BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini dunia kesehatan banyak membahas tentang radikal bebas dan
antioksidan. Hal ini terjadi karena sebagian besar penyakit diawali oleh adanya
reaksi oksidasi yang berlebihan didalam tubuh. Reaksi oksidasi dapat terjadi setiap
saat. Reaksi ini mencetuskan terbentuknya radikal bebas yang sangat aktif, yang
dapat merusak struktur dan fungsi sel.
Radikal bebas adalah suatu senyawa atom atau molekul yang mengandung
satu atau lebih elektron tidak berpasangan. Adanya elktron tidak berpasangan
menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif mencari pasangan, dengan cara
menyerang dan mengikat elektron molekul yang berada disekitarnya. Radikal bebas
sangat berbahaya dikarenakan tingginya reaktivitasnya yang mengakibatkan
terbentuknya senyawa radikal baru. Bila senyawa radikal baru tersebut bertemu
dengan molekul lain, maka akan terbentuk radikal baru lagi dan seterusnya hingga
terjadi reaksi berantai (Atika bendra, 2012).
Tanpa disadari, dalam tubuh kita terbentuk radikal bebas secara terus
menerus, baik berupa proses metabolisme sel normal, peradangan, kekurangan gizi,
dan akibat respon terhadap pengaruh dari luar tubuh, seperti polusi lingkungan,
ultraviolet (UV), asap rokok dan lain-lain. Radikal bebas yang terbentuk dalam tubuh
ini bisa dihambat oleh antioksidan yang melengkapi sistem kekebalan tubuh. Namun,
dengan bertambahnya usia seseorang, sel-sel tubuh mengalami degenerasi yang
berdampak pada menurunnya respon imun di dalam tubuh. Akibatnya radikal bebas
yang terbentuk di dalam tubuh tidak lagi diimbangi oleh produksi antioksidan yang
memadai. Oleh karena itu, tubuh kita memerlukan suatu antioksidan eksogen yang
dapat diperoleh dari buah-buahan dan sayur-sayuran.(Adi ahmad samin. 2013)
Antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal atau meredam dampak
negatif oksidan dalam tubuh, antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu
elektronya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa
oksidan tersebut bisa dihambat (Lisa purnawati saleh, 2012).
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
penting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika
Tengah dan Selatan. Penduduk beberapa daerah indonesia misalnya di Madura dan
Nusa Tenggara juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. selain sebagai
sumber karbohidrat, jagung juga telah banyak digunakan industri makanan,
minuman, kimia, dan farmasi. Berdasarkan komposisi kimia dan kandungan nutrisi,
jagung mempunyai prospek sebagai pangan dan bahan baku industri. Dalam bentuk
biji utuh, jagung dapat diolah menjadi tepung jagung, beras jagung, dan makanan
ringan. Jagung dapat pula diproses menjadi minyak goreng, margarin dan formula
makanan (Novi yunisiartiningsih, 2013).
Salah satu tanaman yang berpontensi sebagai antioksidan yaitu biji jagung
(Zea mays L), karena tanaman ini diduga mengandung antioksidan berupa lutein
yang apabila dikonsumsi 20 mg/hari dapat melindungi tubuh dari kerusakan radikal
bebas. Lutein merupakan antioksidan yang kuat dan dapat berkonstribusi untuk
melindungi sel terhadap kerusakan yang disebabkan radikal bebas. Dalam tubuh
lutein berakumulasi pada mata, serum darah, kulit, leher, rahim, otak dan payudarah
(Kusmiati. dkk, 2011).
Aktivitas antioksidan dari jagung manis segar dan kering terhadap radikal
bebas dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode, salah satunya adalah
metode DPPH (2,2-difenil-1-pikril hidrazil). Metode ini digunakan sebab hasilnya
terbukti akurat, reliabel dan praktis dalam mendeteksi antiradikal. Selain itu,
sederhana, cepat dan memerlukan sedikit sampel.
Menurut penelitian Kusmiati dan Ni wayan S.agustini (2011), yaitu potensi
lutein dari biji jagung manis (Zea mays L.) sebagai senyawa antioksidan di uji secara
in vitro dinyatakan bahwa biji jagung manis berpengaruh terhadap aktivitas
peningkatan radikal bebas dengan menggunakan variasi kosentrasi berturut-turut 4,0
g/ml, 6,0 g/ml dan 8,0 g/ml terhadap sel darah yang dioksidasi dengan
mengetahui adanya efek antioksidan dengan menggunakan metode DPPH (2,2difenil-1-pikrihidrazil). penggunakan pelarut etanol 96% yaitu untuk menarik
senyawa-senyawa polar dan non polar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah yaitu
apakah ekstrak jagung manis (Zea mays L. Saccharata) segar dan kering memiliki
aktivitas antioksidan ?
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak jagung manis (Zea mays L.
