Anda di halaman 1dari 8

Universa Medicina

Vol.24 No.4

Pengaruh suplementasi zat besi satu dan dua kali


per minggu terhadap kadar hemoglobin
pada siswi yang menderita anemia
Sandra Fikawati*, Ahmad Syafiq*, Sri Nurjuaida**
*Lintas Departemen Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Kesehatan Masyarakat UI
**Dinas Kesehatan Kota Tangerang, Tangerang, Jawa Barat

ABSTRAK
Kelompok remaja putri merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap anemia padahal mereka merupakan
sumber daya manusia yang harus dilindungi karena potensinya yang sangat besar dalam upaya pembangunan
kualitas bangsa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh suplementasi TTD satu kali per
minggu dan dua kali per minggu terhadap kenaikan kadar hemoglobin (Hb) siswi penderita anemia yang sudah
menstruasi di SLTP Kota Tangerang. Disain penelitian adalah non-blinded randomized experiment. Subyek
penelitian dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan suplementasi TTD satu kali per
minggu (40 orang) dan dua kali per minggu (38 orang). Pemberian suplementasi TTD diminum di depan peneliti
diberikan selama 11 minggu. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan kenaikan kadar Hb yang
bermakna antara kedua kelompok intervensi tersebut (p=0,31). Rata-rata kenaikan kadar Hb siswi yang diberikan
suplementasi 1 kali per minggu adalah sebesar 2,20 g/dl sedangkan yang diberikan suplementasi 2 kali per
minggu sebesar 2,28 g/dl. Dengan demikian intervensi pemberian suplementasi zat besi, disertai dengan memonitor
konsumsi TTD, dapat diberikan cukup satu kali per minggu karena hasilnya terhadap kenaikan kadar Hb tidak
berbeda dengan pemberian suplementasi TTD dua kali per minggu .
Kata kunci : Zat besi, defisiensi, suplementasi, anemia, remaja

Effect of once and twice weekly of iron supplementation


on hemoglobin level among students with anemia
ABSTRACT
Despite their importance as potential human resource, female teenager is recognized as a group that
prone to iron-deficient anemia. This study aims to investigate difference in hemoglobin level increments
between those who received once per week iron supplementation and twice per week supplementation
among anemic students in SLTP Kota Tangerang. Design of this study is non-blinded-randomized experiment.
Subjects were randomized into two groups, once per week supplementation group (40 subjects) and twice
per week supplementation group (38 subjects). Supplementation of iron tablet was given for a consecutive
11 weeks. The study shows no difference found in the increment of the two groups (p=0,31). Mean hemoglobin
increment in once per week group was 2.20 g/dl while in the twice per week group the increment was 2.28
g/dl. The study results was in favor of strictly monitored iron supplementation once per week since it
provide similar increments in hemoglobin level compared to twice per week supplementation.
Keywords: Iron, deficiency, supplementation, anemia, adolescent

167

Fikawati, Syafiq, Nurjaida

PENDAHULUAN
Populasi remaja di Indonesia mencapai
20% dari total populasi penduduk Indonesia
yaitu sekitar 30 juta jiwa. (1) World Health
Organization (2) menyebutkan bahwa banyak
masalah gizi pada remaja masih terabaikan
disebabkan karena masih banyaknya faktorfaktor yang belum diketahui, padahal remaja
merupakan sumber daya manusia Indonesia
yang harus dilindungi karena potensinya yang
sangat besar dalam upaya pembangunan
kualitas bangsa.
Anemia akibat kekurangan zat gizi besi
(Fe) merupakan salah satu masalah gizi utama
di Asia termasuk di Indonesia. Pada anak usia
sekolah, prevalensi anemia tertinggi
ditemukan di Asia Tenggara dengan perkiraan
s e k i t a r 6 0 % a n a k m e n g a l a m i a n e m i a . (3)
Laporan berbagai studi di Indonesia
memperlihatkan masih tingginya prevalensi
anemia gizi pada remaja putri yang berkisar
antara 20-50%. Survei yang dilakukan oleh
Gross et al (4) di Jakarta dan Yogyakarta
melaporkan prevalensi anemia pada remaja
s e b e s a r 2 1 , 1 % . P e n e l i t i a n B u d i m a n (5)
menyebutkan dari sejumlah 545 orang sampel
siswi SLTA di Kabupaten dan Kotamadya
Sukabumi, Cirebon dan Tangerang Propinsi
Jawa Barat sebanyak 40,4%-nya menderita
anemia. Survei Kesehatan Rumah Tangga
tahun 2001 melaporkan 28,3% anak dan
remaja dalam kelompok umur 5-14 tahun
menderita anemia. (6) Penelitian Hamid (7) di
Padang, Sumatera Barat mendapatkan angka
prevalensi anemia pada siswi SLTA sebesar
2 9 , 2 % . P e n e l i t i a n F e b r u h a r t a n t y e t a l (8)
terhadap 137 siswi SLTP di Kupang, Nusa
Te n g g a r a Ti m u r m e n d a p a t k a n a n g k a
prevalensi anemia sebesar 49,6%.
Berbagai studi menunjukkan dampak
negatif dari anemia akibat kekurangan zat gizi
besi
terhadap
pertumbuhan
dan
168

