Anda di halaman 1dari 17

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................
I.

PENDAHULUAN.................................................................................

II.

EPIDEMOLOGI...................................................................................

III. ETIOLOGI...........................................................................................

IV. PROSEDUR MENEGAKKAN DIAGNOSIS........................................

A. PEMERIKSAAN FISIK..................................................................

B. PEMERIKSAAN PENUNJANG.....................................................

C. PEMERIKSAAN HISPATOLOGI...................................................

V.

DIAGNOSIS BANDING...................................................................... 10

VI. PENATALAKSANAAN........................................................................ 12
VII. PROGNOSIS KANKER PAYUDARA.................................................. 14
VIII. DIAGNOSIS DAN PENCEGAHAN..................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 17

CARCINOMA MAMMAE

I.

PENDAHULUAN
Kanker payudara merupakan kanker yang sangat menakutkan

kaum wanita disamping kanker mulut rahim. Masalah etiologi yang belum
diketahui; masalah usaha-usaha pencegahan sukar untuk dilaksanakan
serta perjalanan penyakit yang sukar diduga dan apabila sudah dalam
keadaan lanjut penderita akan masuk dalam era penderitaan nyeri dan
disability yang menakutkan menjelang akhir dari suatu kehidupannya
(gambar kanker payudara)1

II.

EPIDEMIOLOGI
Di AS (1983) insiden kanker payudara 92 kasus baru/100.000

penduduk wanita dengan moralitasnya 27/100.000 yaitu 18% dari angka


kematian pada wanita. Di Indonesia insidens kanker payudara ini belum
ada datanya, namun suatu data pathological base registration mencatat
bahwa kanker payudara ini menduduki tempat kedua (5,8%) dari sepuluh
kanker terbanyak setelah kanker mulut rahim di tempat pertarna.
Diperkirakan pula insidens kanker payudara ini di Indonesia semakin
meningkat di masa yang akan datang.
Hal ini diperkirakan disebabkan semakin baiknya edukasi dan
teknologi yang mempunyai dampak luas penemuan penyakit, semakin
tingginya keadaan status sosial ekonomi yang mempunyai dampak
1

terhadap perubahan pola hidup ( Life style).


Distribusi menurut Lokasi Tumor
Berdasarkan penelitian (Haagensen) kanker payudara lebih sering
di kwadran lateral atas, kemudian sentral (subareolar). Payudara sebelah
kiri lebih sering terkena dibandingkan dengan kanan.

III.

ETIOLOGI
Dapat dicatat faktor etiologinya sampai saat ini belum diketahui

pasti, namun dapat dicatat pula bahwa penyebab itu sangat multifaktorial
yang saling mempengaruhi satu sama lain.
Beberapa faktor risiko pada pasien diduga berhubungan dengan
kejadian kanker payudara, yaitu:

Umur > 30 Tahun

Melahirkan anak pertama pada usia > 35 tahun

Tidak kawin dan nulipara, wanita tidak menyusui

Usia menars < 12 tahun

Pernah mengalami infeksi, terutama, atau operasi tumor jinak


payudara

Terapi hormonal lama

Mempunyai kanker ginekologis misalnya tumor ovarium

Pernah mengalami radiasi di daerah dada

Ada riwayat keluarga dengan kanker payudara pada ibu, saudara


perempuan ibu, saudara perempuan ibu, saudara perempuan,
adik/kakak

Kontrasepsi oral pada pasien tumor payudara jinak seperti kelainan


fibrokistik yang ganas

Faktor diet lemak meninggalkan estrogen di kulit subkutis.1,2,3


IV.

PROSEDUR MENEGAKKAN DIAGNOSIS


Untuk sampai kepada diagnosis kanker payudara. diperlukan:

A. Pemeriksaan fisik yang baik


Hal ini meliputi
1. Anamnesis yang lengkap:

Mengenai keluhan-keluhan

Perjalanan penyakit

Keluhan tambahan

Faktor-faktor risiko tinggi

Tanda-tanda umum keganasan yang berhubungan dengan


berat badan dan nafsu makan.

