Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Masalah pada dasarnya adalah penyimpangan atau ketidaksesuaian dari

apa yang semestinya terjadi atau tercapai. Kesalahan dalam melakukan


identifikasi masalah akan menyebabkan kesalahan dalam penyelesaiannya. Ada
sebuah frase menyatakan bahwa, jika kita gagal dalam melakukan identifikasi
masalah, maka sesungguhnya kita akan gagal dalam menyelesaikan masalah
tersebut. Kesalahan identifikasi tersebut bisa disebabkan kita salah dalam
menafsirkan gejala yang merupakan akibat dari masalah yang terjadi. Untuk dapat
menyelesaikan masalah, maka perlu dilakukan proses penyelesaian masalah dari
mulai mengumpulkan informasi yang terkait dengan gejala dan masalah yang
dihadapi, hingga kepada penyelesaian masalah yang mungkin dapat dilakukan.
Proses tersebut sering kali dinamakan sebagai proses penyelesaian masalah
(problem solving).
Penyelesaian masalah sering kali tidak mudah karena berbagai faktor yang
terkait dengan masalah sering kali tidak berpola tunggal, baik yang terkait dengan
faktor penyebab maupun alternatif penyelesaiannya. Tidak berpola tunggal artinya
faktor penyebab dan alternatif penyelesaiannya bisa saja tidak satu. Pertanyaannya
adalah alternatif mana yang akan dipilih. Jawaban atas pertanyaan terakhir
membawa kita kepada sebuah teori dalam penyelesaian masalah yang sering kali
dinamakan sebagai teori pengambilan keputusan. Alternatif yang mana yang akan
kita pilih pada dasarnya mendorong kita untuk mengambil keputusan, karena
keputusan harus diambil agar proses dapat terus berjalan.
setiap organisasi yang sukses harus mampu dan mau membuat keputusan
yang memungkinkan organisasi mencapai sasaran dan mencapai kebutuhan utama
anggota organisasi. Bagaimana pun seluruh aktivitas dan fungsi manajemen pada
pokoknya memiliki esensi pengambilan keputusan. Sebab proses perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan semuanya mengandung konsep
dan perilaku pengambilan keputusan. Dijelaskan oleh Adair dalam Susmaini dan

Rifai, bahwa: the essence of management is decision making. Artinya esensi


yang sesungguhnya dari manajemen adalah pengambilan keputusan. Karena itu
teori pengambilan keputusan perlu dipelajari dan dipahami oleh para manajer
yang ingin berhasil dalam mengelola organisasi.
Keputusan pada dasarnya merupakan proses memilih satu penyelesaian
dari beberapa alternatif yang ada. Keputusan yang akan kita ambil tentunya perlu
didukung berbagai faktor yang akan memberikan keyakinan kepada kita sebagai
pengambil keputusan bahwa keputusan tersebut adalah tepat. Keputusan yang
tepat pada dasarnya adalah keputusan yang bersifat rasional, sesuai dengan nurani,
dan

didukung

oleh

fakta-fakta

yang

akurat,

sehingga

dapat

dipertanggungjawabkan. Kadangkala keputusan dapat tidak bersifat rasional


karena faktor-faktor yang terkait dengan emosi, hubungan antarmanusia, faktor
tradisi, lingkungan, dan lain sebagainya. Sejauh keputusan tersebut dapat
dipertanggungjawabkan, biasanya keputusan tetap akan diambil.
1.2

Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan mengenai

Pengambilan Keputusan dan seluk beluknya.

BAB II
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
2.1

Pengertian Keputusan dan Pengambilan Keputusan

2.1.1

Pengertian Keputusan
Terdapat beberapa pengertian keputusan yang telah disampaikan oleh para

ahli, diantaranya adalah sebagai berikut :


a. Menurut Ralp C. Davis
Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan
tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu
pertanyaan. Keputusan harus menjawab pertanyaan tentang apa yang
dibicarakan dalam hubungannya dengan perencanaan. Keputusan dapat
pula berupa tindakan terhadap pelaksanaan yang sangat menyimpang dari
rencana semula.
b. Menurut Mary Follet
Keputusan adalah suatu hukum atau sebagai hukum situasi. Apabila semua
fakta dari situasi itu dapat diperolehnya dan semua yang terlibat, baik
pengawas maupun pelaksana mau mentaati hukumnya atau ketentuannya,
maka tidak sama dengan mentaati perintah. Wewenang tinggal dijalankan,
tetapi itu merupakan wewengan dari hukum situasi.
c. Menurut James A.F. Stoner
Keputusan adalah pemilihan diantara alternatif-alternatif. Definisi ini
mengandung tiga pengertian, yaitu :
Ada pilihan dasar logika atau pertimbangan
Ada beberapa alternatif yang harus dan dipilih salah satu yang

terbaik
Ada tujuan yang ingin dicapai, dan keputusan itu makin

mendekatkan pada tujuan tersebut.


d. Menurut Prof.Dr.Prajudi Atmosudirjo,SH.
Keputusan adalah suatu pengakhiran dari proses pemikiran tentang suatu
masalah atau problema untuk menjawab pertanyaan apa yang harus
diperbuat guna mengatasi masalah tersebut, dengan menjatuhkan pilihan
pada suatu alternatif. Dari pengertian-pengertian keputusan di atas, dapat
ditarik suatu kesimpulan bahwa: keputusan merupakan suatu pemecahan
3

masalah sebagai suatu hukum situasi yang dilakukan melalui pemilihan


satu alternatif dari beberapa alternatif.
2.1.2

Pengertian Pengambilan Keputusan


Terdapat beberapa pengertian pengambilan keputusan yang telah

disampaikan oleh para ahli, diantaranya adalah sebagai berikut :


a. Menurut George R. Terry
Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan)
tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada.
b. Menurut S.P. Siagian
Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap
hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut
perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
c. Menurut James A.F. Stoner
Pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih
suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah.
d. Menurut Salusu
Pengambilan keputusan adalah suatu proses memilih alternatif cara
bertindak dengan metode yang sesuai dengan situasi.
e. Menurut Jannis & Mann
Pengambilan keputusan merupakan pemecahan masalah dan terhindar dari
faktor situasional.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan
adalah suatu proses dimana individu harus memilih berbagai alternatif yang ada
dengan tujuan menyelesaikan permasalahannya.

2.2 Jenis Pengambilan keputusan (Desicion making)


2.2.1

Pengambilan keputusan terprogram


Jenis pengambilan keputusan ini.mengandung suatu respons otomatik

terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Masalah


yang bersifat pengulangan dan rutin dapat diselesaikan dengan pengambilan
keputusan jenis ini.

