Laporan SK 6 Blok 9k
Laporan SK 6 Blok 9k
SKENARIO 6 BLOK 9K
Ketua
Sekretaris
Anggota
Kelompok E (5)
: Sakinah Azzahra Adam (145070400111010)
: Azaria Dewi Purnama S. (145070407111030)
: Adriansyah Tjahjono
(145070400111011)
Lidya Ayu Wulandari (145070401111010)
Bicky Satrya Indrawan (145070401111030)
Arinda Febrianti
(145070401111031)
Wildana Atika A.
(145070401111032)
Evanie Clara
(145070401111011)
Herlina
(145070407111009)
Firman Yuwana Putra (145070407111010)
Juhendi Wibowo G.
(145070407111031)
FASILITATOR :
Diena Fuadiyah, drg., M.Si
Skenario 6 :
Seorang anak laki-laki berusia 4 tahun datang diantar ibunya ke dokter gigi
dengan keluhan utama berupa sariawan berjumlah banyak di langit-langit serta
pipi bagian dalam dan sangat sakit. Dari anamnesis pasien didapati riwayat
demam dan malaise 2 hari sebelum timbulnya sariawan tersebut. Pada
pemeriksaan intraoral ditemukan ulser berjumlah lebih dari 10, berukuran 1-2mm
disepanjang palatum molle dan ditemukan beberapa vesikel pada mukosa bukan
1/3 posterior, oral hygiene buruk, hiperemi (+), oedem (+), BOP (+), serta poket
relatif 3-4mm. Pada pemeriksaan EO kelenjar submandibular kanan dan kiri
teraba dan sakit. Pada pemeriksaan radiografis tidak terdapat kerusakan tulang
alveolar. Setelah melakukan pemeriksaan, dokter gigi menjelaskan rencana
perawatannya kepada pasien.
Hiperemi
Key Words
1.
2.
3.
4.
5.
6.
STEP 3: Brainstorming
1. OH buruk, faktor usia, virus
2. Ada respon imun pada peradangan
3. Trauma, terkupasnya jaringan nekrotik yang radang, peradangan yang
menembus membran mukosa
4. Kebiasaan menggigit mukosa bukal
5. BOP : adanya poket
Hiperemi : adanya inflamasi
Oedem : adanya inflamasi
6. Adanya BOP = tanda awal kelainan jaringan perio. Dan hiperemi
merupakan tahap awal peradangan
7. Tidak ada
8. Ada, karena BOP menunjukkan adanya kelainan periodontal
9. Infiltrasi sel radang ke kelenjar submandibula
10. Adanya keradangan
11. Gambaran normal
12. HPA, radiografi
STEP 4: Hipotesis
Pasien 4 tahun
Sariawan
Intraoral
Ulser
Ekstra-oral
kelenjer submandibular
Vesikel
Hiperemi (+)
Radiografi
tidak ada
kerusakan
tulang
Oedem (+)
BOP (+)
Poket relatif
Diagnosa
Rencana Perawatan
Definisi
Etiologi
Patogenesis
Gejala klisis & Tanda dan Gejala
Pemeriksaan penunjang
Perawatan
Prognosis
e) Pemeriksaan penunjang
1) Sitologi
Dari vesikel yang dibuka dan dasar lesi dikerok kemudian ditempatkan
pada objek glass
Pewarnaan dengan giemsa
Ditemukan multinucleated giant cell, syntium, dan inti sel yang
berdegenerasi dan membesar seperri balon (bangunan sel ini membedakan
dari lesi EM, stomatitis alergika dan SAR)
2) Titer antibodi
Spesimen serum akut diambil antara 3 atau 4 hari dari onset gejala
Antibodi HSV akan didat dalam 1 minggu dan puncaknya 3 minggu
Dengan convalescent serum untuk menetapkan diagnosis infeksi primer
HSV dengan adanya peningkatan anti HSV antibodi
f) Perawatan :
Pemberian obat antivirus : acyclovir
Keuntungan acyclovir : tidak mempunyai efek terhadap sel normal dan
mampu menghambat replikasi DNA pada sel yang terinfeksi HSV.
