Anda di halaman 1dari 8

TUGAS FARMAKOLOGI

Rute Pemberian Obat

DOSEN PENGAMPU

Ns.SUPADI, M.Kep.,Sp.MB

Disusun oleh :
RESTI NUR LELA ( P1337420215092 )
Tingkat

:IC

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


PRODI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO
TAHUN 2016

RUTE PEMBERIAN OBAT


Rute pemberian obat menentukan jumlah dan kecepatan obat yang masuk
kedalam tubuh, sehingga

merupakan

penentu keberhasilan

terapi

atau

kemungkinan timbulnya efek merugikan. Rute pemberian obat dibagi dua, yaitu
enteral dan parenteral.
1. Jalur Enteral
Jalur enteral berarti pemberian obat melalui saluran gastrointestinal (GI),
seperti pemberian obat melalui sublingual, bukal, rektal, dan oral.
Kerugian dari pemberian obat melalui jalur enteral adalah absorpsinya
lambat, tidak dapat diberikan pada pasien yang tidak sadar atau tidak dapat
menelan. Kebanyakan obat diberikan melalui jalur ini, selain alasan diatas
juga alasan kepraktisan dan tidak menimbulkan rasa sakit. Bahkan
dianjurkan jika obat dapat diberikan melalui jalur ini dan tidak untuk
kepentingan emergensi (obat segera berefek), obat harus diberikan secara
eternal.
2. Jalur Parenteral
Parental berarti tidak melalui eternal. Termasuk jalur parenteral adalah
transdermal (topikal), injeksi, endotrakeal (pemberian obat ke dalam trakea
menggunakan endotrakeal (pemberian obat kedalam trakea menggunakan
endotrakeal tube), dan inhalasi. Pemberian obat melalui jalur ini dapat
menimbulkan efek sistemik atau lokal.
Jalan pemberian obat turut menentukan cepat lambatnya dan lengkap atau
tidaknya resorpsi obat. Tergantung dari efek yang diinginkan, yaitu efek lokal
(setempat) atau efek sistematis (di seluruh tubuh) dari keadaan pasien dan sifatsifat resiko-kimia obat, dapat dipilih antara berbagai cara untuk memberikan obat.
1. Efek Lokal ( pemakaian setempat)
a. Intra Nasal

Rute intra nasal adalah pemberian obat melalui selaput lendir


hidung. Obat ini digunakan untuk menciutkan selaput/mucosa yang
membengkak, misalnya Otrivin Nasal Spray.
b. Inhalasi
Cara inhalasi ini hanya dapat dilakukan untuk obat yang berbetuk
gas atau cairan yang mudah menguap misalnya anestatik umum,
dan untuk obat lain yang dapat diberikan dalam bentuk aerosol.
Obat ini diberikan untuk disedot melalui hidung atau mulut atau
disemprotkan. Absorpsi terjadi memalui epitel paru dan mukosa
saluran napas. Keuntungannya, absorpsi terjadi secara cepat karena
permukaan absorpsinya luas, terhindar dari eliminasi lintas pertama
di hati, dan pada penyakit paru-paru misalnya asam bronkial, obat
dapat diberikan langsung pada saat bronkus. Sayangnya pada
metode khusus yang agak sulit dikerjakan, sukar mengatur dosis,
dan sering obatnya mengiritasi epitel paru.
c. Obat mata dan telinga
Obat mata dan telinga diberikan melalui selaput atau mucosa mata
atau telinga. Obat ini dapat diresorpsi ke dalam darah dan
menimbulkan efek teksis. Bentuk obat ini adalah tetes dan salep.
d. Intra Vaginal
Obat intra Vaginal diberikan melalui selaput lendir/mucosa Vagina.
Diberikan pada Anti Fungi dan Anti Kehamilan. Obat ini tersedia
dalam bentuk tablet vaginal, salep, cream dan cairan bilasan.
e. Topikal (kulit)
Obat topikal diberikan dengan jalan mengoleskan pada permukaan
kulit. Obat topikal dapat diberikan pada kulit dalam berbagai cara
seperti dengan satung tangan, spatel lidah, atau applikator dengan
ujung kapas. Kulit yang sehat sukar sekali dimasuki obat, tetapi
bila terjadi kerusakan resorpsi dapat berlangsung. Obat ini
umumnya berbentuk salep atau krim.