Tantangan yang besar bagi seorang analis adalah mengetahui jenis-jenis


keputusan ini dan memberikan atau menyediakan metode-metode untuk
melaksanakan pengambilan keputusan yang terprogram di mana saja. Agar
pengambilan keputusan harus didefinisikan dan dinyatakan secara jelas. Bila hal
ini dapat dilaksanakan, pekerjaan selanjutnya hanyalah mengembangkan suatu
algoritma untuk membuat keputusan rutin dan otomatik. Dalam kebanyakan
organisasi terdapat kesempatan-kesempatan untuk melaksanakan pengambilan
keputusan terprogram karena banyak keputusan diambil sesuai dengan prosedur
pelaksanaan standar yang sifatnya rutin. Akibat pelaksanaan pengambilan
keputusan yang terprogram ini adalah membebaskan manajemen untuk tugastugas yang lebih penting. Misalkan : keputusan pemesanan barang, keputusan
penagihan piutang, dan lain-lain.
2.2.2

Pengambilan keputusan tidak terprogram


Menunjukkan proses yang berhubungan dengan masalah - masalah yang

tidak jelas. Dengan kata lain, pengambilan keputusan jenis ini meliputi prosesproses pengambilan keputusan untuk menjawab masalah-masalah yang kurang
dapat didefinisikan. Masalah-masalah ini umumnya bersifat kompleks, hanya
sedikit parameter - parameter yang diketahui dan kebanyakan parameter yang
diketahui bersifat probabilistik.
Untuk menjawab masalah ini diperlukan seluruh bakat dan keahlian dari
pengambilan keputusan, ditambah dengan bantuan sistem informasi. Hal ini
dimaksud untuk mendapatkan keputusan tidak terprogram dengan baik. Perluasan
fasilitas fasilitas pabrik, pengembangan produk baru, pengolahan dan pengiklanan
kebijaksanaan-kebijaksanaan, manajemen kepegawaian, dan perpaduan semuanya
adalah contoh masalah-masalah yang memerlukan keputusan-keputusan yang
tidak terprogram.
Sangat banyak waktu yang dikorbankan oleh pegawai-pegawai tinggi
pemerintahan, pemimpin-pemimpin perusahaan, administrator sekolah dan
manajer organisasi lainnya dalam menjawab masalah dan mengatasi konflik.
Ukuran keberhasilan mereka dapat dihubungkan secara langsung. Misalkan :

Pengalaman manajer merupakan hal yang sangat penting didalam pengambilan


keputusan tidak terprogram. Keputusan untuk bergabung dengan perusahaan lain
adalah keputusan tidak terstruktur yang jarang terjadi.
2.2.3

Pengambilan Keputusan Individu


Robin (1991) mengemukakan model-model pengambilan keputusan

individual, dengan pendekatan contongency (model pengambilan keputusan yang


dipilih dan diguanakan sesuai dengan situasi tertentu), antara lain sebagai berikut:

The Satisficing Model


Pada saat dihadapkan pada masalah kompleks, pengambil keputusan
berusaha menyederhanakan masalah-masalah pelik sampai pada tingkat
dimana dia siap untuk memahaminya. Dalam model ini pembatasan proses
pemikiran diarahkan pada pengambilan keputusan dengan bounded
rationality (rasionalitas terbatas), yaitu proses penyederhanaan model
dengan mengambil inti masalah yang paling esensial tanpa melibatkan
seluruh permasalahan yang konkrit.
Rasionalitas terbatas adalah batas-batas pemikiran yang memaksa orang
membatasi pandangan mereka atas masalah dan situasi. Pemikiran itu
terbatas, karena pikiran manusia tidak memiliki kemampuan untuk
memisahkan dan mengolah informasi yang bertumpuk. Bagi para
pengambil keputusan, daripada mempertimbangkan enam atau delapan
alternatif, lebih baik cukup bekerja dengan dua atau tiga alternatif untuk
mencegah kekacauan. Pada dasarnya, manusia sudah berpikir logis dan

rasional, tetapi dalam batas-batas yang sempit.


The Optimizing Decision Making Model
Dalam model ini,decesion maker yang penuh keyakinan berusaha
menyusun alternatif-alternatif, memperhitungkan untung rugi dari setiap
alternatif itu terhadap tujuan organisasi. Setelah itu, diperkirakan
kemungkinan timbulnya bermacam-macam kerjadian di kemudian hari,
mempertimbangkan dampak dari kejadian-kejadian itu terhadap alternatifalternatif yang telah dirumuskan, dan menyusun urut-urutannya secara
sistematis sesuai prioritas. Barulah dibuat keputusan yang dianggap sudah

optimal karena telah memperhitungkan semua faktor yang berkaitan

dengan keputusan tersebut.


The Implicit Favorite Model
Model ini dirancang dalam kaitan dengan keputusan kompleks dan tidak
rutin. Model ini menyangkut proses penyederhanaan masalah yang
kompleks oleh individu pembuat keputusan. Bedanya dengan satisficing
model, bahwa model ini tidak memasuki tahap pengambilan keputusan
melalui pengevaluasian alternatif yang cukup sulit karena perlu rasional

dan obyektif.
The Intuitive Model
The intuitive decesion making didefinisikan sebagai suatu proses bawah
sadar/tidak sadar yang timbul atau tercipta akibat pengalaman yang
terseleksi. Model ini tidak berarti sama sekali dilaksanakan tanpa analisis
rasional. Irasional dan rasional saling melengkapi dalam proses keputusan.
Terdapat dua pendekatan dalam menggunakan model ini, yaitu :
a. A front end approach
Pengambil keputusan mencoba untuk menghindari menganalisis
masalah secara sistematis. Di sini intuisi diberi kekuasaan penuh untuk
mengembangkan suatu gagasan yang mencoba untuk memunculkan
kemungkinan-kemungkinan yang luar biasa. Jadi keputusan tidak
dibangun dari data yang lalu.
b. A back end approach
Pengambilan keputusan menggunakan intuisi dengan bersandar pad
analisis, rasional, untuk mengidentifikan dan mengalikasi bobot nilai
kriteria. Seperti halnya untuk mengambang dan mengevalusi berbagai
alterantif. Pada saat tahap ini sudah dilaksanakan, si pengambil
keputusan beristirahat satu atau dua hari dari kegiatan keputusan ini,
sebelum menentukan pilihan keputusan akhir (final)

