Anda di halaman 1dari 10

NEUROANATOMI

NERVUS KRANIALIS II
(NERVUS OPTIKUS)

Disusun Oleh :
Akaesna Lumbantobing
1261050125

Pembimbing:
dr. M. Arief Rachman Kemal, Sp.S
KEPANITERAAN KLINIK NEUROLOGI
PERIODE 12 DESEMBER 2016 21 JANUARI
2017
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2017

NEURONATOMI

NERVUS OPTICUS (NERVUS CRANIALIS II)


Serabut-serabut nervus opticus adalah akson-akson sel di lapisan ganglionik
retina. Serabut tersebut bekonvergensi pada discus opticus dan keluar dari mata,
pusatnya sekitar 3 atau 4 mm dari sisi nasal , sebagai nervus opticus. Serabut-serabut
nervus opticus bermielin, namun selubungnya dibentuk oleh sel oligodendrosit ,
bukan sel schwan. Oleh karena itu, nervus opticus disamakan dengan traktus saraf di
susunan saraf pusat.
Pada manusia, panjang nervus optikus yang terbentang dari belakang bola
mata hingga kiasma optikum adalah sekitar 50 mm. Nervus optikus tersusun dari
serabut-serabut aferen sel-sel ganglion di stratum optikum dari retina. Retina
merupakan reseptor dari impuls penglihatan.
Nervus opticus meninggalkan cavum orbitalis melalui canalis opticus dan
bergabung dengan nervus opticus sisi kontralateral untuk membentuk chiasma
opticum.

Gambar 1. Perjalanan Nervus Kranialis II

Chiasma opticum terletak pada pertemuan dinding anterior dengan lantai


ventriculus latelaris. Sudut anterolateralnya bersambung dengan nervus opticus dan
sudut posterolateral dilanjutkan menjadi tractus opticus. Di dalam chiasma opticum,
serabut dari bagian nasal setengah medial setiap retina, termasuk bagian nasal
setengah makula, menyilang garis tengah dan masuk ke tractus opticus sisi
kontralateral, sedangkan serabut-serabut dari bagian temporal setengah lateral setiap
retina, termasuk setengah bagian temporal makula, berjalan ke posterior di dalam
tractus opticus sisi yang sama.
Tractus opticus berasal dari chiasma opticum dan berjalan ke arah posterolateral
disekitar pedunculus serebri. Sebagian besar serabut berakhir dan bersinaps dengan
sel-sel saraf di dalam corpus geniculatum laterale, yang merupakan penonjolan kecil
dari bagian posterior thalamus. Sebagian kecil serabut berjalan ke nucleus pretectalis
dan colliculus superior mesencephali mengurus refleks cahaya.

Gambar 2. Jaras Refleks Pupil


Corpus geniculatum laterale adalah penonjolan oval pulvinar thalami. Struktur ini
terdiri dari enam lapisan sel, tempat aksan-akson tractus opticus membentuk sinaps.
Akson-akson sel saraf di dalam corpus geniculatum keluar dan membentuk radiatio
optica.

Serabut radiatio optica adalah akson-akson sel saraf corpus geniculatum laterale.
Serabut

saraf

yang

bersinaps

di

korpus

penghantaran impuls visual menuju ke

genikulatum
korteks

lateral

kalkarinus.

Korteks tersebut ialah korteks perseptif visual primer (area 17). Ini
merupakan pusat persepsi cahaya. Di sekitar area 17, terdapat area
yang berfungsi untuk asosiasi rangsang visual, yaitu area 18 dan 19.
Korteks

perseptif

visual

primer

tersebut

mendapat

vaskularisasi dari a. kalkarina yang merupakan cabang dari a.


serebri posterior.

