Hiperemesis Gravidarum
Disusun oleh :
Theresia (112015310)
Pembimbing :
dr. Estya Dewi, SpOG
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM
RSPAD GATOT SOEBROTO
PERIODE 21 NOVEMBER 2016 28 JANUARI 2017
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
JAKARTA
2016
Tanda Tangan
: 11.2015.310
....................
....................
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. ADL
Tempat /tanggal lahir : 31 Okt 1982
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Ngeksigondo 65, Preggan ,
kotagede, Yogyakarta
ANAMNESIS
Diambil dari : autoanamnesis
Keluhan utama : Mual dan Muntah delapan kali sejak 1 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien G1P0A0 berusia 34 tahun datang dengan keluhan mual dan muntah sejak 1
hari SMRS. Pasien muntah sebanyak delapan kali. Muntahan pertama sampai kelima berisi
makanan dan air. Muntahan keenam sampai kedelapan berupa cairan. Muntahan tidak ada
warna merah. Pasien merasakan nyeri pada ulu hati. Nyeri dirasakan 1 hari SMRS dan
dirasakan terus menerus. Pasien juga merasakan lemas pada seluruh tubuh dan juga nafsu
makan berkurang. Setiap makan akan dimuntahkan kembali dan terasa haus. BAK lancar
tetapi BAB belum sejak 3 hari SMRS. Pasien tidak memiliki riwayat darah tinggi dan juga
Diabetes Melitus. Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok dan minum alkohol.
Riwayat Haid
Haid pertama umur
: 13 tahun
Siklus
: tidak teratur
Lamanya
: 5 hari
Riwayat Perkawinan
Kawin
: sudah
Kawin
: satu kali
Berat badan
IMT
:-
Keadaan umum
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah
: 80/60 mmHg
Suhu
: 36,7oC
Nadi
: 100x/menit
Pernapasan
: 20x/menit
Keadaan gizi
: buruk
Sianosis
: tidak ada
Edema umum
: tidak ada
Habitus
: atletikus
Cara berjalan
: tegak
Mobilitas
: aktif
: sesuai umur
Aspek Kejiwaan
Tingkah Laku
: wajar
Alam Perasaan
: biasa
Proses Pikir
: wajar
Kulit
Warna
: Sawo matang
Effloresensi
: tidak ada
Jaringan Parut
: tidak ada
Pigmentasi
: tidak ada
Pertumbuhan rambut
: merata
Pembuluh darah
Suhu Raba
: hangat
Lembab/Kering
: lembab
Keringat
: umum
Turgor
: baik
Ikterus
: tidak ada
Lapisan Lemak
: merata
Oedem
: tidak ada
Supraklavikula
Lipat paha
Kepala
Ekspresi wajah
: tampak lesu
Simetri muka
: simetris
Rambut
Mata
Exophthalamus
: tidak ada
Enopthalamus
: tidak ada
Kelopak
Lensa
: jernih
Konjungtiva
Visus
Sklera
: ikterik (-)
Gerakan Mata
: normal
Lapangan penglihatan
: normal
: normal
Nistagmus
: tidak ada
Telinga
Tuli
: tidak tuli
Selaput pendengaran
: utuh
Lubang
: lapang
Penyumbatan
: tidak ada
Serumen
: tidak ada
Pendarahan
: tidak ada
Cairan
: tidak ada
Mulut
Bibir
Tonsil
: T1-T1 tenang
Langit-langit
Bau pernapasan
: tidak ada
Gigi geligi
Trismus
: tidak ada
Faring
: tidak hiperemis
Selaput lendir
: normal
Lidah
: tidak kotor
Sariawan
: tidak ada
Leher
Tekanan Vena Jugularis (JVP)
: 5+1 cmH2O
Kelenjar Tiroid
: tidak membesar
Kelenjar Limfe
: tidak teraba
Deviasi trachea
: tidak ada
Dada
Bentuk
: normal, simetris
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Depan
Simetris saat statis dan dinamis
Simetris saat statis dan dinamis
Sela iga normal, tidak ada
Kiri
Kanan
Kiri
Belakang
Simetris saat statis dan dinamis
Simetris saat statis dan dinamis
Sela iga normal, tidak ada
benjolan, tidak ada nyeri tekan, benjolan, tidak ada nyeri tekan,
vocal fremitus normal
Sela iga normal, tidak
Kanan
benjolan, tidak ada nyeri tekan, benjolan, tidak ada nyeri tekan,
Perkusi
Auskultasi
Kiri
Kanan
Kiri
Kanan
memanjang
Ronkhi basah halus, ekspirasi Normal, vesikuler
memanjang
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
iga 5
Batas atas jantung terletak di linea sternalis kiri sela
iga 2
Batas pinggang jantung terletak di linea parasternal
kiri sela iga 3
Batas kiri jantung terletak di 2 jari lateral linea
midclavicularis sela iga 4
Batas kanan jantung terletak di linea sternalis kanan
sela iga 4
Auskultasi
: Simetris
Bentuk Putting
: Menonjol
Pengeluaran ASI
: Belum ada
Benjolan/Tumor
: Tidak ada
Perut
Inspeksi
Palpasi
: Tidak teraba
Limpa
: Tidak teraba
