Kerusakan
Strategi pengelolaan penyakit tanaman adalah untuk mentolerir serangan penyakit dan
berusaha mempengaruhinya agar tetap berada di bawah tingkat kerusakan ekonomi.
Untuk itu serangan (xo) yang dapat menimbulkan kerusakan ekonomi (ambang
ekonomi=economic threshold) harus diketahui. Ambang ekonomi ini bervariasi
berdasarkan jenis tanaman, penyakit, dan kondisi ekonomi setempat. Seorang petani
atau daerah pertanian tertentu mungkin mampu mentolerir kehilangan hasil yang bisa
diperoleh (attainable yield) lebih baik dari petani atau lokasi lainnya.
Tingkat xt yang menyebabkan tingkat kerusakan paling tinggi yang dapat ditolerir
disebut tingkat kerusakan ekonomi (economic injury level) oleh para entomologist: yaitu
tingkat populasi terendah yang dapat menimbulkan luka ekonomi. Kerusakan/luka
ekonomi adalah tingkat kerusakan tanaman yang memungkinkan pengeluaran biaya
untuk pengendalian tanaman secara buatan (artificial). Dengan demikian economic
injury level dapat berbeda-beda berdasarkan tempat, waktu, nilai ekonomi dari tindakan
pengelolaan penyakit. Disini disebut sebagai ambang kerusakan (damage threshold)
(Gambar 1 yang digambarkan sebagai garis yang bisa berubah-ubah posisinya). Garis 1
dan 2 menunjukan perkembangan penyakit dengan laju yang sama. Garis dapat berawal
dengna nilai xo yang sangat rendah (a) atau mulainya agak terlambat pada suatu musim
(b). Garis 1 memotong tingkat ambang kerusakan (xd) lebih awal dari garis 2 dan
mencapai tingkat serangan yang lebih tinggi pada saat panen (xh). Garis 3 dan 4 adalah
perkembangan penyakit yang lambat yang tidak adakan mencapai Xd sebelum panen.
Tingkat perkembangan penyakit semacam ini dapat disebabkan oleh penggunaan
tanaman yang mempunyai ketahanan horizontal; dan penggunaan tanaman semacam ini
akan memenuhi definisi pengelolaan penyakit.
Penentuan ambang kerusakan yang sebenarnya tergantung pada informasi biologi dan
biaya yang dimasukkan ke dalam system, nilai output, dan tingkat serangan yang ditolerir
(xo). Petani hanya mampu menanggung biaya pengendalian yang akan memberikan
tambahan hasil atau melebihi biaya yang dikeluarkan untuk pengendalian.
Biaya produksi meningkat sejalan dengan semakin intensifnya pengelolaan pertanaman
termasuk pengendalian OPT. Kurva antara hasil dengan biaya pengendalian penyakit
pada level tertentu pada umumnya menunjukkan penurunan dimana setiap unit dari
input menghasilkan kenaikan produksi yang semakin kecil. Salah satu input adalah biaya
pengendalian penyakit dan hasil yang semakin menurun (diminishing return) harus
diperhitungkan di dalam menentukan seberapa banyak pengendalian (biaya
pengendalian) yang dapat dikeluarkan.
Pada tingkat ini adalah peran dari para peneliti pertanian. Bagaimana
mereka dapat menciptakan varietas tanaman yang tahan terhadap
hama dan penyakit dan tentu saja dengan hasil yang lebih baik dari
varietas sebelumnya. Sedangkan peran petani adalah dengan
menanam jenis / varietas yang telah lolos uji dan terbukti
menguntungkan bagi petani.
2.Pengendalian Hama dan Penyakit dengan dilakukan secara
Fisik dan mekanik
Terkadang cara ini lebih efektif untuk menekan populasi hama dan
tentu saja dengan memperhatikan waktu dan tempat yang tepat.
