Kejang Pasca Ensefalitis PDF
Kejang Pasca Ensefalitis PDF
Latar belakang. Epilepsi pascaensefalitis merupakan salah satu komplikasi ensefalitis yang sering terjadi
serta memerlukan tata laksana jangka panjang dan menurunkan kualitas hidup pasien. Kejang berulang dan
status epileptikus pada ensefalitis dicurigai dapat meningkatkan risiko terjadi epilepsi pascaensefalitis.
Tujuan. Mengetahui apakah risiko epilepsi pascaensefalitis lebih tinggi pada pasien yang mengalami kejang
berulang dan status epileptikus pada ensefalitis.
Metode. Penelitian kasus kontrol pada pasien pascaensefalitis usia 6 bulan-18 tahun dilakukan di bangsal
anak RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta. Kelompok kasus terdiri dari 26 pasien dengan diagnosis epilepsi
pascaensefalitis, 27 pasien pascaensefalitis dengan gejala sisa selain epilepsi atau tanpa gejala sisa sebagai
kelompok kontrol. Data klinis subyek selama episode ensefalitis akut didapatkan dari rekam medis pasien saat
dirawat. Kekuatan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen diketahui berdasarkan
analisis bivariat dan analisis multivariat.
Hasil. Kejang berulang ensefalitis akut meningkatkan risiko terjadinya epilepsi pascaensefalitis (OR 3,6;95
% CI 1,0-12,7; p<0,05). Status epileptikus ensefalitis secara klinis meningkatkan risiko terjadinya epilepsi
pascaensefalitis, tetapi secara statistik tidak bermakna (OR 2,4;95 % CI 0,7-8,2; p>0,05).
Kesimpulan. Kejang berulang ensefalitis meningkatkan risiko terjadinya epilepsi pascaensefalitis. Status
epileptikus pada ensefalitis secara klinis meningkatkan risiko terjadinya epilepsi pascaensefalitis, tetapi
secara statistik tidak bermakna. Sari Pediatri 2013;15(3):150-5.
Kata kunci: kejang berulang, status epileptikus, epilepsi pascaensefalitis
Alamat korespondensi:
Dr. Nur Laili Muzayyanah,Sp.A. Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada/RSUP. Dr.Sardjito, Jalan Kesehatan
No. 1 Sekip Yogyakarta 55284, Indonesia. Telp. (0274) 561616, Fax.
(0274) 583745. E-mail: nur_laili@idai.or.id
150
Nur Laili Muzayyanah dkk: Kejang berulang dan status epileptikus pada ensefalitis
Metode
Penelitian observasional retrospektif, dengan rancang
bangun kasus kontrol dilaksanakan dalam periode
Januari 2011 sampai Maret 2011. Penelitian bertempat
di poliklinik neurologi dan bagian keperawatan anak
(bangsal, PICU) RSUP DR. Sardjito, Yogyakarta.
Subyek penelitian dikelompokkan menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok kasus dan kelompok
kontrol. Kelompok kasus adalah pasien usia 6 bulan
18 tahun yang datang ke poliklinik neurologi dengan
diagnosis epilepsi pascaensefalitis, tidak terdapat
Sari Pediatri, Vol. 15, No. 3, Oktober 2013
Hasil
Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan
53 anak usia 6 bulan-18 tahun, terdiri dari 26 subyek
151
Nur Laili Muzayyanah dkk: Kejang berulang dan status epileptikus pada ensefalitis
Kasus
n (%)
Kontrol
n (%)
22 (85)
4 (15)
19 (70)
8 (30)
13 (50)
13 (50)
19 (70)
8 (30)
20 (77)
6 (23)
11 (40)
16 (60)
16 (61)
10 (39)
9 (33)
18 (67)
Pembahasan
16 (61)
10 (39)
12 (44)
15 (56)
10 (39)
16 (61)
13 (48)
14 (52)
Hasil penelitian kami sesuai dengan penelitian sebelumnya yang mendapatkan bahwa anak yang menderi
ta kejang pada ensefalitis mempunyai risiko 8 kali
untuk berkembang menjadi epilepsi pascaensefalitis
(95%CI:1,04-64,60;p<0,05).7 Semua pasien epilepsi
pascaensefalitis (42 pasien) berhubungan dengan
Tabel 2. Analisis bivariat dan multivariat penelitian kejang berulang dan status epileptikus
Bivariat
Variabel
152
Multivariat
OR
95%CI
OR
95%CI
2,3
0,6-8,9
0,215
0,4
0,1-1,3
0,130
0,4
0,1-1,5
0,188
Kejang berulang
Status epileptikus
PCS score 8
Deteriorasi neurologis
4,9
3,2
2
0,7
1,5-16
1,0-9,9
0,7-6,0
0,2-2,0
0,008
0,040
0,213
0,477
3,6
2,4
-
1,0-12,7
0,7-8,2
-
0,047
0,168
-
Nur Laili Muzayyanah dkk: Kejang berulang dan status epileptikus pada ensefalitis
tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Chen dkk4 yang mendapatkan
status epileptikus pada ensefalitis sebagai faktor risiko
terjadinya epilepsi pascaensefalitis yang refrakter (OR
16; 95% CI:1,84-140,2; p<0,005). Status epileptikus
biasanya berhubungan dengan penurunan kesadaran
dan penggambaran keparahan ensefalitis, dapat mengakibatkan kerusakan struktur cortical dan hippocampal
yang menyebabkan epilepsi lobus mesial-temporal yang
biasanya refrakter terhadap pengobatan.10
Jenis kelamin bukan merupakan faktor risiko
epilepsi pascaensefalitis. Berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Fowler dkk7 yang mendapatkan
jenis kelamin perempuan mempunyai risiko 5 kali
untuk terjadinya epilepsi pascaensefalitis (95%
CI:1,02-23,40; p<0,05).
Pada penelitian kami deteriorasi neurologis dan
penurunan kesadaran yang berat bukan merupakan
faktor risiko terjadinya epilepsi pascaensefalitis.
Hasil tersebut berbeda dengan penelitian kohort
retrospektif yang dilakukan oleh Lee dkk terhadap
330 anak usia 0-17 tahun dengan diagnosis epilepsi
pascaensefalitis yang mendapatkan faktor risiko yang
Sari Pediatri, Vol. 15, No. 3, Oktober 2013
Nur Laili Muzayyanah dkk: Kejang berulang dan status epileptikus pada ensefalitis
Kesimpulan
Kejang berulang yang terjadi pada ensefalitis
meningkatkan risiko terjadinya epilepsi pascaensefalitis.
Status epileptikus pada ensefalitis secara klinis
meningkatkan risiko terjadinya epilepsi pascaensefalitis
tetapi secara statistik tidak bermakna.
Daftar pustaka
1.
2.
3.
Lin JJ, Lin KL, Wang HS, Hsia SH and Awau CT.
Analiysis of status epilepticus related presumed
encephalitis in children. Eur J Paediatr Neurol
2008;12:32-7.
Annegers JF, Hauser WA, Beghi E, Nicosi A, Kurland LT. The
risk of unprovoked seizures after encephalitis and meningitis.
Neurol 1992;42:1513-8.
Lee WT, Yu TW, Chang WC, Shau WY. Risk factors for
Nur Laili Muzayyanah dkk: Kejang berulang dan status epileptikus pada ensefalitis
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
155