Ginjal
Perkusi
Auskultasi
: lunak
Lengan
Otot
Tonus :
Massa:
Sendi:
Gerakan:
Kekuatan:
Oedem
Lain-lain:
Anggota gerak
Tungkai dan Kaki
Kanan
Kiri
Normotonus
Eutrofi
Tidak ada kelainan
Aktif
5
Normotonus
Eutrofi
Tidak ada kelainan
Aktif
5
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Luka :
Varises:
Otot (tonus dan massa):
Sendi:
Gerakan:
Kekuatan:
Edema:
Lain-lain:
Refleks
Tidak ada
Tidak ada
Normotonus, eutrofi
Tidak ada kelainan
Aktif
5
Tidak ada
Tidak ada
Refleks Tendon
Bisep
Trisep
Patela
Achiles
Refleks Patologis
Tidak ada
Tidak ada
Normotonus, eutrofi
Tidak ada kelainan
Aktif
5
Tidak ada
Tidak ada
Kanan
Positif
Positif
Positif
Positif
Positif
Negatif
Pemeriksaan Ginekologik
Tidak dilakukan karena tidak ada indikasi
: 59,3 %
: 29,6%
: 6,2 %
: 4,7%
: 0,2%
(50 70)
(25 40)
(2 8)
(2-4)
(0-1)
Kiri
Positif
Positif
Positif
Positif
Positif
Negatif
URAIAN MASALAH
Dari Anamnesis : pasien G1P0A0 berusia 34 tahun datang dengan keluhan mual dan muntah
sejak 1 hari SMRS. Pasien muntah sebanyak delapan kali. Muntahan pertama sampai kelima
berisi makanan dan air. Pasien merasakan nyeri pada ulu hati. Nyeri dirasakan 1 hari SMRS
dan dirasakan terus menerus. Pasien juga merasakan lemas pada seluruh tubuh dan juga
nafsu makan berkurang. Setiap makan akan dimuntahkan kembali dan terasa haus.
Dari Pemeriksaan Fisik didapatkan : Tekanan Darah 80/60 mmHg, Nadi 100x/ menit,
Pernafasan 20x/menit dan Suhu 36,7oC. Nyeri pada epigastrium dan mulut kering
Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan Hipokalemia
DAFTAR MASALAH
1. Hiperemesis Gravidarum
2. Dehidrasi ringan sedang
PENGKAJIAN DAN RENCANA TATALAKSANA
1. Hiperemesis Gravidarum
a. Rencana Doagnostik
Anamnesis
Muntah sebanyak 8 kali 1 hari SMRS. Adanya nyeri pada ulu hati
Pemeriksaan Fisik\
Adanya nyeri pada epigastrium dan mulut terasa kering
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan elektrolit didapatkan hipokalemia
b. Rencana Terapi
- Ringer Laktat 500 cc/ 8 jam
- Ondansentron amp 4mg/2mL 2x1
- Dramamine 2x1 tab
: dubia ad bonam
b. Ad functionam
: dubia ad bonam
c. Ad sanationam
: dubia ad bonam
PENDAHULUAN
Sekitar 50-90% perempuan hamil mengalami keluhan mual dan muntah. Keluhan ini
biasanya disertai dengan hipersalivasi, sakit kepala, perut kembung, dan rasa lemah pada
badan. Keluhan-keluhan ini secara umum dikenal sebagai morning sickness. Istilah ini
sebenarnya kurang tepat karena 80% perempuan hamil mengalami mual dan muntah
sepanjang hari.1
Apabila mual dan muntah yang dialami mengganggu aktivitas sehari-hari atau
menimbulkan komplikasi, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum. Komplikasi yang
dapat terjadi adalah ketonuria, dehidrasi, hipokalemia dan penurunan berat badan lebih dari 3
kg atau 5% berat badan.1
Mual dan muntah pada kehamilan biasanya dimulai pada kehamilan minggu ke-9
sampai ke-10, memberat pada minggu ke-11 sampai ke-13 dan berakhir pada minggu ke-12
sampai ke-14. Hanya pada 1-10% kehamilan gejala berlanjut melewati minggu ke-20 sampai
ke-22. Pada 0,3-2% kehamilan terjadi hiperemesis gravidarum yang menyebabkan ibu harus
ditatalaksana dengan rawat inap. Hiperemesis gravidarum jarang menyebabkan kematian,
tetapi angka kejadiannya masih cukup tinggi. Hampir 25% pasien hiperemesis gravidarum
dirawat inap lebih dari sekali. Terkadang, kondisi hiperemesis yang terjadi terus-menerus
dan sulit sembuh membuat pasien depresi. Pada kasus-kasus ekstrim, ibu hamil bahkan dapat
merasa ingin melakukan terminasi kehamilan.2
Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan hiperemesis gravidarum antara lain
hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya, berat badan berlebih, kehamilan
multipel, penyakit trofoblastik, nuliparitas dan merokok.3
Hiperemesis Gravidarum
Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil
sampai mengganggu pekerjaan sehari - hari karena pada umumnya menjadi buruk karena
terjadi dehidrasi. Hyperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan
selama kehamilan. Hyperemesis gravidraum adalah keadaan dimana penderita mual dan
