Anda di halaman 1dari 12

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Konsep Sakralisasi Sebagai Upaya Konservasi Mata air
Sakralisasi sebagai salah satu upaya konservasi mata air yang didasari oleh
kearifan lokal Tri Hita Karana. Tri Hita Karana merupakan tiga jalan menuju
kesejahteraan atau kebahagiaan. Tiga jalan itu adalah dengan menjalin hubungan
yang baik antara manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan dan manusia
dengan Tuhan.
Sakralisasi yang menerapkan kearifan lokal Tri Hita Karana ini, dibuktikan
dengan penelitian yang penulis lakukan di mata air Beji Desa Adat Pakraman Batuan,
dan masyarakat Desa Adat Pakraman Batuan dengan sampel 50 orang.
4.1.1 Data Kuisioner
Kuisioner yang mengkaji konsep sakralisasi, terdiri dari 4 item pertanyaan yang
memiliki kreteria positif dan disebarkan kepada 50 responden di Desa Adat Pakraman
Batuan. Data hasil kuisioner di tabulasi dan ditunjukkan pada lampiran 3.
Berdasarkan data tersebut, rekapitulasi sebaran jawaban responden adalah sebagai
berikut.
Tabel 4.1 Rekapitulasi Sebaran Jawaban Responden Terhadap konsep sakralisasi

Untuk lebih jelasnya deskripsi data di atas dapat disajikan dalam bentuk grafik
sebagai berikut:
Grafik 4.1 Sebaran jawaban responden terhadap konsep sakralisasi
13

14

35
30
25

Jumlah SS(Sangat
Setuju)

Jumlah S (Setuju)

20

Jumlah RR (Raguragu)

Jumlah TD (Tidak
Setuju)

15

Jumlah STD
(Sangat Tidak
Setuju)

10
5
0
1 2 3 4

Berdasarkan data hasil rekapitulasi sebaran jawaban responden diatas, dapat


diamati bahwa setiap item pertanyaan didominasi oleh jawaban sangat setuju dan
setuju. Sedangkan jawaban ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju relatif kecil
bahkan nol. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat kesetujuan masyarakat bahwa
konsep sakralisasi merupakan implementasi kearifan lokal Tri Hita Karana. Tri Hita
Karana merupakan kearifan lokal yang baik dalam mendasari sakralisai, dengan
tingkat kesetujuan masyarakat yaitu 89.1% berdasarkan hasil tabulasi penskoran,
yang di tunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 4.2 Penskoran jawaban responden terhadap konsep sakralisasi

15

Grafik 4.2 Persentase skor jawaban responden terhadap konsep sakralisasi

4.1.2 Data Wawancara


Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap 25 responden yang 10 orang
merupakan prajuru adat desa dan mantan prajuru adat, 5 orang kelian banjar, 1 orang
tokoh masyarakat, dan 9 orang merupakan orang-orang terpelajar, diperoleh
informasi bahwa Tri Hita Karana merupakan kearifan lokal yang selalu diterapkan
dalam sakralisasi, selain Tri Hita Karana masih belum digunakan konsep lain. Tetapi
salah satu cara lain untuk menjaga kesakralan mata air adalah dengan menjauhkannya
dari pembangunan dan kebisingan.
4.1.3 Data Observasi
Beji merupakan salah satu mata air yang terdapat di Desa Adat Pakraman Batuan
yang terletak kurang lebih 200 meter dari jalan utama yang beraspal. Kemudian
melintasi jalan berpaping sekitar 300 meter. Jalan berpaping ini terlihat sangat terawat
diantara alang-alang dan beberapa pohon kelapa sebagai peneduh. Di ujung jalan
kemudian menuruni tangga yang dibeton, sampai di nista mandala.
Memasuki nista mandala aura kesakralannya mulai terasa, disamping areal mata
air jauh dari pemukiman penduduk dan dikelilingi oleh pohon-pohon besar dengan
akar gantung. Di sebelah kanan terdapat sungai yang permukaannya dijatuhi oleh