Suplementasi zat besi satu dan dua kali

perkembangan anak dan remaja. (9,10) Anemia


pada anak menyebabkan pertumbuhan dan
perkembangan tidak optimal dan menurunkan
prestasi belajar karena rasa cepat lelah,
kehilangan gairah dan tidak dapat
berkonsentrasi. (6) Sedangkan pada remaja
penderita anemia, sebagai calon ibu yang akan
melahirkan generasi penerus bangsa, anemia
akan menyebabkan tingginya risiko untuk
melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR)
yang mempunyai kualitas hidup yang tidak
optimal. (9,10)
Melihat dampak anemia yang sangat besar
dalam menurunkan kualitas sumber daya
manusia, maka sebaiknya penanggulangan
anemia perlu dilakukan sejak dini, sebelum
remaja putri menjadi ibu hamil, agar kondisi
fisik remaja putri tersebut telah siap menjadi
ibu yang sehat. (11) Remaja putri termasuk
kelompok yang rawan terhadap anemia, hal
ini disebabkan karena kebutuhan Fe pada
wanita 3 kali lebih besar dari kebutuhan pria.
Wanita mengalami menstruasi setiap bulannya
yang berarti kehilangan darah secara rutin
dalam jumlah cukup banyak, juga kebutuhan
Fe meningkat karena untuk pertumbuhan
fisik, mental dan intelektual, dan kurang
mengkonsumsi sumber makanan hewani yang
merupakan sumber Fe yang mudah
d i s e r a p . (6,12) K e l o m p o k r e m a j a p u t r i
mempunyai risiko paling tinggi untuk
menderita anemia karena pada masa itu terjadi
peningkatan kebutuhan Fe. Peningkatan
kebutuhan ini terutama disebabkan karena
pertumbuhan pesat yang sedang dialami dan
terjadinya kehilangan darah akibat
menstruasi. (9) Kelompok ini juga memiliki
kebiasaan makan tidak teratur, mengkonsumsi
makanan berisiko seperti fast food, snack
dan soft drink (13,14) dan tingginya keinginan
mereka untuk berdiet agar tampak langsing (15)
yang mempengaruhi asupan zat gizi termasuk
sumber Fe yang adekuat.