Gambar 3. Jalur saraf penglihatan

Gambar 4. Jalur saraf penglihatan

Refleks-refleks visual
Refleks Cahaya Langsung dan Konsensual
Jika suatu sinar dipancarkan ke salah satu mata, normalnya pupil kedua mata akan
berkonstriksi. Konstriksi pupil akibat terkena sinar matahari disebut refleks cahaya
langsung, konstriksi pupil pada sisi kontralateral walaupun tidak ada sinar yang
mengenai mata itu disebut refleks cahaya konsensual.
Impuls aferen berjalan melalui nervus opticus, chiasma opticum, dan tractus opticus.
Beberapa serabut meninggalkan tractus opticus dan bersinap dengan sel-sel saraf di
nucleus pretectalis, yang terletak dekat dengan colliculus superior. Impuls diteruskan
oleh akson sel -sel saraf pretektal ke nuklei parasimpatis (nuclei Edinger Westphal)
nervus cranialis ketiga kedua sisi. Serabut-serabut bersinaps dan saraf parasimpatis
berjalan melalui nervus cranialis ketiga menuju ganglion ciliare di dalam orbita.
Akhirnya, serabut saraf simpatik pascaganglionik berjalan melalui nervusciliaris

brevis ke bola mata dan musculus constrictor pupilae iridis . Kedua pupil
berkonstriksi pada refleks cahaya konsensual karena nucleus pretectalis mengirim
serabut ke nuklei parasimpatik kedua sisi di mesencephalon. Serabut yang menyilang
garis tengah berjalan sangat dekat dengan aqueductus cerebri di comissura posteror.

Refleks akomodasi
Jika kedua mata diarahkan dari objek yang jauh ke objek dekat, kontraksi M. Rectus
medialis menimbulkan konvergensi sumbu-sumbu okular, lensa menebal untuk
meningkatkan daya refraksi melalui kontraksi musculus ciliaris, pupil berkonstriksi
untuk membatasi gelombang cahaya yang menuju bagian sentral lensa yang paling
tebal. Impuls aferen berjalan melalui nervus opticus, chiasma opticum, tractus, corpus
geniculatum laterale, dan radiatio optica menuju korteks visual. Korteks visual
berhubungan dengan lapang pandang cortex frontalis.
Serabut-serabut kortikal berjalan turun melaui capsula interna ke nuclei oculomotori
di mesencepahlon. Nervus oculomotorius berjalan ke M. rectus medialis. Beberapa
serabut kortikal descendens bersinaps dengan nuklei parasimpatis ( nuclei EdingerWestphal ) nervus cranialis ketiga pada kedua sisi. Serabut-serabut bersinaps dan
parasimpatis berjalan melalui nervus cranialis ketiga menuju ganglion ciliare di dalam
orbita. Akhirnya serabut-serabut saraf parasimpatis pascaganglionik berjalan melalui
nervus ciliaris brevis ke bola mata dan musculus constictor pupil iridis.
Refleks Cornea
Sentuh halus pada cornea atau conjunctiva mengakibatkan kelopak mata berkedip.
Impuls aferen dari cornea atau conjunctiva berjalan melalui divisi opthalmica nervus
trigeminus ke nucleus sensorik nervi trigemini. Neuron-neuron penghubung
menghubungkannya dengan nukleus mtorik nervus fascialis kedua sisi melalui
fascilucus longitudinalis medialis. Nervus fascialis dengan cabang-cabangnya
mempersarafi musculus orbicularis oculi, yang menimbulkan gerakan menutup mata.
Refleks visual tubuh

Gerakan pemantauan otomatis mata dan kepala terjadi saat membaca, gerakan
otomatis mata, kepala, dan leher ke arah sumber stimulus visual , dan gerakan
proteksi dengan menutup mata, serta juga gerakan mengangkat lengan untuk
melindungi merupakan aktivitas refleks yang melibatkan lengkung refleks. Impuls
visual berjalan melalui nervus opticus, chiasma opticum, dan tractus opticus ke
colliculus superior. Impuls diteruskan ke tractus tectospinalis dan tectobulbaris
(tectonuclearis), serta ke neuron cornu anterius substansia grisea medula spinalis dan
nuclei motori craniales.
Refleks Pupil Kulit
Pupil akan dilatasi jika kulit distimulasi nyeri dengan menggunakan jarum. Serabut
aferen sensorik diduga berhubungan dengan neuron eferen simpatis praganglionik
didalam columna grisea lateralis substansia griseae segmen thoracica pertama dan
kedua medulla spinalis. Rami communicantes albi segmen-segmen ini berjalan ke
trunkus simpatikus dan serabut-serabut pra ganglionik naik menuju ganglion
symphaticum cervicalis superior. Serabut-serabut pascaganglionik berjalan melalui
plexus caroticus internus dan nervus ciliaris longus ke musculus dilatator pupillae
iridis.