2. Efek sistemis (obat diedarkan ke seluruh tubuh)


a. Oral
Oral adalah rute pemberian obat melalui mulut. Rute pemberian
yang paling banyak digunakan karena mudah dan aman
pemakaiannya, lazim serta praktis. Bentukknya tablet, kapsul, obat
hisap, sirup dan tetesan. Tidak semua obat dapat diberikan per oral.
Tidak cocok untuk: obat yang diuraikan oleh getah lambung
(benzil penicilin, oksitosin). Dapat terjadi inaktivasi oleh hati
sebelum diedarkan ke tempat kerjanya. Baik sekali untuk
mengobati infeksi-infeksi virus. Tetapi pemberian obat oral dapat
juga mencapai efek lokal.
b. Oromucosal
Pemberian obat mrlalui mucosa di rongga mulut.
1) Sublingual
Pemberian obat melalui rute sublingual dilakukan dengan
meletakkan Obat di bawah lidah. Obat tidak melalui hati
sehingga dinonaktifkan. Dari selaput di bawah lidah langsung
ke dalam aliran darah. Digunakan untuk mencapai efek cepat,
misalnya pada pasien serangan jantung, ashma. Bentuknya
tablet kecil atau spray. Keberatanya kurang praktis untuk
diguanakan terus

menerus, dan dapat merangsang selaput

lendir mulut. Hanya obat yang bersifat lipofil yang dapat


diberikan dengan jalan ini. Contohnya : isorbid tablet.
2) Bucal
Pemberian obat melalui rute bukal dilakukan dengan
menempatkan obat pada membran mukosa pipi sampai obat
larut. Obat langsung ke dalam aliran darah. Keuntungan
pemerian obat melalui jalur ini adalah tidak sukar, tidak perlu
steril dan efeknya cepat. Kerugian adalah tidak dapat untuk

obat yang rasanya tidak enak, dapat terjadi iritasi di mulut,


pasien harus sadar, dan hanya bermanfaat untuk obat yang
sangat nonpolar. Misalnya obat untuk mempercepat kelahirann
bila tidak ada konteraksi uterus. Contohnya : sandopart tablet.
c. Injeksi
Rute parental adalah memberikan obat dengan menginjeksi ke
dalam jaringan tubuh, obat yang cara pemberiannya tanpa melalui
mulut tetapi langsung ke pembuluh darah.
Keuntungan :
1) Efeknya timbul lebih cepat dan teratur dibandingkan
dengan pemberian per oral.
2) Dapat diberikan pada penderita yang tidak kooperatif, tidak
sadar, atau muntah-muntah.
3) Sangat berguna dalam keadaan darurat.
Kerugian :
1) Dibutuhkan cara asepsis.
2) Menyebabkan rasa nyeri.
3) Ada bahaya penularan hepatitis serum.
4) Sukar dilakukan sendiri oleh penderita.
5) Tidak ekonomis.
Bentuk-betuk obat ijeksi :
1) Subcutan / Hipodermal.
Penyuntikan subcutan di bawah kulit, misalnya penyuntikan
insulin. Obatnya tidak merangsang, dan larut baik dalam air
atau minyak. Obat dapat diberikan pada pasien dalam
keadaan sadar atau tidak sadar. Kerugian dari pemberian
obat jalur ini,perlu prosedur steril, sakit, dan dapat terjadi

iritasi lokal ditempat injeksi. Efeknya agak lambat, dapat


digunkan sendiri, misalnya insulin pada penderita diabetes.
2) Intra Musculair (L.M)
Penyuntikannya dilakukan dalam otot misalnya penyuntikan
antibiotika atau dimana tidak banyak terdapat pembuluh
darah dan syaraf, misalnya otot pantat atau lengan atas.
Keuntungan pemerian obat melalui jalur ini, absorpsinya
cepat, dan dapat diberikan kepada pasien sadar dan tidak
sadar. Kerugian dari obat ini perlu prosedur steril, sakit,
dapat terjadi iritasi pada tempat injeksi.

