu menesuaikan pH lambung agar pepsin dapat bekerja
makasimal.
Tripsin, kimotripsin, dan karboksi polipeptidase
Tripsin, kimotripsin dan karboksi polipeptidase dihasilkan oleh pankreas yang
melanjutkan peranan pepsin dan memecah protein menjadi lebih kecil lagi. Umunya saat
meninggalkan lambung, protein masih berbebentuk proteosa, pepton dan olipeptida
besar,kimotripsin dan tripsin dapat memecah protein menjadi polipeptida kecil dan
karboksipolopeptidase dapat menghasilkan asam amino dari ujung karboksil polipeptida.
Telah disebutkan semua enzim yang mempengaruhi pencernaan karbohidrat, protein dan
lemak. Selain itu terdapat juga enzim lain sepeti renin pada gaster untuk memecah susu, dan enzim
karnitin pada otot untuk memasukan asam lemak bebas hasil lipolisis ke dalam mithondria untuk
proses beta-oksidase.
Telah disebutkan diatas, bahwa pencernaan juga dipengaruhi oleh hormon-hormon. Berikut
adalah hormon hormon yang dapat mempengaruhi pencernaan.
1.

Human Growt Hormone (hGH)


hGH dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior yang merupakan hormon pertumbuhan.
hGH memiliki efek untuk cenderung meningkatkan glikogenolisis pada hati, lipolisis pada
jaringan adiposa sehingga menimbulkan kelaparan sel seiring meningkatnya gula darah. Akan
dihasilkan hormon stress yang merangsang rasa lapar.
hGH juga memiliki kemampuan untuk meningkatkan uptak asam amino pada sel dan
mempercepat pembelahan sel.

2.

Hormon tiroid
Hormon tiroid bekerja seiring dengan hormon pertumbuhan, hormon tiroid adalah
hormon metabolisme yang dapat meningkatkan pemakaian karbohidrat, protein dan lemak untuk
metabolisme yang menghasilkan energi, panas, dan ATP. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar
tiroid dengan rangsangan TSH dari hipofisis
Kelebihan hormon tiroid atau hipertiroid dapat menyebabkan metabolisme meningkat,
tubuh menjadi panas, tremor dan kebutuhan makanan meningkat, tetapi berat badan tetap
rendah karena makanan hanya menjadi energi untuk panas dan gerakan pada saat tremor.

3.

Parathormon (PTH)
Patahormon dihasilkan oleh kelenjar paratiroid yang memiliki defek pada pengaturan kadar
kalsium. Saat tubuh kekurangan kalsium, maka parathormon dapat meningkatkan absorbsi
kalsium pada usus halus.

4.

Insulin
Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh sel beta pankreas yang berfungsi untuk
menurunkan kadar gula darah. Defek insulin pada pencernaan adalah, ketika gula darah
meningkat, maka insulin akan menghambat absorbsi glukosa pada usus halus dan menginduksi
lipogenesis dan glikogenogenesis.

5.

Hormon adrenalin, dan nor adrenalin.

Sistem pencernaan dipengaruhi oleh sistem syaraf otonom yang kerjanya dipengaruhi oleh
hormon hormon ini. Efeknya dapat ke syaraf simpatis atau parasimpatis yang dapat meningkatkan
atau menurunkan motilitas usus, meningkatkan atau menurunkan sekresi asam lambung dan
efek efek lainya.
6.

hormon lainya
Terdapat berbagai hormon yang berefek menghambat atau meningkatkan hormon lainya, sehingga
secara tidak langsung mempengaruhi pencernaan. Author : Vly, D2t, Ek4, Fno
3)

ORGAN-ORGAN PENCERNAAN PADA MANUSIA

Organisasi Sistem Digestoria ( organ-organ pencernaan)


