Anda di halaman 1dari 5

CATATAN:

One Belt One Road (yi lu yi dai) & Pusat Maritim Dunia :
Kerjasama dan Persaingan Strategi
Penyebab Keprihatinan
Permasalahan wilayah e.g Laut China Selatan, atas agresifitas
RRT-peningkatan anggaran militer, penempatan dan unjuk
kekuatan militer, pulau "made in China", tidak saja
menggelisahkan negara tetangganya atas batas kedaulatan
teritorial, khususnya anggota negara ASEAN dan Taiwan, juga
kekhawatiran proses perubahan sistem dan struktur keamanan
wilayah yang kini diinisiasi RRT usai perang dingin
kemenangan barat yang dipimpin AS sebagai " polisi dunia"
berpotensi instabilitas.
Menelisik doktrin dasar yang melandasi perkembangan kebijakan
maupun praktek perilaku hubungan luar negeri RRT disamping
keberhasilan kemajuan besar yang dicapai bidang ekonomi
mengutib sebagaimana yang berulang dinyatakan Presiden Xi
Ji ping, Menlu Wang Yi maupun Dubes China di AS, Tang Jia
xun dua hal pokok strategi yang dilaksanakan sebagai bangsa
dan negara yaitu pertama "menata ulang hubungan antar
negara besar" (xin xing daguo guanxi ) serta mewujudkan
"mimpi China" (zhongguo meng). Paradigma rumusan strategi
dalam niat mewujudkannya ,oleh para pemimpin itu tampaknya
sangat diyakini dan berakar dalam dari kemegahan budaya
Tiongkok kuno yang sangat dikenal diseluruh dunia dan
evaluasi dari sejarah modern China yang dinilai pernah dijajah
dan dihina serta direndahkan martabatnya oleh bangsa bangsa
barat . Kini bangsa China bangkit tidak mau lagi hal itu terulang
kembali.
Kebesaran ekonomi China yang mengalahkan Jepang sampai
perilaku politik keamanan yang ditunjukkannya sebagai negara
besar, meski secara diplomasi menyatakan posisi negaranya
masih pada klompok negara berkembang, banyak pengamat
menyebut China telah menjadikan dirinya sebagai alternatif
selain AS dalam tatanan geopolitik dan geoekonomi global.
Dalam situasi dan kondisi demikian, kita sepakat melihat
kekakuan China dalam praktek ekonomi, dagang, militer dan
persoalan perbatasan, negara ini akan sulit memberi konsesi
strtegisnya ke negara lain. Oleh karena itu , satu sisi klaim

wilayah dan perbatasan dengan menerbitkan peta resmi titik


sembilan di LCS serta dicantumkannya dalam dokumen
perjalanan antarbnegara berupa paspor serta praktek gelaran
militer dilapangan, dan disisi lain strategi kebijakan OBOR (yi lu
yi dai ) abad 21 yang berakar dari kejayaan masa Dinasti Ming
abad 14, didukung pendanaan dengan membentuk bank AIIB ,
adalah merupakan dua strategi seperti " chop stick" yang
berakar dlm budaya sehari hari orang tionghoa sebagai sarana
digunakan untuk "makan" demi kehidupannya.
Pergeseran ke Pusat Maritim Dunia
Ada dua kata penting dan strategis yang terumuskan memiliki
"akar" nya yang kuat di bumi Indonesia, sering diucapkan
Presiden Jokowi(Jkw) menyusul digantiknnya Sby ( okt 2014)
terkait pembangunan Indonesia kedepan. Premis tersebut ialah
Indonesia bukan hanya P Jawa saja melainkan tiga belasan
ribu pulau dan dua pertiga wilayah Indoensia adalah lautan.
Sejarahwan menyebut kemegahan Mojopahit abad 14
mengindikasikan Indonesia (Nusantara) adalah negara maritim
bahkan sampai kini didukung sebagian rakyat dari etnik seperti
Makasar dll terkenal keberaniannya menantang dan
mengarungi lautan meski dahulu belum dikenal dan didukung
tehnologi canggih seperti sekarang. Para pakar pembangunan
sudah cukup lama mengingatkan realiatas geografi agar
memanfaatkan potensi lautan guna mndukung pembangunan
termasuk pengamanannya dari penjarahan dan pelanggaran
batas kedaulatan laut oleh asing sebagai penyebab kerugian
negara yang sangat besar.
Pada East Asia Summit IX! Miyanmar,13 Nop 2014, Presiden Jkw
mengenalkan Indonesia sebagai Pusat Maritim Dunia(PMD)
yang memiliki lima pilar utamanya. Dua pilar penting selain
terkait budaya maritim ,menjaga dan mengelola laut,infra
struktur, yaitu diplomasi mengajak kerjasama untuk
menghilangkan sumber konflik dilaut (illegal fishing,
pelanggaran kedaulatan termasuk sengketa wilayah )serta
Indonesia memiliki kewajiban membangun kekuatan maritim
sebagai konektifitas geostrtegi Indonesia yang menjadi titik
tumpu dua samudra(Hindia dan Pacific). Dalam waktu hampir
bersamaan dalam kontek kemaritiman, posisi RRT lebih gencar
dan agresif melaksanakan strategi chop stick yaitu satu sisi
klaimnya di LCS dibarengi kesiapan militer darat, laut dan
udara dan disisi lain diluncurkannya AIIB yng didukung banyak

