Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

A. Latar belakang
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir
kurang dari 2500 gram. Pertumbuhan dan pematangan (maturasi) organ dan alat alat
tubuh belum sempurna. BBLR akibatnya sering mengalami komplikasi dan sering
berujung pada kematian (Harsono, 2011). BBLR biasanya memerlukan perawatan yang
sangat istimewa, memerlukan inkubator dan dalam pengawasan ketat di ruang Neonatal
intensive care unit (NICU). Bayi berat lahir rendah dengan tubuh yang kecil sangat
sensitif terhadap perubahan suhu, oleh karena itulah bayi perlu dimasukan kedalam
inkubator yang telah diatur kestabilan suhunya (Proverawati, 2010). Berdasarkan hasil
penelitian para pakar, perinatologi didapatkan analisis terkini bahwa sekitar tiga juta
kematian bayi dengan BBLR dapat dicegah dengan menggunakan intervensi dengan tepat
guna yaitu perawatan metode kanguru (Pratomo, 2006).
Kelahiran bayi dengan bayi berat lahir rendah hingga saat ini masih merupakan masalah
di seluruh dunia, karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa bayi
baru lahir (WHO, 2007) Survey demografi kesehatan Indonesia atau (SDKI) 2011
menunjukan bahwa kematian neonatal tidak menurun dan stagnan diangka 19 kematian
per 1000 kelahiran hidup.
Kematian post natal sementara hanya turun dari sebelumnya 15 di tahun 2007 ke
angka 13 per 1000 kelahiran hidup saat ini. Rata rata kematian bayi di Indonesia masih
cukup besar, berdasarkan survei kesehatan dasar Departemen kesehatan, 2010 Neonatus
merupakan penyumbang kematian terbesar pada tingginya kematian bayi dan dalam
rentang tahun 2011 2012 angka neonatus tidak pernah mengalami penurunan. Hasil
survey menunjukkan kejadian angka kematian bayi di Singapura yaitu 5 per 1000
kelahiran hidup dan di Malaysia angka kematian bayi telah mencapai 10 per 1000
kelahiran hidup, sedangkan di Indonesia angka kematian bayi 36 per 1000 kelahiran
hidup. Negara Indonesia memiliki angka kematian bayi paling tinggi. Menurut Riskesdas
(2007) dalam Pramono (2006).
Penyebab kematian Bayi baru lahir 0 6 hari di Indonesia adalah prematuritas
dan Bayi Berat Lahir rendah (BBLR) 12, 8 %.
Bayi berat lahir rendah belum dapat mengatur suhu tubuhnya dengan sempurna dalam
menghadapi perubahan lingkungan dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin
yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin menyebabkan berat lahir rendah menggunakan
cadangan lemak coklat untuk mengasilkan panas. Bayi berat lahir rendah memiliki
jaringan lemak subkutan, lemak coklat, dan penyimpanan glikogen yang rendah sehingga
berisiko mengalami masalah ketidakstabilan suhu (Merenstein & Gardner, 2012). Bobak
(2005) juga mengungkapkan bahwa bayi berat lahir rendah memiliki lebih sedikit massa
otot, lebih sedikit lemak coklat, lebih sedikit lemak subkutan untuk menyimpan panas,
1