2. Peneriksaan fisik yang sistematis/legeartis dan etis


B. Pemeriksaan Penunjang
C. Pemeriksaan Histopatologi

A. PEMERIKSAAN FISIK
1. Ananmesis
Pasien biasanya datang dengan keluhan benjolan/massa di
payudara, dengan konsistensi keras melekat pada jaringan
sekitarnya, tumbuh dengan cepat, irreguler. Rasa sakit tidak
tergantung daur menstruasi, keluar cairan hemorogik, retraksi dari
putting susu, timbulnya kelainan kulit (dimpling, kemerahan,
ulserasi, peaud'orange), pembesaran kelenjar getah bening, atau
tanda metastasi jauh, nafsu makan menurun, berat badan
menurun. Setiap kelainan pada payudara harus dipikirkan ganas
sebelum dibuktikan tidak.

Anamnesis yang lain :


Pengaruh sikluis metsruasi terhadap keluhan tumor dan
perubahan ukuran tumor; kawin atau tidak; jumlah anak, disusui
atau tidak; riwayat penyakit kanker dalam keluarga; obat-obatan
yang pernah dipakai terutama yang bersifat hormonal; apakah
pernah operasi payudara dan obstetri-ginekologi.
Dengan mengetahui adanya faktor risiko pada seseorang
diharapkan agar ia lebih waspada kelainan-kelainan yang ada pada
payudara, baik dengan rutin melakukan SADARI maupun secara
periodik memeriksakan kelainan payudara atau tanpa kelainan
kepada dokternya. Dan bagi dokter perlu melakukan pemeriksaan
fisik yang baik dan legeartis dan melakukan pemeriksaan
mamografi pada penderita dengan high risk faktor tersebut. 1,2,3
2. Pemeriksaan Fisik
Karena organ payudara dipengaruhi oleh faktor hormonal
antara lain estrogen dan progesteron maka sebaiknya pemeriksaan
payudara dilakukan disaat pengaruh hormonal ini seminimal
mungkin , yaitu setelah menstruasi lebih kurang satu minggu dari
pertama mensturasi.
Teknik Pemeriksaan.
Penderita diperiksa dengan badan bagian atas terbuka:
1. Posisi tegak (duduk)
Penderita

duduk

dengan

tangan

bebas

ke

samping,

pemeriksaan berdiri didepan dalam posisi yang lebih kurang


sama tinggi. Pada inspeksi dilihat simetri payudara kiri kanan;
kelainan papila; letak dan bentuknya, adakah retraksi putting
susu; kelainan kulit; tanda-tanda radang; peau d'orange
dimpling; ulserasi dan lain-lain.

1. Posisi Berbaring
Penderita berbaring dan diusahakan agar payudara jatuh
tersebar rata di atas lapaigan dada; jika perlu bahu/ punggung
diganjal dengan bantal kecil pada penderita yang payudaranya
besar. Palpasi ini dilakukan dengan mempergunakan falang
distal dan falang medial jari II, III, IV, dan dikerjakan secara
sistematis mulai dari kranial setinggi iga ke-2 sampai ke distal
setinggi iga ke-6 ; dan jangan dilupakan pemeriksaan didaerah
sentral subareolar dan papil. Dapat juga sistematisasi ini dari
tepi ke sentral (sentrifugal) berakhir di daerah papil. Terakhir
diadakan pemeriksaan kalau ada cairan keluar dengan
menekan daerah sekitar papil. Dengan pemeriksaan rabaan
yang halus akan lebih teliti dari pada dengan rabaan tekanan
keras. Rabaan halus akan dapat membedakan kepadatan
massa payudara.
Tumor adalah

kepadatan

massa

dalam

payudara

yang

berbentuk dan mempunyai ukuran tiga dimensi


3. Menetapkan keadaan tumornya
a.

Lokasi tumor rnenurut kwadran di payudara ata.0 terletak di


daerah sentral (Subareola dan di bawah papil). Payudara
dibagi atas empat kwadran yaitu kwadran lateral atas, lateral
bawah, medial atas dan bawah serta ditambah satu daerah
sentral

b.

