Abstrak
Penelitian & pengembangan ini bertujuan untuk (1) menghasilkan modul
pengembangan berbasis hutan mangrove yang dapat diolah menjadi bahan makanan
bagi siswa SMA dan MA yang valid dan efektif, (2) menghasilkan kader konservasi
yang dijaring dari siswa SMA/MA menggunakan modul hasil pengembangan.
Penelitian & pengembangan menggunakan model ASSURE. Data penelitian
dikumpulkan melalui tes hasil belajar berupa pengetahuan dan aktivitas kinerja
selama kegiatan. Pengetahuan dinilai dari hasil tes formatif, aktivitas diskusi dan
pengisian lembar LKS. Kinerja dinilai dari hasil aktivitas unjuk kerja membuat
majalah dinding, leaflet, kliping, membuat publikasi video ke youtube, membuat
desain spanduk dan membuat bahan olahan makanan dan minuman yang berasal dari
mangrove. Penetapan kader konservasi berdasarkan atas nilai skor pengetahuan dan
kinerja dalam proporsional rata-rata terhadap kriteria penilaian. Calon kader
konservasi dengan hasil sangat memuaskan yang minimal telah mengikuti 4 dari 5
kegiatan konservasi ditetapkan sebagai kader konservasi. Hasil penelitian
menunjukkan 1) didapatkan modul konservasi mangrove yang valid dan efektif 2)
pengetahuan dan kinerja calon kader konservasi mangrove menunjukkan hasil yang
sangat memuaskan dengan 100% calon kader yang terkategori sangat memuaskan
dan ditetapkan sebagai kader konservasi. .
Kata Kunci: hutan mangrove, pengetahuan, kinerja, bahan olahan makanan dan
minuman
Hutan mangrove merupakan salah satu sumber daya alam yang banyak fungsi
dan manfaat. Hutan mangrove secara biologi berfungsi sebagai sumber plasma
nutfah, penyedia nutrisi sebagai sumber pakan konsumen pertama seperti cacing,
kepiting dan golongan kerang atau keong, selanjutnya menjadi makanan bagi
konsumen di atasnya dalam siklus rantai makanan ekosistem bagi biota perairan.
Hutan mangrove juga merupakan habitat berbagai satwa untuk berlindung, mencari
makan, pemijahan dan asuhan biota laut seperti ikan dan udang, serta tempat hidup
berbagai satwa liar, seperti monyet, buaya muara, biawak dan burung (Danuri et al.
2008).
Secara sosial ekonomi menurut Noor et.al. (2006) bahwa hutan mangrove
berfungsi sebagai tempat kegiatan wisata alam seperti rekreasi, pendidikan dan
penelitian, penghasil bahan pangan, penghasil obat-obatan, penghasil kayu untuk
kayu bangunan, kayu bakar, arang dan bahan baku kertas, daun nipah untuk
pembuatan atap rumah dan tempat sumber mata pencaharian masyarakat nelayan
tangkap, petambak, dan pengrajin atap dan gula nipah.
Santoso et.a.l (2005) menyatakan bahwa pemanfaatan mangrove sebagai
bahan makanan sudah sejak abad 16 pada zaman kerajaan Gowa. Hingga saat ini
pemanfaatan mangrove masih dilakukan masyarakat secara turun temurun, hingga
telah dikembangkan berbagai produk olahan yang berbahan baku mangrove. Saat ini
telah dicetak dipublikasikan sebagai buku produk olahan berbahan dasar mangrove,
dalam buku resep makanan berbahan baku mangrove dan pemanfaatan nipah, bahwa
mangrove dapat diolah menjadi 51 bahan makanan yang memiliki nilai gizi yang
cukup lengkap seperti protein, karbohidrat, lemak dan mineral
Jenis rambai padi (Sonneratia caseolaris), Api-api (Avicenna marina) dan
nipah (Nypa fruticans) merupakan jenis terbanyak yang diolah menjadi bahan baku
makanan. Api-api dapat misalnya diolah menjadi kue bolu, donat, dawet dan cendol,
rambai padi diolah menjadi jus buah segar dan sirup, dan nipah dimanfaatkan sebagai
penghasil gula nipah dan kolak nipah (Priyono, 2010).
