Anda di halaman 1dari 19

V.

GAMBARAN UMUM WILAYAH PROVINSI MALUKU

5.1. Kondisi Fisik Wilayah


Provinsi Maluku merupakan salah satu wilayah kepulauan di Indonesia.
Karakteristik wilayah yang heterogen dengan ratusan buah pulau menjadikan
provinsi ini berbeda (unik) dari wilayah-wilayah lain. Kondisi alam yang di
dominasi lautan seharusnya merupakan kekuatan atau potensi lokal (local spesific)
bagi pengembangan wilayah yang berbasis pada kearifan lokalnya.

5.1.1. Letak Geografis Wilayah

Sumber: Bappeda Provinsi Maluku Tahun 2008

Gambar 3. Peta Provinsi Maluku


Posisi koordinat wilayah Provinsi Maluku terletak pada:
20 30 - 90
1240

Lintang Selatan

- 1350 Bujur Timur

128

Berbatasan dengan laut Seram pada bagian Utara, laut Indonesia dan
laut Arafuru pada bagian Selatan, bagian Timur berbatasan dengan Provinsi
Papua Barat dan bagian Barat berbatasan dengan pulau Sulawesi (Utrecht, 1998).
Secara keseluruhan luas wilayahnya adalah seluas 581.376 km2, dengan luas
wilayahnya 90 persen merupakan lautan seluas 527.191 km2

dan 10 persen

daratan 54.185 km2. Dengan kondisi lautan yang demikian luasnya maka Provinsi
Maluku berpeluang untuk dapat berinteraksi dengan wilayah diluarnya.
Titaley (2006) berdasarkan identifikasi citra satelit LAPAN, jumlah
keseluruhan pulau-pulau di Provinsi Maluku adalah 1.412 buah pulau. Luas
pulau-pulau di provinsi ini, bervariasi antara 761 km2 sampai 18.625 km2.
Pulau dengan luas kurang dari 1 juta ha dikategorikan sebagai pulau kecil
menurut

Monk et al. (2000). Dengan kategori pulau seperti itu, maka hanya

pulau Seram yang memiliki luas diatas 1 86 juta ha dan tidak termasuk pulau kecil
sedangkan sisanya sebanyak 1.411 buah pulau termasuk kategori pulau-pulau
kecil (Nanere, 2006).
Secara spesifik pulau-pulau yang ada di wilayah Maluku merupakan
pulau-pulau yang mengelompok secara bersama dan memiliki karateristik yang
heterogen. Karakter yang saling berbeda antara satu pulau dengan pulau lainnya
disebabkan oleh perbedaan aspek geografis, fisik, iklim, sosial, budaya dan
etnis serta tahapan perkembangan ekonomi wilayahnya (Sitaniapessy, 2002).
Secara administrasi Provinsi Maluku terdiri dari 9 Kabupaten dan 1
Kota yaitu:
1. Kota Ambon
2. Kabupaten Maluku Tengah (Masohi)

129

3. Kabupaten Seram Bagian Barat (Piru)


4. Kabupaten Seram Bagian Timur (Geser)
5. Kabupaten Maluku Tenggara (Tual)
6. Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Saumlaki)
7. Kabupeten Pulau Aru (Dobo)
8. Kabupaten Buru (Namlea)
9. Kabupaten Maluku Tenggara Bagian Selatan (Wetar)
10. Kabupaten Buru Selatan (Leksula)
Masing-masing wilayah diatas merupakan bagian dari gugus pulau yang
tersebar dari utara sampai ke selatan dengan luas wilayah yang berbeda baik
dalam kondisi, karateristik geografis serta alamnya yang heterogen dengan
kata lain potensi atau kapasitas antarwilayah berbeda diantara wilayah-wilayah
tersebut. Karakter wilayah yang berbeda-beda inilah yang mengakibatkan
perkembangan pembangunan di beberapa wilayah di Provinsi Maluku melakukan
pemusatan kegiatan ekonomi, sosial budaya dan administrasi pada pulau-pulau
besar saja. Hal inilah yang mengakibatkan sumber-sumber pertumbuhan, pola
persebaran (distribusi) kegiatan ekonomi, serta adanya gejala aglomerasi kegiatan
ekonomi hanya pada wilayah-wilayah tertentu saja. Dengan karakteristik wilayah
kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau maka wilayah Provinsi Maluku dijuluki
sebagai wilayah atau Provinsi Seribu Pulau.

5.1.2. Topografi dan Iklim


Provinsi Maluku adalah wilayah kepulauan terbesar di Indonesia yakni
kondisi satu wilayah dengan wilayah lainnya dipisahkan dengan laut yang terbagi
dalam beberapa gugusan pulau-pulau besar maupun kecil. Keadaan topografi di

130

Provinsi Maluku secara umum berbukit-bukit sepanjang garis pantai menuju


dataran tinggi, karateristik wilayah ini dipengaruhi oleh adanya pertemuan dua
buah lempeng

bumi yang disebut dengan Sirkum Pasifik dan Mediterania.

Karakteristik tersebut menjadikan wilayah ini hampir 70 persen terdiri dari


dataran tinggi dengan ketinggian yang bervariasi.
Umumnya penduduk di Provinsi Maluku bertempat tinggal di dataran
yang ketinggiannya dibawah 100 mdp l atau pada dataran rendah. Sedangkan
pada dataran menengah sekitar 100 500 mdp l dan dataran tinggi sekitar diatas
500 mdp l digunakan oleh penduduk di Maluku sebagai aktivitas atau kegiatan
pertanian, perkebunan dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan kehutanan.
Kondisi lahan secara makro di wilayah Maluku berbukit (hilly), bergunung
(mountaineous) dan sedikit dataran (plain). Sekitar 0 3 persen berupa datar,
4 8 persen berombak, 8 15 persen bergelombang, 15 50 persen curam
bahkan sangat curam.
Kondisi atau karakteristik wilayah di Provinsi Maluku dapat dilihat pada
Tabel 8.
Tabel 8. Ketinggian dan Derajat Kemiringan Rata-rata Wilayah
No

Kabupaten/Kota

(1)

(2)

1.
2.
3.
4.
5.
Sumber

Ambon
Maluku Tengah
Maluku Tenggara
Maluku Tenggara Barat
Pulau Buru

Derajat Kemiringan
(1)
(3)

(2)
(4)

: Departemen PU Provinsi Maluku Tahun 1999.

Keterangan : Derajat Kemiringan


(1) 00 - 250
(2) 260 - 450
(3) 460 - 900

(3)
(5)

Ketinggian (mdpl)
(6)
200 600
50 600
100 1000
200 1000
50 1000

131

5.1.3. Kondisi Sumberdaya Alam Wilayah dan Pemanfaatannya


Provinsi Maluku merupakan salah satu wilayah kepulauan terbesar
dengan memiliki lahan yang penggunaannya lebih didominasi sektor perkebunan,
padang rumput ilalang, semak, hutan belukar hutan sejenis maupun tanah kosong
yang lebih banyak ditemui pada wilayah pesisir pulau. Umumnya struktur tanah
yang ditemui cenderung berbeda satu wilayah dengan wilayah lainnya.
Secara fungsional penggunaan lahan sering dibedakan

menjadi dua

bagian yaitu, kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung dapat
dibedakan atas beberapa kawasan antara lain :
1. Kawasan yang memberikan perlindungan setempat
2. Kawasan perlindungan setempat.
3. Kawasan suaka alam dan cagar alam
4. Kawasan rawan bencana
Kawasan budidaya

didasarkan pada kondisi fisik dan potensi sumberdaya

alamnya yang dimanfaatkan bagi kepentingan produksi maupun kebutuhan


permukiman. Secara teori kawasan budidaya dapat terdiri dari :
1. Kawasan budidaya pertanian
2. Kawasan budidaya non pertanian
Provinsi Maluku dengan kondisi alamnya yang sebagian besar dikelilingi
lautan memiliki kondisi wilayah kelautan berdasarkan fisiknya bila dilihat dari
suhu sekitar 280 310 C, hal ini dipengaruhi lamanya penyinaran matahari dan
berfungsinya hutan lindung pantai. Selain suhu, faktor-faktor lain yang turut
mempengaruhi kondisi wilayah laut di Provinsi Maluku antara lain, salinitas,
densitas, arus, pasang surut, pH, dan sifat kimia air laut lainnya.