Misalnya untuk mengendalikan hama ulat jengkal yang aktivitas
hidupnya pada siang hari hal ini akan efektif tetapi akan terasa
berbeda apabila mengendalikan hama ulat grayak/ ulat tanah secara
fisik pada siang hari karena ulat grayak / ulat tanah tidak akan
ditemukan pada siang hari, demikian juga untuk hama-hama yang lain.
Juga perhatikan siklus dari serangga hama maksudnya apabila anda
ingin mengendalikan hama ulat tetapi saat ini siklusnya untuk daerah
tersebut sudah menjadi kupu-kupu atau ngengat, maka jangan
berharap anda bisa menemukan ulat yang anda maksud. Untuk itu
kenali dahulu karakteristik dan sifat dan siklus ddari serangga hama
yang akan kita kendalikan secara fisik.
3.Pengendalian Hama dan Penyakit dengan dilakukan dengan
cara Bercocok tanam
Berbagai usaha dalam bercocok tanam dapat menekan perkembangan
jasad pengganggu tanaman, mulai dari pengolahan tanah,jarak tanam,
waktu tanam, pengaturan pengairan, pengaturan pola tanam, dan
pemupukkan
a.Tanam Serempak.
Dilahan irigasi dengan penanaman serempak, hama lebih menonjol
dari pada penyakit. Berdasarkan luas serangannya, hama yang
dominan merusak tanaman padi adalah tikus, wereng coklat, dan
penggerek batang . Adakalanya keong mas, ganjur, lembing batu, ulat
grayak, walang sangit, dan penyakit hawar daun bakteri juga dapat
berkembang secara sporadis di lokasi tertentu. Sedangkan tanam tidak
serempak dalam satu hamparan terjadi karena latar belakang teknis
dan sosial. Pada pola tanam tidak serempak, penyakit tungro selain
hama tikus sering menyebabkan instabilitas hasil. Namun demikian,
resiko rendahnya hasil akibat serangan hama dan penyakit dapat
dihindari dengan pola tanam serempak.
Pada saat ini petani dalam bercocok tanam agak berbeda dari
beberapa tahun yang lalu, kalau dahulu para petani (petani budidaya
padi ) melakukan penanaman serentak dalam satu daerah tertentu
selah olah ada yang memberi komando, sedangkan pada akhir-akhir ini
petani cenderung sendiri-sendiri dalam melakukan pola bercocok
tanamnya. Menurut pengamatan penulis banyak ditemukan tanaman
padi yang berbeda jauh waktu penanamannya terbukti pada satu
hamparan persawahan yang bersebelahan, lahan satu sudah siap
panen sedangkan lahan disebelahnya tanaman padinya dalam proses
bunting susu. Hal ini menyebabkan populasi hama atau penyakit di
daerah tersebut selalu ada / tidak terputus siklusnya. Jika hal ini terus
berlanjut maka keberadaan hama atau penyakit dihamparan tersebut
akan selalu ada.
b.Pengolahan tanah
Secara umum untuk melakukan penanaman padi, tanah diolah secara
sempurna, sampai pelumpuran, sehingga perakaran tanaman dapat
tumbuh sempurna. Tetapi dibeberapa daerah, petani mengolah tanah
tidak sempurna sehingga timbul berbagai masalah. Dari beberapa
laporan, bahwa tanaman padi yang ditanam pada tanah yang tidak
mendapat pengolahan sempurna terjadi peningkatan intesitas penyakit
mentek yang disebabkan oleh nematoda Radophollus oryzae.
Hama tanaman padi seperti kepinding tanah, wereng coklat dan
penggerek batang akan meningkat populasinya, jika tunggul tanaman
padi tidak segera dibongkar dan tanah tidak diolah dengan sempurna.