16

beberapa daun kering. Di sungai ini ada sebuah pancoran, yang aliran airnya berasal
dari mata air di madya mandala. Untuk Memasuki areal madya mandala, menaiki
tiga buah anak tangga dari batu padas. Areal disana semuanya merupakan susunan
dari batu padas. Batu tersebut lembab dan terlihat ada rembesan-rembesan air pada
beberapa celah batu, dimana rembesan yang terbesar dipasangkan pipa, sehingga
terdapat dua buah pancoran yang debit airnya besar. Kesakralannya semakin beraura
setelah melihat canang diatas pancoran.
Memasuki areal Utama Mandala, terdapat candi bentar yang terbuat dari paras
dan masih kelihatan baru, karena 5 tahun yang lalu telah direnovasi sehubungan
dengan karya tawur yang diselenggarakan di Desa Adat Pakraman Batuan. Di dalam
utama mandala terdapat sebuah padmasari, yang diatasnya terdapat beberapa canangcanang sebagai bentuk ritual kehadapan Tuhan Hyang Maha Esa. Di utama mandala
ini merupakan pusat dari mata air yang keluar menetes lewat pori-pori batu padas.
Dari hasil obsrevasi tersebut diketahui bahwa hubungan manusia dengan
Tuhannya sangat terlihat, terbukti dengan seringnya masyarakat yang memasuki areal
beji menghaturkan canang. Hubungan yang baik antar manusia dengan alam dilihat
dari areal beji yang sangat dijaga dan dirawat, bahkan tidak ada sampah-sampah non
organik seperti kulit sampo atau sabun yang terlihat, meskipun beberapa masyarakat
ada yang mandi di areal madya mandala. Hubungan manusia dengan manusia dalam
menata dan menjaga kelestarian beji juga sangat baik.
4.2 Efektivitas Sakralisasi untuk Konservasi Mata air Berdasarkan Analisis
SWOT Persepsi Masyarakat
Untuk mengetahui efektivitas sakralisai dalam rangka konservasi mata air Beji di
Desa Adat Pakraman Batuan, dilakukan penelitian berdasarkan analisis SWOT, yaitu
meneliti dari segi kekuatan, kelemahan, keuntungan dan ancaman.
4.2.1 Data Kuisioner
Kuisioner untuk memperoleh data dengan analisis SWOT terdiri dari sepuluh
item pertanyaan dengan kreteria positif, dimana 4 soal mengkaji tentang kekuatannya,

17

dan masing-masing dua soal untuk kelemahan keuntungan dan ancaman. Dari
kuisioner yang telah disebarkan kepada 50 responden di Desa Adat Pakraman Batuan
diperoleh data yang disajikan dalam 4 tabel sesuai dengan pembagian analisis SWOT
sebagai berikut:
Tabel 4.3 Rekapitulasi Sebaran Jawaban Responden Efektivitas Sakralisasi untuk
Konservasi Mata air Berdasarkan Analisis Strength (Kekuatan)

Grafik 4.3 Rekapitulasi Sebaran Jawaban Responden Efektivitas Sakralisasi untuk


Konservasi Mata air Berdasarkan Analisis Strength (Kekuatan)
35
30

Jumlah SS(Sangat
Setuju)

25

Jumlah S (Setuju)

20

Jumlah RR (Raguragu)

15

Jumlah TD (Tidak
Setuju)

10

Jumlah STD (Sangat


Tidak Setuju)

5
0
5

18

Tabel 4.4 Rekapitulasi Sebaran Jawaban Responden Efektivitas Sakralisasi untuk


Konservasi Mata air Berdasarkan Analisis Weaknesses (kelemahan)

Grafik 4.4 Rekapitulasi Sebaran Jawaban Responden Efektivitas Sakralisasi untuk


Konservasi Mata air Berdasarkan Analisis Weaknesses (kelemahan)
40
35
30
25
20
15

Jumlah SS(Sangat
Setuju)

Jumlah S (Setuju)

Jumlah RR (Raguragu)

Jumlah TD (Tidak
Setuju)

Jumlah STD
(Sangat Tidak
Setuju)

10
5
0
9

10

Tabel 4.5 Rekapitulasi Sebaran Jawaban Responden Efektivitas Sakralisasi untuk


Konservasi Mata air Berdasarkan Analisis Opportunity (keuntungan)

19

Grafik 4.5 Rekapitulasi Sebaran Jawaban Responden Efektivitas Sakralisasi untuk


Konservasi Mata air Berdasarkan Analisis Opportunity (keuntungan)
35
30
25
20
15

Jumlah SS(Sangat
Setuju)

Jumlah S (Setuju)

Jumlah RR (Raguragu)

Jumlah TD (Tidak
Setuju)

Jumlah STD
(Sangat Tidak
Setuju)

10
5
0
11

12

Tabel 4.6 Rekapitulasi Sebaran Jawaban Responden Efektivitas Sakralisasi untuk


Konservasi Mata air Berdasarkan Analisis Treats (Ancaman)

20

Grafik 4.6 Rekapitulasi Sebaran Jawaban Responden Efektivitas Sakralisasi untuk


Konservasi Mata air Berdasarkan Analisis Treats (Ancaman)
30
25
20

Jumlah SS(Sangat
Setuju)

Jumlah S (Setuju)

15

Jumlah RR (Raguragu)

Jumlah TD (Tidak
Setuju)

Jumlah STD
(Sangat Tidak
Setuju)