Gangguan Pada Nervus Optikus


1. Kelainan pada pemeriksaan refleks pupil
Reaksi pupil terhadap cahaya dapat menghilang atau berkurang jika terdapat lesi
yang mengenai jaras penglihatan pada lintasan saraf yang berperan pada refleks pupil
atau refleks cahaya tersebut. Kelainan tersebut termasuk diantaranya :
Kegagalan cahaya untuk mencapai retina, misalnya akibat katarak dan kekeruhan
cairan vitreus pada pasien diabetes melitus, penyakit pada retina, seperti retinitis
pigmentosa, perdarahan makula, atau scar, penyakit atau kelainan pada nervus
optikus, kelainan yang mengenai traktus optikus, dan penyakit atau kelainan pada
nervus okulomotorius.
2. Kelainan pada pemeriksaan lapang pandang

Jika terdapat lesi di sepanjang lintasan nervus optikus (N.II) hingga korteks
sensorik, akan menunjukkan gejala gangguan penglihatan yaitu pada lapang pandang
penglihatan.

Gambar 5. Jaras Lapang Pandang


Lesi pada nervus optikus akan mengakibatkan kebutaan atau anopsia pada mata
yang disarafinya. Hal ini disebabkan karena penyumbatan arteri centralis retina yang
mendarahi retina tanpa kolateral, ataupun arteri karotis interna yang akan bercabang
\menjadi arteri oftalmika yang kemudian menjadi arteri centralis retina. Kebutaan
tersebut terjadi tiba-tiba dan disebut amaurosis fugax. Lesi pada bagian medial kiasma
akan menghilangkan medan penglihatan temporal yang disebut hemianopsia
bitemporal, sedangkan lesi pada kedua bagian lateralnya akan menimbulkan
hemianopsia binasal. Lesi pada traktus optikus akan menyebabkan hemianopsia
homonim kontralateral. Lesi pada radiasio optika bagian medial akan menyebabkan
quadroanopsia inferior homonim kontralateral, sedangkan lesi pada serabut lateralnya
akan menyebabkan quadroanopsia superior homonim kontralateral.
3. Kelainan pada pemeriksaan funduskopi

Kelainan papil nervus optikus yang perlu diperhatikan adalah papil yang
mengalami atrofi dan sembab atau papiledema. Pada papil yang mengalami atrofi,
warna papil menjadi pucat, batasnya tegas dan pembuluh darah berkurang. Pada atrofi
sekunder warna papil juga pucat tetapi batasnya tidak tegas. Atrofi primer dijumpai
pada kasus lesi nervus optikus atau kiasma optikum (misalnya pada tumor hipofise).
Atrofi sekunder merupakan akibat lanjut dari papiledema, misalnya pada pasien yang
menderita tekanan tinggi intrakranial yang lama. Papiledema dapat disebabkan oleh
radang aktif ataupun bendungan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Baerhr, Mathias M.D. Diangnosis Topik Neurologis DUUS. Edisi keempat.


Jakarta:EGC.2010
2. Mardjono, Mahar, Priguna Sidharta. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta:Dian
Rakyat. 2012
3. Lumbantobing S. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI. 2013. p 25 46.

4. Optic Nerve. Sumber : http://www.thebrain.mcgill.ca/splash/jpg. [diakses 7


Januari 2016]
5. Guyton AC, Hall JE. Neurofisiologi Penglihatan Sentral. Dalam : Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. 2010. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai