Anda di halaman 1dari 11

Audit

Internal
Audit intern adalah audit yang dilakukan oleh pihak dari dalam organisasi auditi. Pengertian organisasi
auditi dalam hal ini harus dilihat dengan sudut pandang yang tepat. Organisasi auditi misalnya adalah
pemerintah daerah, kementerian negara, lembaga negara, perusahaan, atau bahkan pemerintah pusat.
Sebagai contoh, untuk pemerintah daerah, maka audit intern adalah audit yang dilakukan oleh aparat
pengawasan intern daerah yang bersangkutan (Bawasda). Sedangkan pada organisasi kementerian
negara audit intern dilakukan oleh inspektorat jenderal departemen dan dalam organisasi pemerintah
pusat audit intern dilakukan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Audit intern
dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan dalam manajemen. Jadi pelaksanaan audit
intern lebih diarahkan pada upaya membantu bupati/walikota/gubernur/menteri/presiden meyakinkan
pencapaian tujuan organisasi.

Audit Internal

Audit Eksternal

Karyawan perusahaan atau entitas


independen

Melayani kebutuhan organisasi

Fokus pada kejadian-kejadian di masa

Melayani pihak ketiga

Fokus pada ketepatan dan kemudahan


pemahaman dari kejadian-kejadian di masa lalu

depan dengan mengevaluasi control yang


dirancang untuk meyakinkan pencapaian

yang dinyatakan dalam laporan keuangan

tujuan organisasi

Sesekali memperhatikan pencegahan dan


pendeteksian kecurangan secara umum;

Langsung berkaitan dengan

member perhatian lebih bila memperngaruhi

pencegahan kecurangan

laporan keuangan secara material

Independen terhadap manajemen dan


dewan direksi secara kenyataan dan mental

Independen terhadap aktivitas yang


diaudit, tetapi siap sedia untuk menanggapi
kebutuhan dan keinginan dari semua
tingkatan manajemen

Menelaah aktivitas secara terus


menerus

Orang yang independen di luar


perusahaan

Menelaah catatan-catatan yang


mendukung laporan keuangan secara periodik

Definisi Audit Internal


American Accounting Association (AAA) mendefinisikannya proses sistematis untuk secara objektif
memperoleh dan mengevaluasi asersi mengenai tindakan dan kejadian-kejadian ekonomis untuk
meyakinkan derajat kesesuaian antara asersi ini dengan criteria yang ditetapkan dan
mengomunikasikannya ke pengguna yang berkepentingan.
IIA mendefinisikan audit internal sebagai fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam perusahaan
untuk memeriksa dan mengevaluasi aktivitas-aktivitasnya sebagai jasa yang diberikan kepada
perusahaan.
Menurut Competency Framework for Internal Audit (CFIA) definisi audit internal sebagai suatu proses
yang membantu perusahaan memperoleh keyakinan bahwa resiko-resiko yang mungkin dihadapi telah
dipahami dan dikelola dengan layak dalam konteks perubahan dinamis.
Pada tahun 1998 melalui Guidance Task Force (GTF), IIA memberikan definisi sebagai berikut, Audit
internal adalah aktivitas independen, keyakinan objektif dan konsultasi yang dirancang untuk member
nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi. Audit tersebut membantu organisasi mencapai
tujuannya dengan menerapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan
meningkatkan efektivitas proses pengelolaan resiko kecukupan control dan pengelolaan organisasi.

Poin penting dari audit internal


1.

Penilaian (appraisal)

Diartikan sebagai evaluasi terhadap kebenaran yang dilakukan oleh auditor internal dari kesimpulan yang
dihasilkannya
2.

Independen (independent)

Diartikan sebagai suatu karakteristik yang bebas dari intervensi dan pembatasan sehingga dapat
menghasilkan suatu kesimpulan yang objektif
3.

Mengevaluasi dan menguji (evaluate and examine)

Diartikan sebagai langkah yang dilakukan oleh auditor internal dalam melakukan audit dan menetapkan
hasil audit
4.

