BAB II
RUANG LINGKUP STUDI
2.1. Deskripsi Umum Rencana Kegiatan
2.1.1.
B. Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan usaha pemanfaatan hasil sagu alam di Kabupaten
Jayapura Provinsi Papua dikelompokkan menjadi: 1) Pemanfaatan dan
pemeliharaan kerapatan sagu alam, 2) Pengangkutan empulur sagu; 3)
Pembangunan pabrik pengolahan tepung sagu dan fasilitas penunjangnya;
serta 4) Pengangkutan kemasan tepung sagu.
Peta lokasi rencana kegiatan usaha pemanfaatan hasil sagu alam di
Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua oleh PT. NuSP disajikan pada Gambar
2.1, 2.2, dan 2.3.
KA-ANDAL Usaha Pemanfaatan Hasil Sagu Alam Di Kabupaten Jayapura, Provinsi II-1
Papua
II-2
KA-ANDAL Usaha Pemanfaatan Hasil Sagu Alam Di Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua
II-3
KA-ANDAL Usaha Pemanfaatan Hasil Sagu Alam Di Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua
II-4
Tahap Pra-Konstruksi
1) Studi Kelayakan
Studi Kelayakan telah disusun oleh PT. Nusantara Sago Prima (NuSP). Studi
kelayakan ini merupakan penyusunan perencanaan yang meliputi
pengkajian pembangunan proyek, survei potensi sagu alam dan keadaan
lapang, pengkajian kelayakan teknis, ekonomi, dan sosial budaya
pembangunan pabrik sagu PT. NuSP di Kecamatan Sentani dan Kaureh.
sarana prasarana dan fasilitas penunjang lainnya. Area lain yang harus
dibebaskan seluas Ha adalah untuk pembangunan base camp di dekat
areal hutan sagu yang dimanfaatkan PT. NuSP di Kaureh.
Gambaran umum kegiatan penting lainnya di sekitar rencana lokasi pabrik
sagu di Kaureh adalah PT. Perkebunan Sinarmas II, HPH PT. Risana Indah
Forest dan PT. Siklop Raya.
Tahap Konstruksi
6) Pemanfaatan Tenaga Kerja Tahap Kontruksi
Pendekatan perekrutan tenaga kerja pada kegiatan konstruksi antara lain:
Kebutuhan tenaga kerja secara langsung yang sesuai dengan kualifikasi
yang diperlukan untuk setiap pekerjaan disampaikan kepada Dinas
Tenaga Kerja setempat, sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Kesempatan kerja terbuka bagi seluruh masyarakat, sesuai dengan
jumlah dan kualifikasi yang dibutuhkan.
Tenaga kerja yang bersifat tidak langsung disalurkan melalui kontraktor
mitra kerja dengan mencantumkan persyaratan atau himbauan untuk
semaksimal mungkin menggunakan tenaga kerja masyarakat lokal sesuai
kualifikasi dan kebutuhan.
Tenaga kerja lokal yang diterima sebagai tenaga kerja tetap maupun kontrak
ditempatkan sesuai dengan kualifikasi/keahliannya. Masyarakat di sekitar
lokasi kegiatan mempunyai peluang untuk bekerja sepanjang memenuhi
persyataran. Tenaga kerja yang terlibat pada umumnya berpendidikan dari
tingkat SLTA hingga sarjana.
Secara umum, spesifikasi dan kualifikasi kebutuhan tenaga kerja mengacu
pada Peraturan Daerah Propinsi Papua.. tentang Pedoman Penempatan
Tenaga Kerja Lokal, dan Peraturan Daerah .. tentang Penempatan
Tenaga Kerja Lokal. Komposisi rencana penggunaan tenaga kerja adalah
lokal (%) dan Angkatan Kerja Antar Daerah (AKAD) (..%) apabila
memungkinkan, dan pada dasarnya komposisi diatas tidak baku.
Untuk tahap selanjutnya komposisi tenaga kerja lokal dapat berubah sejalan
dengan peningkatan tingkat kesiapan dan ketrampilannya. Diperkirakan
kebutuhan tenaga kerja untuk pabrik sagu kapasitas 100 ton/hari adalah 74
orang/line.
Rencana Kebutuhan Tenaga Kerja Pabrik Sagu PT. Nusantara Sago Prima
(NuSP) disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Rencana Kebutuhan Tenaga Kerja Pabrik Sagu PT. Nusantara
Sago Prima
No
Uraian
Tahun I
Tahun II
Tahun III
General Manager
Deputy GM
1
1
1
1
1
1
Mill Manager
Manager Umum
1
1
1
1
1
1
11
12
12
Top Managemen
1
2
3
10
11
dan
1
1
1
1
1
1
c. Staf
Bagian Tata Usaha dan Admimistrasi :
1
2
1
5
1
5
1
1
1
1
1
1
c.
c.
c. Staf
b. Staff
Bagian Laboratorium dan IPAL
1
-
3
3
3
3
1
15
2
39
2
39
10
34
15
75
15
150
Staff
Staff
8
Mantri Kesehatan
Jumlah B
C
Tenaga Harian
Keamanan
Buruh Pabrik
Driver (Jeep, Dump Truck, Locco)
2
3
No
Jumlah C
Uraian
Jumlah A+B+C
74
Sumber : Project Definition PT. Nusantara Sago Prima, 2010
97
172
148
223
Jumlah (Unit)
Alat Berat
Buldozer
Grader
B.H Loader
Compektor
TRB
Excavator
Kendaraan Pabrik
Jeep Taft
Sepeda Motor
Locco Pengangkut Tepung Sagu
Speed Boat
Alat/kendaraan Pengendalian Kebakaran
Kendaraan Pemadam Kebakaran
Truck
Motor
Handy Talky
Teropong/Binokular
2
4
1
1
1
2
1
8
2
1
1
1
1
3
1
Sumber : Data Alat Berat dan Kendaraan PT. Nusantara Sago Prima
Tahun 2010
air dan jalan darat, dan Tempat Penimbunan Batang (TPB) sagu di dekat
pabrik pengolahan sagu.
Jalan Ongkak
Jalan ongkak dibangun pada setiap blok tebang (Blok RKT) untuk
mengeluarkan pohon sagu dari dalam hutan menuju Tempat Pengumpulan
(TPn) di tepi sungai/anak sungai atau di tepi jalan. Lebar jalan ongkak 2-3
meter, dengan panjang maksimum 1 km. Setelah batang sagu ditebang,
dipotong-potong menjadi ukuran 2 meter dan diangkut dengan kudakuda/ongkak dan ditarik dengan tenaga manusia menuju TPn.
Jarak antar jalan ongkak sekitar 2 km, sehingga diperkirakan luas hutan
yang dibuka untuk jalan ongkak sekitar...... ha/blok RKT.