Saccharata) segar dan kering menggunakan metode DPPH dengan berbagai
kosentrasi larutan uji dengan sampel pembanding vitamin C.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Peneliti
Menambah ilmu pengetahuan peneliti tentang tanaman dan bagian dari
tanaman dan bagian dari tanaman yang dianggap memiliki khasiat sebagai
antioksidan dengan melakukan pengujian antioksidan ekstrak jagung manis(Zea
mays L. Saccharata) segar dan kering dengan metode DPPH
2. Bagi Institusi
a. Mengetahui adanya aktivitas antioksidan dari jagung manis segar dan kering
sehingga bermanfaat untuk pengembangan obat alami untuk penyakit-penyakit
yang disebabkan oleh radikal bebas.
b. Memberi informasi tentang manfaat dari jagung manis segar dan kering bagi
penelitian selanjutnya sehingga manfaat jagung manis dan jagung ketan bisa
dikembangkan lebih jauh lagi.
3. Bagi Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan terhadap khasiat bahan alami yang berada
disekitar masyarakat dan memberikan alternatif baru pada masyarakat dalam
pengobatan secara tradisional.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini meliputi ujiaktivitas antioksidan ekstrak jagung
manis (Zea mays L. Saccharata) segar dan kering menggunakan metode DPPH (2,2difenil-1-pikril hidrazil).
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental untuk melihat aktivitas
antioksidan ekstrak jagung manis(Zea mays L. Saccharata) segar dan kering dengan
metode DPPH (2,2-difenil-1-pikril hidrazil).
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan agustus sampai november 2016
di Laboratorium Kimia Politeknik kesehatan (POLTEKES) Jurusan Farmasi
Kemenkes Makassar.
C.
1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu batang pengaduk, botol
gelap, cororng pisah (iwaki), labu ukur 50 ml (pyrex), maserator, mikropipet (Metler
Toledo), pipet voum, spektrofotometer UV-Vis, tabung reaksi, timbangan digital, dan
vacuum rotary evaporator.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah aluminium foil, vitamin
C, jagung manis segar dan kering, DPPH (2,2-difenil-1-pikril hidrazil), etanol 96%,
dan kertas saring.
D. Pengambilan Sampel
Sampel jagung manis segar dan kering diperoleh dari perkebunan jagung
desa Tinombo kecamatan Parigi, kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah.
Jagung yang digunakan yaitu jagung manis segar dan kering.
E. Prosedur Kerja
1. Penyediaan sampel
Biji jagung manis yang telah dipisahkan dari tongkolnya dibersihkan dengan
cara dicuci dengan air mengalir untuk mengeluarkan kotoran dan benda asing yang
melekat pada sampel. Setelah pencucian biji jagung dikering-anginkan kemudian
dibersihkan dan dihaluskan setelah itu diayak dengan ayakan 40 mesh, sedangkan
biji jagung segar diserut dan langsung dilakukan ekstraksi.
2. Pembuatan ekstrak etanol
Biji jagung manis segar dan kering dimaserasi dengan etanol 96%. Masingmasing sampel jagung dimasukan kedalam bejana maserasi (toples kaca) dibasahkan
dengan cairan penyari etanol 96% secara merata, kemudian ditambahkan lagi cairan
penyari sampai seluruh sampel terendam sempurna. Disimpan selama 5 hari
terlindung dari cahaya matahari dan sesekali diaduk. Kemudian disaring
labu ukur 100 ml. Kemudian ukur 10 dalam 100 ml etanol hingga memperoleh 20
ppm. Kemudian diambil sebanyak 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml dan 5 ml, dilarutkan
dengan 10 ml etanol sampai tanda batas sehingga memperoleh seri kosentrasi 2
ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, dan 10 ppm.
4. Pengukuran serapan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis
Masing-masing kosentrasi larutan baku vitamin C dan ekstrak kental etanol
sebanyak 1,0 ml di masukan kedalam vial. Ditambahkan DPPH 40 ppm sebanyak 4,0
ml, kemudian dihomogenkan. Selanjutnya diinkubasi selama 30 menit pada suhu
370C. Lalu diukur absorbsinya pada panjang gelombang 400-600 nm.
F. Pengumpulan dan Analisis Data
Penentuan Nilai IC50 (Inhibitory Concentration)
Parameter yang bisa digunakan untuk mengiterpretasikan hasil dari uji
aktivitas antioksidan dengan metode DPPH adalah dengan nilai efficient
concetration (EC50) atau sering disebut nilai IC50, yaitu kosentrasi yang menyebabkan
hilangnya 50% aktivitas DPPH (Molyneux, 2004). Untuk menghitung nilai IC 50
diperlukan data persen inhibisi dari pengujian yang dilakukan. Persen inhibisi dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
absorbansi blangkoabsorbansi sampel
x
% inhibisi
absorbansi blangko
100%