Ukuran tumor, konsistensi, batas tumor tegas atau tidak


tegas .
c. Mobilitas tumor terhadap kulit dan m.pektoralis atau dinding
dada. Apabila lengket pada kulit akan kelihatan adanya
cekungan pada posisi diam dalam posisi rnengkontrasikan
m.pektoralis diperiksa dengan menekan tangan pada kristai
iliaka;

jika

tumor

itu

terfiksasi

pada

pektoral

yang

berkontraksi ini dan akan kelihatan bergerak dengan

gerakan pektoral, berarti tumor ini melekat pada m.Pektoralis


atau pada fasia m. pektoralis
4. Memeriksa kelenjar getah bening regional
a. Aksila
Sebaiknya dalam posisi duduk, karena dalam posisi ini fossa
aksila jatuh ke bawah sehingga mudah untuk diperiksa dan
lebih banyak dapat dicapai. Pemeriksaan aksila kanan,
tangan kanan penderita diletakan / jatuh lemas di tangan
kanan / bahu pemeriksa dan aksila diperiksa dengan tangan
kiri pemeriksa. Yang diraba kelompok kelenjar getah bening:

Mamaria eksterna; di bagian anterior dan bawah tepi


m.Pektoralis aksila:

Sentral di bagian pusat aksila;

Apikal di Ujung besar, konsisitensi, jumlah; apakah berfiksasi


satu sama lain atau tidak.
b. Supra dan infraklavikuler serta leher utama, bagian bawah
dipalpasi dengan cermat dan teliti.
5. Organ lain yang ikut diperiksakan adalah hepar, lien untuk
mencari metastasis jauh, juga. tulang-tulang utama, tulang
belakang.

Metastasis jauh dapat menimbulkan geja.la sebagai berikut :


Letak
Otak

Gejala dan tanda utama


Nyeri kepala, mual muntah, epilepsi, ataksia,
parease, parestesia

Pleura

Efusi, Sesak napas

Paru

Biasanya tanpa gejala

Hati

Kadang tanpa gejala


Massa. Ikterus obsruksi

Tulang
Tengkorak

Nyeri, kadang tanpa keluhan

Vertebrata

Kemapaan sumsum tulang

Iga
Tulang Panjang

Nyeri, patah tulang


Nyeri, patah tulang

Pada pemeriksaan kanker dini payudara, tentu semua pemeriksaan


yang mengarah kepada tanda-tanda lanjut atau metasis tidak akan
dikemukan. Hal-hal yang disebutkan di atas yang termasuk high risk factor
sangat membantu dalam menegakkan diagnosis klinis. Pada stadium awal
tidak ada keluhan sama sekali hanya seperti fibroadenoma atau fibrokistik
disease yang kecil saja. Bentuk tidak teratur, batas tidak tegas,
permukaan tidak rata, konsistensi padat keras.
Pada stadium yang lebih lanjut dapat menimbulkan kelainan pada
kulit berupa infiltrasi, retraksi putting susu melekat pada kulit, seperti kulit
jeruk (peau de'orange), benjolan-benjolan kecil di kulit (satelit nodule)
sampai dapat dijumpai ulserasi atau basah di atas tumor dan lain
sebagainya. Dapat bermetastase jauh ke paru-paru, hepar dan tulang dan
lain-lain dengan segala macam akibatnya sampai kepada yang fatal.
Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenal dengan mengetahui
kriterial inoperabilitas Haagensen sebagai berikut:
1. Terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih dari 1/2 luas kulit
payudara).

2. Adanya nodul satelit kulit payudara.


3. Kanker payudara jenis mastitis karsinomatosa
4. Terdapat nodul parasternal
5. Terdapat nodul supraklavikula
6. Adanya edema lengan
7. Adanya metastasi jauh
8. Terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced
- Ulserasi kulit
- Kulit terfiksir pada dinding toraks
- Kelenjar getah bening aksia.1 diameter lebih dari 2,5 cm - Kelenjar
getah bening aksila melekat satu sama lain.
Gambaran klinis yang lain yang mungkin dijumpai :
1. Paget's disease
Dikenali adanya gambaran ulserasi ringan seperti dermatitis di daerah
papila dan ereola (berkrusta). Jika tidak ditemukan massa tumor
dibawahnya ini termasuk karsinoma insitu; dan jika ada massa tumor
ini termasuk karsinoma duktal invasif yang perlu dibuat staging
berdasarkan TNM system.
2. Nipple Discharge
Discharge ini dapat berwarna kemerahan atau seperi darah; disertai
atau tanpa teraba tumor di payudara.
- 80% ini adala.h intraductal papilorna
- 20% ini adalah intraductal karsinoma
Jadi jika menemukan hal ini kecurigaan kepada keganasan lebih be
sar.1,2,3
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dapat dilakukan ultrasonografi (USG) payudara, mammografi, dan
aspirasi jarum halus (FNAB) untuk menunjang diagnosis. Untuk
menentukan metastasis dapat dilakukan foto toraks, bone survey, USG
abdomen/hepar.