Tempat Pengumpulan (TPn)
Tempat pengumpulan batang sagu berada dipinggir sungai atau anak
sungai, dan sebagian dipinggir jalan (khusus di Sentani). Luas TPn sekitar
0,05 ha dan diperkirakan terdapat 20 TPn tiap Blok RKT.
Tempat Penimbunan Batang (TPB)
Tempat penimbunan (pengumpulan akhir) batang sagu berada di dekat
pabrik Pengolahan Sagu (PPS), dengan luas sekitar 2 ha/unit.
Penyiapan Lahan untuk Pabrik dan Fasilitas Penunjang
Dalam proses penyiapan lahan, akan dilakukan penebangan vegetasi pada
calon lokasi pabrik dan fasilitas penunjang. Lahan akan diratakan dengan
cara cut and fill. Setelah itu dilakukan pemadatan dan pengerasan lahan
agar siap digunakan sebagai lahan pabrik dan fasiltas penunjang.
Topografi yang ideal untuk pabrik dipilih yang datar. Namun demikian
untuk kegiatan tertentu dibutuhkan tempat yang lebih tinggi dari unit
rebusan sehingga perlu dilakukan penimbunan.
Lokasi yang dipilih harus memiliki daya dukung tanah yang cukup
baik, karena tanah harus mampu menopang semua bangunan dan
peralatan pabrik yang dibangun diatasnya. Disamping itu lokasi
pabrik harus bebas banjir dan memiliki drainase yang baik. Untuk
kepastian letak pabrik, perlu dilakukan penelitian tanah (sounding
and drilling) sebelum pembangunan pabrik sagu dimulai.
Fasilitas pendukung pabrik sagu PT. Nusantara Sago Prima yang akan
dibangun sebagai berikut :
Fasilitas Proses (Process Facilities) :
- Material Bahan Pemeliharaan (Raw Material Handling)
- Penanganan Pabrik (Pretreatment)
- Proses Pembasahan (Wet Processing)
- Pengeringan dan Pengepakan (Drying dan Packing)
10)
Pembangunan IPAL
Pembangunan kolam Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) bertujuan untuk
mengelola limbah cair dari operasional pabrik. Lokasi IPAL akan berdekatan
dengan pabrik dan rencana pembangunan IPAL bersamaan dengan
pembangunan pabrik sagu.
Lay out pabrik sagu PT. Nusantara Sago Prima secara lengkap disajikan pada
Gambar
Tahap Operasi
11)
12)
memanen sagu, seperti chain saw untuk menebang dan membelah pohon
sagu.
Panen diawali dengan pemilihan pohon yang sudah siap dipanen (8 10
tahun) untuk ditebang, kemudian pembuatan jalan menuju rumpun sagu
yang akan dipanen. Setelah itu dilakukan pembersihan rumpun dan pohon
sagu yang akan dipanen, selanjutnya pohon sagu ditebang.
Pemanenan pohon sagu alam dilakukan oleh masyarakat. Pohon sagu
tersebut kemudian dijual ke PT. NuSP untuk diolah menjadi tepung sagu.
Penanaman Kembali
Pada daerah-daerah yang kerapatan pohon sagunya sudah rendah dilakukan
penanaman kembali pohon sagu bekerjasama dengan masyarakat, sesuai
dengan teknik budidaya pohon sagu.
13)
14)
Dalam proses pengolahan sagu dibutuhkan air dengan kualitas yang bagus
dan volume yang mencukupi. Sistem penjernihan air yang akan diterapkan
untuk pengolahan sagu adalah :
Air dialirkan dari sungai melalui pipa diameter 6 inchi ditampung dalam
kolam penampungan (Clarifier tank). Air yang masuk ke dalam kolam diberi
bahan kimia sebagai koagulan seperti soda Ash dan Tawas dengan dosis 50
125 ppm, sedangkan dosis untuk soda Ash adalah setengah dosis Tawas.
Pemberian ini tergantung pada keadaan air yang diambil dari sungai, makin
rendah kualitas air yang diambil, makin besar dosis bahan kimia yang
ditambahkan.
Pemberian
koagulan
ini
dilakukan
dengan
cara
menginjeksikan koagulan melalui pipa sebelum air sampai di Clarifier tank.
Air yang berada didalam Clarifier tank mengalami pengadukan sehingga
bahan koagulan dan air akan bercampur rata. Larutan kemudian diteruskan
ke dalam bak yang disebut bak lammel, berfungsi sebagai
tempat
memisahkan antara kotoran dan air. Kemudian larutan diteruskan ke dalam
bak penampungan yang disebut water basin yang berfungsi sebagai tempat
cadangan air serta tempat memisahkan antara kotoran dan air.
Water basin berbentuk empat persegi dengan kapasitas 500 m. Bak ini
akan dibersihkan 3 kali sehari untuk membuang kotoran yang mengendap,
setelah itu air diteruskan ke dalam suatu saringan yang disebut sand filter,
yaitu suatu jenis saringan yang berbentuk silinder.
Sebagai media penyaring digunakan pasir kwarsa yang berfungsi menahan
kotoran sehingga didapatkan air bersih yang layak untuk dikonsumsi, tetapi
belum dapat digunakan sebagai air untuk umpan boiler, karena air yang
dihasilkan disini masih mengandung ion-ion sehingga perlu dilakukan suatu
proses untuk mendapatkan air bebas ion.
Air yang baru melewati sand filter disimpan dalam suatu menara air yang
disebut water tower dan berfungsi sebagai umpan boiler.
Air yang digunakan untuk boiler haruslah air yang murni dan bebas ion
sehingga nantinya tidak akan merusak boiler dan mesin, untuk itu perlu
dilakukan pemurnian air sehingga sesuai dengan standar.
Proses pengolahan air untuk boiler adalah dengan proses demineralisasi dan
deaerasi. Demineralisasi bertujuan untuk menghilangkan kandungan
mineral air dengan jalan substitusi ion anion dan kation. Dalam proses ini
kation yang digunakan resin dengan prinsip kerja mengikat ion kation
maupun anion yang terdapat dalam air sehingga tidak dapat mengikat ion
positif atau negatif lagi dan harus segera dilakukan proses regenerasi.
Peristiwa deaerasi adalah suatu proses untuk melepaskan gas-gas yang
terlarut di dalam air seperti gas O dan gas CO. Proses ini biasanya
KA-ANDAL Usaha Pemanfaatan Hasil Sagu Alam Di Kabupaten Jayapura, Provinsi
II-15
Papua
Dalam proses ini, bubur sagu (sago pulp) dalam tangki diaduk agar seluruh
campuran terlepas dari serat-seratnya.
Campuran yang masih terdiri dari serat-serat, butiran tepung dan air
dialirkan ke saringan silinder berputar. Selama proses ini ditambahkan air
untuk pengenceran.
