Anda di halaman 1dari 6

GANGGUAN YANG TERJADI PADA

JARINGAN DISTRIBUSI
April 1, 2012 by itsmen
Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Sistem tenaga listrik terdiri atas tiga bagian utama yaitu sistem pembangkitan, sistem
transmisi dan sistem distribusi. Dari ketiga sistem tersebut, sistem distribusi merupakan
bagian yang letaknya paling dekat dengan konsumen, fungsinya adalah menyalurkan energi
listrik dari suatu Gardu Induk distribusi ke konsumen. Adapun bagian-bagian dari sistem
distribusi tenaga listrik adalah :

Gardu Induk Distribusi

Jaringan Primer (JTM)

Transformator Distribusi

Jaringan Sekunder (JTR)

Klasifikasi Sistem Jaringan Distribusi


Jaringan distribusi dikategorikan kedalam beberapa jenis, sebagai berikut ;

a. Tegangan pengenalnya :

JTM 20 KV

JTR 380/220 Volt

b. Konfigurasi jaringan primer

Jaringan distribusi pola radial

Jaringan distribusi pola loop

Jaringan distribusi pola loop radial

Jaringan distribusi pola grid

Jaringan distribusi pola spindel

c. Konfigurasi penghantar jaringan primer

Konfigurasi penghantar segitiga

Konfigurasi penghantar vertikal

Konfigurasi penghantar horisontal

d. Sistem Pentanahan Jaringan Distribusi di Indonesia


Pentanahan titik netral adalah hubungan titik netral dengan tanah, baik langsung maupun
melalui tahanan reaktansi ataupun kumparan Petersen. Di Indonesia sistem pentanahan
meliputi empat macam, yaitu ;
1. Sistem distribusi tanpa pentanahan
2. Sistem distribusi pentanahan tak langsung (dengan tahanan)
3. Sistem distribusi pentanahan langsung (solid)
4. Sistem distribusi pentanahan dengan kumparan Petersen

Gangguan Sistem Distribusi


Jenis gangguan hubung singkat yang sering terjadi :

a. Hubung singkat satu fasa ke tanah


Hubung singkat satu fasa ke tanah adalah gangguan hubung singkat yang terjadi
karena flashover antara penghantar fasa dan tanah
(tiang travers atau kawat tanah pada SUTM). Gangguan ini bersifat temporer, tidak ada
kerusakan yang permanen di titik gangguan. Pada gangguan yang tembusnya (breakdown)
adalah isolasi udaranya, oleh karena itu tidak ada kerusakan yang permanen. Setelah arus
gangguannya terputus, misalnya karena terbukanya circuit breaker oleh relay pengamannya,
peralatan atau saluran yang terganggu tersebut siap dioperasikan kembali. Jika terjadi
gangguan satu fasa ke tanah, arus gangguannya hampir selalu lebih kecil daripada arus
hubung singkat tiga fasa. Adapun formula perhitungan arus hubung singkatnya adalah :
I =

3 . E / ( Z1 + Z2 + Z0 + 3 Zf )

b. Hubung singkat dua fasa


Hubung singkat dua fasa adalah gangguan hubung singkat yang terjadi karena
bersentuhannya antara penghantar fasa yang satu dengan satu penghantar fasa yang lainnya
sehingga terjadi arus lebih (over current). Gangguan ini dapat diakibatkan oleh flashover
dengan pohon- pohon yang tertiup oleh angin. Jika terjadi gangguan hubung singkat dua fasa,
arus hubung singkatnya biasanya lebih kecil daripada arus hubung singkat tiga fasa.
Adapun formula perhitungan arus hubung singkatnya adalah :
I = E . 3 / ( Z1 + Z2 + Zf )
c. Hubung singkat tiga fasa
Hubung singkat tiga fasa adalah gangguan hubung singkat yang terjadi karena bersatunya
semua ketiga penghantar fasa. Gangguan ini dapat diakibatkan oleh tumbangnya pohon
kemudian menimpa kabel jaringan. Adapun formula perhitungan arus hubung singkatnya
adalah :
I = E / ( Z1 + Zf )
Keterangan :
E