132

Selain potensi pertanian, Maluku memiliki potensi yang sangat besar


dari sektor perikanan laut. Dengan memiliki kekhasannya yang berbeda dengan
provinsi lainnya di Indonesia. Provinsi Maluku memiliki kekayaan sumberdaya
alam yang tidak atau jarang dimilki oleh provinsi lainnya. Namun dengan sistem
pengelolaan (koordinasi) yang belum optimal dari pemerintah daerah baik
provinsi maupun kabupaten/kota maka hasil yang diharapkan belum dapat
dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat di daerah ini.

5.1.3.1. Kawasan Wilayah Daratan


Wilayah daratan di kawasan ini terdiri dari sejumlah pulau besar maupun
kecil sebanyak 632 buah pulau dengan 10 persen daratan seluas 85 724 km2.
Kedudukan pulau-pulau yang berjauhan satu dengan lainnya menjadikan Provinsi
Maluku sangat terbuka untuk melakukan interaksi dengan kepulauan lain dari
Provinsi diluar Maluku.
Tingkat kesuburan tanah yang berbeda antara satu pulau dengan pulau
lainnya menimbulkan keanekaragaman tanaman serta sumberdaya lainnya.
Luasnya wilayah yang terdiri dari pulau-pulau dan terbentang dari Utara sampai
Selatan, menjadikannya sebagai wilayah dengan memiliki kondisi/karakteristik
beragam (heterogen) sehingga masing-masing pulau memiliki kemampuan atau
kapasitas lokal pengelolaan sumberdaya yang berbeda pula.
Kawasan budidaya

berdasarkan kondisi fisik dan berbagai potensi

sumberdaya alam lainnya sangat mempengaruhi produksi dan pemanfaatannya


bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat setempat. Harapan pemanfaatan dari
kawasan budidaya ini meliputi kawasan budidaya pertanian maupun kawasan
budidaya non pertanian.

133

Kawasan budidaya pertanian di Provinsi Maluku meliputi:


1. Kawasan pertanian lahan basah, kawasan seperti ini biasanya diperuntukan
bagi pertanian tanaman pangan lahan basah seperti, tanaman padi. Kawasan
pertanian lahan basah dapat ditemui untuk beberapa pulau yakni, pulau Seram
dan Buru.
2. Kawasan pertanian lahan kering, adalah kawasan yang dimanfaatkan bagi
tanaman pangan lahan kering seperti palawija ataupun bagi tanaman seperti
buah-buahan (hortikultura). Kondisi kawasan pertanian lahan kering banyak
dijumpai di hampir seluruh pulau-pulau di Provinsi Maluku.
3. Kawasan

pertanian

tanaman perkebunan atau tanaman Tahunan, adalah

kawasan yang diperuntukan bagi tanaman-tanaman yang berumur panjang


(Tahunan) maupun perkebunan. Biasanya kawasan seperti ini dimanfaatkan
bagi perkebunan yang menghasilkan bahan baku tanaman pangan dan telah
dimanfaatkan oleh beberapa perusahaan besar perkebunan. Beberapa pulau
yang

telah

dimanfaatkan

oleh

perusahaan

swasta

nasional

dengan

memanfaatkan keunggulan dari kawasan pertanian ini terdapat di beberapa


pulau antara lain: pulau Seram, Buru, Banda dan beberapa pulau lainnya.
Disamping kawasan-kawasan tersebut, Provinsi Maluku memiliki hutan
produksi yang sangat berpotensi ekonomi tinggi. Hutan produksi yang ada di
daerah ini meliputi tiga jenis hutan produksi yaitu:
1.

Hutan produksi konversi yaitu, kawasan hutan yang pemanfaatannya dapat


dialihkan bagi kegiatan lain. Kegiatan-kegiatan lain yang dimaksud adalah
kegiatan yang

pemanfaatan arealnya dimanfaatkan bagi kegiatan non

134

kehutanan dan disesuaikan dengan ruang serta tataguna lahan hutan secara
terpadu, serasi dan berkesinambungan.
2.

Hutan produksi tetap yaitu, kawasan hutan yang eksploitasinya diarahkan


terhadap kawasan produksi hasil hutannya. Eksploitasi hasil hutan dimaksud
pada kayu yang dilakukan secara tebang pilih atau secara tebang habis.