Tersusun atas 2 komponen utama
Traktus digestoria / saluran pencernaan
Cavitas oris
Oesophagus
Ventriculus
Intestinum tenue
Intestinum crassum
Anus
Glandula digesti asesorius
Gigi
Lidah
Glandula salivarius
Hepar & Gallbladder
Pancreas
Alurnya sebagi berikut : mulut, faring, esopagus, ventriculum, duodenum, jejenum, ileum, caecum,
colon ascendens, colon transversum, colom descendens, colon sigmoid, rectum, anus. Author : Vly,
D2t, Ek4, Fno

4)

MEKANISME LAPAR dan KENYANG

Kontrol dari keseimbangan energi dan asupan makanan adalah fungsi utama dari
hipotalamus. Secara klasik, hipotalamus dianggap memiliki sepasang pusat nafsu makan yang
terletak di bagian lateral (luar) hipotalamus, satu di setiap sisi, dan satu pasang pusat kenyang
yang terletak di daerah ventromedial (bawah-tengah). Arcuate nucleus adalah kumpulan neuron
yang berbentuk seperti busur yang terletak berbatasan dengan dasar dari ventrikel ketiga. Arcuate
nucleus dari hipotalamus memegang peranan utama baik dalam long term control dari
keseimbangan energi dan berat tubuh dan juga dalam short term control dari asupan
makanan. Begitu terintegrasinya dan banyaknya jalur yang melewati arcuate nucleus
mengindikasikan bahwa begitu kompleksnya sistem yang terlibat dalam nafsu makan dan rasa
kenyang. Sinyal dari nafsu makan akan membangkitkan sensasi dari rasa lapar yang menyebabkan
kita makan. Sebaliknya rasa kenyang akan menyebabkan kita berhenti makan.
Arcuate nucleus mempunyai dua subset neuron yang memiliki fungsi berlawanan. Satu
subset mengeluarkan neuropeptida Y dan yang lain mengeluarkan melanocortins. Neuropeptida Y
adalah suatu stimulator nafsu makan yang paling potensial yang akhirnya mengakibatkan adanya
peningkatan asupan makanan yang juga akan meningkatkan berat badan. Melanocortins adalah
sekumpulan hormone yang secara tradisonal diketahui memiliki fungsi penting untuk
memfariasikan warna kulit untuk tujuan penyamaran pada beberapa spesies. Saat ini, telah diketahui
ternyata melanocortins memiliki peranan tak terduga dalam homeostatis energy. Melanocortins yang
dikenal dengan nama melanocyte stimulating hormone menekan rasa lapar yang akhirnya
mengurangi asupan makanan dan menyebabkan berkurangnya berat badan. Melanocortins tidak
berfungsi untuk pewarnaan kulit pada manusia. Peranan pentingnya dalam tubuh kita hanyalah