Universa Medicina

Strategi untuk mengatasi masalah anemia


pada remaja putri adalah dengan perbaikan
kebiasaan makan, fortifikasi makanan dan
pemberian suplementasi Fe. Mengubah pola
makan dan fortifikasi makanan merupakan
strategi jangka panjang yang penting namun
tidak dapat diharapkan dapat berhasil dengan
c e p a t . (16) C a r a l a i n a d a l a h d e n g a n
memberikan suplementasi Fe melalui
pemberian tablet tambah darah (TTD). Untuk
pencegahan dan pengobatan anemia,
suplementasi TTD merupakan cara yang
efisien karena mudah didapat, efeknya cepat
terlihat, dan harganya relatif murah sehingga
terjangkau oleh masyarakat luas. Brabin and
B r a b i n (17) m e r e k o m e n d a s i k a n p r o g r a m
pencegahan anemia dengan suplementasi Fe
lebih banyak ditargetkan kepada remaja putri
dari pada anak-anak, wanita dewasa atau ibu
hamil karena pemberian suplementasi kepada
remaja putri akan memberi dampak yang lebih
besar pada kesehatan reproduksi dan
keberhasilan proses reproduksi dibandingkan
dengan suplementasi selama masa hamil saja.
Remaja putri merupakan calon ibu yang harus
sehat dan tidak anemia, untuk dapat
melahirkan bayi yang sehat.
Berbagai studi intervensi menunjukkan
bahwa dosis, frekuensi pemberian dan lama
pemberian TTD berbeda-beda. (18-20) Namun
demikian dibandingkan dengan dosis yang
umumnya relatif hampir sama (60 mg besi
elemental dan 0,25 mg asam folat), frekuensi
pemberian per minggu dan lama pemberiannya
masih sangat bervariasi. Departemen
Kesehatan RI (15) menyebutkan dosis terapi
untuk remaja putri yang anemia adalah 1 kali
per hari selama satu bulan sedangkan WHO/
UNICEF dalam Gross et al. (4) menyebutkan
dua kali per hari untuk waktu dua sampai
dengan tiga bulan. Studi evaluasi program
suplementasi Fe sirup untuk balita di Nusa
Tenggara Timur menunjukkan pemberian sirup

Vol.24 No.4

Fe harian lebih efektif daripada mingguan


dalam menurunkan prevalensi anemia
balita. (21) Berbagai studi lain memperlihatkan
bahwa suplementasi mingguan cukup efektif
dan ekonomis dalam menurunkan prevalensi
a n e m i a . (4,18) S a l a h s a t u m a s a l a h d a l a m
program suplementasi adalah rendahnya
k e p a t u h a n . (22-24) D a t a S u r v e i D e m o g r a f i
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 20022003 pada ibu hamil menunjukkan bahwa
hanya kurang dari sepertiga ibu hamil
mengkonsumsi TTD sebanyak 90 tablet,
sepertiga mengkonsumsi <60 tablet, dan 20%
tidak mengkonsumsi sama sekali. (1)
Masalah kepatuhan merupakan kendala
utama suplementasi besi harian, dan karena
itu alternatif suplementasi mingguan
diharapkan dapat mengurangi masalah
kepatuhan ini. Tetapi suplementasi mingguan
menghadapi masalah dalam hal dosis Fe yang
diperlukan untuk meningkatkan kadar
hemoglobin dalam darah agar setara dengan
suplementasi harian. (24) Sebagai salah satu
opsi, dengan demikian, diperlukan penelitian
untuk mengetahui keefektifan suplementasi Fe
dengan frekuensi di antara mingguan dan
harian misalnya dua kali per minggu untuk
menilai keefektifan suplementasi terhadap
kadar hemoglobin (Hb).
Tujuan studi ini adalah menilai pengaruh
suplementasi Fe yang diberikan 2 kali per
minggu dibandingkan dengan suplementasi 1
kali per minggu dalam menaikan kadar Hb
siswi yang anemia.
METODE
P e n e l i t i a n d i l a k u k a n d i S LT P K o t a
Tangerang pada Januari-April 2004. Penelitian
ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
metoda experimental randomised non
blinded. Pemeriksaan kadar Hb awal dengan
menggunakan metoda cyanmethemoglobin
169

Fikawati, Syafiq, Nurjaida

dilakukan terhadap 254 siswi yang sudah


mendapat menstruasi dan ditemukan 81 siswi
(31,89%) menderita anemia. Intervensi
pemberian suplementasi Fe program
p e m e r i n t a h y a n g k a n d u n g a n n y a f e rro u s
sulfat (60 mg Fe dan 0,25 mg asam folat)
dilakukan selama 11 minggu pada 78 siswi dari
81 siswi yang anemia tersebut (sebanyak 3
orang siswi yang anemia pindah ke pesantren
sehingga tidak ikut dalam intervensi). Sampel
secara acak dibagi menjadi dua kelompok
yaitu kelompok yang mendapat intervensi
suplementasi Fe satu kali per minggu dan dua
kali per minggu. Monitoring pemberian Fe
dilakukan dengan meminta responden untuk
meminum TTD di depan peneliti. Selanjutnya
pada akhir intervensi dilakukan kembali
pemeriksaan kadar Hb. Uji statistik yang
digunakan adalah uji t (independent-t test)
untuk menguji perbedaan rata-rata kadar Hb
awal studi dan kenaikan kadar Hb setelah
pemberian pada kedua kelompok.
HASIL
Rata-rata kadar Hb awal siswi yang
mendapat suplementasi satu kali per minggu
sebesar 10,93 0,87 g/dl dan median 11,15 g/
dl sedangkan pada kelompok awal siswi yang
mendapat suplementasi dua kali per minggu
adalah 10,86 0,83 g/dl dan median 11,10 g/
dl (Tabel 1).
Setelah intervensi didapatkan nilai akhir
Hb kelompok suplementasi 1 kali per minggu