Kenyataan di lapangan, tidak banyak penduduk yang memanfaatkan hasil
hutan mangrove sebagai bahan makanan. Hal ini karena kurangnya informasi bagi
penduduk tentang potensi dan pemanfaatan hasil hutan mangrove. Selama ini
masyarakat cenderung memanfaatkan hasil hutan mangrove sebagai bahan kayu
bakar dan bahan bangunan atau kapal. Oleh sebab itu perlunya peningkatan minat
masyarakat dalam mengolah bahan baku makanan dan minuman yang berasal dari
mangrove, dengan tidak melupakan kelestariannya.
Seiring pertambahan penduduk terutama di daerah perairan yang terhubung
langsung dengan hutan mangrove, dikhawatirkan terjadi perubahan tataguna lahan
dan pemanfaatan sumberdaya alam secara berlebihan, sehingga hutan mangrove cepat
menipis dan rusak terutama di daerah tropis. Aktivitas tersebut tidak hanya
mengganggu keseimbangan ekosistem, tetapi juga memicu ketidakberlanjutan
manfaat. Dampak akhirnya sudah pasti akan terkena pada masyarakat sendiri, yang
konservasi
hutan
mangrove
dengan
pendekatan
pendidikan
lingkungan bagi generasi muda merupakan harapan dalam upaya pelestarian sejak
dini. Inovasi ini termasuk dalam bagian Pendidikan Biologi, karena Pendidikan
Biologi dapat menjadi wahana bagi generasi muda untuk mempelajari dirinya sendiri
dan alam sekitarnya.
Modul konservasi hutan mangrove tersebut sebagai media pembelajaran yang
bertujuan untuk mengenalkan hutan mangrove kepada calon kader konservasi dan
memandu mereka untuk melaksanakan berbagai kegiatan dalam kerangka pelestarian
hutan di kawasan hutan. Calon kader konservasi tersebut dapat menggunakan modul
konservasi hasil pengembangan yang diharapkan mereka dapat menerapkan dan
membagi ilmu yang didapatkan kepada teman sebaya dan lingkungan sekitarnya.
Harapan ke depan mereka berinovasi mengembangkan hasil produk olahan
baru berbahan baku mangrove yang memiliki nilai tambah ekonomi dan gizi bagi
masyarakat. Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang
Pembentukan
kader
konservasi
hutan
mangrove
melalui
modulberbasis
METODE
Penelitian & pengembangan mengikuti model pengembangan ASSURE.
Penelitian ini dilaksanakan dua bagian yaitu tahap pengembangan perangkat modul
dan tahap uji coba produk berupa pembelajaran pada siswa. Rangkaian kegiatan
pengembangan perangkat modul meliputi: 1) penetapan model pengembangan, 2)
prosedur pengembangan, 3) uji coba produk, dan 4) uji coba lapangan.
Pengembangan perangkat dirancang untuk mengembangkan modul konservasi
bagi siswa SMA/MA. Draft yang sudah disusun selanjutnya divalidasi oleh 3 orang
validator. Uji perseorangan dilaksanakan pada tanggal 15 Juni 2014 di SMAN 1
Alalak. Uji kelompok kecil dilakukan di SMAN 1 Alalak, uji lapangan dilakukan di
MAN 5 Martapura Kabupaten Banjar terhadap kelas X IPA. Penjaringan calon kader
dilakukan terhadap 20 orang siswa dengan hasil 10 orang terjaring sebagai calon
kader. Calon kader yang terjaring mengisi surat ijin orang tua dan riwayat hidup.
Pengetahuan calon kader diukur menggunakan pra tes tertulis dan pasca tes
tertulis, pelaksanaan diskusi dan pengisian lembar LKS. Nilai rata-rata tingkat
pengetahuan calon kader diperoleh dari tes tulis sebelum pendidikan dan pelatihan
(pra-diklat) serta tes tulis pasca-diklat dibandingkan untuk melihat peningkatan hasil
diklat sebagai evaluasi calon kader konservasi. Kinerja calon kader diukur
menggunakan instrumen unjuk kerja dengan menggunakan rubrik dan rating terhadap
aktivitas membuat majalah dinding, kliping, leaflet, desain spanduk, pembuatan dan
publikasi video, dan membuat bahan makanan/minuman yang berasal dari mangrove.