menekan nafsu makan sebagai respons terhadap meningkatnya cadangan lemak. Tetapi Neuropeptida
Y dan Melanocortins bukanlah efektor terakhir dalam control nafsu makan. Messenger kimia
pada arcuate nucleus ini sebaliknya mempengaruhi pengeluaran neuropeptida pada bagian lain dari
otak yang memberikan pengaruh langsung pada asupan makanan.
Ada 2 jenis proses pengaturan asupan makanan, yaitu long term dan short term
regulation.
Short Term Regulation
Short term regulation memiliki arti pengaturan dari asupan makanan yang berhubungan
dengan banyaknya jumlah makanan yang dapat diproses oleh sistem gastrointestinal dalam periode
waktu yang diberikan. Misalnya, apabila seseorang melebihi kapasitas GI tractnya maka ia akan
menjadi sakit. Maka dalam proses makan, ada dua mekanisme yang akan mencegah terjadinya
kelebihan makanan.
1)
Metering makanan saat melewati mulut
2)
Reflex yang disebabkan oleh terjadinya pelebaran GI tract bagian atas.
Metering makanan memiliki arti reseptor sensoris pada mulut dan faring mendeteksi
banyaknya jumlah kunyahan, air liur, penelanan dan perasaan sehingga dapat mengkuantitasikan
jumlah makanan yang melewati mulut. Dalam suatu cara yang sampai sekarang masih belum
dimengerti, informasi ini akan diteruskan ke pusat pengaturan makan di hipotalamus untuk
menghambat rasa lapar hingga 30 menit sampai satu jam, tetapi tidak lebih. Demikian juga begitu
makanan mengisi lambung dan bagian lain pada GI tract bagian atas, impuls sensoris visceral
(disebabkan terutama karena pelebaran usus) ditransmisikan ke pusat makan dan menghambat nafsu
makan. Melalui cara ini kelebihan makanan pada GI tract dapat dihindari.
Dua peptide yang penting dalam kontol short-term dari asupan makanan telah dapat
didentifikasi, yaitu ghrelin dan peptide PYY3-36 yang merupakan stimulator untuk rasa lapar dan
kenyang secara berurutan. Keduanya dihasilkan dalam GI tract. Ghrelin, yang disebut juga hormone
rasa lapar, adalah suatu stimulator nafsu makan potensial yang dihasilan oleh lambung dan diatur
oleh status asupan makanan. Sekresi dari Ghrelin mencapai puncaknya sesaat seblum makan dan
mulai menurun pada saat makanan masuk ke mulut. Ghrelin menstimulasi nafsu makan dengan
mengaktifkan
neuron
yang
menghasilkan
NPY.
PYY3-36 memiliki peranan yang berlawanan dengan ghrelin. Sekresi PYY3-36 yang dihasilkan oleh
usus, mencapai level terendahnya sebelum makan tetapi meningkat selama makan dan mensinyalkan
rasa kenyang. Peptida ini bertindak dengan menghambat pengaktivasian neuron yang menskresikan
NPY pada arcuate nucleus.
LHA danPVN
Dua area pada hipotalamus disupply oleh akson yang berasal dari neuron yang
mensekresikan NPY dan melanocortin. Namun, ada area neuronal di luar arcuate nucleus yang juga
terlibat dalam keseimbangan energi dan asupan makanan, yaitu area lateral hipotalamus (LHA) dan
paraventricular hypothalamic nucleus (PVN). LHA dan PVN mengeluarkan sinyal kimia sebagai
respon terhadap input dari neuron-neuron di arcuate nucleus. LHA memproduksi dua neuropeptida
yang sangat dekat dan berhubungan, yaitu orexins, yang merupakan stimulator potensial untuk nafsu
makan. NPY menstimulasi sedangkan melanocortins menghambat pengeluaran orexins, yang
berdampak pada meningkatnya nafsu makan dan lebih banyak makanan yang dikonsumsi. Sebaliknya,
PVN mengeluarkan sinyal kimia, sebagai contoh, kortikotropin releasing hormone, yang
menurunkan nafsu makan dan asupan makanan. Melanocortins menstimulasi dan NPY menghambat
pengeluaran nuropeptida-neuro peptide penghambat nafsu makan ini.
Berlawanan dengan peran kunci hipotalamus dalam menjaga keseimbangan energi dan
long term control dari berat badan, suatu daerah pada batang otak yang disebut nucleus tractus
solitaries (NTS) memproses sinyal yang penting untuk merasa kenyang. NTS dikenal sebagai pusat
rasa kenyang. NTS tidak hanya menerima input dari daerah hipotalamus yang lebih tinggi, tetapi
NTS juga menerima impuls afferent dari GI tract.
Kolesistokinin sebagai sinyal rasa kenyang