negara (tanpa Indonesia?) untuk mendukung negara


disekeliling OBOR se Asia Pacific dalam membangun infra
struktur seperti pelabuhan, ekonomi perdagangan .
OBOR atau Jalur Sutera abad 21 dimulai dari pelabuhan
pelabuhan Tiongkok melalui LCS, Selat Malaka,Selat Sunda
menuju Teluk Persi, Laut Merah dan Teluk Aden menuju
Eropah melalui Lautan Hindia. Jalur ini akan meluas dari Asia
ke Afrika Timur dan Asia Barat dan Eropah yang bergantung
pada negara negara ASEAN, termasuk Indonesia.
Kerjasama yg belum tercapai.
RRT secara diplomatis memposisikan Indonesia sebagai penting
dan strategis. Bahkan sifat hubungannya dalam bahasa
mandarin disebut "hao pengyou" yang bermakna tidak sekedar
sahabat yang biasa. Indonesia dengan teguh memegang teguh
"one china policy" meski dalam masa pembekuan hubungan
diplomatik selama duapulih lima tahun tidak otomatis mengakui
Taiwan. Indonesia juga negara dengan size yang besar
ditengah negara negara ASEAN. Pada galibnya, entah ini
dikarenakan ketidak mampuan diplomasi Indonesia atau nilai
politik luar negeri RRT yg diterapkan berbeda dengan nilai nilai
persahabatan diidunia politik yang disebut oleh akademisi di
Indonesia bahwa RRT semestinya punya utang budi .Pertama,
KAA Bandung 1955, ibarat Indonesia memberikan panggung
China yg baru lima tahun merdeka membutuhkan panggung
dunia. Presiden Soekarno menggandeng PM Zhou, sehingga
negara yg dikenal tertutup itu dikenali dunia. Kedua, Indonesia
teguh memegang one China policy dipemerintahan Beijing
meski dua puluh lima tahun terjadi pembekuan hubungan.
Ketiga ,Indonesia mengakui masyarakat suku tionghoa di
Indonesia menjadi salah satu suku bangsa Indonesia.
Tampaknya etimologi dari hao peng you berbeda dengan
modalitas politik budi yang disebut diatas. Presiden Jkw sudah
dua kali mengadakan kunjungan ke Beijing (2015) ,selain
sebagai Presiden terpilih juga membawa tawaran kerjasama
dalam kontek infra struktur maritim salah satunya agar Kantor
AIIB yg mendukung pendanaan pembangunan infra struktur
negara negara disekitar OBOR dapat dibentuk di Jakarta
sekaligus dapat membantu pembangunan pelabuhan
pelabuhan dan membangun konektifitas laut di Indonesia.
Selain itu mendesak RRT untuk bersetuju CoC ASEAN- China
tentang pengelolaan konflik di LCS. Permintaan konsesi diatas
guna memanfaatkan OBOR melalui skema kerjasama diatas

tidak berhasil . Sementara sudah nyata dalam kontek klaim


LCS dalam OBOR tumpang tindih dengan konsep strategi
PMD. Niatan baik untuk disepakati konsesi dengan skema
diatas dengan tujuan kolaborasi kemaritiman serta pengelolaan
konflik bertumpu pada disepakatinya CoC masih jauh dari
harapan negara negara ASEAN bahkan terasakan kekakuan
China untuk berpegang teguh dan bertumpu pada
melaksanakan skema diplomasi kerjasama secara bilateral
namun tidak mengganggu bahkan harus disubordinasikan
dalam strategi besar chop stick. Kasus yang paling akhir
kontek Indonesia adalah kerjasama bilateral P to P proyek
kereta cepat Jakarta Bandung. Kritikan masyarakat luas dan
ketidak sinkronan kebijakan antara Mentri Indonesia thd proyek
selama berbulan bulan di media cetak dan elektronik serta
sosmed mengarah pada penilaian kerugian bagi Indonesia dan
harapan untung setelah 50 thn akan diserahkan sepenuhnya
kpd Indonesia dimentahkan adanya tuntutan kontrak yg
dimungkinkan adanya perpanjangan oleh China. Isu di dalam
negeri ini sedikit banyak menyiram minyak rasa anti china.
Penjaminan Strategi dan jalan keluar
Menghadapi situasi yang sewaktu waktu dapat menimbulkan
instabilitas sebagaimana diuraikan diatas, merujuk pola strategi
yg dikembangkan James Steinberg (2014) ada beberapa
pandangan umum yang berkembang dapat dikenali yaitu
pesimistik, optimistik dan penjaminan strategi. Berikut
diusulkan poin ketiga yang berhubungan erat dengan masalah
strategi didasarkan kondisinya dan dalam tataran ini
diharapkan mengendurkan bila tidak menyelesaikan secara
komprehensive, yaitu:
Pertama, sikap menahan diri dan pencegahan oleh para
pemimpin yaitu para pemimpin dapat memberi konsesi yang
dinilai dapat membahagiakan semua pihak. Para pemimpin
dapat berkomunikasi secara lebih intens.
Kedua, tindakan yg dapat memperkuat terkait "one china
policy" agar tdk menimbulkan kekhawatiran negara tertentu.
Ketiga, transparansi terkait anggaran militer.
Sementara usulan untuk jln keluar yang kini dikhawatirkan oleh
negara di wilayah Asteng dan Astim dalam memghindarkan
instabilitas terdapat dua hal pokok secara umum yaitu :
Pertama, menurunkan perlombaan senjata termasuk

kawasan bebas nuklir dan kedua, semua pihak berupaya


menahan diri dan menghindarkan potensi krisis yang
mengarah instabilitas.
Jakarta, Maret 2016
Krisno Legowo
Pengamat Chinese and China Problem
Pengajar Sekolah Tinggi Intelijen Negara

Anda mungkin juga menyukai