3.

Hutan produksi terbatas yaitu,

kawasan hutan yang pemanfaatan hasil

hutannya secara terbatas dan dilakukan dengan cara terbatas atau tebang pilih.
Hasil hutan produksi cukup banyak tersebar di seluruh pulau sedangkan
industri perkayuan yang memanfaatkan hasil hutan di daerah ini dalam skala
besar maupun kecil dapat ditemui di beberapa kabupaten dan kota di Provinsi
Maluku. Bahkan beberapa jenis komoditas

hasil hutan seperti kayu hitam,

meranti dan jenis tanaman anggrek masih belum menjadi perhatian serius dari
pemerintah setempat sebagai salah satu komoditas andalan.
Berdasarkan

data dan informasi sumberdaya lahan pada wilayah

kepulauan Provinsi Maluku oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku


(2006), membedakan beberapa komoditas pertanian unggulan provinsi dengan
tingkat nasional. Komoditas di provinsi lebih di dominasi oleh tanaman pangan
lokal seperti: sagu, kacang merah, ubi kayu, ubi jalar, buah-buahan lokal seperti:
duku, cempedak, sukun, salak, durian, manggis, mangga, jeruk, tanaman
perkebunan seperti: pala, cengkih, kayu manis, kelapa, kakao, peternakan lokal
seperti: ruminansia besar yaitu, sapi dan ruminansia kecil yaitu, domba dan
kambing.

135

5.1.3.2. Kawasan Wilayah Lautan


Wilayah lautan merupakan kawasan terluas dan memiliki aneka ragam
hayati laut serta kekhasannya yang berbeda dengan wilayah lain di Indonesia.
Dengan luasnya lautan, banyaknya pulau-pulau besar dan kecil menjadikannya
sebagai wilayah berpotensi di sektor perikanan, namun potensi tersebut belum
dapat menjadikan penduduknya

menjadikan sektor ini sebagai

harapan

penghidupan dimasa depan.


Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan memperlihatkan bahwa
potensi dari Provinsi Maluku di sektor perikanan sangat besar, bukan saja untuk
komoditas ikan tetapi juga komoditas non ikan yang belum dikelola secara baik
dan benar.

Potensi wilayah laut yang terdapat di Provinsi Maluku memliki

berbagai komoditas seperti, Ikan Pelagis Kecil, Ikan Tuna, Ikan Cakalang, Ikan
Dasar, Ikan Karang, Udang, Rumput Laut, Cumi-cumi, Lobster.
Komoditas-komoditas di atas merupakan komoditas potensial yang
tersebar dihampir semua perairan
potensi

laut

sekitar 682.000 ton/Tahun dan

ekonomis serta

Provinsi Maluku. Dengan memiliki


merupakan komoditas

yang sangat

berpengaruh besar terhadap mata pencaharian masyarakat di

Provinsi ini. Oleh sebab itu potensi laut yang ada di kawasan ini, berpeluang
untuk dikelola secara intesif namun aksesibilitas pasar dan teknologi pasca
panen belum tersedia atau dikelola secara high technology.
Selain komoditas ikan pelagis kecil maupun
kawasan laut

Provinsi Maluku memiliki

pelagis besar, potensi

berbagai jenis kerang-kerangan.

Diperkirakan potensi perikanan kerang-kerangan sekitar 969 jenis terdiri dari

136

665 jenis siput dan 274 jenis kerang. Secara ekonomis ada sekitar 13 jenis siput
dan 21 jenis kerang yang sangat berpotensi dijadikan peluang ekspor.
Banyaknya pulau menjadikan wilayah Maluku memiliki potensi
pariwisata laut dengan pemandangan alam dasar laut seperti taman laut di Banda,
indahnya teluk, selat dan lagoon yang sangat berpotensi untuk dijadikan tempat
pengembang biakan budidaya laut seperti budidaya kerang mutiara maupun
penangkaran ikan kerapu. Dengan kondisi alam, teluk dan selat yang mendukung
menjadikannya sebagai tempat yang sangat baik untuk pengembangan budidaya
laut karena cukup terlindungi dari berbagai pengaruh ombak dan gelombang
besar pada saat-saat tertentu. Dengan demikian pengembangan budidaya kerang
mutiara, lola, teripang, rumput laut dan ikan pelagis kecil