Kolesistokinin (CCK), salah satu dari hormone dalam GI tract yang dihasilkan oleh mukosa
duodenal selama proses pencernaan makanan, adalah sinyal rasa kenyang yang penting untuk
mengatur jumlah makanan yang masuk. CCK dihasilkan sebagai respon atas adanya nutrient dalam
usus halus. Melalui berbagai macam pengaruh, CCK memfasilitasi pencernaan dan penyerapan
nutrient ini. CCK juga berkontribusi untuk menimbulkan rasa kenyang setelah makanan dikonsumsi
tetapi sebelum makanan itu benar-benar dicerna dan diserap. Kita sudah merasa kenyang saat
makanan yang cukup dapat melengkapi cadangan di dalam saluran pencernaan walaupun cadangan
energi masih rendah. Hal ini menjelaskan mengapa kita berhenti makan sebelum makanan yang
dicerna tersedia untuk memenuhi kebutuhan energy tubuh. Author : Vly, D2t, Ek4, Fno
Faktor faktor yang diduga berpengaruh dalam mengontrol pemasukan makanan antara lain:
1. Ukuran Simpanan Lemak
Menurut teori lipostatik, peningkatan simpanan lemak di jaringan adiposa memberikan
sinyal kenyang. Menurut teori ini, gliserol berfungsi sebagai sinyal yang mengalir melalui darah
antara simpanan lemak dan daerah-daerah di otak yang mengontrol pemasukan makanan. Jumlah
gliserol dalam darah menjadi indikator yang menunjukkan jumlah total lemak trigliserida yang
tersimpan di jaringan lemak. Pada teori ini, yang penting dalam penentuan lapar dan kenyang adalah
presentase pengisian setiap sel lemak. Dengan demikian, orang dengan jumlah sel lemak banyak tetap
merasakan lapar pada tahap orang normal merasa kenyang karena sel-sel adiposa mereka belum
Kenyang.
2.

3.

4.

5.

6.

Tingkat pemakaian glukosa (Teori Glukostatik)


Menurut teori glukostatik, rasa kenyang timbul karena sinyal yang ditimbulkan oleh
peningkatan penggunaan glukosa yang tersedia untuk digunakan karena zat tersebut sedang diserap
dari saluran pencernaan. Setelah penyerapan makanan selesai, terjadi penurunan penggunaan
glukosa oleh sel yang membangkitkan rasa lapar.
Yang mendukung teori ini adalah adanya anggapan bahwa peningkatan insulin; suatu
hormon yang dilepaskan pankreas untuk merangsang penyerapan, penggunaan dan penyimpanan
glukosa dan nutrien lain oleh sel, akan memberi sinyal rasa kenyang.
Intensitas Produksi Kekuatan Sel (teori iskimetrik)
Teori isketrik menerangkan bahwa sinyal untuk kontrol jangka-pendek pemasukan makanan
bukanlah defisit atau surplus salah satu nutrien utama, misal glukosa, tetapi berkaitan dengan
besarnya produksi tenaga sel (ATP). Perubahan ketersediaan salah satu atau semua nutrien untuk sel
dapat menyebabkan peningkatan atau penurunan kecepatan pertukaran ATP/ADP, yang dapat
ditransduksikan menjadi semacam kekuatan sinyal saraf atau sinyal hematogen rendah (rasa lapar)
atau yang tinggi (rasa kenyang).
Tingkat Sekresi Kolesistokinin
Terdapat banyak bukti yang menyatakan kolesistokinin(CCK) ; hormon saluran pencernaan
yang dikeluarkan dari mukosa duodenum selama ingesti makanan, merupakan sinyal rasa kenyang
yang penting. Kolesistokinin dikeluarkan sebagai respon terhadap adanya nutrien di usus halus.
Melalui berbagai efek pada salurn pencernaan CCK mempermudah pencernaan dan penyerapan
nutrien-nutrien tersebut.
Pengaruh Neurotransmitter
Berbagai sirkuit saraf di otak tampaknya ikut berperan dalam mengontrol perilaku makan.
Pada hewan percobaan dengan otak yang dipajankan ke berbagai neurotransmitter telah dibuktikan
menginduksi pola pemasukan makanan. Sebagai contoh norepinefrin dan neuropeptida Y
meningkatkan konsumsi karbohidrat sementara dopamin dan serotonin menekan konsumsi
karbohidrat. Bagaimana pengeluaran berbagai neurotransmitter ini dikaitkan dengan kontrol
pemasukan makanan masih belum jelas
Pengaruh Psikososial
Selain faktor-faktor involunter yang dapat timbul secara otomatis di atas, kebiasaan
makanan seseorang juga dibentuk oleh faktor psikologi dan sosial. Seperti makan tiga kali sehari
bukan karena lapar, namun karena kebiasaan.