Efektifitas (efectiveness)

Diartikan sebagai suatu target yang harus dicapai dalam aktivitas atau operasi suatu perusahaan tanpa
mengabaikan peraturan, hukum ,dan ketentuan yang berlaku
5.

Aktivitas (activities)

Ketentuan hukum dan peraturan yang ditetapkan oleh manajemen berkaitan dengan pekerjan
pemeriksaan internal harus diterapkan pada semua aktivitas organisasi
6.

Pengendalian Internal (Internal Control)

Diartikan sebagai suatu proses yang ditetapkan manajemen untuk mendukung pencapaian tujuan
organisasi

Fungsi Pemeriksaan Internal


1.

Mengevaluasi dan menilai sistem pengendalian secara independen

2.

Memastikan adanya kesesuaian dengan prosedur, peraturan, hukum, dan kebijakan yang berlaku

3.

Memberi kepastian kepada manajemen bahwa kebijakan dilaksanakan secara efektif dan efisien

4.

Melakukan kerjasama dengan auditor eksternal

kategori Pemeriksaan Internal


1.

Financial Audit: menguji kebenaran pencatatan akuntansi (baik informasi keuangan dan operasi)

2.
Operasional Audit: fokus pada keekonomisan dan efisiensi penggunaan sumberdaya dalam
pencapaian tujuan organisasi
3.
Internal Control Audit: melakukan review terhadap sistem informasi akuntansi untuk menilai
keterkaitannya dengan kebijakan pengendalian internal dan keefektifan dalam perlindungan asset.

Manfaat Audit Internal bagi Manajemen


Beberapa manfaat yang seharusnya dapat diambil oleh manajemen dari adanya audit internal:

Mengawasi kegiatan-kegiatan yang tidak dapat diawasi sendiri oleh manajemen

Mengidentifikasi dan meminimalkan resiko

Memvalidasi laporan ke manajemen senior

Membantu manajemen pada bidang-bidang teknis

Membantu proses pengambilan keputusan

Menganalisis masa depan-bukan hanya masa lalu

Membantu manajer mengelola perusahaan

Independensi Auditor Internal


Independensi dalam Program Audit

Bebas dari intervensi manajerial atas program audit

Bebas dari intervensi atas prosedur audit

Bebas dari segala persyaratan untuk penugasan audit selain yang memang disyaratkan untuk
sebuah proses audit
Independensi dalam Verifikasi

Bebas dalam mengakses semua catatan, memeriksa aktiva, dan karyawan yang relevan dengan
audit yang dilakukan.

Mendapatkan kerjasama yang aktif dari karyawan manajemen selama verifikasi

Bebas dari segala usaha manajerial yang berusaha membatasi aktivitas yang diperiksa atau
membatasi perolehan barang bukti

Bebas dari kepentingan pribadi yang menghambat proses audit


Independesi dalam Pelaporan

Bebas dari perasaan wajib memodifikasi dampak atau signifikansi dari fakta-fakta yang
dilaporkan

Bebas dari tekanan untuk tidak melaporkan hal-hal yang signifikan dalam laporan audit

Menghindari penggunaan kata-kata yang menyesatkan dalam melaporkan fakta, opini,


rekomendasi

Bebas dari segala usaha untuk meniadakan pertimbangan auditor mengenai fakta atau opini
dalam laporan audit internal

INTERNAL AUDITING Internal audit adalah sebuah organisasi independen, dan aktivitas obyektif
jaminan konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi.
Internal Auditor ialah orang atau badan yang melaksanakan aktivitas Internal Audit. Prinsip kode
etik auditor internal Auditor internal diharapkan menerapkan dan menegakkan prinsip-prinsip
sebagai berikut: 1. Integritas / kejujuran Integritas auditor internal membangun kepercayaan dan
dengan demikian memberikan dasar untuk landasan penilaian mereka. Integritas merupakan suatu
elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas
yang mendasari kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam
menguji semua keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk,
antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa,
pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas
dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi dapat
menerima kecurangan atau peniadaan prinsip. (Mulyadi, 2002) 2. Objektivitas Auditor internal
menunjukkan objektivitas profesional tingkat tertinggi dalam mengumpulkan, mengevaluasi, dan