Acyclovir sistemik diberikan untuk kasus-kasus berat infeksi primer HSV
pada saat awal gejala penyakit
Terapi suportif
Untuk kasus ringan, yaitu menghilangkan gejala prodromal pemberian
aspirin atau acetaminofen untuk menghilangkan demam dan menjaga
keseimbangan air dan elektrolit (cairan tubuh)
Pemberian anestesi topikal pada pasien yang sulit/ kesakitan sewaktu
makan dan minum, obat anestesi yang digunakan : Dyclonine
hydrochloride 0,5% larutan Diphenhidramine hydrochloride (Benadryl)
5mg/ml + susu magnesia dalam jumlah yang sama
Pada bayi atau pasien anak yang menderita oral pain agar dirujuk ke
dokter anak dalam rangka menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
Pemberian antibiotik tidak berpengaruh dan kortikosteroid merupakan
kontraindikasi
Pada lesi yang dini dapat digunakan obat topikal berupa salap/krim yang
mengandung preparat idoksuridin (stoxil, viruguent, virunguent-P) atau
preparat asiklovir (zovirax).
Pengobatan oral preparat asiklovir dengan dosis 5x200mg per hari selama
5 hari mempersingkat kelangsungan penyakit dan memperpanjang masa
rekuren.
Pemberian parenteral asiklovir atau preparat adenine arabinosid (vitarabin)
dengan tujuan penyakit yang lebih berat atau terjadi komplikasi pada
organ dalam
Untuk terapi sistemik digunakan asiklovir, valasiklovir, atau famsiklovir.
Jika pasien mengalami rekuren enam kali dalam setahun, pertimbangkan
untuk menggunakan asiklovir 400 mg atau valasiklovir 1000 mg oral
setiap hari selama satu tahun.
Untuk obat oles digunakan lotion zinc oxide atau calamine.
Pada wanita hamil diberi vaksin HSV sedangkan pada bayi yang terinfeksi
HSV disuntikkan asiklovir intra vena
g) Prognosis :
Pengobatan dini dan tepat memberi prognosis yang lebih baik, yakni masa
penyakit berlangsung lebih singkat dan rekuren lebih jarang.Pada orang
dengan gangguan imunitas, infeksi dapat menyebar ke organ-organ dalam
dan dapat berakibat fatal. Prognosis akan lebih baik seiring dengan
meningkatnya usia seperti pada orang dewasa.
Herpes Rekuren
a) Definisi :
Adalah infeksi kambuhan (recurrent) herpes pada mulut (Herpes Labialis
Recurrent/HLR, Herpes Intraoral Recurrent/HIR) yang terjadi pada pasien
yang sebelumnya telah mengalami infeksi Herpes Simplex dan yang
memiliki perlindungan antibodi serum melawan infeksi eksogen primer
lainnya.
b) Etiologi :
Herpes kambuhan bukan sebuah reinfeksi, tetapi reaktivasi virus yang
masih laten dalam jaringan saraf dalam keadaan tidak replikasi. Bisa
teraktivasi kembali karena trauma pada bibir, demam, terbakar, penurunan
sistem imun karena infeksi sekunder/primer.
c) Patogenesis :
Bukan merupakan re-infeksi namum re-aktivasi virus herpes yang secara
persisten terdapat pada jaringan saraf yang bisa teraktivasi kembali karena
trauma pada bibir, demam, terbakar sinar matajari, immunosuppressiopn,
dan menstruasi. Virus berpindah dari cabang saraf menginfeksi sel epitel,
menyebar dari sel ke sel mengakibatkan lesi.
Tidak semua pasien primary herpetic akan mengalai recurrent. Penelitian
menyebutkan hal-hal yang mengakibatkan re-aktivasi HSV adalah:
penurunan IgA, sel mediated immunity, salivary anti herpes activity,
penurunan antibody-dependent cell-mediated cytotoxicity dan interleukin2.
d) Gejala klisis & Tanda dan Gejala :
Pada RHL : umumnya timbul rasa sakit, atau demam blister, bisa
ditimbulkan dari demam, menstruasi, paparan sinar UV, stress. Lesi gatal
atau teras terbakar dengan edema pada tempat lesi berada, diikuti
pembentukan vesikel kecil, letaknya di kulit labial.
Pada RIH: hampir sama dengan RHL, namun vesikel menjadi ulcer jika
rupture, terletak pada mukosa keretinisasi di gingiva, palatum, dan
alveolar ridge.
e) Pemeriksaan penunjang :
3) Sitologi
Dari vesikel yang dibuka dan dasar lesi dikerok kemudian ditempatkan
pada objek glass
Pewarnaan dengan giemsa
Ditemukan multinucleated giant cell, syntium, dan inti sel yang
berdegenerasi dan membesar seperri balon (bangunan sel ini membedakan
dari lesi EM, stomatitis alergika dan SAR)
4) Titer antibodi
Spesimen serum akut diambil antara 3 atau 4 hari dari onset gejala
Antibodi HSV akan didat dalam 1 minggu dan puncaknya 3 minggu
dan dapat berakibat fatal. Prognosis akan lebih baik seiring dengan
meningkatnya usia seperti pada orang dewasa.