Kenikmatan yang diperoleh dari makan dapat memperkuat perilaku makan. Makan
makanan dengan rasa lezat, aroma menggugah selera, dan bentuk menarik dapat meningkatkan
nafsu makan dan pemasukan makanan. Hal ini dibuktikan dengan eksperimen pada tikus-tikus yang
ditawari berbagai makanan manusia yang lezat. Tikus-tikus itu makan berlebihan sampai sebanyaj
70%-80% dan mengalami kegemukan.
Stres, rasa cemas depresi dan rasa bosan juga dibutikan mengubah perilaku makan melalui caracara yang tidak berkaitan dengan kebutuhan energi, baik pada hewan percobaan dan manusia. Dengan
demikian, setiap penjelasan menyeluruh mengenai bagaimana pemasukan dikontrol harus
memperhitungkan tindakan-tindakan mengkonsumsi makanan secara volunter tersebut yang dapat
memperkuat atau mengalahkan sinyal-sinyal internal yang mengatur perilaku makan. Author : Vly,
D2t, Ek4, Fno
5)

MEKANISME DEFEKASI
Dengan kata lain adalah mekanisme "buang hajat". Semua diawali dengan adanya feces di
colon sigmoideum, saat jumlah feces sudah melebihi kapasitas penyimpanan di colon sigmoideum,
maka feces akan turun menuju ke rectum. Rectum biasanya kosong dan hanya terisi saat akan
memulai defekasi. Dinding rectum mempunyai reseptor regangan yang dipersarafi oleh serabut
viscero sensible parasymphatis segmen sacral 2-4. Rangsang yang diterima oleh reseptor
regangan akan menjalar di serabut saraf, kemudian masuk ke cornu posterior medulla spinalis dan
akan naik ke otak. Rangsang akan diproses di otak, apakah akan ditahan atau meneruskan proses
defekasi.
Jika kita memutuskan untuk menahan defekasi, maka impuls akan turun menuju cornu
anterior medulla spinalis segmen sacral 2-4 yaitu ke nervus pudendus yang mensarafi m. levator
ani, lalu terus menuju ke cabangnya yaitu nervus rectalis inferior yang mensarafi musculus
sphincter ani externus dan. Hal ini menyebabkan m. sphincter ani externus dan m. levator ani
berkontraksi untuk menahan defekasi.
Jika kita memutuskan untuk meneruskan proses defekasi, maka impuls akan turun menuju ke
berbagai saraf:

N. facialis (VII) untuk mengkontraksikan otot2 wajah.

N. vagus (X) untuk menutup epiglottis.

n. Phrenicus untuk memfiksasi diapraghma.

nn. Thoracales segmen yang berhubungan untuk mengkontraksikan otot-otot dinding


abdomen.

n. splanchnicus pelvicus, yang berisi pesan untuk mengurangi kontraksi m. sphincter ani
internus.

n. pudendus, yang berisi pesan untuk mengurangi kontraksi m. sphincter ani externus dan
m. levator ani.

n. ischiadicus, untuk mengkontraksikan otot-otot hamstring.

Penutupan epiglottis dan kontraksi otot-otot dinding abdomen berfungsi untuk meningkatkan
tekanan intra abdominal, sehingga mendukung pengeluaran feces. Selanjutnya feces dikeluarkan
melalui canalis analis. Tunica mucosa bagian bawah canalis analis menonjol melalui anus
mendahului massa feces. Pada akhir defekasi, tunica mucosa kembali ke canalis analis akibat tonus
serabut-serabut longitudinal dinding canalis analis serta penarikan ke atas oleh m. puborectalis

(bagian dari m. levator ani). Kemudian lumen canalis analis yang kosong ditutup oleh kontraksi
tonik m. sphincter ani.

Anda mungkin juga menyukai