2.2.4

Pengambilan Keputusan Kelompok


Menurut Bodily (1985) model pengambilan keputusan kelompok dimulai

dari bentuk metode yang sederhana berlanjut ke bentuk lebih canggih, yang
paling

baik dilaksanakan adalah dengan bantuan komputer. Bodily ingin

menggambarkan bahwa apapun metodenya, pada dasarnya harus dapat

memasukkan preferensi individu dan selanjutnya dapat mengakomodasikan


berbagai kepentingan kelompok. Beberapa metode pengambilan keputusan
kelompok yang dikemukakan oleh Bodily, anatara lain sebagai berikut :
a. Pareto Optimality
Perangkat optimal pareto memilih satu alternatif yang tidak didominasi
oleh alternatif lainnya. Kekurangan dari Pareto adalah adanya peringkat
alternatif-alternatif yang lengkap yang belum diidentifikasi sehingga setiap
individu memperoleh keuntungan dengan beralih dari alternatif non-Pareto
ke alternatif optimal pareto, karena pilihan kelompok dimulai jika
perangkat pareto telah diidentifikasi. Pendekatan yang lebih baik adalah
terlebih dahulu mengidentifikasi alternatif optimal pareto. Jika ada
beberapa alternatif pareto, dibutuhkan metode lain untuk memilih satu
alternatif.
b. The Nash Bargaining Solution
Salah satu cara memandang masalah keputusan kelompok adalah tawar
menawar (bargaining). Nash merumuskan masalah tawar menawar ini
sampai kepada solusinya. Hasilnya adalah para pelaku harus meningkatkan
produk yang bermanfaat bagi mereka masing-masing ( product individual
utilities). Peranan solusi Nash tersebut adalah menghitung sejauh mana
keuntungan relatif dari suatu tawar menawar dengan nilai dasar yang akan
berlaku, bila tidak ada kesepakatan.
Pendekatan Nash didasarkan pada pengertian bersaing dari pembuat
keputusan kelompok dan solusi equilibrium terhadap masalah tawar
menawar.

Dampak

ancaman

dari

masing-masing

pelaku

ikut

dipertimbangkan. Masing-masing individu mencari kebaikan untuk


kepentingan diri sendiri dan atau kelompoknya.
2.3

Tahapan Pengambilan Keputusan


Menurut Russel-Jones (2000), ada tujuh (7) tahapan dalam suatu

pengambilan keputusan, sebelum akhirnya individu melakukan tindakan.


Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Membuat batasan tentang keputusan apa yang harus diambil

Individu cenderung membuat keputusan yang salah karena sebelumnya


tidak menganalisa penyebab diambilnya keputusan tersebut. Seringkali
kita lebih memfokuskan pada simptom-simptom yang terlihat di depan
mata.
2. Memahami konteks situasi dimana keputusan akan dibuat
Konteks situasi dari keputusan yang akan diambil akan sangat
mempengaruhiproses pengambilan keputusan. Kita tidak mungkin
mengabaikan kondisi sekitar kita saat mengambil suatu keputusan.
Pertanyaan yang mungkin akanmuncul adalah siapa-siapa saja yang
berperan dalam proses pengambilan keputusan ini? Kepada siapa saja
dampak keputusan ini akan berpengaruh?
3. Mengidentifikasi setiap pilihan yang ada
Kesulitan yang umum terjadi dalam suatu proses pengambilan keputusan
adalah kurangnya pilihan yang memungkinkan untuk diambil, khususnya
ketika tidak satupun diantara pilihan tersebut yang kelihatannya sesuai
dengan tujuan pengambilan keputusan. Untuk mengatasi hal ini, dapat
dilakukan dengan brainstorming bersama orang lain atau berkonsultasi
dengan profesional. Pertanyaan yang sering muncul adalah Pilihanpilihan apa saja yang kumiliki Apakah langkah ini merupakan jalan
keluar bagiku?
4. Mengevaluasi konskuensi dari masing-masing pilihan.
Setiap keputusan yang diambil akan menghasilkan suatu konskuensi, dan
tidak akan ada artinya keputusan tersebut diambil jika individu tidak
berkomitmen terhadap konskuensinya. Atas dasar hal tersebut, harus
dianalisa konskuensi yang paling sesuai dengan kebutuhan individu
sehingga ia mampu menjalaninya. Pertanyaan yang sering muncul adalah
pilihan mana yang konskuensinya paling masuk akal dan sesuai dengan
kebutuhanku ? Sejauh mana penyesalan yang akan teradi jika aku
mengambil tindakan dan tidak mengambil tindakan?
5. Menentukan prioritas dan memiliki satu diantaranya
Setelah setiap konskuensi pilihan selesai dianalisa, kita harus memilih
salah satu diantara serangkaian pilihan tersebut. Seringkali karena
kesulitan dalam memilih dan tidak berani menghadapi konskuensi dari
pilihan, individu memilih menghindar dengan tidak melakukan apapun.
9

Pada dasarnya tidak melakukan apapun tetaplah sebuah keputusan. Untuk


mengatasi kesulitan ini, individu dapat menekankan pada dirinya bahwa
proses pengambilan keputusan bukanlah memilih antara benar dan salah,
akan tetapi memilih antara yang benar dan benar, tergantung pada persepsi
pribadi.
6. Menelaah ulang keputusan yang dipilih
Pada satu titik setelah keputusan diambil, individu tetap harus menelaah
ulang keputusan yang telah diambilnya. Frekuensi dan kedalamannya
tergantung dari seberapa besar keputusan tersebut mempngaruhi
kebutuhannya.
7. Mengambil tindakan terhadap keputusan yang dipilih
Setelah keputusan diambil, sebuah tindakan harus dilakukan sebagai
bentuk impelementasinya. Tidak akan ada artinya proses pengambilan
keputusan yang sudah dilalui apabila individu tidak membuat suatu
tindakan apapun.
Jannis & Mann (1997) memperkenalkan 5 (lima) tahapan dalam proses
pengambilan keputusan, yaitu:
1. Menilai Masalah
Tahap ini meliputi penilaian terhadap masalah. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara mencari informasi atau kejadian yang dapat memberikan
pengaruh positif atau negatif bagi tindakan yang akan diambil. Selain itu
harus ditentukan tujuan yang ingin dicapai dalam mengambil keputusan.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penilaian masalah pada
tahap ini: sumber masalah, kejelasan masalah serta kepribadian dan mood
individu ketika menilai masalah tersebut. Pertanyaan yang sering muncul
adalah Adakah risiko serius yang akan muncul jika saya tidak melakukan
perubahan?
2. Mencari alternatif-alternatif yang ada
Setelah individu yakin terhadap setiap informasi yang berkaitan dengan
masalahnya, ia dapat memusatkan perhatian pada berbagai alternatif
pilihan yang ada. Hal ini juga dapat dilakukan dengan cara mencari
masukan dan informasi dari orang lain yang memiliki pengetahuan yang