mengkomunikasikan informasi tentang kegiatan atau proses yang sedang diperiksa. Auditor
internal membuat penilaian yang seimbang dari semua keadaan yang relevan dan tidak
dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan mereka sendiri atau pun orang lain dalam membuat
penilaian. Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan
anggota. Prinsip Obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara
intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di
bawah pengaruh pihak lain. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus
menujukkan obyektivitas mereka di berbagai situasi. Anggota dalam praktik akuntan publik
memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain
menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit intern yang
bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan dan pemerintah.
Mereka harus melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara obyektivitas. (Mulyadi, 2002). 3.
Kerahasiaan Auditor internal menghormati nilai dan kepemilikan informasi yang mereka terima dan
tidak mengungkapkan informasi tanpa izin kecuali ada ketentuan perundang-undangan atau
kewajiban profesional untuk melakukannya. 4. Kompetensi Auditor internal menerapkan
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang diperlukan dalam pelaksanaan layanan audit
internal. PERBEDAAN DAN KESAMAAN MENGENAI TANGGUNG JAWAB DAN PELAKSANAAN
AUDIT OLEH AUDITOR INTERN DAN EKSTERN: Perbedaannya : Auditor ekstern bertanggung
jawab kepemakai laporan keuangan yang mengandalkan auditor untuk memberikan kredibilitas
terhadap laporan keuangan, sedangkan auditor intern bertanggung jawab ke manajemen.
Keputusan mengenai materialitas dan resiko. Kesamaannya : Sebagai auditor harus kompeten dan
selalu objektif dalam melaksanakan pekerjaan dan melaporkan hasil auditnya Selalu
menggunakan model resiko audit dalam menetapkan luasnya pengujian dan mengevaluasi hasil
auditnya. Tujuan dan tugas: pengauditan internal pada dasarnya membantu anggota manajemen
dalam meringankan tanggung jawabnya dengan aktivitas penelaahan, rangkaian, penilaian, dan
analisa informasi aktivitas perusahaan secara layak. Internal Audit berfungsi untuk alat bantu
manajemen guna menilai tingkat efektif dan keefisienan pengendalian internal perusahaan,
memberi saran ataupun rekomendasi serta memberikan nilai tambah untuk manajemen sebagai
dasar pengambilan keputusan atau tindakan berikutnya. Jenis-jenis audit dibedakan atas:
Pemeriksaan Umum (General Audit), yaitu suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang
dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang independen dengan maksud untuk memberikan
opini mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pemeriksaan Khusus (Special
Audit), yaitu suatu bentuk pemeriksaan yang hanya terbatas pada permintaan auditee yang
dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan memberikan opini terhadap bagian dari
laporan keuangan yang diaudit, misalnya pemeriksaan terhadap penerimaan kas perusahaan.
Standars For The Professional Practice Of Internal Auditing: Terdiri atas 3 (tiga) kategori, yaitu : 1)
Standar Atribut, yang berkenaan dengan karakterisitik auditor internal baik secara organisasional
maupun individual dalam melaksanakan aktivitas auditnya. 2) Standar Pelaksanaan, yang
menjelaskan sifat aktivitas audit internal, dan manajemen atas aktivitas audit. 3) Standar