= Tegangan fasa = Tegangan fasa-fasa / 3 dalam Volt

Z1

= Impedansi urutan positip rangkaian dalam Ohm

Z2

= Impedansi urutan Negatip rangkaian dalam Ohm

Z0

= Impedansi urutan Nol rangkaian dalam Ohm

Zf

= Impedansi Gangguan dalam Ohm

Sistem JTM 20 KV PLN


a. Pasokan daya distribusi 20 KV
Pasokan daya listrik pada sistem distribusi 20 KV PLN didapat dari sitem penyaluran 150 KV
atau 70 KV melalui trafo tenaga yang berfungsi sebagai trafo step down 150/20 KV atau
70/20 KV yang terpasang di Gardu Induk dengan kapasitas yang bervariasi antara 5, 10, 20, 30
s/d 60 MVA. Dengan berkembangnya sistem kelistrikan, sistem penyaluran 150 KV PLN
menjadi sudah besar sekali terinterkoneksi antara area satu dengan area lainnya. Khusus di
pulau Jawa, kapasitas saluran 150 KV sudah sampai pada level 1000 s/d 2000 A per sirkit dan
kapasitas hubung singkat di Bus 150 KV sudah mencapai ribuan MVA.
b. Sistem distribusi 20 KV
Keluaran dari trafo daya dikumpulkan dulu pada Bus 20 KV di kubikel Gardu Induk
untuk kemudian di distribusikan melalui beberapa penyulang 20 KV ke konsumen dengan
jaringan berupa Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) atau Saluran Kabel Tegangan
Menengah (SKTM). Khusus SUTM, jaringan bisa ditarik sepanjang puluhan sampai ratusan Km
termasuk percabangannya dan biasanya ada diluar kota besar. Seperti diketahui di Indonesia,
jaringan dengan konduktor telanjang yang digelar di udara bebas banyak mengandung
resiko terjadi gangguan hubung singkat fasa-fasa atau satu fasa-tanah. Disepanjang
SUTM terdapat percabangan yang dibentuk didalam Gardu Distribusi atau Gardu Tiang.
Sementara jaringan SKTM relatif lebih pendek dan berada di dalam kota besar dengan jumlah
gangguan relatif sedikit. Bila terjadi gangguan itu biasanya pada sambungan yang akan
merupakan gangguan permanen. Seperti halnya di jaringan SUTM, di jaringan SKTM juga
terdapat Gardu Distribusi untuk percabangan ke beban konsumen atau percabangan
SKTM.
Seringnya gangguan hubung singkat di jaringan menyebabkan sering pula relay proteksi
bekerja dan sesering itu pula trafo daya menderita pukulan hubung singkat yang dapat
memperpendek umur trafo daya tersebut. Dengan sudah besarnya kapasitas sistem 150 KV,
boleh dikatakan hubung singkat di Bus 20 KV tergantung dan dibatasi oleh besarnya
kapasitas trafo daya.
Peralatan Proteksi Pada Sistem Distribusi JTM 20 KV

Peralatan proteksi pada sistem distribusi JTM 20 KV terdiri dari :


1. Relay arus lebih (Over Current Relay/OCR)
Relay arus lebih adalah relay yang bekerja terhadap arus lebih, ia akan bekerja bila arus yang
mengalir melebihi nilai settingnya ( I set ).
Prinsip kerja OCR pada dasarnya adalah suatu alat yang mendeteksi besaran arus yang
melalui suatu jaringan dengan bantuan trafo arus. Harga atau besaran yang boleh melewatinya
disebut dengan setting.
Macam-macam karakteristik relay arus lebih (Over Current Relay/OCR) :
a. Relay waktu seketika (Instantaneous relay)
Relay yang bekerja seketika (tanpa waktu tunda), ketika arus yang mengalir melebihi nilai
settingnya, relay akan bekerja dalam waktu beberapa mili detik (10 20 ms). Relay ini
jarang berdiri sendiri tetapi umumnya dikombinasikan dengan relay arus lebih dengan
karakteristik yang lain.
b. Relay arus lebih waktu tertentu ( Definite time relay)
Relay ini akan memberikan perintah pada PMT (pemutus tenaga) pada saat terjadi gangguan
hubung singkat dan besarnya arus gangguan melampaui settingnya (Iset), dan jangka waktu
kerja relay mulai pick up sampai kerja relay diperpanjang dengan waktu tertentu tidak
tergantung besarnya arus yang mengerjakan relay.
c. Relay arus lebih waktu terbalik (Inverse time)
Relay ini akan bekerja dengan waktu tunda yang tergantung dari besarnya arus secara
terbalik, makin besar arus makin kecil waktu
tundanya. Karakteristik ini bermacam-macam, setiap pabrik dapat membuat karakteristik
yang berbeda-beda. Karakteristik waktunya dibedakan dalam tiga kelompok yaitu standar
inverse, very inverse dan extreemely inverse.
2. Relay gangguan ke tanah (Ground Fault Relay/GFR)
Relay gangguan ke tanah (Ground Fault Relay/GFR) adalah alat yang berfungsi untuk
mengamankan sistem dari arus lebih yang diakibatkan adanya gangguan satu fasa ketanah.
3. Recloser

Pemutus balik otomatis (Automatic circuit recloser = Recloser) ini secara fisik mempunyai
kemampuan seperti pemutus beban yang dapat bekerja secara otomatis untuk
mengamankan sistem dari arus lebih yang diakibatkan adanya gangguan hubung singkat.
4. Saklar seksi otomatis (sectionaliser)
Sectionaliser adalah alat perlindungan terhadap arus lebih, hanya dipasang bersama-sama
dengan PBO yang berfungsi sebagai pengaman back-up nya. Alat ini menghitung jumlah
operasi pemutusan yang dilakukan oleh perlindungan back-up nya secara otomatis disisi
hulu dan SSO ini membuka pada saat peralatan pengaman disisi hulunya sedang dalam
posisi terbuka.
5. Pelebur (fuse cut out)
Fuse cut out adalah suatu alat pemutus, dimana dengan meleburnya bagian dari komponen
yang telah dirancang khusus dan disesuaikan ukurannya untuk membuka rangkaian
dimana pelebur tersebut dipasang dan memutuskan arus bila arus tersebut melebihi
suatu nilai dalam waktu tertentu. Oleh karena pelebur ditujukan untuk menghilangkan
gangguan permanen, maka pelebur dirancang meleleh pada waktu tertentu pada nilai arus
gangguan tertentu.

Anda mungkin juga menyukai