Suplementasi zat besi satu dan dua kali

sebesar 13,13 1,03 g/dl dan nilai akhir Hb


kelompok suplementasi 2 kali per minggu 13,30
1,10 g/dl. Hasil pemeriksaan kadar Hb akhir
siswi menunjukkan bahwa pemberian
suplementasi TTD baik satu kali per minggu
maupun dua kali per minggu selama waktu 11
minggu dapat menaikkan kadar Hb siswi
secara bermakna. Pada kelompok suplementasi
satu kali per minggu didapatkan penurunan
siswi yang anemia sebesar 95% (38 siswi dari
40 siswi) dan pada kelompok suplementasi dua
kali per minggu didapatkan hasil penurunan
jumlah siswi yang mengalami anemia sebanyak
94,7% (36 dari 38 siswi). Gambar 1
memperlihatkan perbedaan antara nilai mean
kadar Hb sebelum dan sesudah intervensi pada
kedua kelompok. Hasil uji statistik didapatkan
peningkatan kadar Hb secara bermakna pada
masing-masing kelompok intervensi (p =
0,0000).
Hasil uji beda kenaikan kadar Hb siswi
berdasarkan kelompok suplementasi TTD
menunjukkan rata-rata kenaikan kadar Hb
siswi kelompok suplementasi TTD 1 kali per
minggu adalah 2,20 1,39 g/dl dan rata-rata
kenaikan kadar Hb siswi kelompok
suplementasi 2 kali seminggu adalah 2,28
1,34 g/dl. Hasil uji statistik didapatkan nilai p
= 0,31 (1-tailed) maka disimpulkan bahwa
tidak ada perbedaan yang bermakna antara
rata-rata kenaikan kadar Hb siswi yang diberi
suplementasi satu kali per minggu dengan
rata-rata kenaikan kadar Hb siswi yang diberi
suplementasi dua kali per minggu (Gambar 2).

Tabel 1. Distribusi kadar Hb awal dan dan akhir siswi berdasarkan kelompok intervensi

170

Universa Medicina

Vol.24 No.4

Gambar 1. Distribusi rata-rata kadar Hb siswi sebelum dan sesudah intervensi

Gambar 2. Distribusi kenaikan kadar Hb siswi berdasarkan kelompok intervensi TTD


171

Fikawati, Syafiq, Nurjaida

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil skrining kadar Hb
terhadap 254 siswi SLTP Kota Tangerang yang
telah menstruasi diperoleh gambaran bahwa
31,9% anak menderita anemia (Hb<12 g/dl)
dengan rata-rata kadar Hb awal sebesar 10,9
g/dl. Hasil ini sedikit lebih baik bila
dibandingkan dengan hasil penelitian
Budiman (5) terhadap perempuan remaja siswi
S LTA d i K a b u p a t e n d a n K o t a m a d y a
Sukabumi, Cirebon dan Tangerang Jawa
Barat yang menujukkan prevalensi anemia
sebesar 40,4% dan Saraswati et al(25) pada
remaja putri SMU swasta dan negeri di
Propinsi Jawa Barat dengan prevalensi
anemia sebesar 42,4%.
Setelah intervensi 11 minggu terlihat
kenaikan rata-rata kadar Hb yang bermakna
antara kadar Hb sebelum dan sesudah
perlakuan dengan rata-rata kenaikan kadar
Hb 2,24 g/dl. Hasil ini jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan penelitian Saidin et al(26)
dengan pemberian suplementasi pil besi satu
kali seminggu pada remaja putri di Bandung
selama 13 minggu dengan rata-rata kenaikan
kadar Hb hanya 0,39 g/dl. Hasil ini juga lebih
tinggi dari penelitian Sakti et al(20) tentang
pengaruh pemberian tablet besi 2 kali
seminggu terhadap kadar Hb pada remaja putri
SLTP di Karangawen selama 12 minggu
dengan rata-rata kenaikan kadar Hb 1,08 g/
dl. Hal ini mungkin disebabkan karena pada
penelitian lain rata-rata kadar Hb awal siswi
lebih tinggi dan dalam penelitian yang lain
TTD tidak diminum di depan peneliti.
Melihat jenis intervensi yang dilakukan
(suplementasi satu kali per minggu dan dua
kali per minggu), ternyata kenaikan kadar Hb
antara suplementasi satu kali per minggu dan
dua kali per minggu tidak menunjukkan
perbedaan yang bermakna. Hasil ini sesuai
dengan penelitian Schultink et al (27) yang
172