Implementasi, yang berkenaan dengan aplikasi standar atribut dan standar pelaksanaan dalam
jenis audit tertentu (misalnya dalam audit kepatuhan, dan investigasi/audit fraud). Standar
Implementasi dicirikan dengan kode A atau C pada Standar Atribut, dan Standar Pelaksanaan.
Tiga perbedaan audit utama antar audit operasional dan audit keuangan: 1. Tujuan audit, 2.
Laporan Audit, dan 3. Dimasukannya bidang non-keuangan kedalam bidang audit operasional.
Hasil Financial Audit adalah berupa pendapat (opini) auditor secara independen dan obyektif
tentang kewajaran laporan keuangan sesuai dengan kriteria standar yang telah ditetapkan, tanpa
pemberian rekomendasi perbaikan. Sedangkan dalam audit kinerja, tidak hanya memberikan
kesimpulan mengenai atau berdasarkan tahapan audit yang telah dilakukan, akan tetapi juga
dilengkapi dengan rekomendasi untuk perbaikan dimasa mendatang Praktek audit internal meliputi
3 kategori pokok, yaitu : 1) Audit Keuangan, yang meliputi analisis aktivitas ekonomi perusahaan
yang diukur dan dilaporkan berdasarkan metode akuntansi. 2) Audit Kepatuhan, yang meliputi
suatu review atas pengendalian keuangan dan operasi, serta transaksi untuk menentukan tingkat
kepatuhan/kesesuaiannya dengan hukum, regulasi, standar dan prosedur yang berlaku/ada. 3)
Audit Operasional, yang meliputi review secara komprehensif atas berbagai fungsi dalam
organisasi untuk menilai keekonomisan dan efisiensi operasi, serta keefektifan dalam pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan. AUDIT OPERASIONAL Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan
operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah
ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan
secara efektif, efisien, dan ekonomis. Lingkup audit operasi berkenaan dengan setiap
pengendalian yang mempengaruhi efisiensi atau efektivitas, sedangkan lingkup dari evaluasi
pengendalian internal atas pelaporan keuangan terbatas pada efektivitas pengendalian internal
atas laporan keuangan dan dampaknya terhadap penyajian yang wajar dari laporan keuangan.
Jenis-jenis Audit Operasional Menurut Agoes, S. (2004), Audit operasional dibagi dalam 3 jenis,
yaitu: 1.

Audit Fungsional (Functional Audit) Fungsi adalah sarana untuk mengkategorikan

aktivitas perusahaan seperti fungsi penjualan atau fungsi penagihan. Audit fungsional ini meliputi
satu fungsi atau lebih dalam organisasi. Keunggulan dari audit fungsional adalah memungkinkan
auditor melakukan spesialis. Kekurangan audit fungsional adalah tidak dievaluasinya fungsi yang
saling berkaitan. 2.

Audit Organisasional (Organizational Audit) Audit operasional atas suatu

organisasi menyangkut keseluruhan unit organisasi seperti departemen, cabang, atau anak
perusahaan. Penekanan audit organisasional adalah seberapa efisien dan efektif fungsi-fungsi
dalam organisasi berinteraksi, rencana organisasi dalam metode-metode untuk
mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas merupakan hal yang penting dalam jenis pemeriksaan ini.
3.

Penugasan Khusus (Special Assignment) Penugasan audit operasional khusus timbul atas

permintaan manajemen. Terdapat banyak variasi dalam pemeriksaan tersebut, misalnya


penyelidikan kemungkinan kecurangan dalam satu divisi. Tahap-Tahap Audit Operasional Menurut
(Arens dan Loebbecke, 2000), ada tiga tahap yang dilakukan dalam melakukan audit operasional
yaitu: 1. Perencanaan Perencanaan dalam audit operasional serupa dengan perencanaan untuk
audit atas laporan keuangan historis. Seperti dalam audit laporan keuangan, auditor operasional

harus menentukan lingkup penugasan dan menyampaikan hal itu kepada unit organisasional, juga
perlu menentukan staff yang tepat dalam penugasan, mendapatkan informasi mengenai latar
belakang unit organisasional, memakai struktur pengendalian intern, serta menentukan bahan
bukti yang tepat yang harus dikumpulkan. Perbedaan utama antara perencanaan audit operasional
dengan audit laporan keuangan adalah sangat banyaknya keragaman dalam audit operasional.
Oleh karena keragamannya, seringkali sulit menentukan tujuan khusus pada suatu audit
operasional, sehingga tujuannnya akan didasarkan pada kriteria yang dikembangkan untuk
penugasan. 2. Pengumpulan dan evaluasi bahan bukti Dengan cara yang sama seperti pada audit
keuangan, auditor operasional harus mengumpulkan cukup bahan bukti yang kompeten agar dapat
menjadi dasar yang layak guna menarik suatu kesimpulan mengenai tujuan yang sedang diuji. 3.
Pelaporan dan tindak lanjut Dua perbedaan utama dalam laporan audit operasional dan keuangan
yang mempengaruhi laporan audit operasional. Pertama, dalam audit operasional, laporan
biasanya dikirim hanya untuk pihak manajemen, dan satu salinan untuk unit yang diperiksa. Tidak
adanya pemakaian pihak ketiga, mengurangi pembakuan kata-kata dalam laporan audit
operasional. Kedua, keragaman audit operasional memerlukan penyusunan laporan secara khusus
untuk menyajikan ruang lingkup audit, temuan-temuan dan rekomendasi-rekomendasi. Hubungan
kedua faktor ini mengakibatkan banyak perbedaan dalam laporan audit operasional. Penulisan
laporan seringkali memakan banyak waktu agar temuan-temuan dan rekomendasi disampaikan
secara jelas. Tindak lanjut merupakan hal yang biasa dalam audit operasional di saat
rekomendasi-rekomendasi disampaikan kepada manajemen, yang tujuannya adalah untuk
memastikan apakah perubahan-perubahan yang direkomendasikan telah dilakukan dan jika tidak
apakah alasannya AUDIT KEUANGAN PEMERINTAH Audit sektor publik adalah pemeriksaan
terhadap pemerintah yang dilakukan untuk mengetahui pertanggung jawaban (akuntabilitas) atas
pengelolaan dana masyarakat (publicmoney) JENIS AUDIT SEKTOR PUBLIK Berdasarkan UU no.
15 tahun 2004 dan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), terdapat tiga jenis audit
keuangan Negara, yaitu: 1. Audit Keuangan Adalah audit atas laporan keuangan yang bertujuan
untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance), apakah laporan keuangan
telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia. 2. Audit Kinerja Adalah audit yang dilakukan secara objektif dan
sistematis terhadap berbagai macam bukti untuk menilai kinerja entitas yang diaudit dalam hal
ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja dan entitas yang
diaudit dan meningkatkan akuntabilitas publik. 3. Audit dengan Tujuan Tertentu Adalah audit
khusus, diluar audit keuangan dan audit kinerja yang bertujuan untuk memberikan kesimpulan atas
hal yang diaudit. Sistem Audit Keuangan Sektor Publik 1)

Pemeriksaan Siklus Pendapatan

Tujuan audit siklus pendapatan adalah untuk mengungkapkan ada tidaknya salah saji yang
material dalam proses Pendapatan Daerah/Organisasi, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lainlain yang sah. Jenis koreksi pembukuan yang harus dilakukan atas pendapatan adalah sebagai
berikut: Kesalahan pembukuan dan/atau penyajian saldo awal tahun anggaran/sisa perhitungan

anggaran tahun lalu. Kesalahan pembukuan dan/atau penyajian pendapatan daerah. Kesalahan
pembukuan dan/atau penyajian saldo akhir tahun anggaran sisa perhitungan anggaran tahun
perhitungan. Kesalahan penyajian dalam daftar lampiran perhitungan anggaran tahun anggaran
perhitungan. Kesalahan yang wajib dikoreksi oleh auditor, yang terdiri atas: Kesalahan pembukuan
(kekeliruan pencatatan). Kesalahan pembebanan. Kesalahan penjumlahan dan pengurangan
angka (aritmatika). 2)