Penyaringan Bahan Kasar (Coarse Sieving)
Presentase pati sagu yang dihasilkan sangat ditentukan oleh proses ini,
sehingga diperlukan mesin yang sangat efisien. Penyaringan suspensi pati
dilakukan untuk menghilangkan serat dan untuk menghindari penyumbatan
dalam area proses basah. Bubur sagu disaring dengan kain saring, sehingga
pati lolos dari saringan sebagai suspensi pati, dan serat tertinggal pada kain
saring.
Unit pulp-dewatering terdiri dari satu sistem tekan sabuk yang dilengkapi
dengan konveyor sekrup dan pompa untuk pembuangan cairan. Setelah air
dikeluarkan dari serat semi halus dengan kadar air sekitar 50 - 60 %, serat
semi halus dikirim ke daerah laydown untuk selanjutnya ke tahap
pengeringan matahari. Kemudian bubur sagu dipindahkan ke bagian
degritting pertama menggunakan pompa sentrifugal.
Pengadukan (Extraction)
Pengadukan bertujuan agar pati lebih banyak yang terlepas dari sel batang.
Proses ini dilakukan dengan melarutkan Natrium bisulfit secara terusmenerus sampai mencapai bubur encer (38%). Hal ini dilakukan untuk
menjaga mikrobiologi dalam kondisi stabil dan mengurangi pengaruh
oksigen (perubahan warna pati). Sejumlah NaHS0-serbuk dicampur dengan
air dalam tangki kemudian diaduk.
Pemisahan (Separator)
Proses pengendapan tepung dilakukan dengan menggunakan alat
centrifuge atau spinner. Pada tahap ini dilakukan tiga proses ekstraksi dan
satu kali penyaringan. Prinsip kerjanya adalah kombinasi dari pencucian dan
gaya sentrifugal. Proses pencucian dijalankan oleh sistem penyemprotan
yang dirancang khusus. Setiap saringan sentrifugal dilengkapi dengan
pompa khusus yang dirancang untuk pencucian pati. Penyaring dilengkapi
dengan saringan kasa multi-layer (63 m) dan secara teratur dibersihkan
oleh tekanan depan dan penyiraman.
Penyulingan (Refining)
Proses penyulingan dilakukan sebagai pengganti proses pengendapan. Pada
pengolahan secara semi mekanis suspensi pati dibiarkan mengendap di
dalam wadah pengendapan selama 12 jam. Pati akan mengendap sebagai
pasta, cairan diatas endapan dibuang. Dengan penyulingan, komponen
penyusun bubur pati dipisahkan dari air.
KA-ANDAL Usaha Pemanfaatan Hasil Sagu Alam Di Kabupaten Jayapura, Provinsi
II-17
Papua
Pengeringan (Dryer)
Pengeringan dilakukan dengan sistem pengeringan buatan. Udara masuk
akan dipanaskan dengan cara pertukaran tidak langsung dengan panas dari
boiler. Dengan sistem ini proses pengeringan dilakukan dengan efisien dan
kadar air seragam.
Pengeringan sagu dengan menggunakan sinar matahari, prosesnya
sederhana sekali. Sagu di jemur ditempat terbuka dibawah panas sinar
matahari, biasanya lama penjemuran sampai sagu kering 48 jam atau 2
hari. Kelemahan dari pengeringan alami ini adalah jika terjadi hujan, proses
penjemuran tidak bisa dilakukan.
Pengeringan dengan menggunakan steam (uap). Sistem ini semi moderen,
karena sudah menggunakan sedikit sentuhan teknologi, Steam (uap)
diperoleh dari proses pembakaran kulit sagu (uyung) uap panasnya
digunakan untuk proses penjemuran sagu. Proses pengeringan ini akan
berlangsung terus menerus tanpa kendala hujan ataupun udara lembab.
Tempat penjemuran terbuat dari cor batu-bata yang berukuran 20 x 8 meter.
Pengemasan (Packing)
Proses pengemasan dilakukan secara mekanis. Mesin pengemas didesain
untuk mengepak 50-120 kemasan per-jam dengan kapasitas 50 kg. Sagu
yang berupa tepung dimasukkan pada karung dengan berat bersih 50 kg.
Mutu dan kondisi tepung sagu sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya
kadar air. Spesifikasi produk tepung sagu PT. Nusantara Sago Prima disajikan
dalam Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Spesifikasi Produk Tepung Sagu PT. Nusantara Sago Prima.
No
1
Property
Daya Muat Kanji
Satuan
% w/w
Persyaratan
85*
% w/w
0.2
Serabut Mentah
% w/w
0.1
Kekentalan
600
4.5 6.5
ppm
30
Warna Minimum
L value
90
Ukuran Partikel
% passing
125
99
Rasa
Normal
10
Bau
11
Bentuk
Serbuk Halus
12
% (b/b)
Maksimum 13
13
Kadar Abu
% (b/b)
Maksimum 0,5
Property
14
15
Benda Asing
Satuan
Persyaratan
% (b/b)
Minimum 95
15)
16)
17)
Limbah Cair
Pengolahan limbah cair dengan sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) dilakukan dengan menggunakan lagoon system. Hal ini dimaksudkan
untuk mengurangi tingkat polutan sampai dibawah baku mutu lingkungan.
Pada proses pengolahan limbah cair dengan sistem IPAL akan menghasilkan
biogas. Biogas yang dihasilkan ditampung untuk dimanfaatkan sebagai
bahan bakar boiler.
Setelah kualitas air limbah memenuhi standar baku mutu yang telah
ditetapkan, barulah dapat dialirkan ke parit pembuangan ataupun ke badan
penerima limbah. Seperti diketahui setiap industri selalu menghasilkan air
buangan atau limbah pabrik. Hal ini dapat menjadi permasalahan dengan
penduduk yang bertempat tinggal di daerah aliran sungai terdekat. Skema
pengolahan limbah sagu disajikan pada Gambar 2.4.
Penutupan Pabrik
Lokasi bekas pabrik dan fasilitas lain yang telah dibongkar selanjutnya
diratakan dan dibersihkan. kemudian dilakukan revegetasi dengan
penanaman berbagai vegetasi setempat yang cepat tumbuh.
19)
Demobilisasi Peralatan
20)
Setelah masa operasi selesai, maka seluruh tenaga kerja yang digunakan
dan pemasok kebutuhan akan dilepas termasuk tenaga kerja setempat dari
masyarakat sekitar lokasi kegiatan.
Sebelum dilakukan pelepasan tenaga kerja atau pemutusan hubungan kerja,
pihak manajemen akan melakukan pemberitahuan kepada seluruh tenaga
kerja beberapa bulan sebelum pelaksanaan, dan dilakukan secara bertahap.
Pemberitahuan dilakukan baik secara informal maupun formal (dalam
bentuk surat) sesuai perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.
2.1.2.