berpotensi untuk

dikembangkan dalam jumlah besar. Walaupun masih banyak jenis komoditas laut
yang belum teridentifikasi pada wilayah-wilayah tertentu di Provinsi Maluku
namun hal ini bukan menjadikannya sebagai wilayah terbelakang.
Komoditas-komoditas yang belum tergarap atau diolah secara baik dan
menjanjikan perkembangan di masa depan seperti penangkaran ikan hias air asin
yang jenisnya tidak dapat diperoleh di wilayah lain di luar Provinsi Maluku.
Provinsi Maluku sebagai wilayah kepulauan pada Tahun 2008 berproduksi ikan
dan nilai produksi perikanan hasil budidaya tambak dan kolam berdasarkan jenis
ikan sesuai Tabel 9 dan 10.
Tabel 9. Produksi dan Nilai Produksi Ikan Hasil Budidaya Tambak dan Kolam
Menurut Jenis Ikan di Provinsi Maluku, Tahun 2008
Jenis Ikan
Produksi (Ton)
Nilai (Ribuan Rp)
1. Tambak
Bandeng
15.900
11.847
Mujair
Lain-lain
1.205.800
11.814

137

2. Kolam
Mas
Mujair
Lain-lain
3. Laut
Total Produksi/Nilai Produksi

306.700
147.450
727.350
955.825

324
154
754
48.286

3.359.025

73.179

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku, Tahun 2008

Tabel 10. Produksi dan Nilai Produksi Ikan Menurut Jenis Ikan di Provinsi
Maluku, Tahun 2008
Jenis Ikan
Produksi (Ton)
Nilai (ribuan rp)
1. Udang
4.704.5
203.361.6
2. Cakalang
21.133.5
71.802.8
3. Kembung
33.537.9
123.760.8
4. Julung
2.382.2
5.356.2
5. teri
9.128.6
12.530.6
6. Layang
35.832.3
112.088.1
7. Selar
13.722.5
38.754.7
8. Lain-lain
364.021.5
1.920.009.6
9. Tuna
6.378.5
38.832.6
10. Ikan Darat
709.2
13.769.6
Total Produksi dan Nilai Produksi
491.550.7
2.526.634.3
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku, Tahun 2008

5.1.4. Komposisi Penduduk


Berdasarkan data registrasi kependudukan, jumlah penduduk Provinsi
Maluku sampai Tahun 2007 berjumlah 1.420.433 jiwa. Kepadatan rata-rata
penduduk sekitar 26 jiwa/km2, sedangkan persebarannya tidak merata karena
adanya konsentrasi penduduk pada wilayah-wilayah tertentu terutama pada
wilayah pusat kota dan terkonsentrasi pada wilayah-wilayah tertentu saja.
Jumlah rata-rata penduduk per rumah tangga di Provinsi Maluku sekitar
5 6 jiwa/keluarga dan laju pertumbuhan penduduk dari Tahun 2000 2007
sebesar 2.57 persen. Sesuai dengan data tersebut dapat dilihat pada Tabel 11.

138

Tabel 11. Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Provinsi Maluku,


Tahun 2005 2007
Tahun
Jumlah Jiwa
Kepadatan/Km2
2005
1.350.156
25
2006
1.384.585
25
2007
1.420.433
26
Sumber : BPS, Tahun 2008, data diolah