Pemeriksaan Siklus Belanja Tujuan audit siklus belanja adalah untuk

memperoleh bukti mengenai masing-masing asersi yang signifikan, yang berkaitan dengan
transaksi dan saldo siklus belanja. Berbagai proses dan keputusan untuk memperoleh barang dan
jasa yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan organisasi sektor publik. Dua kelompok
transaksi utama dalam siklus ini adalah transaksi pembelian dan pengeluaran kas. Kedua transaksi
tersebut mempengaruhi berbagai akun berikut: Kas, Persediaan barang habis pakai, Aktiva tetap,
Aktiva lain-lain, Utang. Risiko bawaan pos belanja organisasi sektor publik pada banyak organisasi
sangatlah tinggi. Ada berbagai faktor yang menyebabkan tingginya risiko bawaan siklus belanja ini,
yaitu: Volume transaksi yang selalu tinggi, Pembelanjaan dan pengeluaran tanpa otoritasi yang
dapat terjadi, Pembelian aset yang tidak perlu, Masalah akuntansi yang berkembang. Tingginya
volume transaksi akan memperbesar kemungkinan terjadinya salah saji. Semakin tinggi volume
transaksi, semakin tinggi kemungkinan kesalahan pencatatan transaksi tersebut. Disamping itu,
juga ada kemungkinan bahwa organisasi sektor publik melakukan pembelian aset yang tidak perlu.
Tingginya risiko bawaan siklus belanja menyebabkan banyak organisasi sektor publik
memprioritaskan atau memperluas struktur pengendalian internal siklus belanja untuk mencegah
dan mendeteksi salah saji. Seperti siklus pendapatan, pengujian pengendalian umumnya tidak
mengurangi risiko pengendalian asersi hak dan kewajiban. Jadi, auditor dapat menggunakan
kombinasi strategi risiko pengendalian yang ditetapkan lebih rendah dan pengujian subtantif.
Pengujian pengendalian tergantung pada pertimbangan biaya manfaat. Auditor harus
membandingkan biaya melakukan pengujian pengendalian internal degnan penghematan yang
diperoleh akibat berkurangnya pengujian substantif. 3)

Pemeriksaan Aktiva Tetap Aktiva tetap

merupakan aset/harta yang dimiliki oleh organisasi sektor publik yang digunakan dalam kegiatan
operasi organisasi. Tujuan audit aktiva tetap adalah untuk memperoleh bukti tentang setiap asersi
signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan saldo aktiva tetap. Audit atas aktiva tetap sangat
penting karena biasanya aktiva tetap merupakan aset/kekayaan terbesar yang dimiliki oleh suatu
organisasi sektor publik. 4)

Pemeriksaan Jasa Personalia Siklus jasa personalia sangat

penting karena masalah gaji, pajak penghasilan pegawai, dan biaya ketenagakerjaan lainnya
merupakan komponen biaya utama di hampir semua entitas. 5)

Pemeriksaan Siklus Investasi

(Pembiayaan) Investasi ini pada umumnya merupakan bagian dari strategi jangka panjang suatu
organisasi sektor publik. Jangka waktu investasi sementara tidak lebih dari satu periode akuntansi.
Risiko salah saji pada transaksi investasi organisasi sektor publik umumnya rendah karena
jarangnya transaksi yang terjadi. 6)

Pemeriksaan Siklus Saldo Kas Saldo kas berasal dari

pengaruh kumulatif siklus belanja, siklus investasi, dan siklus jasa personalia. Tujian audit saldo
kas adalah untuk memperoleh bukti tentang masing-masing asersi yang signifikan, ynag berkaitan