Deskripsi Kegiatan
K
1
K2
K3
2014
K4
K1
K2
K3
2015
K4
K1
K2
K3
2016
K4
K1
K2
K3
20182023
2017
K4
K1
K2
K3
2024
K4
A. Pra Konstruksi
1. Studi Kelayakan
2. Perijinan dan Sosialisai
3. Pemetaan Kepemilikan
dan Pembebasan Lahan
4. Penyusunan Rencana
Pemanfaatan Sagu
5. Pemberdayaan
Masyarakat (CSR)
B. Konstruksi
6. Pemanfaatan Tenaga
Kerja Tahap Konstruksi
9. Pembangunan Pabrik
Sagu
10. Pembangunan
Fasilitas Penunjang
C. Operasi
11.
Pemanfaatan
Tenaga Kerja Operasi
12. Proses Pemanenan
Sagu
13.Pemeliharaan Hutan
Sagu
KA-ANDAL Usaha Pemanfaatan Hasil Sagu Alam Di Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua
II-23
D. Pasca Operasi
18. Penutupan Pabrik
19.
Demobilisasi
Peralatan
20.
Pelepasan Tenaga
Kerja
A,B,C
A,B,C
A,B,C
KA-ANDAL Usaha Pemanfaatan Hasil Sagu Alam Di Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua
II-24
KA-ANDAL Usaha Pemanfaatan Hasil Sagu Alam Di Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua
II-25
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
2002
Curah
Hari
Hujan
Huja
(mm)
n
335
30
296
22
274
26
267
22
259
18
331
25
173
16
174
16
165
16
158
11
91
17
298
21
Komponen Iklim
2005
Curah
Hari
Hujan
Huja
(mm)
n
193
22
128
21
121
19
86
15
108
15
113
13
76
9
88
10
55
18
154
59
16
15
2007
Curah
Hujan
(mm)
402
681
569
242
233
98
159
107
85
178
345
287
Hari
Huja
n
28
21
22
20
13
9
13
12
14
12
23
16
Sumber : Papua Dalam Angka 2002, Kabupaten Jayapura Dalam Angka 2005 dan 2008
II-28
Parameter iklim
Temperatur udara bulanan rata-rata
Kelembaban relatif udara
Durasi penyinaran matahari
Kecepatan angin rata-rata
Tekanan udara rata-rata
Nilai
27
82
60
1,3
1008
Satuan
o
C
%
%
m/s
mb
C. Geologi
Topografi dan Kelas Lereng
Topografi wilayah studi berdasarkan hasil analisa peta SRTM Indonesia
(2003) secara umum merupakan daerah dataran dengan kemiringan lereng
antara 0 8 %, dan ketinggaan berkisar antara 100 500 m.
Tabel 2.7. Luas Kelas Kelerengan Lahan pada masing-masing Distrik di
Kabupaten Jayapura
Luas Berdasarkan Kelas Lereng
No.
Distrik
1
2
Demta
Depapre
Kaureh
Kemtuk
Kemtuk
Gresi
Nimbokrang
Nimboran
Sentani
Sentani
Barat
Sentani
Timur
Unurum
Guay
Waibu
Ebungfauw
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Total
(km2)
8 - 15
%
47,1
27,0
15 - 25
%
116,4
100,3
25 - 40
%
85,0
89,2
> 40
%
36,8
129,3
311,4
604,2
450,4
107,9
4.357,9
47,8
38,6
18,5
1,0
258,3
73,7
36,2
47,5
19,1
5,9
182,4
595,6
431,3
125,6
52,7
115,2
14,5
86,5
119,0
11,2
33,9
38,3
15,3
6,1
6,3
59,4
774,8
710,2
225,9
64,5
10,5
17,8
27,7
8,8
129,2
230,2
57,1
69,2
78,1
49,7
484,3
1.706,7
415,1
659,2
300,7
49,6
3.131,3
133,1
249,9
27,4
72,8
46,0
44,2
30,6
17,1
21,1
3,5
258,3
387,4
0-8%
212,2
58,6
2.884,
0
152,4
497,5
404,3
Distrik
14
15
16
17
18
Namblong
Yapsi
Airu
Yokari
Raveni Rara
Gresi
Selatan
19
Total (km2)
Persentase (%)
Total
(km2)
89,9
706,6
1.992,1
181,3
42,6
8 - 15
%
35,1
210,0
214,4
99,7
10,2
15 - 25
%
54,7
228,4
394,9
93,5
36,3
25 - 40
%
14,0
119,1
398,6
76,6
137,5
> 40
%
0,0
27,2
99,2
68,5
240,9
63,5
20,9
33,0
20,4
6,1
143,9
9.993,
6
57,05
1.825,
0
10,42
2.800,8
1.970,0
927,3
17.516,6
15,99
11,25
5,29
100
0-8%
193,7
1.291,3
3.099,0
519,5
467,4
Tabel 2.8.
Jayapura
No.
Distrik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Demta
Depapre
Kaureh
Kemtuk
Kemtuk Gresi
Nimbokrang
Nimboran
Sentani
Sentani
Barat
Sentani
Timur
Unurum
Guay
Waibu
Ebungfauw
Namblong
Yapsi
Airu
Yokari
Raveni Rara
Gresi Selatan
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
Jumlah (km2)
Persentase (%)
100 500
m
500 1000
m
1000 2000
m
19,5
156,3
1.208,8
141,8
93,6
487,0
312,9
110,0
413,3
99,7
1.908,5
112,7
88,8
282,1
375,3
52,8
128,4
1.152,1
22,0
28,6
64,7
19,8
88,5
3,8
5,7
34,5
497,5
404,3
4.357,9
258,3
182,4
774,8
710,2
225,9
49,2
79,4
0,6
129,2
289,8
77,8
61,4
55,2
484,3
1.266,3
1.743,5
97,9
23,5
3.131,3
147,7
258,6
65,2
147,0
1.162,5
158,1
76,9
4,3
6.155,4
7
35,14
87,2
128,8
116,4
1089,5
1.470,4
234,0
100,0
120,1
14,3
0,0
12,2
54,8
466,1
0,0
236,1
19,5
9,1
127,4
54,3
-
8.580,46
2.293,39
487,27
48,98
13,09
2,78
258,3
387,4
193,7
1291,3
3.099,0
519,5
467,4
143,9
17.516,
60
100
Total
D.
Tanah
E. Hidrologi
Secara hidrologi lokasi kegiatan usaha pemanfaatan hasil sagu di Kabupaten
Jayapura, terdiri dari rawa-rawa, danau, sungai besar dan kecil. Sebaran
rawa yang paling luas di Kabupaten Jayapura berada di Distrik Kaureh
7.500 Ha dan Distrik Nimboran 625 Ha.
Danau Sentani merupakan danau yang berada di lokasi kegiatan dengan
luas 9.630 Ha, Danau ini termasuk ke dalam wilayah Distrik Sentani
Timur, Distrik Sentani Barat, Distrik Sentani, Distrik Waibu dan Distrik
Ebungfauw.