Suplementasi zat besi satu dan dua kali

menunjukkan efek suplementasi Fe dua kali


per minggu sama dengan suplementasi satu
kali per hari pada anak-anak pra-sekolah.
Demikian pula hasil penelitian Gross et al (4)
dan Ridwan et al (28) pada ibu hamil ternyata
pemberian suplementasi Fe dosis mingguan
lebih efektif dan ekonomis dibandingkan
dengan suplementasi dosis harian. Hasil studi
melaporkan bahwa suplementasi Fe satu kali
dalam seminggu pada manusia efisien karena
sesuai dengan siklus pembaharuan sel-sel
mukosa usus manusia yang terjadi setiap 5
hari. (18)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
dari segi efektifitas yang diukur melalui
kenaikan kadar Hb, suplementasi mingguan
(satu kali per minggu) ternyata sama
efektifnya dengan suplementasi dua kali per
minggu. Dari segi kepatuhan pemberian
cenderung meningkatkan kepatuhan dan
dengan demikian diharapkan tingkat
kepatuhan suplementasi satu kali per minggu
lebih tinggi dari suplementasi dua kali per
minggu meskipun dalam penelitian ini
kepatuhan merupakan variabel yang dikontrol
sehingga tidak dapat dilihat perbedaan tingkat
kepatuhan antara dua kelompok suplementasi
tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN
Prevalensi anemia pada siswi yang sudah
mendapat menstruasi adalah 31,89%.
Suplementasi TTD satu kali per minggu yang
disertai monitoring konsumsi TTD mampu
meningkatkan kadar Hb pada siswi yang
menderita anemia.
Disarankan melakukan p emeriksaan

kadar Hb pada siswi yang sudah mendapat


menstruasi untuk seleksi/skrining program
suplementasi TTD. Pemberian TTD diminum
dengan pengawasan baik oleh guru atau
petugas kesehatan di sekolah.

Universa Medicina

Daftar Pustaka
1.

2.

3.
4.

5.

6.

7.

8.

9.
10.

11.

12.

Statistics Indonesia, National Family Planning


Board, Ministry of Health, ORC Macro.
Indonesia Demographic Health Survey 20022003. Maryland: BPS and ORC Macro; 2003.
WHO. Adolescent nutrition: a neglected
dimension. WHO; 2003. Available at http://
www.who.int/nut/ado.htm. Accessed May, 19
2004.
Tee ES. Priority nutritional concerns in Asia.
Food and nutrition Bulletin 2002; 23: 345-8.
Gross R, Angeles-Agdeppa I, Schultink W,
Dillon D, Sastroamidjojo S. Daily versus weekly
iron suplementation: programmatic and
economic implications for Indonesia. Food and
Nutrition Bulletin 1997; 18: 64-9.
Budiman. Hubungan pengetahuan dengan
status anemia pada remaja putri murid SMU dan
MAN di 6 daerah tingkat II di Jawa Barat (Tesis).
FKM UI: Jakarta 1999.
Depkes RI. Program penanggulangan anemia gizi
pada wanita usia subur (WUS). Jakarta:
Direktorat Gizi Masyarakat Direktorat Jenderal
Bina Kesehatan Masyarakat; 2001.
Hamid S. Peran asupan zat gizi dan faktor lain
terhadap kadar hemoglobin siswi SMUN 3 Kota
Padang Propinsi Sumatra Barat tahun 2001
(Tesis). FKM UI: Jakarta; 2002.
Februhartanty J, Dillon D, Khusun H. Will daily
iron supplementation given during menstruation
improve iron status better than weekly
supplementation? Asia Pacific J Clin Nutr 1992;
11: 36-41.
Krummel B. Nutrition in womens health. New
York: Aspen Publ; 1996.
Worthington-Roberts BS, Williams SR. Nutrition
throughout the life cycle. Fourth ed. McGrawHill International Editions, Health Profession
Series. Singapore; 2000.
Gopalan, C. Nutrition development transition in
South-East Asia. WHO Regional Office for
South-East Asia, New Delhi; 1994.
Bergstorm E, Hernell O, Lonnerdal B, Persson
LA. Sex differences in iron stores of adolescents.
Iron nutrition in health and disease. In: Hallberg
L, Asp NG, Libbey J, editors. Company Ltd; 1996.
p. 157-63.