dengan transaksi dan saldo kas. Tujuan audi ditentukan berdasarkan kelima kategori asersi
laporan keuangan: Asersi keberadaan dan keterjadian Asersi kelengkapan Asersi hak dan
kewajiban Asersi penilaian dan pengalokasian Asersi pelaporan dan pengungkapan TEKNIK
AUDIT KEUANGAN SEKTOR PUBLIK Prosedur analitis (Analitycal Procedures) Prosedur ini
meliputi perhitungan dan penggunaan rasio-rasio sederhana, analisis vertikal, atau laporan
persentase, perbandingan jumlah yang sederhana dengan data historis atau anggaran, serta
penggunaan model matematis dan statistik, seperti analisis regresi. Inspeksi (Inspecting)
Inspeksi meliputi pemeriksaan yang rinci terhadap dokumen dan catatan serta pemeriksaan
sumber daya berwujud. Inspeksi seringkali digunakan dalam mengumpulkan dan mengevalusai
bukti, baik bottom-up mapun top-down. Dengan melakukan inspeksi atas dokumen, auditor dapat
menentukan ketepatan persyaratan dalam faktur atau kontrak yang memerlukan pengujian bottom
up atas akuntansi transaksi tersebut. Konfirmasi (Confirming) Kegiatan konfirmasi adalah
bentuk kegiatan keterangan yang memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsug
dari sumber independen di luar organisasi sektor publik yang di audit. Dalam kasus yang lazim,
klien (organisasi yang di audit) mengajukan permintaan kepada pihak luar secara tertulis, namun
auditor yang mengirimkan permintaan keterangan tersebut. Permintaan keterangan (Inquiring)
Kegiatan ini meliputi permintaan keterangan secara lisan maupun tertulis oleh auditor. Permintaan
keterangan tersebut biasanya ditunjukan kepada manajemen atau karyawan organisasi sektor
publik, yang umumnya berupa pernyataan-pernyataan yang timbul setelah dilaksanakannya
prosedur analitis. Auditor juga dapat secara langsung meminta keterangan kepada pihak external.
Perhitungan (Counting) Dua aplikasi yang paling umum adalah perhitungan (counting) adalah (1)
perhitungan fisik sumber daya berwujud, seperti jumlah kas dan persediaan yang ada dan (2)
akuntansi seluruh dokumen, dengan nomor urut yang telah dicetak (prenumbered). Penelusuran
(Tracing) Dalam penelusuran seringkali disebut penelusuran ulang, auditor (1) memilih dokumen
yang dibuat pada saat transaksi dilaksanakan, dan (2) menentukan bahwa informasi yang
diberikan oleh dokumen tersebut telah dicatat dengan benar dalam catatan akuntansi (jurnal dan
buku besar). Pemeriksaan bukti pendukung (Vouching) Pemeriksaan bukti pendukung meliputi
(1) pemilihan ayat jurnal dalam catatan akuntansi, dan (2) mendapatkan serta memeriksa
dokumen yang digunakan sebagai dasar ayat jurnal tersebut untuk menentukan validitas dan
ketelitian pencatatan akuntansi. Pengamatan (observing) Pengamatan berkaitan dengan
memerhatikan dan menyaksikan pelaksanaan beberapa kegiatan atau proses. Kegiatannya berupa
pemrosesan rutin atau jenis transaksi tertentu, seperti penerimaan kas, untuk melihat apakah para
pekerja sedang melaksanakan tugas yang telah diberikan sesuai dengan kebijakan dan prosedur
organisasi sektor publik. Pelaksanaan ulang (Reforming) Salah satu prosedur audit yang penting
adalah pelaksanaan ulang perhitungan dan rekonsiliasi ynag dilakukan oleh organissasi sektor
publik yang di audit. Auditor juga dapat melakukan ulang beberapa aspek pemrosesan transaksi
tertentu untuk menentukan bahwa pemrosesan awal sudah sesuai dengan pengendaliaan internal
yang sudah dirumuskan. Teknik audit berbantuan computer Apabila catatan akuntansi organisasi
sektor publik dilaksanakan melalui media elektronik, maka auditor dapat menggunakan teknik ini

untuk membantu melaksanakan beberapa prosedur yang telah diuraikan sebelumnya.


