2004 Pengaruh Tablet Fe PDF
2004 Pengaruh Tablet Fe PDF
Vol.24 No.4
ABSTRAK
Kelompok remaja putri merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap anemia padahal mereka merupakan
sumber daya manusia yang harus dilindungi karena potensinya yang sangat besar dalam upaya pembangunan
kualitas bangsa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh suplementasi TTD satu kali per
minggu dan dua kali per minggu terhadap kenaikan kadar hemoglobin (Hb) siswi penderita anemia yang sudah
menstruasi di SLTP Kota Tangerang. Disain penelitian adalah non-blinded randomized experiment. Subyek
penelitian dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan suplementasi TTD satu kali per
minggu (40 orang) dan dua kali per minggu (38 orang). Pemberian suplementasi TTD diminum di depan peneliti
diberikan selama 11 minggu. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan kenaikan kadar Hb yang
bermakna antara kedua kelompok intervensi tersebut (p=0,31). Rata-rata kenaikan kadar Hb siswi yang diberikan
suplementasi 1 kali per minggu adalah sebesar 2,20 g/dl sedangkan yang diberikan suplementasi 2 kali per
minggu sebesar 2,28 g/dl. Dengan demikian intervensi pemberian suplementasi zat besi, disertai dengan memonitor
konsumsi TTD, dapat diberikan cukup satu kali per minggu karena hasilnya terhadap kenaikan kadar Hb tidak
berbeda dengan pemberian suplementasi TTD dua kali per minggu .
Kata kunci : Zat besi, defisiensi, suplementasi, anemia, remaja
167
PENDAHULUAN
Populasi remaja di Indonesia mencapai
20% dari total populasi penduduk Indonesia
yaitu sekitar 30 juta jiwa. (1) World Health
Organization (2) menyebutkan bahwa banyak
masalah gizi pada remaja masih terabaikan
disebabkan karena masih banyaknya faktorfaktor yang belum diketahui, padahal remaja
merupakan sumber daya manusia Indonesia
yang harus dilindungi karena potensinya yang
sangat besar dalam upaya pembangunan
kualitas bangsa.
Anemia akibat kekurangan zat gizi besi
(Fe) merupakan salah satu masalah gizi utama
di Asia termasuk di Indonesia. Pada anak usia
sekolah, prevalensi anemia tertinggi
ditemukan di Asia Tenggara dengan perkiraan
s e k i t a r 6 0 % a n a k m e n g a l a m i a n e m i a . (3)
Laporan berbagai studi di Indonesia
memperlihatkan masih tingginya prevalensi
anemia gizi pada remaja putri yang berkisar
antara 20-50%. Survei yang dilakukan oleh
Gross et al (4) di Jakarta dan Yogyakarta
melaporkan prevalensi anemia pada remaja
s e b e s a r 2 1 , 1 % . P e n e l i t i a n B u d i m a n (5)
menyebutkan dari sejumlah 545 orang sampel
siswi SLTA di Kabupaten dan Kotamadya
Sukabumi, Cirebon dan Tangerang Propinsi
Jawa Barat sebanyak 40,4%-nya menderita
anemia. Survei Kesehatan Rumah Tangga
tahun 2001 melaporkan 28,3% anak dan
remaja dalam kelompok umur 5-14 tahun
menderita anemia. (6) Penelitian Hamid (7) di
Padang, Sumatera Barat mendapatkan angka
prevalensi anemia pada siswi SLTA sebesar
2 9 , 2 % . P e n e l i t i a n F e b r u h a r t a n t y e t a l (8)
terhadap 137 siswi SLTP di Kupang, Nusa
Te n g g a r a Ti m u r m e n d a p a t k a n a n g k a
prevalensi anemia sebesar 49,6%.
Berbagai studi menunjukkan dampak
negatif dari anemia akibat kekurangan zat gizi
besi
terhadap
pertumbuhan
dan
168
Universa Medicina
Vol.24 No.4
Tabel 1. Distribusi kadar Hb awal dan dan akhir siswi berdasarkan kelompok intervensi
170
Universa Medicina
Vol.24 No.4
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil skrining kadar Hb
terhadap 254 siswi SLTP Kota Tangerang yang
telah menstruasi diperoleh gambaran bahwa
31,9% anak menderita anemia (Hb<12 g/dl)
dengan rata-rata kadar Hb awal sebesar 10,9
g/dl. Hasil ini sedikit lebih baik bila
dibandingkan dengan hasil penelitian
Budiman (5) terhadap perempuan remaja siswi
S LTA d i K a b u p a t e n d a n K o t a m a d y a
Sukabumi, Cirebon dan Tangerang Jawa
Barat yang menujukkan prevalensi anemia
sebesar 40,4% dan Saraswati et al(25) pada
remaja putri SMU swasta dan negeri di
Propinsi Jawa Barat dengan prevalensi
anemia sebesar 42,4%.
Setelah intervensi 11 minggu terlihat
kenaikan rata-rata kadar Hb yang bermakna
antara kadar Hb sebelum dan sesudah
perlakuan dengan rata-rata kenaikan kadar
Hb 2,24 g/dl. Hasil ini jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan penelitian Saidin et al(26)
dengan pemberian suplementasi pil besi satu
kali seminggu pada remaja putri di Bandung
selama 13 minggu dengan rata-rata kenaikan
kadar Hb hanya 0,39 g/dl. Hasil ini juga lebih
tinggi dari penelitian Sakti et al(20) tentang
pengaruh pemberian tablet besi 2 kali
seminggu terhadap kadar Hb pada remaja putri
SLTP di Karangawen selama 12 minggu
dengan rata-rata kenaikan kadar Hb 1,08 g/
dl. Hal ini mungkin disebabkan karena pada
penelitian lain rata-rata kadar Hb awal siswi
lebih tinggi dan dalam penelitian yang lain
TTD tidak diminum di depan peneliti.
Melihat jenis intervensi yang dilakukan
(suplementasi satu kali per minggu dan dua
kali per minggu), ternyata kenaikan kadar Hb
antara suplementasi satu kali per minggu dan
dua kali per minggu tidak menunjukkan
perbedaan yang bermakna. Hasil ini sesuai
dengan penelitian Schultink et al (27) yang
172
Universa Medicina
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Vol.24 No.4
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
173
26.
27.
174
28.