Sungai Besar yang berada di Kabupaten Jayapura terdiri dari Sungai Grime,
Sungai Sermo, Sungai Sokoata, Sungai Toarim, Sungai Berian, Sungai Wiru,
Sungai Idenburg, dan Sungai Puveh. Anak sungai terdiri dari Sungai Mara,
Sungai Nimbu, Sungai Samir, Sungai Fuan, Sungai Nano, Sungai Owot,
Sungai Rewo, Sungai Nawa, Sungai Waruta, Sungai Wiru Betekna, Sungai
Sifo. Nama-nama sungai di setiap Distrik di Kabupaten Jayapura disajikan
pada Tabel 2.9 dan Peta jaringan sungai di sajikan pada Lampiran 2.
Tabel 2.9. Nama-nama Sungai di setiap Distrik Kabupaten Jayapura
No.
1.
2.
Distrik
Unurum
Guay
Kaureh
Nama Sungai
Keterangan
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S. Nawa (S.
Waruta)
S. Wanda
S. Idenburg
S. Waruta
(S. Nawa)
Wiru
Sifo
Berian
Busoof
Dju
Pewo
No.
Distrik
Nama Sungai
Keterangan
Keerom
3.
Nimboran /
Nimbokrang
S. Samir
S. Damar
S. Moaif
S. Nanggulu
S. Grime
S. Fuan
Daerah Sermai
Sumber : Kabupaten Jayapura Dalam Angka, 2008
Distri
k
Demta
2.
Depap
re
Nama
Tanjung/Teluk
Tanjung
Kamdare
Tanjung
Karangwooh
Tanjung Drakesi
Tanjung
Hadinoko
Tanjung Wanyo
Teluk
Tanahmerah
Tanjung
Tanahmerah
Tanjung
Ensaweh
Tanjung Torare
Tanjung Ormu
Keterangan
Kampung
Kampung
Kampung
Hadinoko)
Kampung
Tablasupa
Kampung
Maruwai
Endokisi
Endokisi (sebelah barat Tanjung
Entiyebo, Buseryo, Waiya, dan
Kepase pada Teluk Tanahmerah
F. Kualitas Air
Pengkajian kualitas air sungai dimaksudkan untuk mengamati kondisi air
permukaan yang ada di lokasi pabrik sagu dan sekitarnya. Sungai-sungai
KA-ANDAL Usaha Pemanfaatan Hasil Sagu Alam Di Kabupaten Jayapura, ProvinsiII-33
Papua
Tahun
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
2
3
4
2004
2005
2006
2007
57.334
59.158
61.038
62.979
50.034
51.628
53.269
54.963
107.368
110.786
114.307
117.942
Kelompok Umur
Laki-Laki
Perempuan
1
2
3
04
59
10 14
7.858
7.502
7.538
7.025
6.905
6.477
No.
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Kelompok Umur
Laki-Laki
15 - 19
20 - 24
25 - 29
30 - 34
35 - 39
40 - 44
45 - 49
50 - 54
55 - 59
60 - 64
65 - 69
70 - 74
75+
Jumlah
6.416
6.004
5.558
5.351
4.944
3.988
2.850
1.995
1.260
773
519
237
7.858
68.086
Perempuan
5.492
5.626
5.223
4.973
4.155
3.312
2.119
1.475
887
618
361
187
128
54.963
Distrik
Kaureh
Airu
Yapsi
Kemtuk
Kemtuk Gresi
Gresi Selatan
Nimboran
Namblong
Nimbokrang
Unurum Guay
Demta
Yokari
Depapre
Raveni Rara
Sentani Barat
Waibu
Sentani
Ebungfau
Sentani Timur
Jumlah
Luas Wilayah
(km2)
4.357,9
3.009,0
1.219,3
258,3
182,4
143,9
710,2
193,7
774,8
3.131,3
497,5
519,5
404,3
467,4
129,2
258,3
225,9
387,4
484,3
17.516,6
Distrik,
Luas
Jumlah Penduduk
Jiwa
10.336
1.389
3.848
3.567
3.832
1.329
4.752
3.613
8.206
1.984
5.384
1.806
4.595
1.704
5.242
3.653
38.394
4.432
9.876
117.942
Wilayah
dan
Kepadatan
Jiwa/km2
2,37
0,46
3,16
13,81
21,01
9,24
6,69
18,65
10,59
0,63
10,82
3,48
11,36
3,64
40,57
14,14
169,96
11,44
20,39
6,73
B. Tingkat Pendidikan
Distrik
Kaureh
Airu
Yapsi
Kemtuk
Kemtuk Gresi
Gresi Selatan
Nimboran
Namblong
Nimbokrang
Unurum Guay
Demta
Yokari
Depapre
Raveni Rara
Sentani Barat
Waibu
Sentani
Ebungfau
Sentani Timur
Jumlah
SD
SLTP
SMU
SMK
PT
12
1
3
5
5
2
6
7
4
9
3
11
5
6
25
3
6
113
1
2
1
1
2
3
2
1
1
1
10
1
1
27
2
1
2
7
2
1
15
1
1
1
2
5
Jenis Sekolah
Taman Kanak-kanak
Sekolah Dasar
SLTP
SMU
SMK
Jumlah
Sekolah
40
118
32
18
5
213
Ruang
Belajar
70
716
223
116
40
1.165
di
Guru
Murid
136
1.152
543
365
125
2.321
1.774
17.056
6.442
4.412
1.169
30.853
C. Perekonomian
KA-ANDAL Usaha Pemanfaatan Hasil Sagu Alam Di Kabupaten Jayapura, ProvinsiII-36
Papua
1
2
3
Volume (Ton)
1.333,30
122,34
34,74
1.490,38
Jayapura Tahun
Nilai (US$)
191.066,67
592.367,09
14.020,70
797.454,46
Uraian
Pendapatan
Pendapatan Asli Daerah
Dana Perimbangan
Lain-lain Pendapatan yang Sah
Total Pendapatan
Belanja
Belanja operasi
Belanja Modal
Belanja tidak Terduga
Transfer
Total Belanja
Jumlah
16.483.820.531
549.719.213.569
17.082.618.738
680.517.175.463
411.507.191.572
249.811.177.773
4.504.682.100
411.057.191.572
N
o.
Lapangan
Usaha
Lakilaki
15.281
Jumlah
Perempu
an
7.918
23.199
Lakilaki
66,18
L+P
Persentase
Perempu
an
69,94
L+P
Pertanian
Industri
2.503
177
2.68
10,84
1,56
7,79
Jasa-jasa
5.307
3.226
8.533
28,50
Jumlah
23.091
11.321
34.412
22,98
100,0
0
24,80
100,0
0
100,00
67,42
E. Kesehatan Masyarakat
Berdasarkan data BPS Kabupaten Jayapura tahun 2008, dapat dilihat
bahwa tingkat kesehatan masyarakat di Kabupaten Jayapura semakin
membaik dari tahun ke tahun. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
peningkatan jumlah sarana dan prasarana kesehatan, tenaga medis serta
paramedis antara tahun 2003 2007 (Tabel 2.19 dan Tabel 2.20).