muntah/tumpah yang berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat, sehingga
mengganggu kesehat dan pekerjaan sehari hari. Hyperemesis gravidarum adalah nausea dan
vomitus dalam keadaan hamil yang berkembang sedemikian luas sehingga menjadi efek
sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan.4
Anamnesis
Hasil Anamnesis(Subjective) 5
Keluhan
1. Mual dan muntah hebat
2. Ibu terlihat pucat
3. Kekurangan cairan
Gejala klinis
1. Muntah yang hebat
2. Mual dan sakit kepala terutama pada pagi hari (morning sickness)
3. Nafsu makan turun
4. Berat badan turun
5. Nyeri epigastrium
6. Lemas
7. Rasa haus yang hebat
8. Gangguan kesadaran
Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum pada kasus ini belum dapat diketahui secara pasti,
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi adalah: 6
1. Primigravida, mola hidatidosa, dan kehamilan ganda. Pada mola hidatidosa dan
kehamilan ganda, faktor hormone memegang peranan dimana hormone khorionik
gonadotropin dibentuk berlebihan.
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat
hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan tersebut.
3. Alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak.
4. Faktor psikologis
Faktor psikologis seperti depresi, gangguan psikiatri, rumah tangga yang retak,
kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggung jawab sebagai ibu, tidak siap untuk menerima kehamilan memegang
peranan yang cukup penting dalam menimbulkan hiperemesis gravidarum.
Terjadi perubahan-perubahan yang cukup besar yang mungkin merusak keseimbangan di
dalam badan. Misalnya saja yang dapat menyebabkan mual dan muntah ialah masuknya
duodenal dan ulkus peptikum yang tidak dapat disembuhkan dengan pengobatan antiemetik
biasa, sehingga biaya pengobatan akan lebih tinggi dan waktu pengobatan yang lebih lama
dengan hasil yang mengecewakan.7
Patofisiologi
Terdapat beberapa teori mengenai penyebab mual dan muntah pada kehamilan. hCG
serum memuncak pada trimester ketiga, tetapi hubungan antara mual muntah dan sekresi
hCG belum dapat dipastikan. Selain itu efek progestron pada tonus otot polos lambung,
terutama efek pada motilitas saluran gastrointestinal bagian atas, kepatenan sfingter esofagus
bagian bawah. Selain itu, perlambatan pengosongan lambung mengisyaratkan kemungkinan
peran hormon steroid. Dalam Sherwood , muntah secara umum disebabkan oleh motilitas
lambung yang abnormal, muntah tidak ditimbulkan oleh peristaltis terbalik (reverse
peristaltis). Gaya yang mendorong keluar isi lambung, datang dari kontraksi otot pernafasan
yaitu diafragma (otot inspirasi utama) dan otot abdomen (otot ekspirasi aktif).8
Produksi hCG pada blastokista dimulai sangat dini, bahkan mendahului nidasi. Setelah
implantasi, kadar hCG dalam plasma dan urin ibu meninggi sangat cepat. Produksi hCG oleh
trofoblas janin sangat penting. Hal ini dikarenakan kerja hCG pada ovarium untuk mencegah
involusi korpus luteum, yang berfungsi sebagai tempat pembentukan progesteron yang utama
pada kehamilan 6-8 minggu pertama. Dengan uji radio imunoassai, hormon kehamilan
tersebut dapat ditemukan 8 hingga 9 minggu setelah ovulasi. Kadar hCG dalam darah dan
urin meningkat dari hari terjadinya implantasi sampai usia kehamilan 60-70 hari. Selama
kehamilan terjadi perubahan pada sistem gastrointestinal ibu hamil. Tingginya kadar
progesteron mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolesterol darah. Selain
itu sekresi saliva menjadi lebih asam, lebih banyak dan asam lambung menurun. 8
Dapat terjadi penurunan tonus dan motilitas saluran gastrointestinal yang menimbulkan
pemanjangan waktu pengosongan lambung dan transit usus. Ini mungkin akibat jumlah
progesteron tinggi selama kehamilan, menurunnya kadar motalin yang merupakan suatu
peptida yang diketahui mempunyai efek terhadap perangsangan otot-otot halus. Perbesaran
uterus menekan diafragma, lambung dan intestine. 8
Menurunnya gerakan peristaltik tidak hanya menyebabkan mual tetapi juga konstipasi.
