PENDAHULUAN
Cedera kepala merupakan penyebab kematian terbanyak usia 15 44 tahun
dan merupakan penyebab kematian ketiga untuk keseluruhan di Amerika. Di negara
berkembang seperti Indonesia, seiring dengan kemajuan teknologi dan pembangunan
frekuensinya cenderung makin meningkat. Cedera kepala berperan pada hampir
separuh dari seluruh kematian akibat trauma, mengingat bahwa kepala merupakan
bagian yang tersering dan rentan terlibat dalam suatu kecelakaan.
Cedera pada kepala dapat melibatkan seluruh struktur lapisan, mulai dari
lapisan kulit kepala atau tingkat yang paling ringan, tulang tengkorak , durameter,
vaskuler otak, sampai jaringan otak sendiri. Baik berupa luka tertutup, maupun
trauma tembus. Perdarahan intrakranial / hematom intrakranial yang dibagi
menjadi :hematom yang terletak diluar duramater yaitu hematom epidural, dan yang
terletak didalam duramater yaitu hematom subdural dan hematom intraserebral ;
dimana masing-masing dapat terjadi sendiri ataupun besamaan.
BAB II
ANATOMI
Otak dibungkus oleh selubung mesodermal, meninges. Lapisan luarnya
adalah pachymeninx atau duramater dan lapisan dalamnya, leptomeninx, dibagi
menjadi arachnoidea dan piamater.
A.
Duramater
Dura kranialis atau pachymeninx adalah suatu struktur fibrosa yang kuat
dengan suatu lapisan dalam (meningeal) dan lapisan luar (periostal). Kedua
lapisan dural yang melapisi otak umumnya bersatu, kecuali di tempat di tempat
dimana keduanya berpisah untuk menyediakan ruang bagi sinus venosus
(sebagian besar sinus venosus terletak di antara lapisan-lapisan dural), dan di
tempat dimana lapisan dalam membentuk sekat di antara bagian-bagianotak.
Lapisan luar duramater melekat pada permukaan dalam cranium dan juga
membentuk periosteum, dan mengirimkan perluasan pembuluh dan fibrosa ke
dalam tulang itu sendiri; lapisan dalam berlanjut menjadi dura spinalis.Septa kuat
yang berasal darinya membentang jauh ke dalam cavum cranii. Di anatara kedua
hemispherium terdapat invaginasi yang disebut falx cerebri. Ia melekat pada
crista galli dan meluas ke crista frontalis ke belakang sampai ke protuberantia
occipitalis interna, tempat dimana duramater bersatu dengan tentorium cerebelli
yang meluas ke dua sisi. Falx cerebri membagi pars superior cavum cranii
sedemikian rupa sehingga masing-masing hemispherium aman pada ruangnya
sendiri. Tentorium cerebelli terbentang seperti tenda yang menutupi cerebellum
dan letaknya di fossa craniii posterior. Tentorium melekat di sepanjang sulcus
transversus os occipitalis dan pinggir atas os petrosus dan processus clinoideus.
Di sebelah oral ia meninggalkan lobus besar yaitu incisura tentorii, tempat
lewatnya trunkus cerebri. Saluran-saluran vena besar, sinus dura mater, terbenam
dalam dua lamina dura.
B. Arachnoidea
Membrana arachnoidea melekat erat pada permukaan dalam dura dan hanya
terpisah dengannya oleh suatu ruang potensial, yaitu spatium subdural. Ia
menutupi spatium subarachnoideum yang menjadi liquor cerebrospinalis, cavum
subarachnoidalis dan dihubungkan ke piamater oleh trabekulae dan septa-septa
yang membentuk suatu anyaman padat yang menjadi system rongga-rongga yang
saling berhubungan.
Dari arachnoidea menonjol ke luar tonjolan-tonjolan mirip jamur ke dalam
sinus-sinus venosus utama yaitu granulationes pacchioni (granulationes/villi
arachnoidea). Sebagian besar villi arachnoidea terdapat di sekitar sinus sagitalis
superior dalam lacunae lateralis. Diduga bahwa liquor cerebrospinali memasuki
circulus venosus melalui villi. Pada orang lanjut usia villi tersebut menyusup ke
dalam tulang (foveolae granulares) dan berinvaginasi ke dalam vena diploe.
Cavum subaracnoidea adalah rongga di antara arachnoid dan piamater yang
secara relative sempit dan terletak di atas permukaan hemisfer cerebrum, namun
rongga tersebut menjadi jauh bertambah lebar di daerah-daerah pada dasar otak.
Pelebaran rongga ini disebut cisterna arachnoidea, seringkali diberi nama
menurut struktur otak yang berdekatan.
BAB III
4
PERDARAHAN INTRACRANIAL
A. EPIDURAL HEMATOMA
1. Definisi
Epidural hematom adalah salah satu jenis perdarahan intrakranial
yang paling sering terjadi karena fraktur tulang tengkorak. Otak di tutupi
oleh tulang tengkorak yang kaku dan keras. Otak juga di kelilingi oleh
sesuatu yang berguna sebagai pembungkus yang disebut dura. Fungsinya
untuk melindungi otak, menutupi sinus-sinus vena, dan membentuk
periosteum tabula interna. Ketika seorang mendapat benturan yang hebat di
kepala kemungkinan akan terbentuk suatu lubang, pergerakan dari otak
mungkin akan menyebabkan pengikisan atau robekan dari pembuluh darah
yang mengelilingi otak dan dura, ketika pembuluh darah mengalami robekan
maka darah akan terakumulasi dalam ruang antara dura dan tulang
tengkorak, keadaan inilah yang dikenal dengan sebutan epidural hematom
(EDH).