Tabel 2.19. Perkembangan Sarana dan Prasarana Kesehatan di Kabupaten
Jayapura Tahun 2005 2007
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
2005
11
41
37
2
2
11
160
-
2006
12
41
37
2
3
13
5
8
1
2
2007
1
15
36
32
2
3
17
182
1
5
8
1
2
Tenaga Medis
Dokter Umum
Dokter Gigi
Perawat Umum
2003
10
3
123
2004
18
5
104
2005
21
10
118
2006
21
5
98
2007
25
4
110
No.
4
Tenaga Medis
Bidan
Jumlah
2003
2004
100
236
98
225
2005
109
258
2006
92
216
2007
91
230
2.3. Pelingkupan
2.3.1.
Proses Pelingkupan
Komponen
Lingkungan
A
1 2
B
4
7 8 9
C
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
D
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
GEO-FISIK-KIMIA
1. Penurunan Kualitas
Udara
2. Peningkatan
Kebisingan
3. Penurunan Kualitas Air
4. Timbulan Limbah
Padat Sagu
5. Perubahan Sifat Fisik
dan Kimia Tanah
6. Erosi Tanah
7. Genangan
v v v
v
v
v
v
Vegetasi Sagu
9. Terganggunya Satwa
liar
10.
Terganggunya
Biota Air
Kecemburuan Sosial
13. Terbukanya
Kesempatan Kerja dan
Berusaha
14.
Peningkatan
Pendapatan
Masyarakat
15.
Peningkatan
Perekonomian Wilayah
v v
BIOLOGI
8. Perubahan Tutupan
SOSIAL EKONOMI
BUDAYA
11. Perubahan Hak Ulayat
12. Perubahan dan
v v
v v
v
v
Rencana Kegiatan
Komponen
Lingkungan
A
1 2
B
4
7 8 9
1
0
v v
1
1
1
2
1
3
1
4
D
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
16. Terbukanya
Aksesibilitas
Masyarakat
17.
Persepsi
Masyarakat
KESEHATAN
MASYARAKAT
18.
Penurunan
Kesehatan Masyarakat
Pra-Konstruksi
(A)
1.
Studi Kelayakan
2.
Perijinan dan
Sosialisasi
3.
Pemetaan
Kepemilikan dan
Pembebasan Lahan
4.
Penyusunan
Rencana
Pemanfaatan Sagu
5.
CSR
Konstruksi (B)
Operasi (C)
Pasca Operasi
(D)
6. Pemanfaatan Tenaga
Kerja Kontruksi
11.Pemanfaatan Tenaga
Kerja Operasi
18. Penutupan
Pabrik
7. Mobilisasi Peralatan
dan Bahan
19. Demobilisasi
Peralatan
8. Penyiapan Prasarana
Penebangan
9. Pembangunan Pabrik
Sagu
10.Pembangunan Fasilitas
Penunjang
13.Pemeliharaan Hutan
Sagu
14.Proses Pengolahan Sagu
20. Pelepasan
Tenaga Kerja
15.Penyimpanan Tepung
Sagu
16.Pengangkutan Tepung
Sagu
Tahap Pra-Konstruksi
Dampak potensial yang muncul pada tahap pra-konstruksi terhadap
komponen sosial ekonomi dan Budaya adalah: 1) Hak ulayat, 2) Perubahan
dan kecemburuan sosial, dan 3) Persepsi masyarakat.
Kegiatan pemetaan kepemilikan dan pembebasan lahan pada tahap prakonstruksi berpotensi berpengaruh terhadap komponen lingkungan Hak
ulayat. Hal ini terutama disebabkan sistem kepemilikan lahan di Provinsi
Papua masih bersifat komunal dan berdasarkan pada hukum atau peraturan
adat. Mengingat bahwa lahan yang akan dimanfaatkan dalam kegiatan ini
tergolong cukup luas, maka dimungkinkan
terdapatnya lahan-lahan
masyarakat yang termasuk ke dalam areal kerja atau konsesi PT. Nusantara
Sago Prima (NuSP) baik di Kaureh maupun Sentani.
Sebagaimana lazimnya proses pemanfaatan dan/atau pembebasan lahan di
tanah-tanah milik komunal (tanah ulayat), maka perlu ada tata cara atau
prosesi perizinan yang mengikuti aturan adat seperti upacara adat Ketuk
Pintu atau Sirih Pinang. Pada dasarnya upacara tersebut merupakan
proses untuk membangun kesepakatan dalam memanfaatkan lahan yang
dimiliki oleh adat. Sehingga menjadi jelas tentang siapa dan mendapatkan
apa dari kesepakatan tersebut.
KA-ANDAL Usaha Pemanfaatan Hasil Sagu Alam Di Kabupaten Jayapura, ProvinsiII-42
Papua
Tahap Konstruksi
Dampak potensial yang muncul pada tahap konstruksi terhadap komponen
geo-fisik-kimia adalah: 1) Penurunan kualitas udara, 2) Peningkatan
kebisingan, 3) Penurunan kualitas air, 4) Perubahan sifat fisik dan kimia
tanah, 5) Erosi tanah, dan 6) Genangan. Dampak potensial terhadap
komponen biologi adalah: 1) Perubahan tutupan vegetasi sagu, 2)
Terganggunya satwa liar, dan 3) Terganggunya Biota Air. Dampak potensial
terhadap komponen sosial ekonomi budaya adalah: 1) Perubahan dan
kecemburuan sosial, 2) Terbukanya kesempatan kerja dan berusaha, 3)
Peningkatan pendapatan masyarakat, 4) Peningkatan perkonomian wilayah,
5) Terbukanya aksesibilitas masyarakat, dan 6) Persepsi masyarakat.
Dampak potensial terhadap komponen kesehatan masyarakat adalah: 1)
Penurunan kesehatan masyarakat.
Komponen Geo-Fisik-Kimia
1) Penurunan Kualitas Udara
Kegiatan pada tahap konstruksi yang berdampak terhadap penurunan
kualitas udara adalah mobilisasi peralatan dan bahan, serta penyiapan
prasarana penebangan dan penyiapan lahan.
Mobilisasi peralatan dan bahan akan menghasilkan emisi gas buang dari
kendaraan. Namun demikian, kuantitas emisi gas buang ini biasanya sangat
kecil jumlahnya dibandingkan dengan volume ruang yang ada, yaitu udara
ambien. Penyiapan prasarana penebangan akan menghasilkan debu yang
beterbangan di sekitar lokasi pembukaan lahan, meskipun demikian jumlah
debu tidak akan meluas ke lokasi yang jauh mengingat kondisi lokasi
kegiatan jauh dari pemukiman.
Oleh karena itu, dampak kegiatan pada tahap konstruksi terhadap
penurunan kualitas udara tidak menjadi dampak penting hipotetik.
2) Peningkatan Kebisingan
Kegiatan pada tahap konstruksi yang berdampak terhadap peningkatan
kebisingan adalah mobilisasi peralatan dan bahan.