dan sedikit kemampuan untuk mengontrol kapiler kulit dan mengakibatkan Bayi berat
lahir rendah mudah mengalami kehilangan panas tubuh dan berisiko terjadi hipotermia.
Bayi berat lahir rendah karenanya memerlukan perhatian khusus untuk mempertahankan
suhu tubuhnya. Hasil penelitian Miller, Lee, dan Gould (2011) tentang hipotermia pada
BBLR. Hipotermia banyak terjadi pada BBLR dan dikaitkan dengan perdarahan intra
ventrikuler dan kematian. Penelitian lain yang dilakukan oleh Knobel, Holdith, Davis,
Schwartz, dan Wimmer, (2009) tentang vasokontriksi perifer pada Bayi berat lahir rendah
ekstrim menunjukkan bahwa suhu tubuh menurun selama 12 jam pertama kehidupan.
Masalah pengaturan suhu yang masih rendah, bayi berat lahir rendah memiliki daya tahan
tubuh yang masih lemah dan pembentukan antibodi belum sempurna sehingga
perlindungan terhadap infeksi sangat penting bagi semua bayi baru lahir. Peningkatan
suhu tubuh menunjukkan tanda adanya infeksi. Suhu tubuh yang tidak stabil juga
merupakan tanda adanya infeksi, sehingga tindakan yang harus dilakukan adalah
menghindari terjadinya kehilangan panas. Wilson (2007) mengatakan bahwa bayi
prematur dan bayi sakit lebih peka terhadap infeksi. Hasil penelitian Miron, et al. (2005)
tentang insidensi dan manifestasi klinis dan infeksi Cytomegalovirus menunjukkan
bahwa kejadian infeksi pada bayi prematur adalah rendah. Hasil penelitian lain yang
dilakukan oleh Hodgman, Barton, Pavlova, dan Fasset (2003) menunjukkan bahwa
infeksi adalah penyebab utama kematian pada bayi berat lahir rendah.
Air susu ibu adalah nutrisi yang paling penting bagi bayi berat lahir rendah.
Masalah nutrisi termasuk salah satu masalah yang serius pada bayi berat lahir rendah.
Bayi yang semakin imatur, semakin besar permasalah nutrisi yang mungkin terjadi
(Wong, 2009). Kebutuhan nutrisi bayi prematur berbeda dengan bayi cukup bulan, yang
ditentukan oleh usia kehamilan, derajat retardasi pertumbuhan, usia postnatal, dan
penyakit yang menyertai (Steer dalam Boxwell,2009). Pemenuhan kebutuhan nutrisi
yang optimal merupakan hal yang penting dalam manajemen BBLR dan preterm. Intake
nutrisi yang adekuat penting untuk mempertahankan suhu tubuh. Penurunan suhu tubuh
menyebabkan BBLR meningkatkan metabolismenya dan penggunaan oksigen serta kalori
untuk memproduksi panas Bayi dengan berat lahir rendah tidak semuanya mendapatkan
pelayanan kesehatan dengan teknologi maju karena hambatan biaya, geografis,
transportasi, dan komunikasi. Pengganti inkubator diperlukan cara alternatif yang efektif
dan ekonomis (WHO, 2003). Pelaksanaan perawatan metoda kanguru adalah satu upaya
yang dilakukan untuk mengatasi berbagai permasalahan pada bayi dengan
berat badan lahir rendah . Perawatan metoda kanguru (PMK) sangat dianjurkan bagi
negara-negara berkembang mengingat terbatasnya fasilitas pelayanan kesehatan, terutama
didaerah pedesaan. PMK adalah perawatan kontak kulit ke kulit dengan cara merawat
bayi dalam keadaan telanjang (hanya memakai popok dan topi) yang diletakkan secara
tegak atau vertikal didada antara kedua payudara ibu kemudian diselimuti (Pramono,
2006). Menurut WHO (2003) dalam Pramono (2006) PMK adalah cara yang efektif
dalam memenuhi kebutuhan bayi untuk kehangatan, menyusui, perlindungan dari infeksi,
stimulasi, keamanan, dan kasih sayang. Perawatan berat badan lahir rendah dengan
kualitas yang baik akan memerlukan biaya yang sangat mahal seperti peralatan inkubator
dan perlengkapannya membutuhkan biaya yang tidak sedikit, namun hasil yang dicapai
juga akan maksimal dimana dapat menurunkan angka kematian neonatal. Negara-negara
berkembang seperti di Indonesia kurang mampu menangani jika dihadapkan dengan
masalah biaya pembelian alat, tenaga yang terampil, biaya pemeliharaan alat serta
2

logistik. Para pakar khususnya di bidang Perinatologi termotivasi melakukan penelitian


dan didapatkan asuhan metode kanguru atau metode lekat yang banyak memberikan
manfaat dalam menangani bayi dengan berat badan lahir rendah (Pramono, 2006).
melakukan penelitian dan didapatkan asuhan metode kanguru atau metode lekat yang
banyak memberikan manfaat dalam menangani bayi dengan berat badan lahir rendah
(Pramono, 2006). Perawatan Metode Kanguru merupakan suatu cara khusus dalam
merawat bayi berat badan lahir rendah. Perawatan ini dengan cara melakukan kontak
langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu. Kontak langsung ini berguna untuk
membantu perkembangan kesehatan bayi melalui peningkatan kontrol suhu, menyusui,
pencegahan infeksi, dan kontak ibu dengan bayi yang dimulai di tempat perawatan
diteruskan di rumah, dikombinasi dengan pemberian air susu ibu yang bertujuan agar
bayi tetap hangat. Perawatan metode kanguru ini belum dapat dilaksanakan secara
optimal ( Departemen Kesehatan RI 2004) Faktor yang mempengaruhi tidak
terlaksananya metode kanguru diantaranya adalah faktor pendidikan, karena pendidikan
merupakan suatu proses pembelajaran pola pikir seseorang dari tahu menjadi tahu.
Jenjang pendidikan sangat mempengaruhi akan pengetahuan seseorang. Pendidikan
merupakan suatu proses pembelajaran pola pikir seseorang, semakin tinggi pendidikan
maka semakin banyak ilmu pengetahuan yang didapat, selain itu petugas kesehatan juga
diharapkan mampu meberikan informasi dalam pelaksanaan metode kanguru ini. Hasil
penelitian Rosalina (2013) tentang peningkatan keterampilan mahasiswa untuk
memberikan edukasi mengenai perawatan metode kanguru kontinu dirumah didapatkan
data bahwa membuktikan perbedaan pada pertumbuhan BBLR dengan perawatan metode
kanguru dengan yang tidak dengan perawatan metode kenguru, dimana yang
menggunakan metode kanguru berat badan terus menerus meningkat dibandingkan yang
tidak menggunakan metode kanguru. Penelitian ini juga menunjukan dengan perawatan
metode kanguru dapat mempromosikan ASI eksklusif.
B. Rumusan masalah
Dari pemaparan diatas mengenai bayi berat lahir rendah (BBLR), maka rumusan masalah
makalah ini adalah
1. Bagaimana konsep Medik pada Bayi berat lahir rendah (BBLR) ?
2. Bagaimana konsep dan penatalakasanaan Keperawatan pada bayi berat lahir
rendah ?
3. Bagaimana dischare planning pasien BBLR ?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk memberikan pemahaman kepada rekan rekan mahasiswa tentang konsep
bayi berat lahir rendah (BBLR) dan penatalaksanaannya.
2. Sebagai referensi belajar untuk rekan rekan mahasiswa khususnya kami pribadi
sehingga menambah referensi belajar selain referensi dalam bentuk buku dan dari
dosen
3. Untuk diajukan kepada dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Anak
sebagai pemenuhan atas tugas yang diberikan, serta untuk dipresentasikan kepada
rekan rekan mahasiswa
3