10

berhubungan dengan masalahnya. Hal yang paling penting pada tahap ini
adalah sikap terbuka dan fleksibilitas sehingga individu tidak akan
kekurangan alternatif yang memungkinkan dipilih. Pertanyaan yang paling
sering muncul adalah Apakah saya telah melihat dan mempertimbangkan
seluruh alternatif yang ada?
3. Mempertimbangkan setiap alternatif
Pada tahap ini, individu mulai mengevaluasi setiap pilihan yang ada
berdasarkan konskuensinya dan kemungkinan untuk dapat dlakukan atau
tidak. Dasar pertimbangkan biasanya adalah adanya manfaat atau
pengorbanan di masa yang akan datang. Ketika ia menyadari adanya
kemungkinan penyesalan di masa yang akan datang, maka ia akan semakin
berhati-hati dalam menimbang setiap alternatif yang tersedia. Pada tahap
ini biasanya akan muncul ketidakpuasan atas tindakan yang mungkin
sudah dilakukan, berusaha menghindar untuk melakukan tindakan karena
tidak ingin berkomitmen terhadap konskuensi yang akan diambil dan
responsif terhadap berbagai informasi baru yang memungkin pilihan
keputusan akan berubah. Pertanyaan akhir yang biasa muncul adalah
Alternatif apa yang terbaik bagi saya?
4. Membuat Komitmen
Tahap ini adalah tahap yang penuh dengan ketegangan. Individu
dihadapkan pada berbagai pilihan yang sudah dianalisa dan ditelaah dan
diharuskan membuat suatu keputusan tentang pilihan mana yang akan
diambil. Hal ini hanya dapat diakhiri dengan membuat keputusan dan
berkomitmen

terhadap

keputusan

tersebut.

Seringkali

individu

memberitahu keputusannya pada orang lain, terutama orang-orang yang


berada dalam jaringan sosialnya. Dengan demikian tahap ini sangat
dipengaruhi oleh orang-orang atau kelompok yang dianggap penting bagi
si pengambil keputusan. Pertanyaan yang paling sering muncul adalah
Kapan

saya

dapat

mengimplementasikan

alternatif

terbaik

dan

membiarkan orang lain tahu keputusan saya?


5. Konskuen terhadap komitmen meskipun memperoleh umpan balik yang
negatif .

11

Setiap keputusan yang diambil seseorang tentu saja memiliki risiko


negatif. Akan tetapi yang terpenting adalah tidak bereaski berlebihan
terhadap kritik atau kekecewaan yang mungkin akan muncul.
2.4

Jenis-Jenis Gaya Pengambilan Keputusan

2.4.1

Gaya Direktif
Pembuat keputusan gaya direktif mempunyai toleransi rendah pada
ambiguitas, dan berorientasi pada tugas dan masalah teknis. Pembuat
keputusan ini cenderung lebih efisien, logis, pragmatis dan sistematis
dalam memecahkan masalah. Pembuat keputusan direktif juga berfokus
pada fakta dan menyelesaikan segala sesuatu dengan cepat. Mereka
berorientasi pada tindakan, cenderung mempunyai fokus jangka pendek,
suka menggunakan kekuasaan, ingin mengontrol, dan menampilkan gaya
kepemimpinan otokratis.

2.4.2

Gaya Analitik
Pembuat keputusan gaya analitik mempunyai toleransi yang tinggi untuk
ambiguitas dan tugas yang

kuat serta orientasi teknis. Jenis ini suka

menganalisis situasi; pada kenyataannya, mereka cenderung terlalu


menganalisis sesuatu. Mereka mengevaluasi lebih banyak informasi dan
alternatif daripada pembuat keputusan direktif. Mereka juga memerlukan
waktu lama untuk mengambil keputusan mereka merespons situasi baru
atau tidak menentu dengan baik. Mereka juga cenderung mempunyai gaya
kepemimpinan otokratis.
2.4.3

Gaya Konseptual
Pembuat keputusan gaya konseptual mempunyai toleransi tinggi untuk
ambiguitas, orang yang kuat dan peduli pada lingkungan sosial. Mereka
berpandangan

luas

dalam

memecahkan

masalah

dan

suka

mempertimbangkan banyak pilihan dan kemungkinan masa mendatang.


Pembuat keputusan ini membahas sesuatu dengan orang sebanyak
mungkin

untuk

mendapat

sejumlah

informasi

dan

kemudian

mengandalkan intuisi dalam mengambil keputusan. Pembuat keputusan

12

konseptual juga berani mengambil risiko dan cenderung bagus dalam


menemukan solusi yang kreatif atas masalah. Akan tetapi, pada saat
bersamaan, mereka dapat membantu mengembangkan pendekatan
idealistis dan ketidakpastian dalam pengambilan keputusan.
2.4.4

Gaya Perilaku
Pembuat keputusan gaya perilaku ditandai dengan toleransi ambiguitas
yang rendah, orang yang kuat dan peduli lingkungan sosial. Pembuat
keputusan cenderung bekerja dengan baik dengan orang lain dan
menyukai situasi keterbukaan dalam pertukaran pendapat. Mereka
cenderung menerima saran, sportif dan bersahabat, dan menyukai
informasi verbal daripada tulisan. Mereka cenderung menghindari konflik
dan sepenuhnya peduli dengan kebahagiaan orang lain. Akibatnya,
pembuat keputusan mempunyai kesulitan untuk berkata 'tidak' kepada
orang lain, dan mereka tidak membuat keputusan yang tegas, terutama saat
hasil keputusan akan membuat orang sedih.

2.5

Proses yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan

2.5.1

Adanya Pengaruh Tekanan Dari Luar


Adanya pengaruh tekanan dari luar merupakan suatu proses yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan, dikarenakan proses cepat atau
lambatnya pembuat keputusan tergantung dari banyaknya tekanan
diterima. Kadang pembuat keputusan ragu-ragu dalam menentukan,
namun adanya pengaruh tekanan dari luar dapat mempercepat keputusan
yang diambil. Hal ini dikarenakan tidak adanya ketegasan dari pemimpin
organisasi dalam penyelesaian masalah.