Pemeriksaan USG hanya dapat membedakan lesi/tumor yang solid


dan kistik. Pemeriksaan mammografi terutama berperan pada payudara
yang

mempunyai

jaringan

lemak

yang

dominan

serta

jaringan

fibroglandular yang relatif lebih sedikit. Pada mammografi, keganasan


dapat memberikan tanda primer dan sekunder. Tanda primer berupa
fibrosis reaktif, comet sign (Stelata), adanya perbedaan yang nyata antara
ukuran klinis dan radiologis, adanya mikroklasifikasi, adanya spikulae, dan
distroesi pada struktur arsistektur payudara. Tanda sekunder berupa
retraksi, penebalan kulit, bertambahnya vaskularisasi, perubahan posisi
papila dan areoba, adanya bridge of tumor, keadaan daerah tumor dan
jaringan fibroglandular tidak teratur, infiltrasi dalam jaringan lunak
dibelakang mamma, dan adanya metastasis ke kelenjar (gambaran ini
tidak khas). Pemeriksaan gabungan USG dan mammografi memberikan
ketepatan diagnostik yang lebih tinggi.1,3,4
C. PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI
Diagnosis

pasti

hanya

ditegakkan

dengan

pemeriksaan

histopatologis yang dilakukan dengan :


1. Biopsi eksisi, dengan mengangkat seluruh jaringan tumor beserta
sedikit jaringan sehat di sekitarnya bial tumor < 5 cm.
2. Biopsi insisi, dengan mengangkat sebagian jaringan tumor dan sedikit
jaringan sehat, dilakukan untuk tumor-tumor yang inoperabel atau lebih
dari 5 cm.

Klasifikasi TNM Kanher Payudara (AJCC 1992)


Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan
To : Tidak terbukti adanya tumor primer
Tis : - Ranker in situ
- Kanker intraduktal atau lobular in situ
- Penyakit Paget pada papila tanpa teraba tumor
T1 : Tumor < 2 cm
T1a Tumor < 0,5 cm
T1b Tumor 0,5-1 cm
T1c Tumor 1-2 cm
Stadium IIIa : Tumor dengan diameter > 5 cm tapi masih bebas dari
jaringan sekitarnya dengan/ tanpa metastasis aksila yang
masih bebas satu lama lain; atau tumor dengan
metastasis aksila yang melekat.
Stadium IIIb : Tumor dengan metastasis infra atau supraklavikula atau
tumor yang telah rnenginfiltrasi kulit atau
Stadium IV : Tumor yang telah mengadakan metastasis

V.

DIAGNOSIS BANDING

1. Fibroadenoma marnae (FAM ), merupakan tumor jinak payudara yang


biasa terdapat pada usia muda. ( 15-30 tahun ), dengan konsistensi
dapat kenyal, batas tegas, tidak nyeri, dan mobil. Terapi pada tumor ini
cukup dengan eksisi.
2. Kelainan fibrokistik, merupakan tumor yang tidak berbatas tegas,
konsistensi padat kenyal atau kistik, terdapat nyeri terutama menjelang
haid, ukuran membesar, biasanya bilateral/multipel. Terapi tumor ini
dengan medikamentosa simtomatis.

10

3. Kistosarkoma filoides menyerupai FAM yang besar, berbentuk bulat


lonjong, berbatas tegas, mobil, dengan ukuran dapat mencapai 2030cm. Erapi tumor ini dengan mastektomi simpel.
4. Galaktokel, merupakan massa tumor kistik yang timbul akibat
tersumbatnya saluran/ duktus laktiferus. Tumor ini terdapat pada ibu
yang baru/sedang menyusui.
T2 : Tumor 2-5 cm
T3 : Tumor > 5 cm
T4 : Berapapun ukuran tumor, dengan penyebaran langsung ke
dinding dada atau kulit. Dinding dada termasuk kosta, otot
interkostal, otot seratus anterior. Tidak termasuk otot pektoralis.
T4a Melekat pada dinding dada
Tab Edema, peau d' orange, ulserasi kulit, nodul satelit pada
daerah payudara yang sama
T4c T4a dan T4b
T4d Karsinoma inflarnatoir = mastitis karsinomatosis
Nx : Pembesaran kelenjar ragional tak dapat ditentukan
N0 : Tidak teraba kelenjar aksila
N1 : Teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang tidak
melekat.
N2 : Teraba permbesaran kelenjar aksila homolateral yang melekat
satu sama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya.
N3 : Terdapat pembesaran kelenjar mamaria interna homolateral.
Mx : Metastasis jauh tidak dapat ditentukan
M0 : Tidak ada metastasis jauh
M1 : Terdapat metastasis jauh termasuk ke kelenjar supraklavikula.