10
5
0
13

14

Dari keseluruhan grafik dan tabel di atas dapat diamati bahwa jawaban setuju dan
sangat setuju mendominasi pada tabel analisis strength (kekuatan) dan Opportunity
(Keuntungan). Sementara pada tabel analisis weaknesses dan treats jawaban setuju
dan tidak setuju hampir sama rata jumlahnya.
Ini membuktikan bahwa keuntungan dan kekuatan menggunakan sakralisasi
sebagai upaya konservasi mata air lebih besar dari pada kelemahan dan ancamannya.
Dapat dilihat juga dari data hasil penskoran jawaban responden yaitu, skor untuk
analisis kekuatan sakralisasi adalah 81.467%, skor analisis kelemahan sakralisasi
64%, skor analisis keuntungan sakralisasi 80% dan ancaman sakralisasi 60%. Dengan
persentase ini dapat diketahui bahwa sakralisasi efektif untuk konservasi mata air Beji
Desa Pakraman Batuan. Dan untuk menanggulangi kelemahan dan ancamannya
sudah diberikan solusi untuk mengatasinya.
Penskoran jawaban responden dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut:

21

Tabel 4.7 Rekapitulasi Skor Jawaban Responden Efektivitas Sakralisasi untuk


Konservasi Mata air Berdasarkan Analisis Strength (Kekuatan)

Grafik 4.7 Persentase Skor Jawaban Responden Efektivitas Sakralisasi untuk


Konservasi Mata air Berdasarkan Analisis Strength (Kekuatan)

Persentase
90
85

Persentase

80
75
70
5

Tabel 4.8 Skor Jawaban Responden Efektivitas Sakralisasi untuk Konservasi Mata air
Berdasarkan Analisis Weaknesses (kelemahan)

22

Grafik 4.8 Persentase Skor Jawaban Responden Efektivitas Sakralisasi untuk


Konservasi Mata air Berdasarkan Analisis Weaknesses (kelemahan)

Persentase
100
80
60
40
20
0

Persentase

10

Tabel 4.9 Jawaban Responden Efektivitas Sakralisasi untuk Konservasi Mata air
Berdasarkan Analisis Opportunity (keuntungan)

Grafik 4.9 Persentase Skor Jawaban Responden Efektivitas Sakralisasi untuk


Konservasi Mata air Berdasarkan Analisis Opportunity (keuntungan)

Persentase
83
82
81
80
79
78
77
76

Persentase

11

12

23

Tabel 4.10 Skor Jawaban Responden Efektivitas Sakralisasi untuk Konservasi Mata
air Berdasarkan Analisis Treats (Ancaman)

Grafik 4.10 Persentase Skor Jawaban Responden Efektivitas Sakralisasi untuk


Konservasi Mata air Berdasarkan Analisis Treats (Ancaman)

Persentase
80
60

Persentase

40
20
0
13

14

4.2.2 Data Wawancara


Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap 25 responden dari Desa Adat
Pakraman Batuan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a. Strength
Masyarakat Desa Adat Pakraman Batuan sangat mentaati awig-awig yang berlaku
pada mata air. Jika awig-awignya itu tegas, masyarakat sudah pasti mentaatinya.
Apalagi dianggap sakral kemudian dikaitkan dengan keyakinan maka akan ditaati
Sakralisasi dapat melestarikan mata air sebab dikaitkan dengan keyakinan dan
buktinya areal mata air tetap bersih dan terjaga sepanjang berlakunya sakralisasi.
b. Weaknesses:

24

Orang HAID yang tidak dapat mengambil air ke mata air.


Maka solusinya yaitu; air dapat diambilkan oleh keluarga atau masyarakat yang
juga akan mengambil air. Atau dapat dibuatkan aliran air di luar areal sakralisai.
c. Opportunity
Mata air bisa dijadikan objek wisata asalkan ada aturan yang jelas bagi wisatawan
yang akan memasuki areal sakralisasi, dengan tetap mengutamakan kesakralan mata
air.
Untuk mengoptimalisasikan pemanfaatan air dari mata air demi kesejahteraan
masyarakat, sebaiknya dibuatkan tempat penampungan air yang kemudian dapat
dialirkan kerumah-rumah warga.
d. Treats
Untuk mengatasi konflik-konflik yang terjadi akibat perebutan kekuasaan mata
air, maka perlu diperjelas batas-batas wilayah mata air tersebut. Mengadakan
musyawarah(peparuman) untuk mencapai suatu kesepakatan. Dan mensosialisasikan
bahwa air dikuasai oleh Negara dan dimanfaatkan secara bersama-sama demi
kepentingan bersama. Sehingga selalam ini belum pernah terjadi konflik antar daerah.

Anda mungkin juga menyukai