5.1.5. Kondisi Sosial dan Budaya Masyarakat


Masyarakat Provinsi Maluku terdiri dari berbagai suku dan agama.
Beberapa suku di wilayah ini umumnya memiliki kekerabatan yang diikat
dengan marga atau fam. Pengelompokkan masyarakat di Maluku biasanya
didasarkan pada urutan dan asal tempatnya seperti dari pulau Seram, Banda dan
sebagaian kepulauan Kei bagian Selatan dan Tenggara, Halmahera dan Tidore,
bahkan ada sebagian masyarakat Maluku yang berasal dari daerah bagian Barat
terutama dari pulau Jawa (Tuban).
Ikatan tradisi kekeluargaan yang sampai saat ini masih tetap dilestarikan
atau dipertahankan adalah ikatan Pela dan Gandong. Ikatan-ikatan tersebut
menggambarkan tentang persekutuan yang terjalin dan terbina secara bersahabat
antar desa, baik antar desa dalam satu pulau atau antar desa yang berlainan
pulau. Ikatan ini telah dilakukan atau terbentuk sejak zaman nenek moyang
orang Maluku dengan mengandung unsur-unsur budaya luhur dan religie magis.
Ikatan-ikatan yang terjalin begitu lama berfungsi sebagai suatu tatanan untuk
menjaga persaudaraan diantara sesama warga pela dan gandong serta kerukunan
beragama diantara sesama
agamanya.

warga masyarakat yang berbeda keyakinan atau

139

Kondisi sosial dan budaya masyarakat Maluku dapat dilihat dari adanya
ikatan emosional kerja sama

yang dikenal dengan Masohi atau Gotong

Royong. Budaya ini bersifat

hubungan kerja sama yang dilakukan secara

bersama-sama dalam menyelesaikan suatu kegiatan atau pekerjaan dengan


membutuhkan dana, daya dan lain-lain sehingga perlu dilakukan antar desa
maupun antar masyarakat walaupun berbeda ikatan pela dan gandong. Dengan
demikian semua masyarakat Maluku wajib melaksanakan ikatan yang telah
terbina dari zaman nenek moyangnya. Kondisi seperti ini yang merupakan
kearifan lokal (local wisdom) dengan potensi alam yang tersedia seharusnya
menjadi arah dan strategi kebijakan pembangunan Provinsi Maluku.
Kearifan lokal yang masih dipertahankan untuk menjaga kelestarian alam
seperti tidak boleh memanen ikan, tanaman pada waktu-waktu tertentu dikenal
dengan istilah daerah yakni Sasi. Di beberapa wilayah lebih dikenal dengan sasi
di sektor perikanan. Dimana tidak boleh mengambil ikan sebelum berakhirnya
masa sasi. Sasi ini telah berlangsung turun temurun, bila ada masyarakat yang
melanggar aturan ini biasanya dikenai dengan sanksi adat.

5.1.6. Kondisi Sarana dan Prasarana Transportasi


5.1.6.1. Transportasi Darat
Sebagai wilayah kepulauan yang sebagian wilayahnya teridir dari lautan
sehingga untuk sarana dan prasarana transportasi darat belum mendapat perhatian
karena sektor angkutan darat ini cukup bermanfaat bagi wilayah-wilayah yang
tidak dipisahkan oleh laut atau satu pulau dan bahkan antar pulau yang letak
pulaunya cukup dekat satu dengan lainnya (Ambon Seram). Sarana dan

140

prasarana transporatsi

di wilayah kepulauan Provinsi Maluku meliputi

transportasi darat, udara dan air (laut).


Transportasi darat meliputi jalan yang menghubungkan Kota Ambon
dengan Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku Tengah dan dari Kabupaten
Maluku Tengah terhubung ke Kabupaten Seram Bagian Timur. Jaringan jalan
dari Kota Ambon menuju pusat-pusat pengembangan (kabupaten disekitarnya)
disebut dengan jalan trans Seram. Dengan kata lain jaringan transportasi jalan
yang paling panjang di Provinsi Maluku adalah jaringan jalan yang
menghubungkan Kota Ambon dengan tiga kabupaten di Pulau Seram.
Panjang jalan di Provinsi Maluku untuk jalan nasional dan provinsi
sepanjang 1.885.22 km yang terdiri dari jalan nasional sepanjang 985.46 km dan
provinsi 899.77 km Tahun 2007. Tipe jalan umumnya berupa jalan di aspal,
kerikil, tanah dan yang tidak dirinci.