11

Stadium Kanker Payudara


Stadium I

: Terbatas pada payudara dengan ukuran < 2 cm, tidak


terfiksasi pada kulit atau otot pektoralis, tanpa dugaan
metastasis aksila.

Stadium II : Tumor dengan diameter < 2 cm dengan metastasis aksila


atau tumor dengan diameter 2-5cm dengan / tanpa
metastisis aksila
5. Mastitis, yaitu infeksi pada payudara dengan tanda radang yang
lengkap, bahkan dapat berkembang menjadi akses biasanya terdapat
pada ibu yang menyusui.

VI.

PENATALAKSANAAN
Batasan stadium yang masih operabel/kurabel adalah stadium IIIa.

Sedangkan terapi pada stadium III b dan IV tidak lagi mastektomi


melainkan pengobatan paliatif
Tindakan operatif tergantung pada stadium kanker, yaitu:
1. Pada stadium I dan II lakukan mastektomi radikal atau modifikasi
mastektomi radikal. Setelah itu periksa KGB. Bila ada metastasis
dilanjutkan dengan radiasi regional dan kemoterapi ajuvan. Dapat pula
dilakukan mastektomi simpleks yang harus diikuti radiasi tumor bed
dan daerah KGB radikal Pada T2N I dilakukan mastektomi radial dan
radiasi lokal didaerah tumor bed dan KGB regional. Untuk setiap tumor
yang terletak pada kuadran sentral atau medial payudara harus
dilakukan radiasi pada rantai KGB regional.
Alternatif lain pada tumor yang kecil dapat dilakukan teknik Breast
Conserving Therapy, berupa satu paket yang terdiri dari pengangkatan
tumor saja (Tumorektomi), ditambah diseksi aksila dan radiasi kuratif
(ukuran tumor < 3 cm) dengan syarat tertentu. Metode ini dilakukan
dengan eksisi baji, reseksi segmental, reseksi parsial. Kwadranektomi
biasa, diikuti dengan seksi KGB aksila secara total. Syarat teknik ini
adalah :
12

Tumor primer ti.dak iebih dari 2 cm

Nib kurang dari 2 cm

Belum ada metastasis jauh

Tidak ada tumor primer lainnya

Payudara bersangkutan belum pernah mendapat pengobatan


sebelumnya ( kecuali lumpektomi )

Tidak primer tidak teriokasi di belakang putting susu

2. Pada stadium IlIa lakukan mastektomi redikal ditambah kemoterapi


ajuvan, atau mastektomi simpleks ditambah radioterapi pada tumor
bed dan KGB regional.
stadium yang lebih lanjut, lakukan tindakan paliatif dengan tujuan :
1. Mempertahankan kualitas hidup pasien agar tetap baik/tinggi dan
menganggap bahwa kematian adalah proses yang normal.
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
3. Menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain yang mengganggu.
Perawatan paliatif pun dilakukan .berdasarkan stadium, yaitu :
1. Pada stadium IIIb dilakukan biopsi insisi, dilanjutkan radiasi. Bila
residu

tidak ada, tunggu. Bila

relaps, tambahkan

dengan

pengobatan hormal dan kemoterapi. Namun, bila residu setelah


radiasi tetap ada, langsung diberikan pengobatan hormonal
sebagai berikut:
a. Pada pasien pre menopause dilakukan ovorektomi bilateral.
b. Pada pasien sudah 1-5 tahun menopause periksa efek
estrogen. Bila positif, lakukan seperti (a). bila negatif, lakukan
seperti (c). Observasi selama 6-8 minggu. Bila respons baik,
teruskan terapi, tetapi bila respons negatif dilakukan kemoterapi
dengan CMF (CAF) minimal 12 siklus selama 6 minggu.
c. Pada pasien pascamenopause lakukan terapi hormonal inhibitif/
aditi.
2. Pada stadium IV
13

