Musik kontemporer adalah memainkan alat musik tanpa menggunakan alat musik aslinya, tetapi alununan musik yang dihasilkan cukup baik seperti memainkan alat musik aslinya.
Menurut John M. Echols dan Hasan Sadily :
Kata kontemporer itu sendiri mempunyai makna kekinian atau saat ini. Contemporary dalam bahasa Inggris secara harafiah berarti semasa atau sezaman, sebaya, seumur. Menurut Dieter Mack : kebanyakan faham tentang kontemporer adalah menggarap sesuatu yang baru lepas sama sekali dengan tradisi. Menurut Pemahaman Barat : Kontemporer dianggap sebagai salah satu gaya tertentu, padahal kontemporer mesti diartikan sebagai suatu sikap menggarap diujung perkembangan yang digeluti. Atau dengan kata lain, pengertian kata ini di Barat adalah sesuatu yang berhubungan dengan perjalanan waktu,
sebuah dinamika linear di mana melihat dan
mengimitasikan kembali pada sesuatu yang pernah ada dinilai reaksioner dan tidak sesuai dengan tuntutan zaman.
Karakteristik Musik Kontemporer
Musik kontemporer memiliki banyak karakteristik atau ciriciri yang berbeda dari jenis musik yang lainnya, diantaranya : 1. Musik kontemporer memiliki warna bunyi bisa sejenis atau berbagai jenis. 2. Notasi musik pada musik kontemporer hanya dapat dimengerti oleh pemusik karena notasinya ditulis dengan simbol atau tanda. 3. Musik kontemporer memiliki improvisasi yang bervariasi mengikuti keinginan dari pemusik. 4. Bunyi yang di hasilkan dari musik kontemporer dapat berasal dari sumber yang beragam, bukan hanya dari instrumen musik. 5. Jenis tangga nada yang dapat dipakai dalam musik kontemporer bervariasi. 6. Jenis birama pada musik kontemporer tidak terpaku pada satu birama saja. 7. Dinamik & tempo yang tendapat pada musik kontemporer bervariasi. 8. Tidak adanya sekat antara berbagai disiplin,seni,alias merebutnya batas-batas antara seni lukis , patung, grafis, kriya, teater, tari, musik, hingga aksi politik di dalam musik kontemporer 9. Tidak terikat oleh aturan-aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman.
Tokoh-tokoh Musik kontemporer:
Banyak para musisi atau komposer musik yang mengawali
dan menciptakan suatu karya musik kontemporer yang unik dan berbeda dari jenis musik lainnya, baik di dalam maupun luar negri. Dari luar negeri,dipelopori oleh Arnold Schoenberg dengan tangga nada duodekatonik atau 12 nada. Tangga nada yang umum di kenal adalah diatonik. Terdiri dari 7 nada : do re mi fa so la ti. Juga musik dengan teknik garapan yang menggunaka idiom dan tata gramatika matematika dari Pierre Boulez Oliver Massiaen dengan tektik garapan musik berupa perbandingan geometri bangunan. Kemudian musik perkusi dari John Cage dan banyak lagi pemusik yang merupakan pelopor musik kontemporer di dunia. Untuk kawasan Asia, ada nama Nam June Paik dari Korea. Dari dalam negeri, ada: 1. Grergorius Sidharta 2. Saptoadi Nugroho 3. Ben Pasaribu 4. Slamet Abdul Sjukur 5. Sapto Raharjo 6. Harry Roesli 7. Rahayu Supanggah 8. Al Suwardi 9. Komang Astita
Perkembangan Musik Kontemporer di
Indonesia Di Indonesia, perkembangan musik kontemporer baru mulai dirasakan sejak diselenggarakannya acara Pekan Komponis Muda tahun 1979 di Taman Ismail Marzuki
Jakarta. Melalui acara itu komunikasi para seniman antar
daerah dengan berbagai macam latar belakang budaya lebih terjalin. Forum diskusi serta dialog antar seniman dalam acara tersebut saling memberi kontribusi sehingga membuka paradigma kreatif musik menjadi lebih luas. Sampai hari ini para komponis yang pernah terlibat dalam acara itu menjadi sosok individual yang sangat memberi pengaruh kuat untuk para komponis musik kontemporer selanjutnya. Nama-nama seperti Rahayu Supanggah, Al Suwardi, Komang Astita, Harry Roesli, Nano Suratno, Sutanto, Ben Pasaribu, Trisutji Kamal, Tony Prabowo, dll. Pada puncaknya, karya-karya musik kontemporer tidak lagi menjelaskan ciri-ciri latar belakang tradisi budayanya walaupun sumber-sumber tradisi itu masih terasa lekat. Akan tetapi sikap serta pemikiran individuallah yang paling penting, sebagai landasan dalam proses kreatifitas musik kontemporer. Mengamati perkembangan musik kontemporer di daerah Sunda tampaknya agak lamban. Selain apresiasi masyarakat Sunda belum begitu memadai, para komponisnya yang relatif sangat sedikit, juga dukungan pemerintah setempat atau sponsor-sponsor lain untuk penyelenggaraan konser-konser musik kontemporer sangat kurang. Di Yogyakarta misalnya, secara konsisten selama belasan tahun mereka berhasil menyelenggarakan acara Yogyakarta Gamelan Festival tingkat Internasional yang didalamnya banyak sekali karya-karya musik kontemporer dipentaskan. Kota Solo pada tahun 2007 dan 2008 telah menyelenggarakan acara SIEM (Solo International Ethnic Music). Banyak karya-karya musik kontemporer dipentaskan dalam acara itu dengan jumlah penonton kurang lebih 50.000 orang. Festival World Music dengan nama acara Hitam Putih di Riau, Festival Gong Kebyar di Bali dan lain
sebagainya. Acara-acara tersebut secara rutin dilakukan
bukan sekedar ritual atau memiliki tujuan memecahkan rekor Muri apalagi mencari keuntungan.