B. Musidi
Pendahuluan
Orang Moghul telah berkuasa di India antara 1526-1859. Antara 1526-1707
dengan sekuat tenaga orang Moghul membangun kesultanan yang kuat di Delhi.
Meski orang Moghul telah berkuasa selama hamoir dua abad, orang Moghul tidak
pernah dibuat tenang oleh orang-orang yang lebih dulu datang ke India, seperti:
orang Afghan, Rajput dan Marata. Selama di bawah enam sultan yaitu, Babar,
Humayun, Akbar, Jahangir, Shah Jahan dan Aurangzeb, orang-orang Moghul
terbukti menjadi penguasa yang tidak tertandingi. Tulisan singkat ini dimaksudkan untuk merunut bagaimana orang-orang Moghul selama di bawah
pemerintahan keenam sultan itu berhasil berkuasa di anak benua India.
A. Para Sultan Moghul Pertama
l.
mempunyai cita rasa yang bagus dan mendorong puisi, musik, melukis,
arsitektur, kesusasteraan dan mekanik. Ia mendorong industri dan berminat
dalam pencapaian hal-hal itu. Sebagai seorang jendral ia baik dan sebagai seorang
prajurit tidak pernah lelah. Ia menghargai keberanian dan menganugerahi
keberanian itu. Ia seorang administrator besar, dan jarang lupa bahwa rakyatnya
menganut banyak kepercayaan (Kulke, Ruthermund, 1986, p. 203). Ia
menghapuskan suttee dan perkawinan kanak-kanak. Akbar adalah orang yang
tidak ada duanya.
Para Sultan Moghul Kedua
1. Nuruddin Jahangir (1605-1627) (Mahmud, 1988. p. 148. -152 Sachchidananda
Bhattacharya, 1967, p. 481-482; Majumdar, 1958, p. 463-470; Trotter, 1917, p.
121-128)
Pangeran Salim naik tahta pada tanggal 3 November 1605 dan bergelar
Nuruddin Jahangir. Ia berjanji akan melindungi Islam dan tidak akan
menghukum pihak yang menghendaki anaknya, Pangeran Khusro untuk
menggantikan Akbar. Ia meragukan kaum Jesuit yang telah merongrong iman
Akbar. Ia memaklumkan dekrit-dekrit untuk menjalankan keadilan,
menghapuskan beberapa pajak dan memasang bel yang dapat dibunyikan oleh
seseorang yang ingin mengajukan petisi kepada sultan.
Pangeran Khusro populer di kalangan kaum liberal dan Rajput. Ia
kemudian menghimpun kekuatan, dan Arjun Dev, Guru Sikh V, memberinya
uang dan Khusro pergi mengepung Lahore, tetapi Khusro dikalahkan di dekat
Jullunder. Khusro dipenjarakan dan meninggal pada 1622 karena sakit perut. Para
pengikutnya dihukum. Arjun Dev didenda Rs. 200. 000 karena dianggap
membantu pemberontak dan dihukum mati. Peristiwa ini membuat marah kaum
Sikh dan mereka tetap menjadi musuh orang Moghul dan Muslim sampai akhir
pemerintahan kaum Muslim di India, bahkan sesudahnya.
Orang-orang Afghan di Bihar dan Benggala bangkit melawan Moghul..
Mereka memilih seorang Usman Khan sebagai pemimpin. Tetapi Islam Khan,
Gubernur Bengala berhasil mengalahkan mereka dalam pertempuran Nek Ujyal
pada tahun 1612. Jahangir memberi pangkat dan jabatan kepada para bangsawan
yang setia.
Di Rajputana selatan terjadi pemberontakan dipimpin Rana dari Mewar.
Mahabat Khan dikirim oleh Jahangir untuk menghadapi pemberontakan itu.
Ketika orang-orang Rajput mengalami kekalahan, mereka melancarkan perang
gerilya. Pangeran Khuram dikirim untuk meredam mereka. Ia melakukan taktik
bumi hangus, membakar ladang-ladang dan kampung-kampung mereka,
sehingga mereka lalu menyerah karena kelaparan di tempat-tempat
persembunyian mereka. Rana dari Mewar akhirnya menerima Jahangir sebagai
tuannya dan menyediakan pasukan 1000 kavaleri untuk angkatan perang
kesultanan.
Di perbukitan Kangra muncul pemberontakan lain. Kaum Muslim di situ
mengalami kesulitan sampai Pangeran Khurram berhasil mengalahkan penguasa
di situ. Shah Abbas Agung dari Persia merebut Qandhar pada tahun 1622, yang
telah diperebutkan sejak masa Humayun. Baik Jahangir maupun penggantinya
Shah Jahan berulang kali mencoba merebut kembali Qandhar, sampai tahun 1638
ketika Ali Mardan Khan, Gubernur Persia disuap dan mnyerahkan Qandhar
kepada orang-orang Moghul.