2.5.2

Adanya Pengaruh Kebiasaan Lama Atau Sifat-Sifat Pribadi


Faktor sifat yang baik maupun tidak baik yang ada dalam diri seorang
pembuat

keputusan,

merupakan

hal

yang

dapat

mempengaruhi

keputusannya tersebut . Dalam hal ini seorang pembuat keputusan akan


terbiasa dengan sifat pribadinya. Hal ini dapat dilihat dari sisi kepribadian
seorang pemimpin, bagaimana dia mengambil sebuah keputusan dalam

13

menghadapi masalah. Tentunya seorang pemimpin organisasi harus


bijaksana dalam bersikap ketika ada masalah dan mengambil keputusan.
2.5.3. Pengaruh Dari Kelompok Lain
Kelompok lain juga dapat mempengaruhi suatu keputusan dikarenakan
kelompok atau organisasi tersebut mempunyai keputusan yang dapat
dipertimbangkan oleh pemimpin organisasi lain dalam menyikapi masalah
dan pengaruh kelompok lain ini juga dapat menjatuhkan organisasi serta
mementingkan kepentingan kelompok tersebut.
2.5.4

Faktor Pengalaman
Faktor pengalaman seorang pembuat keputusan adalah hal yang sangat
penting, karena banyaknya pengalaman orang tersebut maka ia akan berani
dalam menentukan keputusan. Hal ini juga berkaitan terhadap keahlian
yang dimiliki oleh pemimpin atau anggota karena pengalaman yang
pernah dialaminya.

2.6

Dasar-Dasar Dari Pengambilan Keputusan

2.6.1

Intuisi
Pengambilan keputusan yang berdasarkan atas intuisi atau perasaan
memiliki sifat subjektif, sehingga mudah terkena pengaruh. Dalam
pengambilan keputusan berdasarkan intusi ini, meskipun waktu yang
digunakan untuk mengambil keputusan relatif pendek, tetapi keputusan
yang dihasilkan seringkali relatif

kurang baik karena seringkali

mengabaikan dasar-dasar pertimbangan lainnya.


2.6.2

Pengalaman
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi
pengetahuan praktis. Karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan
keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan untung ruginya, baik buruknya
keputusan yang akan diambil.

2.6.3

Fakta

14

Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan


yang sehat, solid, dan baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan
terhadap pengambilan keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat
menerima keputusan-keputusan dengan lapang dada.
2.6.4

Wewenang
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh
pimpinan

terhadap

bawahannya

atau

orang

yang

lebih

tinggi

kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya. Hasil


keputusannya dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama dan
memiliki otentisitas (otentik), tetapi dapat menimbulkan sifat rutinitas,
mengasosiasikan dengan praktek diktatorial dan sering melewati
permasalahan yang seharusnya dipecahkan sehingga dapat menimbulkan
kekaburan.
2.6.5

Rasional
Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasional, keputusan yang
dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan, konsisten untuk
memaksimalkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga
dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang
diinginkan. Pengambilan keputusan secara rasional ini berlaku sepenuhnya
dalam keadaan yang ideal.

2.7

Pertimbangan dalam Pengambilan Keputusan

2.7.1

Pertimbangan-pertimbangan utilitarian.
Pertimbangan yang berhubungan dengan manfaat dari suatu keputusan.
Pertimbangan utilitarian terdiri dari:

a. Pertimbangan keuntungan dan kerugian bagi diri sendiri, di dalamnya


mencakup antisipasi pengaruh keputusan terhadap kesejahteraan pribadi
pengambil keputusan.
b. Pertimbangan keuntungan dan kerugian bagi orang lain, termasuk hal-hal
yang diantisipasi akan berpengaruh terhadap orang lain.
2.7.2

Pertimbangan-pertimbangan non utilitarian.

15

Pertimbangan lain yang tidak termasuk dari manfaat atau kegunaan suatu
keputusan. Pertimbangan non utilitarian ini terdiri dari :
a. Penerimaan dan penolakan dari diri sendiri termasuk di dalamnya emosi,
perasaan dan harga diri seseorang.
b. Penerimaan dan penolakan dari orang lain termasuk di dalamnya kritik dan
penghargaan yang akan diberikan orang lain
2.8

Faktor-Faktor Yang Akan Mempengaruhi Proses Pengambilan


Keputusan.

2.8.1

Lingkungan Luar (External Circumtances)


Pada pengambilan keputusan yang bersifat pribadi, proses pengambilan
keputusan tidak hanya menuntut kinerja aspek kognitif semata, namun
berkaitan juga dengan lingkungan (Kemdal & Montgomery dalam
Svenson et al, 1997). Hal ini senada dengan yang dikemukakan Harris
(1998) bahwa suatu keputusan berkaitan erat dengan konteks saat
keputusan tersebut dibuat.

2.8.2

Pentingnya keputusan yang dibuat


Beberapa keputusan bisa saja keputusan yang dianggap kurang penting
yang hanya membutuhkan sedikit pemikiran, sebaliknya ada keputusankeputusan yang dianggap penting yang membutuhkan pemikiran aktif
untuk mencapai hasil yang memuaskan. Suatu keputusan dianggap penting
karena berbagai alasan, diantaranya materi yang harus dikeluarkan dan
koskuensi dari keputusan tersebut. Selain itu, suatu keputusan juga akan
dianggap penting jika berkaitan dengan opini tertentu atau nilai-nilai
emosional dari pengambil keputusan. Penting atau tidaknya suatu
keputusan akan berpengaruh terhadap involvement si pengambil
keputusan, sehingga berkaitan dengan motivasi seseorang yang nantinya
akan mempengaruhi usaha kognitif serta strategi yang digunakan untuk
memecahkan masalah tersebut (Svenson & Verplaken dalam Svenson et
al, 1997).

2.8.3

Tekanan (stres)

16

Tekanan-tekanan berupa keterbatasan waktu, tanggung jawab yang


berlebihan, kekurangan atau kelebihan informasi serta adanya ancaman
sosial atau ancaman fisik dapat menimbulkan stres dan mempengaruhi
kualitas keputusan yang dibuat (Harris, 1998).
2.8.4

Preferensi dan Nilai-nilai


Suatu keputusan sangat ditentukan oleh preferensi dan nilai-nilai yang
dipegang

oleh

pengambil

keputusan.

Kedua

hal

tersebut

akan

mengarahkan pengambil keputusan untuk menentukan alternatif tindakan


yang dipilih (Harris, 1998).
2.8.5

Waktu
Waktu dan sumber daya yang dimiliki oleh si pengambil keputusan akan
mempengaruhi proses pengumpulan informasi dan penelusuran alternatif
alternatif (Harris, 1998).
Dalam suatu pengambilan keputusan, karakterisitik pengambil keputusan

juga akan mempengaruhi hasil keputusan yang dibuat. Selanjutnya Russel-Jones


(2000) menjelaskan bahwa suatu pengambilan keputusan merupakan proses yang
melibatkan kemampuan kognitif yang akan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, sikap dan nilai-nilai yang dimiliki. Pengambilan keputusan
akan membutuhkan kemampuan

analisis penyelesaian masalah dan penilaian

masalah.
2.9

Kategori Pengambilan Keputusan

2.9.1

Keputusan Representasi
Merupakan keputusan yang dihadapi dengan informasi yang cukup
banyak, dan mengetahui dengan tepat bagaimana memanipulasi informasi
tersebut.