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR MEDIS
1. Pengertian
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR)adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari
2500 gram (Arief, 2009).
Bayi berat badan lahir rendah adalah berat yang dilahirkan dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi (Kosim dkk, 2009)
Menurut Prawiroharjo (2007) BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat
kelahiran kurang dari 2500 gram.
Dahulu bayi baru lahir yang berat badan lahir kurang atau sama dengan 2500 gram
disebut premature. Untuk mendapatkan keseragaman pada kongres European perinatal
medicine II di London(1970), telah disusun definisi sebagai berikut.
1. Preterm infant (Premature) atau bayi kurang bulan : bayi dengan masa kehamilan
kurang dari 37 minggu (259) hari
2. Term infant atau bayi cukup bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu
sampai dengan 42 minggu (259 293 hari).
3. Post term atau bayi lebih bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau
lebih (294 hari atau lebih).
Menurut WHO (1961), semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan
2500 gram disebut Bayi berat badan lahir rendah / BBLR.

2. Etiologi BBLR
Penyebab kelahiran prematur tidak diketahui, tapi ada beberapa faktor yang berhubungan,
yaitu :
1. Faktor ibu
4

Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun

Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat

Penyakit ibu/ penyakit menahun: hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah,


perokok, toksemia gravidarum, trauma fisik

2. Faktor kehamilan
o

Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum

Komplikasi kehamilan : preeklamsia/ eklamsia, ketuban pecah dini

3. Faktor janin
o

Cacat bawaan, infeksi dalam rahim

4. Faktor Lingkungan: radiasi dan zat-zat beracun


3. Klasifikasi BBLR
Bayi berat lahir rendah dapat dibagi menjadi :
1. Prematuritas murni
Masa gestasi ibu kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan masa gestasi
Karakteristik :

Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang kurang atau sama dengan 45 cm, lingkar
dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm.
Masa gestasi kurang dari 37 minggu
Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, lemak sub kutan tipis, ubun-ubun dan sutura
lebar
Otot hipotonik (lemah)
Kepala tidak mau tegak
Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea (gagal napas)
Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi lurus
5

Pernapasan sekutar 45 sampai 50 kali per menit


Frekuensi nadi 100 sampai 140 kali per menit
Penyakit yang sering ada pada BBLR
Syndrom gangguan pernapasan idiopatik
Pneumonia aspirasi
Perdarahan intraventrikuler
Fibriplasia retrorental
Hyperbilirubinemia

2. Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi baru lahir yang berat badannya kurang dibanding berat badan
seharusnya untuk masa gestasi bayi itu.
Gejala klinis :
Berat badan kurang dari 2500 gram
Karakteristik sama dengan prematuritas tetapi kadang retardasi pertumbuhan dan
wasting.
Komplikasi dismaturitas :
Syndrom aspirasi mekonium
Hypoglikemi simptomatik
Asfiksia neonaturum
Penyakit membrane hialin
Hyperbilirubinemia

4. PATOFISILOGI

Berdasarkan etiologi BBLR disebabkan beberapa faktor diantaranya faktor ibu, faktor
janin dan factor lingkungan.
a. Dari fakor ibu dipengaruhi oleh : Perdarahan antepartum ( plasenta previa dan
solusia plasenta ) yang menyebabkan suplai nutrisi dan O2 ke janin terhambat
sehingga pertumbuhan bayi terhambat dan dapat merangsang persalinan sebelum
waktunya ( <37 minggu ). Sosial ekonomi yang rendah jg menyebabkan
pemenuhan gizi pada ibu sulit terpenuhi dan memungkinkan terjadinya malnutrisi
dan menyebabkan suplai nutrisi ke janain terhambat sehingga pertumbuhan bayi
terhambat.Kelainan uterus berupa kelainan bawaan dan kelainan letak dapat
memicu terjadinya ketuban pecah dini dan uterus mudah terangsang sehingga
persalinan lebih awal ( <37 minggu ). Trauma / benturan misalnya jatuh sehingga
menyebabkan perdarahan dan ketuban pecah dini.Infeksi. Terjadinya infeksi
menyebabkan mikroorganisme berkembangbiak dengan memakan zat zat nutrisi
dan terjadi inflasi dan merangsang peningkatan suhu dan metabolism, metabolism
menggunakan energy yang berasal dari zat zat nutrisi.Usia ibu yang hamil >35
tahun menyebabkan terjadinya penimbunan lemak pada pembuluh darah sehingga
terjadi penyempitan pembuluh darah dengan demikian aliran darah ( O2 dan
nutrisi ) ke janin terhambat.
b. Faktor janin
Hidramnion menyebabkan selaput / membrane yang membungkus air ketuban
membesar dan ketuban pecah dini selain itu hidramnion ini dapat menyebabkan
uterus membesar atau menegang serta menekan plasenta sehingga peredaran
darah pada plasenta berkurang maka suplai O2 dan nutrisi terganggu. Selain
hidramnion kehamilan ganda juga berpengaruh pada factor janin begitupun
kelaina konginetal.
c. Faktor lingkungan
Pekerjaan terlalu berat merangsang kontraksi uterus dan dapat menyebabkan
ketuban pecah dini

sehingga tejadi persalinan sebelum waktunya. Selain itu

kebiasaan merokok juga mempengaruhi karena di dalam rokok terkandung zat

nikotin dan menghambat pertumbuhan janin dan dapat merangsang uterus untuk
berkontraksi sehingga persalinan sebulum waktunya dapat terjadi.