Populasi penelitian 20 orang siswa yang berpartisipasi dalam kegiatan
konservasi mangrove. Sampel ditetapkan berdasarkan kemampuan siswa dalam
menjawab butir-butir soal pada uji penjaringan, sebanyak 10 orang sebagai calon
kader konservasi yang akan mengikuti kegiatan konservasi mangrove.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
modul pendidikan konservasi hutan mangrove yang berisikan materi (1) hutan
mangrove, (2) manfaat, rehabilitasi dan pelestarian, (3) pemanfaatan mangrove dalam
kearifan lokal; tujuan pembelajaran; evaluasi yang telah divalidasi isi.
Penetapan kader konservasi mangrove berdasarkan atas jumlah dari nilai
kegiatan konservasi (pengetahuan dan kinerja) siswa. Calon kader konservasi
ditetapkan sebagai kader konservasi jika jumlah nilai rata-rata kegiatan konservasi
dengan kriteria sangat memuaskan, dan telah lulus mengikuti 4 dari 5 kegiatan
dengan nilai baik. Skala kategori penilaian yang digunakan diadaptasi dari sistem
kategorikal menurut Arikunto (2006) yaitu kategori sangat memuaskan (80,1- 100),
memuaskan (60,1-80,0), cukup memuaskan (40,1-60,0), kurang memuaskan (20,140,0), dan tidak memuaskan (0,1-20,0).
Nama
Nh
Ls
As
Rs
Ah
Ak
Na
Bn
Ph
Ri
Rata-rata
Keterangan:
Kenaikan nilai
Persen (%)
Rata-rata (D+L+P)
Nilai
Diskusi
LKS
89
77,4
87
73,2
89
74,6
91
88,7
89
85,1
92
85,9
90
89,2
88
82,2
86
83,1
88
86,6
88,90
82,60
Pre Tes
28
32
16
28
34
48
42
38
26
38
33,00
%
70,83
66,67
83,33
70,21
57,50
48,89
52,27
58,69
71,74
56,82
63,69
Rata-rata
(D+L+P)
87,46
85,40
86,53
91,23
84,70
90,63
89,07
87,40
87,03
87,53
87,70
88,90, nilai LKS rata-rata 82,60 dengan rentang nilai 73,2-89,2. Nilai pengetahuan
konservasi terjadi peningkatan nilai siswa antara sebelum dan sesudah pembelajaran.
Nilai pre tes rata-rata 33,00 dengan rentang nilai 16-48, sedangkan nilai pos tes
dengan nilai rata-rata 91,60 rentang 80-96. Hal ini berarti didapatkan semua siswa
(100%) mengalami kenaikan nilai antara pre tes dan pos tes. Kenaikan nilai rata-rata
58,60 (63,69%) dengan rentang kenaikan nilai antara 46-80 (48,89-83,33%). Nilai
total rata-rata pengetahuan calon kader konservasi secara umum adalah 87,70 dengan
nilai rentang nilai 85,40-91,23. Berdasarkan data diatas maka dapat dikatakan
pembelajaran menggunakan modul efektif karena mampu meningkatkan pengetahuan
dan hasil belajar siswa calon kader konservasi mangrove.
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
Kinerja Calon Kader Konservasi Mangrove Siswa MAN 5 Martapura pada Uji
Lapangan
Nama
Nh
Ls
As
Rs
Ah
Ak
Na
Bn
Ph
Ri
Rata-rata
Kliping
Mading
Leaflet
79
79
79
79
79
87
87
87
87
87
83,0
90
90
90
90
90
87
87
87
87
87
88,5
84
84
84
84
84
90
90
90
90
90
87,0
Nilai Kinerja
Desain
Publikasi video
Spanduk
youtube
95
92
95
92
95
92
95
92
95
92
98
92
98
92
98
92
98
92
98
92
96,5
92,0
Makanan
Minuman
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
Ratarata
90,00
90,00
90,00
90,00
90,00
92,33
92,33
92,33
92,33
92,33
91,17
konservasi kelompok 1 (Nh, Ls, As, Rs dan Ah) adalah 90,00 dan nilai rata-rata calon
kader konservasi kelompok 2 (Ak, Na, Bn, Ph, Ri) adalah 92,33. Secara keseluruhan
rata-rata nilai calon kader konservasi 91,17.