Sementara itu peperangan di Ahmadnagar, Deccan sudah berlangsung.
Pada tahun 1616 Jahangir telah mengirim Pangeran Khurram dibantu oleh Jendral
Khan-i-Khanan dan Mahabat Khan untuk menumpas pemberontakan itu.
Ekspedisi itu berhasil dan Balaghat yang direbut oleh Malik Ambar, dimenangkan
kembali dan bahkan Ahmadnagar direbut. Sebagai ganti rugi Khurram diberi l5
lakh dan atas kemenangan ini Pangeran Khurram sangat dihargai dan diberi gelar
Shah Jahan. Tetapi perdamaian di Deccan tidak berlangsung lama sebab pada
tahun 1680 Malik Ambar mengingkari perjanjian, dan memperoleh sejumlah besar
orang Marata gunung, bergabung dengan Golconda dan Bijapur untuk melawan
orang Moghul. Pasukan Moghul kembali memperoleh kemenangan, tetapi
kehilangan banyak benteng. Shah Jahan kembali dikirim ke Deccan dan orangorang Marata banyak yang terbunuh. sehingga Malik Ambar terpaksa menyerah
lagi. Shah Jahan menghentikan usahanya karena adanya intrik di istana Moghul,
kemudian bersekutu dengan Malik Ambar untuk menghadapi Mahabat Khan,
tetapi dapat dikalahkan, dengan akibat Shah Jahan dan Malik Ambar menyerah.
Peperangan antara orang Maghul dengan Marata membuat orang Marata
ahli dalam perang gerilya. Mereka ini hanya membutuhkan seorang pemimpin
untuk bangkit sebagai sebuah bangsa dan itu ditemukan dalam diri Shahji Bonsle
ketika Shah Jahan berkuasa. Putera Shahji Bonsle yang terkenal bernama Sivaji
(dalam pemerintahan Alamgir). Seabad kemudian orang-orang gunung ini
berhasil mengusir orang Maghul.
Pada tahun 1611, Jahangir kawin dengan Mehr-un-Nisa, janda Sher
Afghan, yang sudah menjadi seorang komandan di Bihar dan meninggal pada
tahun 1607. Mehr-un-Nisa dan anaknya yang masih kecil dikirim ke Agra. Ia
sangat cantik, cerdas dan menarik perhatian Jahangir. Selanjutnya Jahangir
mengawininya dan lambat laun ia memenangkan seluruh kepercayaannya.
Ayahnya, Iti-ud-daulah, dan saudaranya, Asaf Khan iangkat menjadi menteri dan
bersama-sama mendominasi istana. Mereka ini berhasil sebab dalam usia tuanya
Jahangir menjadi peminum. Mehr-un-Nisa selanjutnya dikenal sebagai Nur Jahan,
dan mengawinkan putri Sher Afghan dengan Shahriyar, saudara Shah Jahan yang
lebih muda dan mulai membantu pencalonannya untuk naik tahta. Intrik inilah
yang membuat Shah Jahan memberontak. Akhirnya situasi menjadi begitu buruk
sehingga Mahabat Khan bahkan melawan sultan yang sedang dalam perjalanan
menuju Kashmir. Nur Jahan kemudian menemui Mahabat Khan dan berdamai
dengannya, Jahangir dibebaskan tetapi meninggal segera setelah itu. Asaf Khan
yang pada saat itu menjadi menteri utama, dan mertua Shah Jahan, menawan Nur
Jahan dan mengirimnya ke Shah Jahan yang berada di Deccan. Pada tahun 1627
Shah Jahan dinyatakan sebagai Sultan di Lahore.
Vasco da Gama, pelaut Portugis berlayar mengelilingi Tanjung Harapan
Baik dan menemukan jalan menuju Calicut di India Selatan pada tahun 1498.
Gond. Aurangzeb dikirim untuk menindas pemberontakan itu dan Jujhar Singh
dikalahkan. Berikutnya adalah Khan Jahan Lodhi (1631), seorang bangsawan
Afghan, panglima angkatan perang Deccan. Ia bersekutu dengan penguasa
Ahmadnagar yaitu Khan Jahan yang juga dapat dikalahan.
Pada tahun 1632 ketika Ahmadnagar di bawah Fateh Khan, pengganti
Malik Ambar keadaan tidak berubah. Karenanya Fateh Khan ditangkap dan
dipenjarakan di benteng Gwalior. Shahji Bhonsle ketua suku Marata menjadi
berkuasa penuh dan menempatkan penguasa boneka di atas tahta. Sejak kerajaankerajaan Golconda dan Bijapur membantu para pemberontak secara rahasia, Shah
Jahan sendiri menyerbu dan memimpin penyerbuan. Ketika hal itu diketahui oleh
penguasa Ahmadnagar, ia menyerah, sementara Sultan Bijapur tetap mengadakan
perlawanan. Karenanya Shah Jahan menyerbu Bijapur dan Sultan Adil Shah gagal
mengadakan perlawanan, dan mengusulkan damai dengan
konsekuensi
membayar ganti rugi yang besar. Pada tahun 1638 perjanjian dibuat antara sultan
dengan Golconda dan Bijapur, dan Aurangzeb diangkat menjadi Sultan Deccan.
Sementara itu Ali Mardan Khan, Gubernur Persia di Qandhar, menyerahkan
Qandhar kepada Sultan Moghul.
Tahun 1644 Aurangzeb dipanggil pulang untuk memimpin ekspedisi ke
Balkh dan Badakhshan yang sudah direbut oleh Uzbeg, tetapi harus dihentikan
akibat cuaca yang buruk. Aurangzeb diangkat menjadi Gubernur Multan dan
kemudian diminta untuk melawan Shah Persia yang berusaha untuk merebut
kembali Qandhar, tetapi usahanya gagal. Dara Sikoh juga dikirim untuk merebut
Qandhar, usahanya juga gagal (1649), dengan demikian Moghul kehilangan
Qandhar. Pada tahun 1648 ibu kota Moghul dipindah dari Agra ke Delhi dan
diberi nama Shahjahanabad
Pada tahun 1653 Aurangzeb kembali dikirim ke Deccan. Ia menunjuk
Mursid Quli Khan untuk mengurusi pajak. Mir Jumla diangkat menjadi
komandan artileri dan dapat menindas pemberontakan yang terjadi di Golconda
atau Bijapur (1856-1657), dan kendati Shahji Bonsle diam-diam mengorganisir
Marata, ia takut kepada Aurangzeb dan tidak menyulitkannya.
Pada tahun 1657 Shah Jahan sudah berumur 70 tahun. Keempat anaknya,
Dara Sikoh (43), Shuja (41), Aurangzeb (39) dan Murad Bakhs (33). Dara Sikoh
menguasai Punjab dan Kabul, kendati ia memerintah lewat para pembantunya.
Sebagai anak kesayangan ayahnya, ia tetap berada di ibu kota kesultanan. Shuja
memerintah di Bihar dan Orissa; Murad di Gujarat dan Malwa; sementara
Aurangzeb di Deccan. Dara Sikoh adalah seorang terpelajar dan liberal yang
ekstrim dalam hal agama. Ia mempunyai kemampuan-kemampuan alami, tetapi
sombong dan terburu-buru, wataknya keras. Shuja itu peramah, pemimpin yang
berani dan cerdik, tetapi suka berfoya-foya. Murad Bakhs termuda, pemberani
yang ceroboh, pemabok dan tidak amat pandai. Aurangzeb berlawanan dengan
Shuja dan Murad. Ia serius seperti hakim, tegas, saleh, cakap, berani dan cerdik.
Ada faktor yang merugikan saudara-saudara Dara Sikoh, sebab Dara Sikoh
terkenal karena tidak mempertahankan pandangan yang kolot mengenai Quran
dan telah menyatakan bahwa Upanisad adalah sebuah wahyu yang lebih dulu
dari pada Quran dan sama-sama sucinya. Shuja dan Aurangzeb adalah orang
Mir Jumla digantikan oleh Mir Shaista Khan.. Ia merebut Assam pada
tahun 1664 dan lambat laun membersihkan delta Brahmaputra dari para
perampok Portugis yang memenuhi daerah itu. Ia juga memenangkan Chittagong
dari raja Arakan. Shaista Khan memerintah di Benggala selama tiga puluh tahun
dan sangat meningkatkan kesejahteraan propinsi itu. Ia mengembangkan
pelabuhan-pelabuhan di mana perdagangan dengan timur jauh telah tumbuh
dengan cepat.
Pada tahun 1669 Jats Hindu dari Mathura memberontak, tetapi komandan
lokal (Faujar) dapat menindas pemberontakan itu. Di Narnaul pada tahun 1672
Satnamis, merupakan masyarakat Hindu yang terorganisir memberontak.
Satnamis berjuang dengan keras tetapi dikalahkan. Tegh Bahadur, Guru Sikh IX,
1665, komandan pasukan kecil Moghul di Assam telah berusaha untuk
membangun kekuatan, tetapi pada akhirnya dapat ditawan. Guru X dan terakhir,
Govind Singh, berontak pada tahun 1695. Ia dapat ditawan dan dikirim ke
Aurangzeb yang ketika itu berada di Deccan, tetapi sebelum melapor Aurangzeb
meninggal. Govind Singh dibiarkan membangun Gurdwara di Nander, dekat
Hyderabad, Deccan. Seorang Afghan yang fanatik membunuhnya pada tahun
1708
Tahun 1667 orang-orang Afghan perbatasan memberontak. Untuk
beberapa waktu peralatan Attock dan jalan raya sudah menjadi kepentingan tetap
bagi Khattak dan Afridi. Yusufzeis berontak di Bajaur dan Swat di bawah Bhagu
Khan. Mereka menyeberangi Indus dan merampok Hazara, tetapi dikejar oleh
Kamil Khan, faujar Attock yang mengalahkan mereka dan membunuh banyak
orang. Dalam perjanjian damai Yusufzais diberi jaminan-jaminan tertentu.
Khattak berontak sebagai protes di bawah penyair mereka, Khusnal Khan, dan
Afridis dipimpin oleh Aimal Khan. Mereka mengalahkan pasukan gubernur lokal
dan mengancam lembah Peshsawar. Aurangzeb sendiri harus bergerak ke
Peshsawar, 1674, untuk memadamkan perlawanan. Dalam satu setengah tahun,
melalui tekanan militer dan langkah-langkah diplomatik Aurngzeb dapat
mengalahkan orang Afghan. Selanjutnya Aurngzeb menunjuk Amir Khan menjadi
Gubernur Kabul, dan mendamaikan sisa-sisa suku Afghan.
Selama perang perebutan kekuasaan (suksesi) dan tahun-tahun awal
pemerintahan Aurangzeb, orang-orang Marata sedang berbenah diri di bawah
pimpinan seorang petualang, Sivaji, seorang pemberani dan berbakat dari Shahji
Bonsle. Sivaji terdaftar sebagai anggota kelompok-kelompok gerilya orang-orang
gunung Ghat Barat yang memahami setiap jalan, batu karang, dan hutan. Ia
merebut sedikit benteng dan menjarah Konkan. Kalyan juga direbut dan pada
tahun 1665 Sivaji membunuh Raja dari Jaoli, yang telah menolak bergabung
dengannya. Bijapur mengirim tentara untuk melawannya di bawah Afzal Khan.
Sivaji yang yakin bahwa segala sesuatu adalah sah dalam peperangan,
melancarkan tipu muslihat dan membunuh Afzal Khan dan pasukannya disergap
dan dihancurkan.
Mendengar perampokan yang dilakukan Sivaji, Aurangzeb menempatkan
Shaista Khan dan Raja Jaswant Singh sebagai komandan pasukan Moghul dari
Deccan dan mengirim mereka melawan Sivaji. Mereka memenangkan beberapa
pertempuran kecil, tetapi Jaswant Singh tidak pernah setia pada Aurangzeb, dan
dicurigai sehingga Aurangzeb membiarkan Sivaji untuk mengejutkan Shaista
Khan (15 April 1663). Sivaji dan para pengikutnya menyerang Shaista Khan dan
membunuh anaknya, dan Shaista Khan melarikan diri dengan kehilangan tiga
jarinya. Selanjutnya Shaista Khan ditempatkan di Benggala. Aurangzeb mengirim
putranya, Pangeran Muazzam, dan Rai Jai Singh melawan Sivaji. Mereka berhasil
merebut Purandar, sebuah pelabuhan penting, dan memaksa Sivaji untuk
menerima suatu perjanjian pada tanggal 22 Juni 1665. Sivaji dijanjikan sebuah
mansab lima ribu, dan dipertontonkan di istana, Mei 1666, dan karena merasa
dihina lalu melarikan diri dari Agra. Jai Singh meninggal tahun 1667 dan anaknya
Kirat Singh diberi sebuah mensab yang tinggi (lima ribu), tetapi ia bukan seorang
jendral, sehingga Jaswant Singh menggantikan Jai Singh sebagai komandan di
Deccan. Ia menerima suap yang besar dari Sivaji dan membujuk Auranzeb untuk
memberi gelar raja bagi Sivaji. Ini dilakukan pada tahun 1667, dan pada tahun
yang sama Sultan harus menghadapi orang-orang Afghan di utara. Pada tahun
1664 Sivaji menyerbu Surat untuk pertama kalinya dan memperoleh barang
rampasan yang amat banyak.
Ketidakhadiran Aurangzeb karena sibuk di utara mendorong Sivaji
melanjutkan tindakan-tindakannya, dan pada tahun 1670 ia sudah cukup kuat
untuk memaksakan syarat-syaratnya pada kebanyakan kerajaan tetangganya. Ia
meminta seperempat penghasilan dari daerah-daerah tertentu di Khandesh. Pada
bulan Oktober 1670 ia merampok Surat lagi dan tiga tahun kemudian ia
memahkotai diri sebagai Raja di Raigarh. Ia berencana untuk mengadakan
penaklukan-penaklukan reguler. Pertama ia menyerang Golconda dan
penguasanya ia paksa menjadi sekutu. Kemudian ia merebut benteng Jinji di Arco
selatan, Vellore dan Tanjore. Bellary direbut sehingga ia menjadi penguasa sebuah
kerajaan yang kuat dan mempunyai sekutu sultan Golconda dan Bijapur selama
Aurangzeb sedang sibuk di utara guna melawan Afghan. Sivaji meninggal pada
bulan April 1680 dan digantikan oleh anaknya, Sambhaji.
Sivaji adalah orang yang berkemampuan hebat dan membangun sebuah
bangsa. Ia menganggap orang Moghul dan semua orang Islam sebagai musuhnya,
dan percaya bahwa semua adalah fair dalam perang memakai segala sesuatu
untuk mendapatkan bantuan dan mencapai apa yang dikehendaki untuk
melawan musuh. Ia berpikir dengan penuh daya cipta dan seorang kapten gerilya
yang cerdik. Ia berbalik merampok sebuah seni yang indah dan dengan siasat
perangnya dan pencpaian-pencapaiannya merebut imaginasi rakyatnya. Ia hampir
memenangkan buat mereka sebuah tempat terakhir dalam sejarah India.
Orang-orang Rajput mempunyai sebuah kebiasaan untuk memerangi
setiap pemerintah yang berkedudukan di Delhi. Mereka kembali menjadi gelisah,
ketika terjadi sesuatu yang membuat mereka amat marah. Raja Jaswant Singh,
penguasa Jodhpur (Marwar) telah dipanggil lagi dari Deccan, dan telah menyertai
Aurangzeb ke Peshawar, dalam perangnya melawan orang-orang Afghan. Ia meninggal dalam sebuah pertempuran pada tahun 1678 yang dengan jelas tanpa
seorang pewaris. Aurangzeb yang telah memaafkan Jaswant Singh yang telah
beberapa kali berkhianat, pergi ke Ajmer dan memberinya gaddi kepada
dilihat sampai hari ini. Perlawanan yang dilakukan oleh orang Afghan, Rajput,
Marata dan kaum Sikh seolah-olah makin memperkuat cengkeraman orang
Moghul terhadap bumi Asia Selatan. Untuk sementara kelompok-kelompok
perlawanan itu dapat dijinakkan dalam pemerintahan keenam Sultan Moghul
pertama, tetapi kemudian ketika orang Moghul menjadi lemah karena pertikaian
di antara orang-orang Moghul itu sendiri, maka bahaya latent dari orang-orang
Afghan, Rajput dan Marata kembali menjadi bahaya yang menggerogoti basisbasis kekuasaan orang Moghul dan tinggal menunggu ajalnya di bawah belas
kasih para penguasa kolonial Inggris sebagai penguasa baru di Asia Selatan.
Dari uraian tentang orang Moghul antara 1526-1707 dapat ditarik makna
yang berguna adalah bahwa persatuan dapat menjadi benteng yang tangguh
untuk menghadapi rintangan, tantangan dan hambatan, sementara perpecahan
merupakan awal dari suatu kehancuran.
Daftar Pustaka
Kulke, Hermann and Ruthermund, Dieter, 1986, A History of India, New Jersey,
Barners & Noble Books.
Majumdar, R. C. , 1958, An Advanced History of India, London, MacMillan & Co Ltd.
Mahmud, S. F. , !988, A Concise History of Indo-Pakistan, Oxford, Oxford University
Press.
Mulia, T. S. G. , 1959, India,Sedjarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan, Djakarta,
Balai Pustaka.
Sachchidananda Bhattacharya, 1967, A Dictionary of Indian History, New York,
George Braziller.
Trotter, L. J. , 1917, History of India , London, Society For Promoting Christian
Knoledge
Wolpert, Stanley, 1989, A New History of India, Oxford, Oxford University Pres