Komponen Biologi
1) Penurunan Tutupan Vegetasi Sagu
Tahap Operasi
Dampak potensial yang muncul pada tahap operasi pada komponen geofisik-kimia adalah: 1) Penurunan kualitas udara, 2) Peningkatan kebisingan,
3) Penurunan kulitas air, dan 4) Timbulan limbah padat sagu. Dampak
terhadap komponen biologi adalah: 1) Perubahan tutupan vegetasi sagu, 2)
Terganggunya satwa liar, dan 3) Terganggunya biota air. Dampak terhadap
komponen sosial eknomi dan budaya adalah: 1) Perubahan dan
kecemburuan sosial, 2) Terbukanya kesempatan kerja dan berusaha, 3)
KA-ANDAL Usaha Pemanfaatan Hasil Sagu Alam Di Kabupaten Jayapura, ProvinsiII-50
Papua
Komponen Geo-Fisik-Kimia
1) Penurunan Kualitas Udara
Kegiatan pada tahap operasi yang menyebabkan dampak potensial
terhadap penurunan kualitas udara adalah proses pengolahan sagu, serta
perlindungan hutan sagu dan penanganan limbah sagu .
Proses pengolahan sagu di pabrik bisa
berupa pelepasan polutan utama udara
partikulat) sebagai sumber pencemar
ditimbulkan dalam penanganan limbah
kualitas udara.
Komponen Biologi
1) Perubahan Tutupan Vegetasi Sagu
Komponen Geo-Fisik-Kimia
1) Penurunan Kualitas Udara
Komponen
Lingkungan
A
1 2
B
4
7 8
C
9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
D
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
GEO-FISIK-KIMIA
1. Penurunan Kualitas
Udara
2. Peningkatan
Kebisingan
3. Penurunan Kualitas Air
4. Timbulan Limbah
Padat Sagu
5. Perubahan Sifat Fisik
dan Kimia Tanah
6. Erosi Tanah
7. Genangan
v
v
v v v
BIOLOGI
8. Perubahan Tutupan
Vegetasi Sagu
9. Terganggunya Satwa
liar
10.
Terganggunya
Biota Air
v
v
SOSIAL EKONOMI
BUDAYA
11. Perubahan Hak Ulayat
Rencana Kegiatan
Komponen
Lingkungan
A
1 2
12.
Perubahan dan
Kecemburuan Sosial
13. Terbukanya
Kesempatan Kerja dan
Berusaha
14.
Peningkatan
Pendapatan
Masyarakat
15.
Peningkatan
Perekonomian Wilayah
16. Terbukanya
Aksesibilitas
Masyarakat
17.
Persepsi
Masyarakat
B
4
1
0
1
3
1
4
1
2
7 8
v
v
C
1
1
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
KESEHATAN
MASYARAKAT
18.
Penurunan
Kesehatan Masyarakat
Pra Konstruksi
(A)
1. Studi Kelayakan
2. Perijinan dan
Sosialisasi
3. Pemetaan
Kepemilikan dan
Pembebasan Lahan
4. Penyusunan
Rencana
Pemanfaatan Sagu
5. CSR
Konstruksi (B)
Pasca Operasi
(D)
Operasi (C)
6. Pemanfaatan Tenaga
Kerja Kontruksi
7. Mobilisasi Peralatan
dan Bahan
19. Demobilisasi
Peralatan
20. Pelepasan
Tenaga Kerja
8. Penyiapan Prasarana
Penebangan dan
Penyiapan Lahan
9. Pembangunan Pabrik
Sagu
Peluang Kejadian/Akibat
Besarnya
Peluang
Kejadian
Tabel 2.24.
Konstruksi
Kemungkinan Sedang
(3)
Kemungkinan Kecil (2)
Jarang Sekali (1)
2
1
4
2
6
3
Dampak Penting
Hipotetik
Perubahan Hak Ulayat
Persepsi Masyarakat
Tabel 2.25.
Konstruksi
Skala Prioritas
Penilaian
2
Peluang
Konsekuensi
Total Skala = 6 (3x2)
Peluang
Konsekuensi
Total Skala = 2 (1x2)
Dampak Penting
Hipotetik
Perubahan Sifat Fisik-Kimia
Tanah
Terbukanya Kesempatan
Kerja dan Berusaha
Peningkatan Pendapatan
Masyarakat
Terbukanya Aksesibilitas
Persepsi Masyarakat
Skala Prioritas
Peluang
Konsekuensi
Total Skala =
Peluang
Konsekuensi
Total Skala =
Peluang
Konsekuensi
Total Skala =
Peluang
Konsekuensi
Total Skala =
Peluang
Konsekuensi
Total Skala =
Penilaian
2
4 (2x2)
6 (2x3)
6 (2x3)
4 (2x2)
2 (1x2)
Tabel 2.26. Proses Pemberian Skala Prioritas Dampak pada Tahap Operasi
Dampak Penting
Hipotetik
Penurunan Kualitas Udara
Peningkatan Kebisingan
Penurunan Kualitas Air
Skala Prioritas
Penilaian
2
Peluang
Konsekuensi
Total Skala = 6 (3x2)
Peluang
Konsekuensi
Total Skala = 4 (2x2)
Peluang
Konsekuensi
Total Skala = 6 (2x3)
Skala Prioritas
Peluang
Konsekuensi
Total Skala =
Peluang
Konsekuensi
Total Skala =
Peluang
Konsekuensi
Total Skala =
Peluang
Konsekuensi
Total Skala =
Peluang
Konsekuensi
Total Skala =
Peluang
Konsekuensi
Total Skala =
Peluang
Konsekuensi
Total Skala =
Peluang
Konsekuensi
Total Skala =
Peluang
Konsekuensi
Total Skala =
Peluang
Konsekuensi
Total Skala =
Penilaian
2
9 (3x3)
6 (3x2)
4 (2x2)
4 (2x2)
6 (2x3)
6 (2x3)
6 (3x2)
4 (2x2)
9 (3x3)
4 (2x2)
Tabel 2.27. Proses Pemberian Skala Prioritas Dampak pada Tahap Pasca
Operasi
Dampak Penting
Hipotetik
Terbukanya Kesempatan
Kerja dan Berusaha
Peningkatan Pendapatan
Masyarakat
Peningkatan Perekonomian
Wilayah
Persepsi Masyarakat
Skala Prioritas
Peluang
Konsekuensi
Total Skala =
Peluang
Konsekuensi
Total Skala =
Peluang
Konsekuensi
Total Skala =
Peluang
Konsekuensi
Total Skala =
Penilaian
2
4 (2x2)
4 (2x2)
2 (1x2)
2 (1x2)
Tahap Operasi :
1.
Timbulan Limbah Padat Sagu
2.
Penurunan Kualitas Air
3.
Persepsi Masyarakat
4.
Penurunan Kualitas Air
5.