Vol.24 No.4
13.

14.
15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

Fomon SJ, S Zlotkin. Nutritional anemias. Nestle


Nutrition Services. New York: Raven Press;
1992.
Moore MC. Pedoman terapi diet dan nutrisi.
Jakarta: Hipotekrates; 1997.
Depkes RI. Pedoman Pemberian Tablet Besi,
Folat dan Sirup Besi Bagi Petugas. Jakarta:
Direktorat Jendral Pembinaan Kesehatan
Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat;
1999.
Angeles-Agdeppa, Imelda T. Daily versus
weekly supplementation with iron, vitamin A,
folic acid and vitamin C to improve iron and
vitamin A status of female adolescents. Med J
Indones 1997; 6: 52-69.
Brabin and Brabin. Parasitic infections in women
and their consequences. Am J Clin Nutr 1992;
55: 955-8.
Angeles-Agdeppa I, Schultink W, Sastroamidjojo
S, Gross R, and Karyadi D. Weekly micronutrient
supplementation to buid iron stores in female
Indonesian adolescents. Am J Clin Nutr 1997; 66:
177-83.
Schultink W. Iron supplementation programmes:
compliance of target groups and frequency of
tablet intake. Food and Nutrition Bulletin 1996;
17: 22-6.
Sakti H, Rahmawati B, Rahfiludin MZ. Pengaruh
suplementasi tablet besi dan pendidikan gizi
terhadap pengetahuan, sikap, praktek tentang
anemi dan kadar hemoglobin (Hb) pada remaja
putri. Media Medika Indonesiana 2003;38:24-30.
Setiarini A. Evaluation of iron supplementation
program among under-five children in East Nusa
Tenggara, Indonesia (Tesis). Seameo UI: Jakarta;
1999.
Fahmida U, Dillon D, Schultink W, Untoro J. Iron
supplementation in women of reproductive age:
the influence of distribution channels on
compliance. Australian Journal of Nutrition and
Dietetics 1998; 55: S 35.
UNICEF and Government of Indonesia.
Challenges for a New Generation. The Situaition
of Children and Women in Indonesia. 2000.
Bowman BA, RM Russell. Present knowledge
in nutrition. 8th ed. Washington D.C.: ILSI Press;
2001.
Saraswati E, Imam S. Perbedaan tingkat
pengetahuan anemia remaja putri Sekolah

173

Fikawati, Syafiq, Nurjaida

26.

27.

174

Menengah Umum anemia dan non anemia di


enam Dati II Propinsi Jawa Barat. Penelitian Gizi
dan Makanan 1997; 20: 16-27.
Saidin M, Saidin S, Supaina I, Yuniar Y,
Komarudin, Muhilal. Efektivitas suplementasi pil
besi satu kali per minggu dalam penanggulangan
masalah anemia pada kelompok wanita remaja.
Laporan Penelitian. Bogor: Puslitbang Gizi; 1997.
Schultink, W, Gross R, Gliwitzki M, Karyadi D,

Suplementasi zat besi satu dan dua kali

28.

Matulessi P. Effect of daily vs twice weekly iron


supplementation in Indonesian preschool
children with low iron status. Am J Clin Nutr
1995; 61: 111-5.
Ridwan E, Schultink W, Dillon D, Gross R.
Effects of weekly iron supplementation on
pregnant Indonesian women are similar to those
of daily supplementation. Am J Clin Nutr 1996;
63: 884-90.

Anda mungkin juga menyukai