Persentase pengetahuan dan kinerja calon kader konservasi mangrove maka
dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3 hampir 100% siswa MAN 5
Martapura memiliki pengetahuan konservasi mangrove sangat memuaskan. Sebagian
besar sangat memuaskan (70%) kegiatan aktivitas diskusi berkelompok siswa MAN 5
Martapura dalam menggali informasi buku modul konservasi hutan mangrove, yang
berarti siswa penguasaan siswa terhadap materi modul sudah baik.
Tabel 3.
Penilaian
Indikator
Pengetahu
an
Kinerja
Pengetahuan konservasi
Aktivitas Diskusi
Membuat Kliping
Membuat Majalah Dinding
Membuat Leaflet
Membuat Desain Spanduk
Publikasi Video Youtube
Membuat
Makanan/minuman
Mangrove
Sangat
memuas
kan
90
70
50
100
100
100
50
100
Memua
skan
10
30
50
0
0
0
50
0
Hasil (%)
Cukup
memuas
kan
0
0
0
0
0
0
0
0
Kurang
memuas
kan
0
0
0
0
0
0
0
0
Tidak
memuas
kan
0
0
0
0
0
0
0
0
Respons dan sikap siswa calon kader konservasi mangrove sebagai umpan
balik terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4.
No.
Hasil Respons dan Sikap Siswa terhadap Kegiatan Konservasi Mangrove yang
telah Dilaksanakan
Nama Siswa
Skor
25
27
24
26
25
27
29
25
24
24
Respons
Kategori
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat setuju
Sangat setuju
Nh
Ls
As
Rs
Ah
Ak
Na
Bn
Ph
Ri
Kriteria penilaian diadaptasi dari Arikunto (2009):
06
: Sangat tidak setuju
7 14
: Tidak setuju
15 22
: Setuju
23 30
: Sangat setuju
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
Skor
22
22
22
22
24
21
24
22
23
23
Sikap
Kategori
Setuju
Setuju
Setuju
Setuju
Sangat setuju
Setuju
Sangat setuju
Setuju
Sangat setuju
Sangat setuju
Tabel 5.
No
Pengetahuan
Skor
Kriteria
1.
Nh
87,46 Sangat Memuaskan
2.
Ls
85,40 Sangat Memuaskan
3.
As
86,53 Sangat Memuaskan
4.
Rs
91,23 Sangat Memuaskan
5.
Ah
84,70 Sangat Memuaskan
6.
Ak
90,63 Sangat Memuaskan
7.
Na
89,07 Sangat Memuaskan
8.
Bn
87,40 Sangat Memuaskan
9.
Ph
87,03 Sangat Memuaskan
10. Ri
87,53 Sangat Memuaskan
Penilaian diadaptasi dari Arikunto (2006):
80,1 100
= Kader
60,1 80,00
= Belum Kader
40,1 60,00
= Belum kader
20,1 40,00
= Belum kader
0,1 20,00
= Belum kader
Indikator
Kinerja
Skor
Kriteria
90,00
90,00
90,00
90,00
90,00
92,33
92,33
92,33
92,33
92,33
Sangat Memuaskan
Sangat Memuaskan
Sangat Memuaskan
Sangat Memuaskan
Sangat Memuaskan
Sangat Memuaskan
Sangat Memuaskan
Sangat Memuaskan
Sangat Memuaskan
Sangat Memuaskan
Keterangan:
P
: Pengetahuan
K
: Kinerja
Ratarata
(P+K)
88,73
87,70
88,26
90,61
87,35
91,48
90,70
89,86
89,68
89,93
Kategori
Kader
Kader
Kader
Kader
Kader
Kader
Kader
Kader
Kader
Kader
Pembahasan
Kegiatan konservasi mangrove yang telah dilaksanakan dengan kegiatan
mengukur pengetahuan dan kinerja calon kader konservasi pada siswa MAN 5
Martapura dijelaskan di bawah ini.