Penurunan Kualitas Udara
6.
Terbukanya Kesempatan Kerja dan Berusaha
7.
Peningkatan Pendapatan Masyarakat
8.
Peningkatan Perekonomian Wilayah
9.
Perubahan Tutupan Vegetasi Sagu
10. Peningkatan Kebisingan
11. Terganggunya Satwa Liar
12. Terganggunya Biota Air
13. Terbukanya Aksesibilitas Masyarakat
14. Penurunan Kesehatan Masyarakat
Tahap Pasca Operasi :
1. Terbukanya Kesempatan Kerja dan Berusaha
2. Peningkatan Pendapatan Masyarakat
3. Persepsi Masyarakat
4. Peningkatan Perekonomian Wilayah
Keluaran proses prioritas dampak penting disusun berdasarkan tahapan
kegiatan (Gambar 2.6).
Dampak Potensial
1.
Kegiatan Lain di
Sekitar Lokasi
Rencana Kegiatan
Deskripsi
Rencana Kegiatan
Tahap
Tahap
Tahap
Tahap
Pra-Konstruksi
Konstruksi
Operasi
Pasca Operasi
2.
Identifika
si
Dampak
Potensial
3.
Rona Lingknungan
Komponen Geo-Fisik-Kimia
Komponen Biologi
Komponen Sosekbud dan
Kesmas
4.
Metode:
Saran, Masukan,
Tanggapan
Masyarakat
Komponen Geo-Fisik-Kimia
Penurunan Kualitas Udara
(14,17,18,19)
Peningkatan Kebisingan
(14,16,17,19)
Penurunan Kualitas Air
(8,9,10, 14,17)
Timbulan Limbah Padat
(14,17)
Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Tanah
(7,8,9,10,17,18,19)
Erosi Tanah (8)
Genangan (8)
Komponen Biologi
Perubahan Tutupan Vegetasi Sagu
(8,12,13)
Terganggunya Satwa Liar
(8,12,13,14,17)
Terganggunya Biota Air
(8,9,10,14,17)
Komponen Sosial Ekonomi Budaya
Hak Ulayat (3)
Perubahan dan Kecemburuan Sosial
(2,6,11,20)
Terbukanya Kesempatan Kerja dan
Berusaha
(6,11,12,20)
Peningkatan Pendapatan Masyarakat
(6,11,12,20)
Peningkatan Perekonomian wilayah
(6,11,12,15,16,20)
Terbukanya Aksesibilitas Masyarakat
(8,9,10,12)
Persepsi Masyarakat
(2,3,6,11,12,14,20)
Komponen Kesehatan Masyarakat
Penurunan Kesehatan Masyarakat
(7,14,17,19)
Komponen Geo-Fisik-Kimia
Penurunan Kualitas Udara (14,17)
Peningkatan Kebisingan (14)
Penurunan Kualitas Air (14,17)
Penurunan Kualitas Air (14,17)
2.
Komponen Biologi
Perubahan Tutupan Vegetasi Sagu
(12,13)
Terganggunya Satwa liar (12,13,14)
Terganggunya Biota Air (14,17)
3.
4.
Evaluasi
Dampak
Potensial
Metode:
Prioritas Dampak
Gambar 2.6. Bagan Alir Proses Pelingkupan AMDAL Usaha Pemanfaatan Hasil Sagu Alam di Kabupaten
Jayapura
KA-ANDAL Usaha Pemanfaatan Hasil Sagu Alam Di Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua
II-65
Konstruksi (B)
Operasi (C)
Pasca Operasi
(D)
6. Pemanfaatan Tenaga
Kerja Kontruksi
18. Penutupan
Pabrik
7. Mobilisasi Peralatan
dan Bahan
19. Demobilisasi
Peralatan
8.
20. Pelepasan
Tenaga Kerja
Penyiapan Prasarana
Penebangan dan
Penyiapan Lahan
9. Pembangunan Pabrik
Sagu
10.
Pembangunan
Fasilitas Penunjang
2.3.2.
A.
II-66
KA-ANDAL Usaha Pemanfaatan Hasil Sagu Alam Di Kabupaten Jayapura, Provinsi
Papua
II-66
II-67
KA-ANDAL Usaha Pemanfaatan Hasil Sagu Alam Di Kabupaten Jayapura, Provinsi
Papua
II-67
Pra-Konstruksi
Konstruksi
Pasca Operasi
Operasi
Terbukanya
Aksesibilitas
Sifat Fisik
dan Kimia
Tanah
Timbulan Limbah
Padat Sagu
Peningkatan
Kebisingan
Penurunan Kualitas
Air
Perubahan Hak
Ulayat
Kegiatan Lain di
Sekitar Lokasi
Terganggunya
Biota Air
Penurunan
Tutupan
Vegetasi
Penurunan Kualitas
Udara
Terganggunya
Satwa Liar
Penurunan
Kesehatan
Masyarakat
Terbukanya kesempatan
kerja dan berusaha
Peningkatan
pendapatan
masyarakat
Peningkatan
Perekonomian
Wilayah
Persepsi
Masyarakat
Gambar 2.7. Diagram Alir Dampak Penting Hipotetik
KA-ANDAL Usaha Pemanfaatan Hasil Sagu Alam Di Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua
II-68
II-69
Tahapan dan
Dampak Penting
Tahap Pra-Konstruksi
Persepsi Masyarakat
Tahap Konstruksi
2013
Terbukanya Kesempatan
Kerja dan Berusaha
2012-2013
Peningkatan Pendapatan
Masyarakat
2012-2013
Terbukanya Aksesibilitas
Masyarakat
2012-2013
Persepsi Masyarakat
2012-2013
Tahap Operasi
2014 + 40
Peningkatan Kebisingan
2014 + 40
2014 + 40
2014 + 40
Perubahan Tutupan
Vegetasi
2013 + 40
2014 + 40
N
o
Tahun
2012
K1 s.d K4 2012
II-70
Tahapan dan
Dampak Penting
Tahun
2014 + 40
Terbukanya Kesempatan
Kerja dan Berusaha
2013
10
Peningkatan Pendapatan
Masyarakat
2014 + 40
11
Peningkatan Perekonomian
Wilayah
2014 + 40
12
Terbukanya Aksesibilitas
Masyarakat
2014 + 40
13
Persepsi Masyarakat
2014 + 40
14
Penurunan Kesehatan
Masyarakat
2014 + 40
Tahap
Operasi
Terbukanya Kesempatan
Kerja dan Berusaha
2052
Peningkatan Perekonomian
Wilayah
2052
Terbukanya Aksesibilitas
Masyarakat
2052
Pasca
Dampak akan berlangsung ketika
berakhirnya kegiatan / penutupan
pabrik
Dampak akan berlangsung ketika
berakhirnya kegiatan / penutupan
pabrik
Dampak akan berlangsung ketika
berakhirnya kegiatan / penutupan
pabrik
II-71