5. Pemeriksaan Diagnostik
1. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-24.000/mm3, hari
pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis )
2. Hematokrit (Ht) : 43% - 61% (peningkatan sampai 65 % atau lebih menandakan polisitemia,
penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal /perinatal)
3. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau
hemolisis berlebihan)
4. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5
hari
5. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40-50
mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga
6. Pemantauan elektrolit ( Na, K, CI): biasanya dalam batas normal pada awalnya
7. Pemeriksaan Analisa gas darah.

6. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan prematuritas murni
Mengingat belum sempurnanya kerja alat alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan
dan perkembangan serta penyesuian diri dengan lingkungan hidup di luar uterus maka

perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu
oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi.
Pengaturan suhu badan prematuritas atau BBLR
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,
metabolismenya rendah dan permukaan badan relative luas oleh karena itu bayi
permaturitas harus dirawat di dalam incubator sehingga panas badannya
mendekati dalam rahim. Bila bayi di rawat dalam incubator maka suhu bayi
dengan berat badan 2 kg adalah 350 C dan untuk bayi dengan berat badan 2 2,5
kg adalah 33-340 C. Bila incubator tidak ada bayi dapat dibungkus dengan kain
dan disampingnya diletakkan botol yang berisi air panas, sehinnga panas
badannya dapat dipertahankan.
Makanan bayi premature
Alat pencernaan bayi permatur masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3 5 gr / kg BB dan
kalori 110 kal / kg BB sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian
minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan
lambung. Refleks menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya
sedikit demi sedikit, tetapi frekuensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan
yang paling utama, sehingga ASI lah yang paling dahulu diberikan. Bila factor
menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok
perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan
diberikan sekitar 50-60 cc/kgBB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai
sekitar 200 cc kg BB/hari.
Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibody
belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak
pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLR).
9

Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan
terisolasi dengan baik.
2. Penatalaksanaan dismaturitas
Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine serta
menemukan

gangguan

pertumbuhan

misalnya

dengan

pemeriksaan

ultrasonografi.
Memeriksa kadar gula darah (true glukose) dengan dextrostix atau
laboratorium kalau hipoglikemia perlu diatasi.
Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
Bayi menumbuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi SMK.
Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi
mekonium.
Sebaiknya setiap jam dihitung frekwensi pernapasan dan bila frekwensi lebih
dari 60 kali/menit.

Adapun Hal-hal yang perlu diperhatikan pada BBLR yaitu:


Suhu Tubuh

Pusat pengatur napas badan masih belum sempurna

Luas badan bayi relatif besar sehingga penguapannya bertambah

Otot bayi masih lemah

Lemak kulit dan lemak coklat kurang, sehingga cepat kehilangan panas badan.

Kemampuan metabolisme panas masih rendah, sehingga bayi dengan berat


badan lahir rendah perlu diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas
badan dan dapat dipertahankan.
Pernapasan

Fungsi pengaturan pernapasan belum sempurna.

10

Surfaktan paru-paru masih kurang, sehingga perkembangannya tidak

sempurna.

Otot pernapasan dan tulang iga lemah.

Dapat disertai penyakit : penyakit hialin membrane, mudah infeksi paru-paru


dan gagal pernapasan.
Alat pencernaan makanan

Belum berfungsi sempurna sehingga penyerapan makanan dengan lemah/

kurang baik.
Aktifitas otot pencernaan makanan masih belum sempurna , sehingga

pengosongan lambung berkurang.


Mudah terjadi regurgitasi isi lambung dan dapat menimbulkan aspirasi

pneumonia.
Hepar yang belum matang (immatur)

Mudah menimbulkan gangguan pemecahan bilirubin, sehingga mudah terjadi


hyperbilirubinemia (kuning) atau sama dengan ikterus.
Ginjal masih belum matang

Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air masih belum sempurna
sehingga mudah terjadi oedema
Perdarahan dalam otak

Pembuluh darah bayi BBLR masih rapuh dan mudah pecah

Sering mengalami gangguan pernapasan, sehingga memudahkan terjadinya


perdarahan dalam otak
Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan menyebabkan kematian

bayi

Pemberian O2 belum mampu diatur sehingga mempermudah terjadi


perdarahan dan nekrosis

Sedangkan cara Perawatan bayi BBLR di Rumah Sakit yaitu:


Perawatan Bayi BBLR dengan Menggunakan Inkubator

11

Inkubator adalah suatu alat yang diciptakan untuk menciptakan kondisi optimal dari suhu,
kelembaban, dan suplai oksigen untuk melangsungkan kehidupan bayi seperti situasi dalam
kandungan ibunya.
Inkubator memiliki kelengkapan alat sebagai berikut:

Lampu, berwarna merah atau orange yang digunakan untuk mengatur mekanisme

panas.
Pengontrol suhu, bagian ini mengkalibrasi suhu kamar yang diinginkan. Apabila suhu

inkubator tidak sesuai dengan kebutuhan bayi, dapat diturunkan sekitar 1-1/2.
Lubang saluran oksigen (oksigen inlet), saluran berdiameter sekitar 0,5 cm untuk
mengalirkan oksigen sesuai kebutuhan bayi. Alat ini dilengkapi debgan flowmeter

dan alat analisa oksigen (oxygen analizer).