1. Pengetahuan Calon Kader Konservasi
Pengetahuan calon kader konservasi siswa MAN 5 Martapura sudah baik yang
berarti pembelajaran menggunakan modul efektif karena mampu meningkatkan
pengetahuan dan hasil belajar siswa calon kader konservasi mangrove. Hal ini karena
dalam
pengembangannya
peneliti
telah
mengikuti
langkah-langkah
dalam
pengembangan suatu produk modul yang akan dibuat menjadi sebuah prototipe. Di
sisi lain karena calon kader merupakan siswa yang tinggal dikawasan mangrove, yang
kesehariannya bersinggungan dengan mangrove, perairan dan perahu kelotok
sehingga secara alami mereka telah lama mengetahui mangrove dan jenis-jenis
vegetasinya, kawasan konservasi dan bukan konservasi, upaya konservasi, mangrove
yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan/minuman, termasuk bagian
mangrove yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan.
Pembelajaran di sekolah telah diajarkan dasar pendidikan lingkungan.
Menurut Hambler (2004) pendidikan lingkungan dipandang sangat penting dalam
menunjang upaya kegiatan konservasi, karena dengan pendidikan lingkungan dapat
mengaitkan
materi
pelajaran
sains
dengan
unsur-unsur
lingkungan
10
latar
belakang
dan
pengalaman
mereka
masing-masing
dapat
11
12
pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa merupakan proses
konstruksi pengetahuan, pemahaman dan pengalamannya.
Menurut
Wardoyo
(2013)
pembelajaran
menggunakan
PBL
dalam
13
tidak terjadi
peningkatan dalam setiap item observasi proses kinerja dan keterampilan berpikir
tingkat tinggi, namun siswa dapat mengikuti program pembelajaran melalui
pendekatan lingkungan dengan tataran proses kinerja dan keterampilan berpikir
tingkat tinggi dengan cukup baik.
Kegiatan konservasi yang telah dilaksanakan oleh siswa MAN 5 Martapura
dapat dikatakan telah memenuhi sebagian kegiatan konservasi seperti tercantum
dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya.
3. Penetapan Kader Konservasi
Penetapan calon kader menjadi kader konservasi berbasis hutan mangrove
pada siswa MAN 5 Martapura berdasarkan pada kemampuan pengetahuan tentang
mangrove dan kinerja/aktivitas siswa melaksanakan kegiatan tugas selama mengikuti
kegiatan konservasi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Hasil penelitian dapat ditetapkan sebanyak 10 orang sebagai kader konservasi
mangrove sesuai kriteria yang ditetapkan yaitu calon kader minimal telah lulus
mengikuti 4 dari 5 kegiatan konservasi mangrove dengan hasil memuaskan. Hal ini
berbeda hasil penelitian Yulihastarmi (2013) yang menetapkan 10 orang calon kader
14
15
BKSDA
SULSEL.
2013.
Koperasi
Kader
Konservasi,
(http://www.bksdasulsel.co.id), diakses 02 Oktober 2013).
(online),
BKSDA Kalsel [Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Selatan]. 2008.
Kawasan Konservasi Kalimantan Selatan. Banjarbaru: BKSDA Kalsel.
BP DAS BARITO, Inventarisasi dan Identifikasi Mangrove di Prop. Kalsel. Tahun
2006. Banjarbaru: PT Sarbi Moerhani Lestari.
Chang, Cheng-Sian; Chen, Tzung-Shi; Hsu, Wei-Hsiang. 2011. Journal. The Study on
Integrating WebQuest with Mobile Learning for Environmental Education.
Computers & Education, China: v57 n1 p1228-1239. (Online),
(http://www.eric.ed.gov, diakses 12 September 2013)
Danuri, R. Rais J, Ginting Sitopu M.J, 1996, Pengelolaan Sumber Daya Wilayah
Pesisir dan Lautan secara terpadu, Jakarta: PT Pradnya Paramita.