Konstipasi juga disebabkan oleh tekanan uterus pada usus bagian bawah pada awal
kehamilan dan kembali pada masa akhir kehamilan. 8
karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam air seni.
Tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen
sampai koma, nadi cepat, suhu meningkatm tensi menurun, komplikasi fatal terjadi
pada susunan syaraf yang dikenal sebagai ensefalopati Wernicke, dengan gejala :
nistagmus, diplopia, dan perubahan mental, keadaan ini adalah akibat sangat
kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks, timbulnya icterus
menunjukkan adanya payah hati.
Diagnosis
Penegakan diagnosis hiperemesis gravidarum dimulai dengan menegakkan diagnosis
kehamilan terlebih dahulu. Pada anamnesis dapat ditemukan keluhan amenorea, serta mual
dan muntah berat yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Pemeriksaan obstetrik dapat
dilakukan untuk menemukan tanda-tanda kehamilan, yakni uterus yang besarnya sesuai usia
kehamilan dengan konsistensi lunak dan serviks yang livid. Pemeriksaan penunjang kadar hCG dalam urin pagi hari dapat membantu menegakkan diagnosis kehamilan. Gambar 1
menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan untuk membedakan beberapa kondisi mual dan
muntah dalam kehamilan. 3
ensefalopati hepatik. Keracunan parasetamol dan hepatitis virus akut juga dapat
menyebabkan gambaran klinis gagal hati. 3
Pasien dengan apendisitis akut biasanya mengalami demam dan nyeri perut kanan
bawah. Nyeri dapat berupa nyeri tekan maupun nyeri lepas dan lokasi nyeri dapat berpindah
ke atas sesuai usia kehamilan karena uterus yang semakin membesar. Apendisitis akut pada
kehamilan memiliki tanda-tanda yang khas, yaitu tanda Bryan (timbul nyeri bila uterus
digeser ke kanan) dan tanda Alder (apabila pasien berbaring miring ke kiri, letak nyeri tidak
berubah).3
Meskipun jarang, penyakit Graves juga dapat menyebabkan hiperemesis. Oleh karena
itu, perlu dicari apakah terdapat peningkatan FT4 atau penurunan TSH. Kadar FT4 dan TSH
pada pasien hiperemesis gravidarum dapat sama dengan pasien penyakit Graves, tetapi pasien
hyperemesis tidak memiliki antibodi tiroid atau temuan klinis penyakit Graves, seperti
proptosis dan pembesaran kelenjar tiroid. Jika kadar FT4 meningkat tanpa didapatkan bukti
penyakit Graves, pemeriksaan tersebut perlu diulang pada usia gestasi yang lebih lanjut, yaitu
sekitar 20 minggu usia gestasi, saat kadar FT4 dapat menjadi normal pada pasien tanpa
hipertiroidisme. Pemberian propiltiourasil pada pasien hipertiroidisme dapat meredakan
gejala-gejala hipertiroidisme, tetapi tidak meredakan mual dan muntah. 3
Sebuah studi lain yang menarik menemukan adanya hubungan antara infeksi kronik
Helicobacter pylori dengan terjadinya hiperemesis gravidarum. Pada studi tersebut, sebanyak
61,8% perempuan hamil dengan hyperemesis gravidarum menunjukkan hasil tes deteksi
genom H. pylori yang positif, namun studi tersebut masih kontroversial. Sebuah studi lain di
Amerika Serikat mendapatkan tidak terdapat hubungan antara hiperemesis gravidarum
dengan infeksi H. pylori.3
Komplikasi
Muntah yang terus-menerus disertai dengan kurang minum yang berkepanjangan dapat
menyebabkan dehidrasi. Jika terus berlanjut, pasien dapat mengalami syok. Dehidrasi yang
berkepanjangan juga menghambat tumbuh kembang janin. Oleh karena itu, pada pemeriksaan
fisik harus dicari apakah terdapat abnormalitas tanda-tanda vital, seperti peningkatan