Humidity, adalah alat untuk menciptakan kelembaban yang dilengkapi dengan

reservoir untuk menampung air pelembab (aqua steril) yang harus diganti tiap 24 jam.
Fasilitas penimbang berat badan , alat ini terdapat pada incubator yang lengkap di

mana bayi ditimbang berat badannya tanpa harus mengeluarkannya dari inkubator.
Termometer inkubator,merupakan thermometer digital yang akan mengukur suhu
inkubator dengan sendirinya sesuai yang diinginkan.

Tujuan perawatan dengan inkubator:

Menciptakan suhu kamar yang optimal sesuai dengan kebutuhan bayi.


Mencegah infeksi.
Menciptakan konsentrasi oksigen yang sesuai dengan kebutuhan bayi.
Memenuhi kelembaban yang dibutuhkan untuk lingkungan bayi .
Untuk memudahkan penanganan, pelayanan dan pengawasan . Dalam hal ini
di dalam inkubator kita dapat melakukan pelayanan perawatan seperti terapi
sinar (photo terapy), memasang monitor EKG, pemasangan wingneedle,
kateter umbilical, dan transfusi.

Indikasi pasien dirawat dalam inkubator:


Bayi kurang bulan, sehat atau sakit.
Bayi kecil kurang dari 2000 gram, sehat atau sakit.
Bayi lebih dari 2000 gram keadaan sakit terutama kesulitan

bernapas.

Bayi yang mengalami operasi (pasca operasi) sebelum pemulihan.

12

Tabel suhu inkubator sesuai dengan berat badan bayi


Usia
0-24 jam
24-48jam
48- 72 jam
72-96 jam
2-3 hari
3-4 hari
4-5 hari
5-6 hari

1200
340-350 C
330-350 C
340-350 C
340-350 C
340-350C
320-350C
310-350C
30,8o-32,60C

Berat badan (gram)


1201-1500
1501-2500
0
0
33,3 -34,4 C
31,80-33,80 C
0
0
33 -34 C
31,10-33,60 C
330-340 C
310-33,20 C
0
0
33 -34 C
310-330 C
320-340 C
330-33,50 C
0
0
31 -33 C
300-320 C
300-320 C
290-320 C
30,60-32,30 C
290-310 C

>2500
31 -33,80 C
30,50-33,50 C
30,10-3,20 C
29,80-32,80 C
290-320 C
290-300 C
28,80- 29,80 C
280-290 C
0

Gambar Perawatan Bayi BBLR dengan Menggunakan Inkubator


Pengaturan Suhu Tubuh BBLR
Bayi BBLR mudah dan cepat sekali menderita Hypotermia bila berada di lingkungan
yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bayi yang relatif lebih luas
bila dibandingkan dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak di bawah kulit, dan
kekurangan lemak coklat (Brown Fat). Untuk mencegah hypotermi, perlu diusahakan
lingkungan yang cukup hangat untuk bayi dan dalam keadaan istirahat konsumsi oksigen
paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap normal. Bila bayi dirawat dalam inkubator,
maka suhunya untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2000 gram adalah 35 0C dan untuk
bayi dengan BB 2000 gram sampai 2500 gram 34 0C, agar ia dapat mempertahankan suhu
tubuh sekitar 37 0C. Kelembaban inkubator berkisar antara 50 60 persen. Kelembaban yang
lebih tinggi diperlukan pada bayi dengan syndroma gangguan pernapasan. Suhu inkubator
dapat diturunkan 1 0C per minggu untuk bayi dengan berat badan 2000 gram dan secara
berangsur- angsur ia dapat diletakkan di dalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27
13

C-29 0C. Bila inkubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi

dan meletakkan botol-botol hangat disekitarnya atau dengan memasang lampu petromaks di
dekat tempat tidur bayi atau dengan menggunakan metode kanguru. Cara lain untuk
mempertahankan suhu tubuh bayi sekitar 36 0C - 37 0C adalah dengan memakai alat
perspexheat shield yang diselimuti pada bayi didalam inkubator. Alat ini berguna untuk
mengurangi kehilangan panas karena radiasi. Akhir-akhir ini telah dimulai digunakan
inkubator yang dilengkapi dengan alat temperatur sensor (Thermistor probe). Alat ini
ditempelkan di kulit bayi. Suhu inkubator dikontrol oleh alat servomechanism. Dengan cara
ini suhu kulit bayi dapat dipertahankan pada derajat yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat
ini sangat bermanfaat untuk bayi dengan berat lahir yang sangat rendah.
Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok. Hal ini penting untuk memudahkan
pengawasan mengenai keadan umum, perubahan tingkah laku, warna kulit, pernapasan,
kejang dan sebagainya sehingga penyakit yang diderita dapat dikenal sedini mungkin dan
tindakan serta pengobatan dapat dilaksanakan secepat-cepatnya.
Pencegahan Infeksi
Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman kedalam tubuh, khususnya mikroba.
Bayi BBLR sangat mudah mendapat infeksi. Infeksi terutama disebabkan oleh infeksi
nosokomial. Kerentanan terhadap infeksi disebabkan oleh kadar imunoglobulinserum pada
bayi BBLR masih rendah, aktifitas bakterisidal neotrofil, efek sitotoksik limfosit juga masih
rendah dan fungsi imun belum berpengalaman.
Infeksi local bayi cepat menjalar menjadi infeksi umum. Tetapi diagnosis dini dapat
ditegakkan jika cukup waspada terhadap perubahan (kelainan) tingkah laku bayi sering
merupakan tanda infeksi umum. Perubahan tersebut antara lain : malas menetek, gelisah,
letargi, suhu tubuh meningkat, frekwensi pernapasan meningkat, muntah, diare, berat badan
mendadak turun.
Fungsi perawatan disini adalah memberi perlindungan terhadap bayi BBLR dari infeksi.
Oleh karena itu, bayi BBLR tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk
apapun. Digunakan masker dan baju khusus dalam penanganan bayi, perawatan luka tali
pusat, perawatan mata, hidung, kulit, tindakan aseptic dan antiseptic alat-alat yang
digunakan, isolasi pasien, jumlah pasien dibatasi, rasio perawat pasien ideal, mengatur
14

kunjungan, menghindari perawatan yang yang terlalu lama, mencegah timbulnya asfiksia dan
pemberian antibiotik yang tepat.

Pengaturan Intake
Pengaturan intake adalah menentukan pilihan susu, cara pemberian dan jadwal pemberian
yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR.
ASI (Air Susu Ibu) merupakan pilihan pertama jika bayi mampu mengisap. ASI juga
dapat dikeluarkan dan diberikan pada bayi yang tidak cukup mengisap. Jika ASI tidak ada
atau tidak mencukupi khususnya pada bayi BBLR dapat digunakan susu Formula yang
komposisinya mirip ASI atau susu formula khusu bayi BBLR.
Cara pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti tindakan pencegahan khusus untuk
mencegah terjadinya regurgitasi dan masuknya udara dalam usus. Pada bayi dalam incubator
dengan kontak yang minimal, tempat tidur atau kasur incubator harus diangkat dan bayi
dibalik pada sisi kanannya. Sedangkan pada bayi lebih besar dapat diberi makan dalam
posisi dipangku. Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang giat dan mengisap dan sianosis
ketika minum melalui botol atau menetek pada ibunya, makanan diberikam melalui NGT.
Jadwal pemberian makanan disesuaikan dengan kebutuhan dan berat badan bayi BBLR.
Pemberian makanan interval tiap jam dilakukan pada bayi dengan Berat Badan

lebih

rendah.
Pernapasan
Jalan napas merupakan jalan udara melalui hidung, pharing, trachea, bronchiolus,
bronchiolus respiratorius, dan duktus alveoleris ke alveoli. Terhambatnya jalan napas akan
menimbulkan asfiksia, hipoksia dan akhirnya kematian. Selain itu bayi BBLR tidak dapat
beradaptasi dengan asfiksia yang terjadi selama proses kelahiran sehingga dapat lahir dengan
asfiksia perinatal. Bayi BBLR berisiko mengalami serangan apneu dan defisiensi surfakatan,
sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya diperoleh dari
plasenta. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan napas segera setelah lahir
(aspirasi lendir), dibaringkan pada posisi miring, merangsang pernapasan dengan menepuk
atau menjentik tumit. Bila tindakan ini gagal, dilakukan ventilasi, intubasi endotrakheal,
15

pijatan jantung dan pemberian oksigen dan selama pemberian intake dicegah terjadinya
aspirasi. Dengan tindakan ini dapat dicegah sekaligus mengatasi asfiksia sehingga
memperkecil kematian bayi BBLR.

7. KOMPLIKASI
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi BBLR antara lain:
1. Hipotermia
2. Hipoglikemia
3. Gangguan cairan dan elektrolit
4. Hiperbilirubinemia
5. Syndrome kebocoran udara
6. Enterokolitis nekrotikan
7. Infeksi
8. Apnea of prematurity
9. Anemia
Komplikasi jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi dengan BBLR antara lain:
1. Gangguan perkembangan
2. Gangguan pendengaran
3. Penyakit paru kronis
4. Gangguan pertumbuhan
5. Gangguan penglihatan (retinopati)

16

6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit


7. Kenaikan frekwensi kelainan bawaan.

8. DISCHARD PLANING
Ada metode lain yang bisa diterapkan jika seorang Ibu ingin merawat bayi BBLR di
rumah. Yaitu dengan metode kangguru. Metode kanguru atau perawatan bayi lekat ditemukan
sejak tahun 1983 mampu memenuhi kebutuhan asasi bayi berat lahir rendah dengan
menyediakan situasi dan kondisi yang mirip dengan rahim ibu, sehinggga memberi peluang
untuk dapat beradaptasi baik dengan dunia luar.
Ada banyak manfaat yang bisa anda dapatkan dengan menerapkan metode kangguru ini,
antara lain :

Meningkatkan hubungan emosi ibu/ anak

Menstabilkan suhu tubuh, denyut jantung , dan pernafasan bayi

Meningkatkan pertumbuhan dan berat badan bayi dengan lebih baik

Mengurangi stres pada ibu dan bayi

Mengurangi lama menangis pada bayi

Memperbaiki keadaan emosi ibu dan bayi

Meningkatkan produksi asi

17

Gambar Cara Perawatan Bayi BBLR dengan metode kanguru


Metode untuk perawatan pada bayi BBLR dapat juga diterapkan di rumah, dengan cara :
1. Beri bayi pakaian, topi , popok dan kaus kaki yang telah dihangatkan lebih dahulu
2. Letakkan bayi di dada ibu, dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu dan pastikan kepala
bayi sudah terfiksasi pada dada ibu. Posisikan bayi dengan siku dan tungkai tertekuk,
kepala dan dada bayi terletak di dada ibu dengan kepala agak sedikit mendongak.
3. Dapat pula memakai baju dengan ukuran lebih besar dari badan ibu , dan bayi diletakkan
di antara payudara ibu, baju ditangkupkan, kemudian ibu memakai selendang yang
dililitkan di perut ibu agar bayi tidak terjatuh.
4. Bila baju ibu tidak dapat menyokong bayi, dapat digunakan handuk atau kain lebar yang
elastik atau kantong yang dibuat sedemikian untuk menjaga tubuh bayi.
5. Ibu dapat beraktivitas dengan bebas, dapat bebas bergerak walau berdiri, duduk, jalan,
makan dan mengobrol. Pada waktu tidur, posisi ibu setengah duduk atau dengan jalan
meletakkan beberapa bantal di belakang punggung ibu.
6. Bila ibu perlu istirahat, dapat digantikan oleh ayah atau orang lain.
7. Dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan persiapan ibu, bayi, posisi bayi, pemantauan
bayi, cara pamberian ASI, dan kebersihan ibu dan bayi.
Yang pasti, seorang ibu jangan sampai stress dan merasa kecil hati. Karena hal ini akan
berpengaruh pula terhadap bayi. Diperlukan dukungan dari keluarga dan tentunya suami untuk
terlaksananya program ini dengan baik.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


18

1. Pengkajian
Biodata, meliputi: Nama kedua orang tua klien, nama klien,
umur dan jenis kelamin.
Riwayat kelahiran lalu, meliputi: Berat badan lahir, adanya komplikasi atau tidak, jenis
persalinan dan tempat lahir.
Status gravida ibu, meliputi: G, P, A (Gravida, Partus,
Abortus), umur kehamilan, presentasi bayi, pemeriksaan antenatal, HPHT dan taksiran
partus.
Riwayat persalinan, meliputi: BB/ TB ibu, keadan umum ibu, jenis persalinan, indikasi
persalinan, komplikasi persalinan, TTV ibu pada saat melahirkan.
Keadaan bayi saat lahir, meliputi: lahir tanggal berapa, jenis kelamin, kelahiran tunggal
atau ganda
Apgar skore
Pemeriksaan fisik, yaitu :
a.

Aktifitas istrahat

Status sadar, bayi tampak semi koma saat tidur malam, meringis atau tersenyum adalah
bukti tidur dengan gerakan mata cepat (REM), tidur sehari rata-rata 20 jam.
b.

Sirkulasi

Rata-rata nadi apical 120-160 dpm, dapat berfluktuasi 70-100 dpm (tidur) sampai 180
dpm (menangis), nadi perifer mungkin lemah, nadi brachialis dan radialis lebih mudah
dipalpasi daripada nadi femoralis, mur-mur jantung.
c.

Eliminasi
Abdomen lunak tanpa distensi, bising usus aktif, urine tidak berwarna atau kuning
pucat, dengan 6-10 popok basah/ 24 jam.

d. Makanan/ cairan
Berat badan rata-rata 2500-4000 gram, kurang dari 2500 gram menunjukkan KMK
(premature, syndrome rubella, gamely) lebih dari 4000 gram menunjukkan BMK
(diabetes maternal atau dapat dihubungkan dengan herediter), pada mulut, saliva
banyak.
e. Neourosensori
19

Lingkar kepala 32-37 cm, fontanel anterior dan posterior lunak dan datar, casput
suksadaneum mungkin ada selama 3-4 hari, mata dan kolopak mata mungkin edema,
strabismus dan fenomena mata boneka mungkin ada, lipatan epicantus, adanya refleks
(moro, plantar, palmar, babinski) tidak adanya kegugupan, letargi hipotonia, parese.
f.

Pernapasan

Takipnea sementara dapat terlihat, khususnya setelah kelahiran sesaria dan presentase
bokong, pola pernafasan diafragmatik dan abdominal dengan gerakan sinkron dari dada
dan abdomen, pernafasan dangkal dan cuping hidung, retraksi dinding dada, dan ronchi
pada inpirasi atau ekspirasi dapat menandakan aspirasi
g.

Keamanan

Karena kulit kemerahan atau kebiruan, cepal hemataom tampak sehari setelah kelahiran,
peningkatan ukuran pada usia 2-3 hari kemudiandireabsorbsi perlahan lebih dari 1-6
bulan, pergerakan ekstremitas dan tonus otot baik.
h.

Seksualitas.
Genetalia wanita : labia vagina agak kemerahan atau edema, tanda vagina / hymen dapat
terlihat
Genetalia pria : testis turun, scrotum tertutup dengan rugae, fimosis juga biasa terjadi

i.

Pemeriksaan Diagnostik :
: 18.000 / mm3

Leukosit

Hemoglobin

: 15-20 gram / dl

Hematokrit

: 43 % - 61 %
Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 12 hari dan 12 minggu / dl pada 3-5 hari

Dektrosit

: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama kelahiran rata-rata


0-50 mg/dl, meningkat 60 - s70 mg/dl pada hari ke-3

2. Diagnosa Keperawatan
1. Hipotermi b/d berat badan lahir rendah
2. Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan perfusi ventilasi

20

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d refleks mengisap pada bayi
tidak adekuat
4. Resiko infeksi dengan faktor resiko defisiensi pertahanan tubuh (imunologi)
3. Perencanaan Keperawatan
1. Hipotermi b/d berat badan lahir rendah
NOC:
Tanda-tanda vital: nilai suhu, denyut nadi, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah dalam
rentang normal.
NIC:
1. Kaji suhu tubuh bayi dengan sering, ulangi 15 menit.
R/ : Fluktuasi suhu tubuh pada bayi sering terjadi, dengan mengenali suhu tubuh
(panas atau dingin) maka akan dapat dihindari terjadinya komplikasi hypothermia atau
hyperthermia
2. Tempatkan bayi pada penghangat (incubator).
R/ : Incubator dapat dimanajemenkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
3. Ganti pakaian dan linen tempat tidur bila basah
R/ :Pertahankan lingkungan tetap kering dan mencegah dekubitur
4.

Perhatikan adanya takipone atau apnoe, sianosis umum


R/ : Merangsang SSP untuk meningkatkan gerakan tubuh dan kembalinya pernapasan
spontan.

5.

Pantau pertambahan berat badan berturut-turut bila penambahan tidak akurat, tingkat
suhu lingkungan sesuai dengan indikasi.
R/ : Mengetahui kenaikan BB bayi dan keefektifan pemberian nutrisi baik ASI maupun
PASI dan mengetahui jumlah pemasukan

6. Pantau frekuensi dan masukan makanan


R/ : Untuk mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi yang masuk

21

2. Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan perfusi ventilasi


NOC:
NIC:
1. Tinjau ulang tentang kondisi bayi, lama persalinan, apgar skore, tindakan akan resusitasi
saat kelahiran.
R/ : Persalinan yang lama akan meningkatkan resiko hipoksia, dan depresi pernapasan
dapat terjadi setelah pemberian atau penggunaan obat oleh ibu.
2. Perhatikan usia gestasi, berat badan dan jenis kelamin
R/ : Neonatus lahir sebelum minggu ke-30 atau BB kurang dari 1500 gram berisiko
terhadap terjadinya RDS
3. Kaji status pernapasan, perhatikan tanda-tanda distress pernapasan
R/ : Takipnea menandakan distress pernapasan khususnya pernapasan lebih dari 60 kali
permenit setelah 5 jam pertama kehidupan.
4. Tingkatkan istrahat, minimalkan rangsangan dan penggunaan energi
R/ : Mungkin perlu untuk mempertahankan kepatenan jalan napas, khususnya pada bayi
yang menerima ventilasi terkontrol. Bayi biasanya tidak mengembangkan refleks
terkoordinasi, untuk mengisap, menelan dan bernapas sampai gestasi minggu ke-32 sampai
ke-34
5. Observasi dan pantau tanda lokasi sianosis
R/ : Sianosis adalah tanda lanjut dari PAO 2 rendah dan tidak sampai ada sedikit lebih dari 3
gram / dl
6. Kolaborasi dalam pemberian oksigen sesuai dengan kebutuhan
R/ : Perbaikan kadar oksigen dan karbon dioksida dapat meningkatkan fungsi pernapasan.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d refleks mengisap pada bayi
tidak adekuat
NOC:
a. NIC: Timbang BB setiap hari
R/: Memberikan informasi akan keadekuatan pemenuhan nutrisi
22

b. Observasi intake dan output


R/: Memberikan informasi akan keadekuatan pemenuhan nutrisi
c. Observasi reflek hisap dan menelan
R/: Mengetahui kemampuan otot pencernanan bayi dalam pemenuhan kebutuhan
nutrisinya
d. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI sedikit tapi sering
R/: Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Dengan pemberian sedikit tapi sering mencegah
bayi mual, munta, serta aspirasi
e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemasangan alat bantu pemberian makanan sementara
(magslang) bila refleks menghisap dan menelan tidak ada
R/: Pemasangan NGT dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bayi akibat ketidakmampuan
otot-otot pencernaan untuk menelan
4. Resiko infeksi dengan faktor resiko defisiensi pertahanan tubuh (imunologi)
NOC:
NIC:
1. Kaji tanda-tanda infeksi, seperti suhu tubuh, menggigil, atau penurunan kesadaran
R/: reaksi tersebut menunjukkan adanya infeksi
2. Isolasi bayi dengan bayi lain
R/: Cara menghindari terjadinya infeksi nosokomial
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi
R/: Menurunkan jumlah bakteri atau mikroorganisme pada tangan, agar tidak
terkontaminasi dengan bayi
4. Cegah kontak dengan orang yang terinfeksi
R/: Mencegah terjadinya penularan infeksi pada bayi, baik melalui pernapasan maupun
dengan kontak langsung
5. Pastikan semua peralatan yang kontak dengan bayi dalam keadaan bersih/ steril
R/: Untuk mencegah terjadi infeksi pada bayi, terutama infeksi nosokomial
23

6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik


R/: Antibiotik digunakan untuk mencegah sistesis bakteri penyebab infeksi

24

Anda mungkin juga menyukai