Diarto. Hendrarto, Boedi. Suryoko, Sri. 2012. Partisipasi Masyarakat dalam
Pengelolaan Lingkungan Kawasan Hutan Mangrove Tugurejo Kota
Semarang. Volume 10. Issue 1:1-7. ISSN 1829-8907. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2009. Pedoman Pembinaan Kader
Konservasi. Bogor: Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata
Alam.
Hambler, Clive, 2004. Conservation. Studies in Biology. Cambridge University Press.
Departement Zoology. University of Oxford
Hasibuan, dan Moedjiono. 2002. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.
Kalang, Ferdy. 2004. Keterlibatan masyarakat di daerah penyangga dalam
konservasi sumberdaya alam (studi kasus pada program pembentukan kader
konservasi di Kawasan Taman Nasional Tanjung Puling Kecamatan Kumai
Kabupaten Kotawaringin Barat). Tesis. Universitas Indonesia.
Krisnawati, T. 2012. Pembentukan Kader Konservasi Melalui Modul Konservasi
Berbasis Ekowisata untuk Pelestarian Gunung Alam Kantawan. Tesis tidak
dipublikasikan. Banjarmasin: Program Pascasarjana Magister Pendidikan
Biologi Universitas Lambung Mangkurat.
Marquardt, Jens and Trevena Malcolm. 2009. Protecting Mangroves. Benefits for
People and the Environment, Reforestation Efforts and Experience from San
Agustin. Philippines: An Education Kit. Meaningful Voluuter.
Noor, Y.R., M. Khazali, dan I.N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan
Mangrove di Indonesia. Bogor: PKA dan WI-IP.
16
Priyono. Aris. Dkk. 2010. Beragam Produk Olahan Berbahan Dasar Mangrove.
Cetakan Pertama. Semarang: Kesemat.
Santoso, Nyoto. dkk. 2005. Resep Makanan Berbahan Baku Mangrove dan
Pemanfaatan Nipah. Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove.
Semiawan, C. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: PT Gramedia.
SK Dirjen PHKA. 2006. Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam, Departemen Kehutanan Nomor 41/IV-Set/HO/2006 tentang
Pedoman Pembentukan Kader Konservasi.
Sunarto dan B. Agung. H. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Surakusumah, W. 2008. Konsep Pendidikan Lingkungan di Sekolah: Model Uji
Coba Sekolah Berwawasan Lingkungan. Bandung: Jurusan Pendidikan
Biologi Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Indonesia.
Taufik, M., Dewi, N.R., Widiyatmoko, A. 2014. Pengembangan Media
Pembelajaran IPA Terpadu Berkarakter Peduli Lingkungan Tema
Konservasi Berpendekatan Science Edutainment. Semarang. JPII 3 (2)
(2014) 140-145. Program Studi Pendidikan IPA Universitas Negeri
Semarang. Dipublikasikan Oktober 2014.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Vishwanathan, P.K. Pathak, Kinjal D. and Mehta, Ila. (2004). Socio-Economic and
Ecological Benefits of Mangrove Plantation: A Study of Community Based
Mangrove Restoration Activities in Gujarat. Ahmedabad: Gujarat Institute of
Development Research.
Wardoyo, S.M. 2013. Pembelajaran Konstruktivisme. Teori dan aplikasi
pembelajaran dalam pembentukan karakter. Bandung : Alfabeta
Yulihastarmi, Dian. 2013. Pembentukan Kader Konservasi Kawasan Taman Hutana
Raya Sultan Adam Melalui Modul Berbasis Ekowisata. Tesis tidak
dipublikasikan. Banjarmasin. Program Magister Pendidikan Biologi
Universitas Lambung Mangkurat.
Zulfiati, I. 2012. Kinerja dan Keterampilan Berpikir Calon Kader Konservasi
Ekosistem Hutan Rawa Gambut di Taman Nasional Sebangau. Tesis tidak
dipublikasikan. Banjarmasin: Program Pascasarjana Magister Pendidikan
Biologi Universitas Lambung Mangkurat.