3) Intra Vena (I.V)


Penyuntikannya dilakukan kedalam pembuluh darah.
Reaksinya sangan cepat (18 detik) yaitu satu peredaran
darah, obat sudah beredar ke seluruh tubuh atau jaringan.
Dapat menimbulkan reaksi-reaksi hebat seperti : turunnya
tekanan darah secara mendadak, shock dan sebagainya.
Infus Intra Vena dengan obat sering dilakukan di rumah
sakit pada keadaan darurat atau dengan obat yang cepat
metabolismenya dan ekskresinya guna mencapai kadar
plasma yang tetap tinggi. Obat ini cepat masuk dan
bioavaibilitas 100%. Obat melalui jalur ini perlu prosedur
yang steril, sakit, dapat terjadi iritasi pada tempat injeksi,
resiko terjadi kadar obat yang tinggi kalau diberikan terlalu
cepat.
4) Intra Arteri (L.A)
Penyuntikan dilakukan pada pembuluh nadi. Dilakukan
untuk membanjiri suatu organ misalnya pada kanker hati.
5) Intra Cutan (I.C)

Penyuntikan dilakukan di dalam kulit. Absorpsi sangat


perlahan, mislanya pada tuberculin test dari Mantuox.
6) Intra Lumbal
Penyuntikan dilakukan ke dalam ruas pinggang dalam
sumsum tulang belakang ) misalnya untuk anestesi umum.
7) Intra Peritoneal.
Penyutikan ke dalam selaput perut.
8) Intra Cardial
Penyuntikan ke dalam jantung.
9) Intra Pleural
Penyuntikan ke dalam rongga pleura.
10) Intra Articular
Penyuntikan ke dalam celah-celah sendi.
d. Implantasi
Bentuk obat pellet steril ,obat dicangkokkan di bawah kulit.
Terutama digunakan untuk efek sistemis lama, misalnya obat-obat
hormon

kelamin

(Estradiol

dan

Testesteron)

dan

Doca.

Reabsorpsinya lambat, satu pellet dapat melepaskan zat aktifnya


secara perlahan-lahan selama 3-5 bulan amanya.
e. Rektal
Rute rektal adalah memberikan obat melalui rektal (dubur). Bentuk
dari obat ini adalah Suppositoria dan Clysma ( obat pompa). Baik
sekali untuk obat yang dirusak oleh asam lambung. Diberikan
untuk mencapai takaran yang tepat dan cepat. Efek sistemisnya
lebih cepat dan lebih besar bila dibandingkan dengan per oral,
berhubung pembuluh-pembuluh rektum tidak bersambung pada
sistem serta dan obat tidak melalui hati pada peredaran darah
pertama. Contohnya pengobatan asma (amican suppositoria), pada

bayi (stesolid rectal, dalam pengobatan kejang akut). Tetapi bentuk


suppositoria dan clysma sering digunakan untuk efek lokal misal
untuk pengobatan wasir (Anusol Supositoria), laxativ (Microlax
Lavemen). Pemberian obat melalui rectal dapat secara dioleskan
pada permukaan rectal, berupa salep dan hanya punya efek lokal
(Haemoven salep).
f. Transdermal
Rute transdermal adalah pemakaian obat melalui permukaan kulit,
berupa plester. Obat ini menyerap secara perlahan dan continue,
masuk ke sistem peredaran darah, langsung ke jantung. Obat ini
hanya efektif untuk zat yang larut lemak, iritasi lokal dapat terjadi.
Tiap dosisnya dapat bertahan 24 jam. Umumnya untuk gangguan
jantung misalnya angina pectoris. Contoh : Nitrodise dan
Nitroderm T.T.S. (Therapeutic Transdermal System).

Anda mungkin juga menyukai