a. Pada pasien premenopause dilakukan ooforektomi bilateral. Bila


respons positif, berikan aminoglutetimid atau tamofen. Bila
relaps/respons negatif, berikan kemoterapi CMF/CAF.
b. Pada pasien sudah 1-5 tahun menopause, periksa efek
estrogen. Efek estrogen dapat diperiksa dengan estrogen/
progesteron reseptor (ER/PR). Bila positif, lakukan seperti (a).
bila negatif, lakukan seperti (c).
c. Pada pasien pascamenopause berikan obat-obat hormonal
seperti tamoksiien, estrogen, progesteron, atau kortikosteroid.
Keterangan : C= Cyclophosphamide, M=Methotrexate,

F=5-

fluourasil. 1,2,3,4,5

VII.

PROGNOSIS KANKER PAYUDARA


Prognosis kanker payudara ditentukan oleh:

1. Staging (TNM)
Semakin dini semakin baik prognosisnya
Stadium

I:

5-10 tahun 90-80%

II :

70-50%

III :

20-11%

IV :

0%

2. Jenis histopatologi keganasan


Karsinoma insitu mempunyai prognosis yang baik dibandingkan
dengan karsinoma yang sudah invasif.
Suatu kanker payudara yang disertai oleh gambaran peradangan
dinamakan mastitis karsinomatosa, ini mempunyai prognosis yang
sangat buruk. Harapan hidup 2 tahun hanya + 5%. Tepat tidaknya
tindakan

terapi

yang

diambil

berdasarkan

staging

sangat

mempengaruhi prognosis.

14

VIII. DIAGNOSIS DAN PENCEGAHAN


Kanker

payudara

tergolong

pada

keganasan

yang

dapat

didiagnosis secara dini. Usaha untuk ini adalah melakukan SADARI


(Periksa Payudara Sendiri).
Ternyata dari penelitian bahwa lebih kurang 85% adanya tumor
payudara, diketahui oleh penderita lebih dahulu/ditemukan oleh penderita.
Dengan demikian sangat besar artinya jika SADARI ini lebih digalakan
terhadap kaum ibu terutama yang berusia diatas 30 tahun ( Cancer age ),
diharapkan akan lebih banyak kasus dapat dijaring dan dalam stadium
lebih dini.
Kapan SADARI ini sebaiknya dilakukan?
Sebaiknya dikerjakan setelah menstruasi, yaitu hari ke7-10 dari hari
menstruasi pertama; karena saat ini pengaruh hormonal estrogen
progresteron sangat rendah dan jaringan kelenjar payudara saat itu dalam
keadaan tidak oedema/ tidak membengkak sehingga lebih mudah meraba
adanya tumor atau kelainan. Dilakukan waktu mandi atau waktu lain di
depan cermin.
American Cancer Society dalam proyek Breast Cancer Screening
menganjurkan untuk mendapatkan kasus dini pada Symptomatic Woman;
(Wanita yang tidak ada keluhan ) agar melakukan upaya Sbb:
1. Wanita > 20 tahun; melakukan SADARI tiap bulan
2. Wanita 20-40 tahun; tiap 3 tahun memeriksa diri ke dokter
3. Wanita > 40 tahun; tiap 1 tahun
4. Wanita 35-40 tahun; dilakukan base lincrnamrnomgrafi
5. Wanita < 50 tahun; konsul ke dokter untuk kepentingan
mammografi
6. Wanita > 50 tahun; tiap tahun mammografi rutin/periodik sebelum
umur 50 tahun

15

DAFTAR RUJUKAN
1. Reksoprodjo S. Kanker Payudara : Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah.
Bagian Bedah Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta, 1995; 322 340.
2. Sjamsuhidajat R, Wim De Jong. Payudara. Dalam : Buku Ajar Ilmu
Bedah, Edisi Revisi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta, 1997;
388 402.
3. Masnjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Kanker
Payudara. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid
Kedua. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta. 2000; 283 287.
4. http://www.google.com/kanker payudara.
5. Pierce A, Grace & Neil R. Borley. Benjolan Payudara. In At. Glance.
Edisi Ketiga. Penerbit Buku Kedokteran Erlangga. Jakarta, 2007; 17
18.

16

Anda mungkin juga menyukai