2.9.2

Keputusan Empiris
Merupakan keputusan yang kurang memiliki informasi namun mengetahui
bagaimana memperoleh informasi dan pada saat informasi itu diperoleh.

2.9.3

Keputusan Informasi

17

Merupakan keputusan yang kaya akan informasi, tetapi diliputi dengan


kontroversi tentang bagaimana memperoleh informasi itu, dan selanjutnya
akan menghasilkan keputusan informasi.
2.9.4

Keputusan Eksplorasi
Merupakan keputusan yang kurang akan informasi dan tidak ada kata
sepakat yang dianut untuk memulai mencari informasi serta tidak tahu dari
mana usaha pengambilan keputusan akan dimulai.

2.10

Model Pengambilan Keputusan


Model Pengambilan Keputusan dibagi menjadi:

Model Pengambilan Keputusan dalam Keadaan Kepastian (Certainty).


Menggambarkan bahwa setiap rangkaian keputusan (kegiatan) hanya
mempunyai satu hasil (pay off tunggal). Model ini disebut juga Model

Kepastian/ Deterministik.
Model Pengambilan Keputusan

dalam

kondisi

Berisiko

(Risk).

Menggambarkan bahwa setiap rangkaian keputusan (kegiatan) mempunyai


sejumlah kemungkinan hasil dan masing-masing kemungkinan hasil
probabilitasnya dapat diperhitungakan atau dapat diketahui. Model

Keputusan dengan Risiko ini disebut juga Model Stokastik.


Model Pengambilan Keputusan dengan Ketidakpastian (Uncertainty).
Menggambarkan bahwa setiap rangkaian keputusan (kegiatan) mempunyai
sejumlah kemungkinan hasil dan masing-masing kemungkinan hasil
probabilitasnya tidak dapat diketahui/ditentukan. Model Keputusan
dengan kondisi seperti ini adalah situasi yang paling sulit untuk
pengambilan keputusan. (Kondisi yang penuh ketidakpastian ini relevan
dengan apa yang dipelajari dalam Game Theory)

2.11

Kriteria Pengambilan Keputusan


Menurut konsepsi Anderson, nilai-nilai yang kemungkinan menjadi

pedoman perilaku para pembuat keputusan dapat dikelompokkan menjadi 4


(empat) kategori, yaitu:
2.11.1 Nilai-nilai Politik
18

Pembuat keputusan mungkin melakukan penilaian atas altematif


kebijaksanaan yang dipilihnya dari sudut pentingnya altematif-altematil itu bagi
partai politiknya atau bagi kelompok-kelompok klien dari badan atau organisasi
yang dipimpinnya. Keputusan-keputusan yang lahir dari tangan para pembuat
keputusan seperti ini bukan mustahil dibuat demi keuntungan politik dan
kebijaksanaan dengan demikian akan dilihat sebagai instrumen untuk memperluas
pengaruh-pengaruh politik atau untuk mencapai tujuan dan kepentingan dari
partai politik atau tujuan dari kelompok kepentingan yang bersangkutan.
2.11.2 Nilai-nilai organisasi
Para pembuat kepurusan, khususnya birokrat (sipil atau militer), mungkin
dalam mengambil keputusan dipengaruhi oleh nilai-nilai organisasi di mana ia
terlibat di dalamnya Organisasi, semisal badan-badan administrasi, menggunakan
berbagai bentuk ganjaran dan sanksi dalam usahanya untuk memaksa para
anggotanya menerima, dan bertindak sejalan dengan nilai-nilai yang telah
digariskan oleh organisasi. Sepanjang nilai-nilai semacam itu ada, orang-orang
yang bertindak selaku pengambil keputusan dalam organisasi itu kemungkinan
akan dipedomani oleh pertimbangan-pertimbangan semacam itu sebagai
perwujudan dari hasrat untuk melihat organisasinya tetap lestari, unuk tetap maju
atau untuk memperlancar program-program dan kegiatan-kegiatannya atau atau
untuk mempertahankan kekuasaan dan hak-hak istimewa yang selama ini
dinikmati.
2.11.3 Nilai-nilai Pribadi
Hasrat untuk melindungi atau memenuhi kesejateraan atau kebutuhan fisik
atau kebutuhan finansial reputasi diri, atau posisi historis kemungkinan juga
digunakan- oleh para pembuat teputusan sebagai kriteria dalam pengambilan
keputusan.
2.12

Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Individu


Dalam pengambilan suatu keputusan individu dipengaruhi oleh tiga faktor

utama yaitu nilai individu, kepribadian, dan kecenderungan dalam pengambilan


resiko.

19

Pertama, nilai individu pengambil keputusan merupakan keyakinan dasar


yang digunakan seseorang jika ia dihadapkan pada permasalahan dan harus
mengambil suatu keputusan. Nilai-nilai ini telah tertanam sejak kecil melalui
suatu proses belajar dari lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam banyak
keadaan individu bahkan tidak berfikir untuk menyusun atau menilai keburukan
dan lebih ditarik oleh kesempatan untuk menang.
Kedua, kepribadian. Keputusan yang diambil seseorang juga dipengaruhi
oleh faktor psikologis seperti kepribadian. Dua variabel utama kepribadian yang
berpengaruh terhadap keputusan yang dibuat, seperti ideologi versus kekuasaan
dan emosional versus obyektivitas. Beberapa pengambil keputusan memiliki suatu
orientasi ideologi tertentu yang berarti keputusan dipengaruhi oleh suatu filosofi
atau suatu perangkat prinsip tertentu. Sementara itu pengambil keputusan atau
orang lain mendasarkan keputusannya pada suatu yang secara politis akan
meningkatkan kekuasaannya secara pribadi.
Ketiga, kecenderungan terhadap pengambilan resiko. Untuk meningkatkan
kecakapan dalam membuat keputusan, perawat harus membedakan situasi
ketidakpastian dari situasi resiko, karena keputusan yang berbeda dibutuhkan
dalam kedua situasi tersebut. Ketidakpastian adalah kurangnya pengetahuan hasil
tindakan, sedangkan resiko adalah kurangnya kendali atas hasil tindakan dan
menganggap bahwa si pengambil keputusan memiliki pengetahuan hasil tindakan
walaupun ia tidak dapat mengendalikannya. Lebih sulit membuat keputusan
dibawah ketidakpastian dibanding dibawah kondisi bahaya. Di bawah
ketidakpastian pengambil keputusan tidak memiliki dasar rasional terhadap
pilihan satu strategi atas strategi lainnya.
2.13

Teknik

Untuk

Merangsang

Kreativitas

Dalam

Pengambilan

Keputusan Kelompok
2.13.1 Brainstorming
Teknik brainstorming dipopulerkan oleh Alex F. Osborn dalam bukunya
Applied Imagination. Istilah brainstorming mungkin istilah yang paling sering
digunakan, tetapi juga merupakan teknik yang paling tidak banyak dipahami.