frekuensi nadi (>100 kali per menit), penurunan tekanan darah, kondisi subfebris, dan
penurunan kesadaran. Selanjutnya dalam pemeriksaan fisis lengkap dapat dicari tanda-tanda
dehidrasi, kulit tampak pucat dan sianosis, serta penurunan berat badan. 3
Selain dehidrasi, akibat lain muntah yang persisten adalah gangguan keseimbangan
elektrolit seperti penurunan kadar natrium, klor dan kalium, sehingga terjadi keadaan
dengan
sempurna
dan
terjadi
penumpukan
asam
aseton-asetik,
asam
hidroksibutirik, dan aseton, sehingga menyebabkan ketosis. Salah satu gejalanya adalah bau
aseton (buah-buahan) pada napas. Pada pemeriksaan laboratorium pasien dengan hiperemesis
gravidarum dapat diperoleh peningkatan relatif hemoglobin dan hematokrit, hiponatremia dan
hipokalemia, badan keton dalam darah dan proteinuria.3
Robekan pada selaput jaringan esofagus dan lambung dapat terjadi bila muntah terlalu
sering. Pada umumnya robekan yang terjadi kecil dan ringan, dan perdarahan yang muncul
dapat berhenti sendiri. Tindakan operatif atau transfusi darah biasanya tidak diperlukan.
Perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum dan kenaikan berat badan dalam kehamilan
yang kurang (<7 kg) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat
badan lahir rendah, kecil untuk masa kehamilan, prematur, dan nilai APGAR lima menit
kurang dari tujuh. 3
Tatalaksana
a) Tatalaksana Farmakologis
Pengobatan mual dan muntah dengan vitamin B6 atau dikombinasikan dengan
doxylamin aman dan efektif dan direkomendasikan sebagai lini pertama dari
farmakoterapi. Anti histamin juga dianjurkan seperti dramamin, ovamin, atau pada
keadaan lebih parah diberikan antiemetic seperti promethazine, prochlorperazine,
chlorpromazine atau metoklopramid yang dapat diberikan secara parenteral, namun
bila belum mencapai keadaan tersebut dianjurkan diberikan secara oral atau rektal.4
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG)
merekomendasikan 10 mg piridoksin ditambah 12,5 mg doxylamine per oral setiap 8
jam sebagai farmakoterapi lini pertama yang aman dan efektif. Dalam sebuah
randomized trial, kombinasi piridoksin dan doxylamine terbukti menurunkan 70%
mual dan muntah dalam kehamilan. Suplementasi dengan tiamin dapat dilakukan
untuk mencegah terjadinya komplikasi berat hiperemesis, yaitu Wernickes
encephalopathy. Komplikasi ini jarang terjadi, tetapi perlu diwaspadai jika terdapat
muntah berat yang disertai dengan gejala okular, seperti perdarahan retina atau
hambatan gerakan ekstraokular.3
Gambar 3. Algoritme Terapi Farmakologis untuk Mual dan Muntah dalam Kehamilan3
jahe
telah
diteliti
untuk
penatalaksanaan mual dan muntah dalam kehamilan. Akar jahe (Zingiber officinale
Roscoe) adalah salah satu pilihan nonfarmakologik dengan efek yang cukup baik.
Bahan aktifnya, gingerol, dapat menghambat pertumbuhan seluruh galur H. pylori,
terutama galur Cytotoxin associated gene (Cag) A+ yang sering menyebabkan infeksi.
Empat randomized trials menunjukkan bahwa ekstrak jahe lebih efektif daripada
plasebo dan efektivitasnya sama dengan vitamin B6. Efek samping berupa refluks
gastroesofageal dilaporkan pada beberapa penelitian, tetapi tidak ditemukan efek
DAFTAR PUSTAKA
tanggal
23
Desember
2016
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27054/3/Chapter%20II.pdf
8. Diunduh
pada
tanggal
23
Desember
2016
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24192/4/Chapter%20II.pdf