Hasil penelitianmemperlihatkan bahwa perilaku hama penggerek
batang padi punggung putih pada saat panen berada diposisi 10 cm
dari permukaan tanah. Karena itu, dianjurkan pemanenan dengan sabit
dan memotong batang padi kurang dari 10 cm dari permukaan tanah
dan tanah segera diolah atau digenangi air. Jarak tanam. Pengaturan
jarak tanam sebagai salah satu komponen pengendalian merupakan
merobahan iklim mikro (iklim sekitar tanaman) sedemikian rupa,
sehingga tidak menguntungkan bagi perkembangan hama atau
patogen (penyebab penyakit). Hasil pengkajian BPTP Sumatera Barat
terhadap penerapan sistem tanam legowo 4:1 pada padi sawah dapat
mengurangi serangan hama tikus.
Demikian juga terhadap intensitas penyakit blas, bercak daun coklat,
busuk batang dan hawar daun bakteri dan beberapa penyakit yang
disebabkan jamur akan berkurang pada pertanaman padi berjarak
tanam longgar dan meningkat serangannya pada jarak tanam rapat,
apalagi di musim hujan. Karena jarak tanam yang rapat akan
berumur kurang dari satu bulan di lapangan, jika digenangi dengan air.
Untuk mencegah kerusakan oleh keong mas, maka tanaman padi yang
baru dipindahkan dari persemaian sampai bunting diairi secukupnya.
Sedangkan untuk menghindari serangan penggerek batang, kepinding
tanah, wereng coklat dan tikus perlu menggenangi lahan.
e. Pengaturan Pola Tanam
Menanaman tanaman padi terus menerus, apalagi dengan menanam
tanaman yang memiliki tingkat ketahanan sama dengan tanaman
sebelumnya, akan memberi peluang untuk meningkatnya populasi
jasad perusak tanaman. Karena keadaan ini merupakan lingkungan
yang sesuai dan tersedianya sumber makanan sepanjang musim bagi
hama atau patogen. Untuk itu perlu pengaturan pola tanam berupa
pergiliran tanaman padi dengan tanaman palawija atau sayur-sayuran.
Pergiliran tanaman dapat juga dilakukan dengan melakukan pergiliran
tingkat ketahanan tanaman padi. Pola tanam tumpang sari dalam areal
penanaman padi dengan tanaman lain bukan padi dapat pula
dilakukan untuk meningkatkan keragaman ekologi. Keadaan ini
memungkinkan untuk berkembangnya predator dari hama tanaman
padi pada tanaman bukan padi.
f. Pemupukan
Untuk meningkatkan hasil, petani cenderung melakukan pemupukan
yang berlebihan, tindakan ini tidak saja merupakan pemborosan, tetapi
juga memberi peluang tanaman padi terinfeksi patogen atau dirusak
hama. Pemupukan nitrogen yang berlebihan pada tanaman padi gogo
dan padi sawah mengakibatkan tanaman rentan terhadap infeksi
penyakit blas dan bercak daun coklat Meningkatnya populasi hama
penggerek batang dan wereng coklat dilaporkan ada hubungannya
dengan tingginya dosis pupuk nitrogen yang diberikan. Untuk
menentukan kebutuhan nitrogen tanaman padi dianjurkan
menggunakan bagan warna daun, sehingga pemberian pupuk sesuai
dengan kebutuhan tanaman. Sedangkan pemberian pupuk yang
mengandung unsur silika (Si), Kalium (K) dan Calsium (Ca) dapat
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap berbagai hama dan
patogen
4.Pengendalian Hama dan Penyakit dengan secara Biologi
Penggunaan musuh alami serangga hama berupa predator dan
parasitoid (parasit serangga hama ) telah lama dilakukan, tetapi
keberhasilanya belum optimal, dan pada umumnya digunakan untuk
http://ariefmasbaitt.blogspot.co.id/2013/02/stila-ambang-ekonomidalam-pertanian.html (
AMBANG EKONOMI
PERTANIAN
http://lissa-blogku.blogspot.co.id/2012/02/pengendalian-hama-terpadu-pht.html