5.1.6.2. Transportasi Udara


Sarana dan prasarana transportasi udara di wilayah kepulauan Provinsi
Maluku membagikan beberapa kelas untuk kapsitas lapangan udara yang di
Maluku. Kota Ambon sebagai pusat pertumbuhan/pengembangan memiliki
bandar udara tipe kls 1 dan Kabupaten Maluku Tengah Kls 3 sedangkan
kabupaten lainnya hanya memiliki bandar udara bertipe Lapter (lapangan
terbang). Bandar udara tipe kls 1 dapat didarati oleh pesawat dengan
kapasitas/jenis Airbus (A-300) sejenis boing (B.372-200) sedangkan kls 3 hanya
dapat didarati pesawat dengan tipe Foker (F-27) di Banda (kabupaten Maluku
Tengah). Lapter (lapangan terbang) yang berada di beberapa kabupaten lainnya

141

hanya dapat didarati oleh jenis pesawat Cassa (C-212). Dengan kondisi bandar
udara seperti di atas maka masih sulit untuk pusat-pusat pengembangan di wilayah
ini dapat mempercepat pengembangan wilayah dengan keunggulan sektoralnya.
Perusahaan penerbangan yang telah beroperasi di Provinsi Maluku adalah
perusahaan penerbangan Lion Air, Batavia, Sriwijaya, Garuda untuk tujuan
Ambon sedangkan ke wilayah (kabupaten) lainnya perusahaan penerbangan yang
beroperasi adalah PT. Trigana dan Merpati (jenis cassa dan twin otter). Rata-rata
frekuensi penerbangan secara teratur ke Ambon satu kali per satu hari untuk
semua jenis pesawat sedangkan ke kabupaten lainnya selain Ambon frekuensi
penerbangan sering tergantung dari cuaca dan jumlah pesawat yang terbatas
sehingga frekuensi penerbangan tergantung dari penumpang yang akan bepergian.
Rata-rata penumpang pada Tahun 2008 yang melakukan perjalan dengan
pesawat dari bandara Pattimura Ambon adalah sebanyak 20.937 orang per
bulan. Jumlah bagasi yang di muat Tahun 2008 seberat 3.444.678 kg sedangkan
bongkar seberat 1.465.370 kg.

5.1.6.3. Transportasi Air (Laut)


Sarana dan prasarana laut di wilayah kepulauan Provinsi Maluku
merupakan salah satu sarana transportasi yang harus menjadi perhatian
pemerintah daerah. Dengan karakteristik sebagai wilayah kepulauan yang berbasis
bahari/maritim harusnya didukung dengan sarana dan prasaran tarnsportasi laut
yang memadai. Fasilitas pelabuhan laut di Maluku meliputi pelabuhan yang
termasuk dalam pelabuhan bongkar muat kelas 2 dengan konstruksi dermaga
adalah beton dan jenis pelabuhan seperti ini terdapat di Kota Ambon dan

142

Kabupaten Maluku Tengah sedangkan beberapa kabupaten lainnya masih berupa


beton/kayu dengan kondisi pelabuhan sebagai pelabuhan rakyat (pelra).
Ukuran pelabuhan terbesar berada di Kota Ambon yakni berukuran
panjang 576 meter dan lebarnya 18 meter, fasilitas gudang yang tersedia di
pelabuhan Ambon (Yos Sudarso) 6.830 M2. Pelabuhan Yos Sudarso dikelola
oleh PT. Pelindo sedangkan pelabuhan di kabupaten lainnya di kelola oleh
Dephub (ADPEL kelas 4).
Arus barang dan penumpang transportasi laut dilayari dengan
mempergunakan jenis kapal penumpang cepat antar provinsi yang dikelola oleh
PT.Pelni seperti KM. Dobonsolo, KM. Bukit Siguntang, KM. Lambelu. Jumlah
penumpang turun per Tahun rata-rata yang mempergunakan kapal cepat PT. Pelni
sekitar 37 795 orang sedangkan turun rata-ratanya sekitar 40.109 orang.
Kabupaten lainnya masih melakukan kegiatan bongkar muat di
wilayahnya dengan mempergunakan sarana pelabuhan rakyat (pelra) termasuk
pelabuhan kecil yang umumnya berada di kabupaten-kabupaten disekitar Kota
Ambon.
Angkutan sungai danau dan Penyeberangan (ASDP) Ferry beroperasi
untuk menghubungi wilayah yang dekat dengan pusat pengembangan Kota
Ambon seperti dari Ambon ke Pulau Seram (Kabupaten Seram Bagian Barat dan
Maluku Tengah), Ambon Buru, Maluku Tenggara Maluku Tenggara Barat.