EDH sebagai keadaan neurologis yang bersifat emergency dan
biasanya berhubungan dengan linear fraktur yang memutuskan arteri yang
lebih besar, sehingga menimbulkan perdarahan. Venous epidural hematom
berhubungan dengan robekan pembuluh vena dan berlangsung perlahanlahan. Arterial hematom terjadi pada middle meningeal artery yang terletak
di bawah tulang temporal. Perdarahan masuk ke dalam ruang epidural, bila
terjadi perdarahan arteri maka hematom akan cepat terjadi.
2. Gambaran Klinis
Gejala yang sangat menonjol ialah kesadaran menurun secara
progresif. Pasien dengan kondisi seperti ini seringkali tampak memar di
sekitar mata dan di belakang telinga. Sering juga tampak cairan yang keluar
pada saluran hidung atau telinga. Pasien seperti ini harus diobservasi dengan
teliti.
Setiap orang memiliki kumpulan gejala yang bermacam-macam
akibat dari cedera kepala. Banyak gejala yang muncul bersaman pada saat
terjadi cedera kepala.
Gejala yang sering tampak :
a. Penurunan kesadaran, bisa sampai koma
b. Bingung
c. Penglihatan kabur
d. Susahbicara
e. Nyeri kepala yang hebat
f. Keluar cairan darah dari hidung atau telinga
g. Nampak luka yang dalam atau goresan pada kulit kepala.
h. Mual
i. Pusing
j. Berkeringat
k. Pucat
l. Pupil anisokor, yaitu pupil ipsilateral menjadi melebar.
Pada tahap kesadaran sebelum stupor atau koma, bisa dijumpai
hemiparese atau serangan epilepsi fokal. Pada perjalananya, pelebaran pupil
akan mencapai maksimal dan reaksi cahaya pada permulaan masih positif
menjadi negatif. Inilah tanda sudah terjadi herniasi tentorial. Terjadi pula
kenaikan tekanan darah dan bradikardi. Pada tahap akhir, kesadaran menurun
sampai koma dalam, pupil kontralateral juga mengalami pelebaran sampai
akhirnya kedua pupil tidak menunjukkan reaksi cahaya lagi yang merupakan
tanda kematian. Gejala-gejala respirasi yang bisa timbul berikutnya,
mencerminkan adanya disfungsi rostrocaudal batang otak.
Jika EDH di sertai dengan cedera otak seperti memar otak, interval
bebas tidak akan terlihat, sedangkan gejala dan tanda lainnya menjadi kabur.
6
3. Gambaran Radiologi
a. Foto polos kepala
Pada foto polos kepala kita tidak dapat mendiagnosis pasti sebagai epidural
hematoma. Dengan proyeksi AP,-lateral untuk mencari adanya fraktur tulang
yang memotong sulcus a. meningea media.
b. Computed Tomography (CT-Scan)
Pemeriksaan CT-Scan dapat menunjukkan lokasi, volume, efek, dan potensi
cedera intracranial lainnya. Pada epidural biasanya pada satu bagian saja
(single) tetapi dapat pula terjadi pada kedua sisi (bilateral), berbentuk
bikonveks, paling
HU),
ditandai
dengan
adanya
b.
2. Gambaran Klinis
Gejala klinisnya sangat bervariasi dari tingkat yang ringan (sakit
kepala) sampai penutunan kesadaran. Kebanyakan kesadaran hematom
subdural tidak begitu hebat deperti kasus cedera neuronal primer, kecuali bila
ada effek massa atau lesi lainnya.
Gejala yang timbul tidak khas dan meruoakan manisfestasi dari
peninggian tekanan intrakranial seperti : sakit kepala, mual, muntah, vertigo,
papil edema, diplopia akibat kelumpuhan n. III, epilepsi, anisokor pupil, dan
defisit neurologis lainnya.kadang kala yang riwayat traumanya tidak jelas,
sering diduga tumor otak.
3. Gambaran radiologi
C. SUBARACHNOID HEMATOM
1. Definisi
Adalah pendarahan ke dalam ruang (ruang subarachnoid) diantara lapisan
dalam (pia mater) dan lapisan tengah (arachnoid mater) para jaringan yang
melindungan otak (meninges).
2. Gambaran Klinis
a. Gejala prodromal : nyeri kepala hebat dan perakut, hanya 10%, 90%
tanpa keluhan sakit kepala. Kesadaran sering terganggu, dan sangat
bervariasi dari tak sadar sebentar, sedikit delir sampai koma.
b. Gejala / tanda rangsangan meningeal : kaku kuduk, tanda kernig ada.
Fundus okuli
pun
muntah,berkeringat,menggigil,
dan
takikardi,
adanya
10
11
C. INTRASEREBRAL HEMATOM
1. Definisi
12
dan
dapat
terjadi
pada
2%-16%
kasus
cedera.
otak
diagnosanya
dapat
ditegakkan
13
lebih
cepat.
14
fraktur
sederhana,
yaitu
fraktur
tanpa
15
Merupakan jenis fraktur yang berat dan melibatkan tulangtulang dasar tengkorak. Fraktur ini sering disertai dengan robekan
pada durameter yang melekat erat pada dasar tengkorak.
2. Gambaran Radiologis Kepala Normal
b. Vena
Membentuk venous lake yang tidak teratur. Ukuran vena dapat
membesar dan tetap normal.
1)
17
b. Fraktur Depresi
1) Foto Polos
18
mengalami
penekanan
yang
lebih
besar
2) CT- Scan
19
a.
4. Fraktur Diastatis
Foto Polos
20
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005, Subarachnoid Hemorrhage , Cranial Computed Tomography
21
et.al.
Imaging
in
Subarachnoid
Hemorrhage.
22