20

Orang menggunakan istilah brainstroming untuk mengacu pada proses untuk


menghasilkan ide-ide baru atau proses untuk memecahkan masalah.
Teknik brainstorming adalah teknik untuk menghasilkan gagasan yang
mencoba mengatasi segala hambatan dan kritik. Kegiatan ini mendorong
munculnya banyak gagasan, termasuk gagasan yang nyleneh, liar, dan berani
dengan harapan bahwa gagasan tersebut dapat menghasilkan gagasan yang kreatif.
Brainstorming sering digunakan dalam diskusi kelompok untuk memecahkan
masalah bersama. Brainstorming juga dapat digunakan secara individual. Sentral
dari brainstorming adalah konsep menunda keputusan. Ketentuan dasar dari
brainstorming adalah sebagai berikut:

Tunda Keputusan.
Jangan melakukan kritik terhadap setiap gagasan yang muncul. Jangan
pula melakukan evaluasi terhadap gagasan tersebut. Gagasan dipilih

setelah sekian banyak gagasan dilontarkan.


Munculkan sebanyak mungkin gagasan.
Munculkan gagasan sebanyak-banyaknya. Gunakan gagasan yang aneh
dan lucu untuk merangsang gagasan-gagasan lain yang lebih baik.
Orang umumnya sangat hebat dalam menilai dan mengkritik. Mereka

cenderung teralalu cepat menghambil keputusan, tanpa memberi kesempatan


suatu gagasan berkembang. Banyak sekali contohnya. JK Rowling sempat ditolak
oleh banyak penerbit ketika menawarkan kisah Harry Potter-nya yang sangat laris
itu. KFC pernah ditolak berkali-kali sebelum menjadi makanan terkenal seperti
sekarang. Percobaan Edison tentang bola lampu listrik telah diprotes oleh rektor
sebuah universitas terkenal sebagai kesesatan yang disadari.
2.13.2 Teknik Delphi
Teknik Delphi, adalah suatu cara untuk mendapatkan konsensus diantara para
pakar melalui pendekatan intuitif. Langkah-Langkah penerapan Teknik Delphi:

Identifikasi
Peneliti mengidentifikasi isu dan masalah yang berkembang di
lingkungannya (bidangnya), permasalahan yang melatar belakangi, atau
permasalahan yang dihadapi yang harus segera perlu penyelesaian.

21

Identifikasi berdasarkan bidang.


Berdasarkan bidang permasalahan dan isu yang telah teridentifikasi,
peneliti menentukan dan memilih orang-orang yang ahli, manaruh
perhatian, dan tertarik bidang tersebut, yang memungkinkan ketercapaian
tujuan. Jumlah responden paling tidak sesuai dengan sub permasalahan,

tingkat kepakaran (experetise), dan atau kewenangannya.


Desain kuisioner.
Peneliti menyusun butir-butir instrumen berdasarkan variabel yang diamati
atau permasalahan yang akan diselesaikan. Butir instrumen hendaknya
memenuhi validitas isinya (content validity). Pertanyaan dalam bentuk

open-ended question, kecuali jika permasalahan memang sudah spesifik.


Mengirimkan kuisioner.
Peneliti mengirimkan kuesioner pada putaran pertama kepada responden,
selanjutnya meriview instrumen dan menganalisis jawaban instrumen yang
telah dikembalikan. Analisis dilakukan dengan mengelompokkan
jawaban yang serupa. Berdasarkan hasil analisis, peneliti merevisi
instrument.

Langkah-Langkah penerapan Teknik Delphi

Kuesioner hasil review pada putaran pertama dikembangkan dan


diperbaiki, dilanjutkan pada putaran kedua, dan ketiga. Setiap hasil revisi,
kuesioner dikirimkan kembali kepada responden. Jika mengalami
kesulitan dan keraguan dalam merangkum, peneliti dapat meminta
klarifikasi kepada responden. Dalam teknik delphi biasanya digunakan
hingga 3-5 putaran, tergantung dari keluasan dan kekomplekan

permasalahan sampai dengan tercapainya konsensus.


Peneliti mengundang responden untuk melakukan diskusi panel, untuk
klarifikasi atas jawaban yang telah diberikan. Disinilah argumentasi dan
debat bisa terjadi untuk mencapai konsensus dalam memberikan jawaban
tentang rancangan suatu produk atau intrumen penelitian. Dengan face-toface contact, peneliti dapat menanyakan secara rinci mengenai respon

22

yang telah diberikan. Keputusan akhir tentang hasil jajak pendapat

dikatakan baik apabila dicapai minimal 70% konsensus.


Peneliti perlu membuat laporan tentang persiapan, proses, dan hasil yang
dicapai dalam Teknik Delphi. Hasil Teknik Delphi perlu diujicoba di
lapangan dengan responden yang akan memakai model atau produk dalam
jumlah yang jauh lebih besar.

2.13.3 Teknik Kelompok Nominal


Teknik kelompok nominal (selanjutnya dipakai singkatan TKN) adalah
salah satu teknik peran serta dalam pengambilan keputusan yang lebih jarang
dipakai dibanding dengan teknik sumbang saran. Teknik ini dikembangkan oleh
Dellbecq dan Van de Ven pada tahun 1968 (Delbecq, et all., 1975), dimaksudkan
sebagai suatu cara untuk mengumpulkan pandangan dan penilaian perorangan
dalam suasana ketidakpastian dan ketidaksepakatan mengenai inti persoalan suatu
masalah, lalu mencari jalan penyelesaian yang terbaik.
Teknik kelompok nominal adalah proses terstruktur ini mengharuskan
anggota kelompok menulis
melaporkannya

kepada

gagasan/ide secara

kelompok

(Departemen

perseorangan,
dalam

kemudian

Negeri).

Teknik

mengurangi adanya penyesuaian sementara memaksimalkan partisipasi. Bentuk


pembuatan keputusan ini adalah proses mengulangi pernyataan yang meminimisir
penyesuaian (conformity) dan menggerakkan peserta untuk mengambil keputusan
yang dapat mereka dukung.

23

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Pengambilan keputusan dalam tinjauan perilaku, mencerminkan karakter

bagi seorang pemimpin. Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah keputusan
yang diambil baik atau buruk tidak hanya dinilai setelah konsekuensinya terjadi,
melainkan

melalui

berbagai

pertimbangan

dalam

prosesnya.

Kegiatan

pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk kepemimpinan, sehingga


teori keputusan adalah merupakan metodologi untuk menstrukturkan dan
menganalisis situasi yang tidak pasti atau berisiko.
Pengambilan keputusan adalah proses mental di mana seorang manajer
memperoleh dan menggunakan data dengan menanyakan hal lainnya, menggeser
jawaban untuk menemukan informasi yang relevan dan menganalisis data;
manajer

secara

individual

dan

dalam

tim,

mengatur

dan

mengawasi

informasi.Pengambilan keputusan adalah proses memilih di antara alternatifalternatif tindakan untuk mengatasi masalah.
Dengan demikian, fokus pengambilan keputusan adalah pada kemampuan
menganalisis situasi dengan memperoleh informasi seakurat mungking sehingga
permasalahan dapat dituntaskan.

24

Daftar Pustaka
Ernie T. S. dan Kurniawan S., Pengantar Manajemen, Jakarta: Kencana, 2010.
Susmaini dan Muhammad Rifai, Teori Manajemen Menuju Efektivitas
Pengelolaan Organisasi, Bandung: Citapustaka Media, 2007.
Mesiono, Manajemen Organisasi, Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2012.
Sondang P. Siagian, Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan Jakarta: Toko
Gunung Agung, 1987.
Khaerul Umam, Manajemen Organisasi, Bandung: Pustaka Setia, 2012.
Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi,
Jakarta: Rajawali Pers, 201

25

Anda mungkin juga menyukai

  • SMP K2013 IPA IX Sem.1 BS Revisi 2018 (WWW - Bospedia.com)
    SMP K2013 IPA IX Sem.1 BS Revisi 2018 (WWW - Bospedia.com)
    Dokumen296 halaman
    SMP K2013 IPA IX Sem.1 BS Revisi 2018 (WWW - Bospedia.com)
    Mamun Mansyur
    Belum ada peringkat
  • Ilmu Pengetahuan Alam: Smp/Mts Kelas
    Ilmu Pengetahuan Alam: Smp/Mts Kelas
    Dokumen296 halaman
    Ilmu Pengetahuan Alam: Smp/Mts Kelas
    daniel simanjuntak
    Belum ada peringkat
  • KONSUMEN40
    KONSUMEN40
    Dokumen34 halaman
    KONSUMEN40
    Merisa Dwi Rahmi
    Belum ada peringkat
  • Testnn
    Testnn
    Dokumen2 halaman
    Testnn
    Ita Hairunnisa
    Belum ada peringkat
  • Kuis
    Kuis
    Dokumen6 halaman
    Kuis
    Ita Hairunnisa
    Belum ada peringkat
  • Kakakakak PDF
    Kakakakak PDF
    Dokumen62 halaman
    Kakakakak PDF
    Ita Hairunnisa
    Belum ada peringkat
  • 1 PB
    1 PB
    Dokumen10 halaman
    1 PB
    Ita Hairunnisa
    Belum ada peringkat
  • Testnn
    Testnn
    Dokumen2 halaman
    Testnn
    Ita Hairunnisa
    Belum ada peringkat
  • PKPK
    PKPK
    Dokumen13 halaman
    PKPK
    Ita Hairunnisa
    Belum ada peringkat
  • PK 2
    PK 2
    Dokumen4 halaman
    PK 2
    Ita Hairunnisa
    Belum ada peringkat
  • Darmawan
    Darmawan
    Dokumen2 halaman
    Darmawan
    Ita Hairunnisa
    Belum ada peringkat
  • Testnn
    Testnn
    Dokumen2 halaman
    Testnn
    Ita Hairunnisa
    Belum ada peringkat
  • Sistem Kordinasi PK Herman
    Sistem Kordinasi PK Herman
    Dokumen15 halaman
    Sistem Kordinasi PK Herman
    Ita Hairunnisa
    Belum ada peringkat
  • Magnet
    Magnet
    Dokumen7 halaman
    Magnet
    Ita Hairunnisa
    Belum ada peringkat
  • Optik GLB
    Optik GLB
    Dokumen5 halaman
    Optik GLB
    Ita Hairunnisa
    Belum ada peringkat
  • PORIFERA Mhs
    PORIFERA Mhs
    Dokumen19 halaman
    PORIFERA Mhs
    Ita Hairunnisa
    Belum ada peringkat
  • Optik Geometri
    Optik Geometri
    Dokumen9 halaman
    Optik Geometri
    Ita Hairunnisa
    Belum ada peringkat
  • KINEMATIKA
    KINEMATIKA
    Dokumen12 halaman
    KINEMATIKA
    Ita Hairunnisa
    Belum ada peringkat
  • OSMOREGULASI
    OSMOREGULASI
    Dokumen7 halaman
    OSMOREGULASI
    Ita Hairunnisa
    Belum ada peringkat
  • DINAMIKA
    DINAMIKA
    Dokumen25 halaman
    DINAMIKA
    Ita Hairunnisa
    Belum ada peringkat
  • Sistem Koordinasi Bu' Sri
    Sistem Koordinasi Bu' Sri
    Dokumen4 halaman
    Sistem Koordinasi Bu' Sri
    Ita Hairunnisa
    Belum ada peringkat
  • Fluid A
    Fluid A
    Dokumen8 halaman
    Fluid A
    Ita Hairunnisa
    Belum ada peringkat
  • REPRODUKSI
    REPRODUKSI
    Dokumen12 halaman
    REPRODUKSI
    Ita Hairunnisa
    Belum ada peringkat
  • Protozoa Mhs
    Protozoa Mhs
    Dokumen21 halaman
    Protozoa Mhs
    Ita Hairunnisa
    Belum ada peringkat
  • Pertumbuhan &amp Perkembangan
    Pertumbuhan &amp Perkembangan
    Dokumen8 halaman
    Pertumbuhan &amp Perkembangan
    Ita Hairunnisa
    Belum ada peringkat
  • Phyllum Aschelminthes
    Phyllum Aschelminthes
    Dokumen21 halaman
    Phyllum Aschelminthes
    Ita Hairunnisa
    Belum ada peringkat
  • Biologi Perairan (Metabolisme1) - Mata Kuliah - FPIK UNPAD
    Biologi Perairan (Metabolisme1) - Mata Kuliah - FPIK UNPAD
    Dokumen19 halaman
    Biologi Perairan (Metabolisme1) - Mata Kuliah - FPIK UNPAD
    Hengky K. Martin
    Belum ada peringkat
  • Mollusca
    Mollusca
    Dokumen20 halaman
    Mollusca
    Ita Hairunnisa
    Belum ada peringkat
  • Ctenophora
    Ctenophora
    Dokumen6 halaman
    Ctenophora
    Ita Hairunnisa
    Belum ada peringkat