5.1.7. Kondisi Perekonomian Wilayah


Sesuai dengan perspektif keruangan (tata ruang) wilayah Provinsi
Maluku, maka sudah seharusnya sistem pengembangan perekonomian wilayahnya
diarahkan pada konsep pembangunan yang didasarkan pada konsep kemampuan

143

atau kapasitas wilayah, sebagai salah satu indikator yang memperhatikan aspek
ketataan ruang wilayah (space) dan potensinya.
Selama ini sistem perekonomian yang dianut Provinsi Maluku masih
bersifat tertutup dan tidak memperhatikan aspek tata ruang wilayahnya
(spaceless), sehingga aktivitas perekonomian wilayah lebih bersifat pemenuhan
kebutuhan lokal wilayah itu sendiri atau bersifat internal.
Wilayah

Maluku

sebagai

wilayah

kepulauan

memiliki

struktur

perekonomian yang tentu berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya.
Hal

ini dapat terlihat dengan jelas karena antara satu wilayah (kota dan

kabupaten) dipisahkan oleh laut. Luas wilayah yang pada umumnya dipisahkan
oleh laut tentunya memiliki lokasi pengembangan yang terpencar.
Kondisi

perekonomian

wilayah

Provinsi

Maluku

seperti

yang

digambarkan di atas memperlihatkan kondisi perekonomian wilayah ini mau


berkembang maka model perekonomiannya harus bersifat terbuka. Oleh karena
itu aspek keruangan (space) menjadi model ekonomi wilayah yang saling
berinteraksi (linkages) atau memiliki berbagai macam simpul-simpul jasa
distribusi diantara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Model perekonomian
seperti ini akan menjadi salah satu model perekonomian yang berakarakteristik
perekonomian wilayah kepulauan sehingga di harapkan mampu dalam
meningkatkan mobilitas faktor-faktor produksi dan menjadi andalan (prime
mover) untuk memacu

perkembangan

perekonomian wilayahnya.

Dengan

demikian sektor-sektor yang berpotensi atau dominan terhadap produksinya


serta memiliki nilai tambah (value added) baik menurut lapangan usaha
(sektor) maupun komponennya akan menjadi daya tarik dan daya kepekaan

144

yang tinggi (backward and forward linkages) dan memberi dampak multiplier
effek dari sektor-sektor unggulan tersebut terhadap sektor lainnya.
Secara umum Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi
Maluku menurut lapangan usaha menunujukkan
seperti pada Tabel 12.

kinerja

perekonomiannya

Tabel 12. PDRB Provinsi Maluku Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (dlm jutaan Rupiah), Tahun 2000/2008
URAIAN SEKTOR
Pertanian

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

43 7376.55

424 824.07

433 339.61

1 029 450

1 058 272

1 096 737

1 129 295

1 175 896

1 209 850

10 634.4

11 438.39

11 796.26

25 260

26 019

26 951

28 067

25 730

27 004

Industri Pengolahan

67 586.65

62 785.6

63 107.25

142 165

147 070

152 394

160 349

180 252

188 445

Listrik, Gas dan Air Minum

10 556.73

7 590.25

7 107.43

15 946

17 188

18 249

19 570

20 599

20 958

Bangunan

10 824.22

11 386

11 927

37 370

39 373

41 645

44 447

47 705

49 848

Perdagangan, Hotel dan Restoran

278 365.6

286 970.84

299 118.33

719 658

757 098

802 381

863 351

922 453

971 534

Pengangkutan dan Komunikasi

128 595.26

110 334.81

116 430.73

257 266

288 267

318 850

354 487

388 588

407 690

Bank dan Lembaga Keuangan

87 211.24

88 449.15

92 238.77

168 612

174 646

181 483

190 606

201 042

209 645

266 351.46

273 168.92

288 535.47

574 737

594 062

620 556

649 943

671 249

702 130

Total PDRB
1 299 502.11 1 278 949.03
Sumber: Maluku Dalam Angka Tahun 2008, data diolah

1 325 602.85

2 972 467.00

3 103 999.00

3 261 251.00

3 442 121.00

3 635 521.00

3 789 112.00

Petambagan dan Penggalian

Jasa-Jasa

145

Anda mungkin juga menyukai