Pengendalian internal Pengendalian internal adalah rencana, metoda, prosedur, dan kebijakan
yang didesain oleh manajemen untuk memberi jaminan yang memadai atas tercapainya efisiensi
dan efektivitas operasional, kehandalan pelaporan keuangan, pengamanan terhadap aset,
ketaatan/kepatuhan terhadap undang-undang, kebijakan dan peraturan lain. Pengendalian intern
yang digunakan dalam suatu entitas merupakan faktor yang menentukan keandalan laporan
keuangan yang dihasilkan oleh entitas. Oleh karena itu, sebelum auditor melaksanakan audit
secara mendalam atas informasi yang tercantum dalam laporan keuangan, standar pekerjaan
lapangan kedua mengharuskan auditor memahami pengendalian intern yang berlaku dalam
entitas. Prinsip-prinsip Sistem Pengendalian Intern Untuk dapat mencapai tujuan pengendalian
akuntansi, suatu sistem harus memenuhi enam prinsip dasar pengendalian intern yang meliputi: 1.
Pemisahan fungsi Tujuan utama pemisahan fungsi untuk menghindari dan pengawasan segera
atas kesalahan atau ketidakberesan. Adanya pemisahan fungsi untuk dapat mencapai suatu
efisiensi pelaksanaan tugas. 2. Prosedur pemberian wewenang Tujuan prinsip ini adalah untuk
menjamin bahwa transaksi telah diotorisir oleh orang yang berwenang. 3. Prosedur dokumentasi
Dokumentasi yang layak penting untuk menciptakan sistem pengendalian akuntansi yang efektif.
Dokumentasi memberi dasar penetapan tanggungjawab untuk pelaksanaan dan pencatatan
akuntansi. 4. Prosedur dan catatan akuntansi Tujuan pengendalian ini adalah agar dapat
disiapkannya catatan catatan akuntansi yang yang teliti secara cepat dan data akuntansi dapat
dilaporkan kepada pihak yang menggunakan secara tepat waktu. 5. Pengawasan fisik
Berhubungan dengan penggunaan alat-alat mekanis dan elektronis dalam pelaksanaan dan
pencatatan transaksi. 6. Pemeriksaan intern secara bebas Menyangkut pembandingan antara
catatan asset dengan asset yang betul-betul ada, menyelenggarakan rekening-rekening kontrol
dan mengadakan perhitungan kembali gaji karyawan. Ini bertujuan untuk mengadakan
pengawasan kebenaran data. Elemen Pengendalian Internal : 1.Lingkungan Pengendalian
2.Sistem Akuntansi 3.Prosedur Pengendalian Pengertian dari macam-macam pengendalian intern:
Lingkungan Pengendalian Lingkungan Pengendalian dari suatu organisasi menekankan pada
berbagai macam faktor yang secara bersamaan mempengaruhi kebijakan dan prosedur
pengendalian. Sistem Akuntansi Sistem akuntansi tidak hanya digunakan untuk menghasilkan
laporan keuangan saja, tetapi juga menghasilkan pengendalian manajemen. Prosedur
Pengendalian Prosedur pengendalian merupakan kebijakan dan aturan mengenai kelakuan
karyawan yang dibuat untuk menjamin bahwa tujuan pengendalian manajemen dapat tercapai.
KETERBATASAN DALAM PENGENDALIAN INTERNAL Keterbatasan-keterbatasan tersebut
menurut Mulyadi (2002 : 181) adalah: 1) Kesalahan dalam pertimbangan ; Kesalahan dalam
mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil atau dalam melaksanakan tugas rutin yang
biasanya dilakukan oleh manajemen atau personel lain. Kesalahan ini dapat disebabkan oleh tidak
memadainya informasi yang diterima, keterbatasan waktu, dan tekanan lain. 2) Gangguan ;
Adanya kekeliruan dalam memahami perintah, terjadinya kesalahan karena kelalaian dan
perubahan yang bersifat sementara atau permanent dalam personil atau dalam sistem dan

prosedur yang diterapkan. 3) Kolusi ; Kerja sama antara pihak-pihak yang terkait, yang mana
seharusnya antara pihak-pihak tersebut saling mengawasi, tetapi malah saling bekerja sama untuk
menutupi kesalahan-kesalahan yang dibuat baik secara sengaja maupun tidak sengaja. 4)
Pengabaian oleh manajemen ; Manajemen mengabaikan kebijakan dan prosedur yang telah
diterapkan semata-mata untuk kepentingan pribadinya sehingga pengendalian internal tidak
berfungsi secara baik. 5) Biaya vs. manfaat ; Biaya yang telah dikeluarkan untuk penerapan
pengendalian internal tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari adanya penerapan
pengendalian internal tersebut.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ema_surya/audit-internal-audit-operasional-auditsektor-publik_556c4665589373c6038b4567

http://www.kompasiana.com/ema_surya/audit-internal-audit-operasional-audit-sektorpublik_556c4665589373c6038b4567

https://diploma4stan.wordpress.com/2012/02/16/resume-audit-internal-pemerintah/

Anda mungkin juga menyukai