PRIMER
Terjadi infeksi HSV 1
REKUREN
Terjadi reaktivasi virus
gingivitis
yang
Herpes Zoster
a) Definisi :
Shingles; penyakit inflamatorik akut, unilateral, dan swasirna pada ganglia
serebral, ganglia radix posterior, dan saraf tepi dalam distribusi segmental,
diyakini terjadi akibat reaktivasi human herpes virus 3 pada individu yang
memiliki kekebalan parsial pasca-varicella yang pernah dialaminya
( Kamus dorland)
b) Etiologi :
Perdarahan adalah biasa. Bibir, lidah, dan mukosa pipi dapat terkena lesi
ulseratif unilateral jika mengenai cabang mandibuler dari saraf trigeminus.
Keterlibatan divisi kedua dari saraf trigeminus secara khas akan
mengakibatkan ulserasi palatum unilateral yang meluas ke atas, tetapi
tidak keluar dari raphe palatum
e)
1)
2)
3)
Pemeriksaan penunjang :
Tzanck smear ditemukan multinuclear giant cell
HPA
Sebukan sel limfosit yang mencolok
Nekrosis sel dan serabut saraf
Proliferasi endotel pembuluh darah kecil
Hemoragi fokal
Inflamasi bungkus ganglion
Kultur virus memiliki tinglat sensitivitas 30-70% dengan spesifitas
mencapai 100%
4) Uji antibodi fluoresens
Sel dari ruam atau lesi diambil dengan menggunakan scalpel atau jarum
kemudian dioleskan pada kaca dan diwarnai dengan antibodi monoklonal
yang terkonjungasi dengan pewarna fluoresens
Untuk mendeteksi glikoprotein virus
5) Uji serologi yang sering digunakan untuk mendeteksi herpes zoster :
ELISA
Herpangina
a) Definisi :
Herpes angina; penyakit menular yang menimbulkan demam dan
disebabkan oleh virus coxsackie, ditandai dengan lesi vesikuler atau
ulserasi pada fauces atau palatum molle (Kamus Dorland)
Infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus coxsackie tipe A (Gompf,
2004)
b) Etiologi :
Coxsackie RNA enterovirus
2 grup : grup A (24 jenis virus), grup B (6 jenis virus) menyebabkan
hepatitis, meningitis, myocarditis, pericarditis dan penyakit pernapasan
akut.
c)
d)
e) Pemeriksaan penunjang
Kultur virus : vesikel yang ada di dalam mulut diambil di bawa ke
Laboratorium diaplikasikan ke tikus percobaan bereaksi selama 5-8
hari dan keluar tanda-tanda klinis seperti herpangina
f) Perawatan :
Hand-Foot-and-Mouth-Disease
a) Definisi :
Suatu penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan enterovirus, ditandai
adanya lesi berbentuk ulkus pada mulut dan berbentuk vesikel pada bagian
distal.
b) Etiologi :
Coxsackie A16 (mayoritas) A5, A7, A9, A10, B2, B5 ataupun
enterovirus 71 (tipe picomavirus)
Transmisi melalui udara/airbone/kontaminasi oral-febal
Bila terjadi infeksi lanjut viremia virus memberikan predileksi pada
membran mukosa rongga mulut dan kutan di daerah tangan dan kaki, lalu
masuk ke aliran darah, dan mengenai organ yang penting.
c) Patogenesis :
Mempunyai masa inkubasi 3-6 hari
Virus menyebar dengan sangat cepat dari satu anak ke anak yang lain dari
ibu kepada janin yang dikandungnya masa epidemik.
Virus menular melalui kontak langsung dengan sekresi hidung dan mulut,
tinja, maupun virus yang terhisap dari udara.
Implantasi dari virus di dalam bukal dan mukosa ileum segera diikuti
dengan penyebaran menuju nodus-nodus limfatik selama 24 jam.
Timbul reaksi berupa bintik merah yang kemudian membentuk lepuhan
kecil mirip dengan cacat air di bagian mulut, telapak tangan, dan telapak
kaki.
Selama 7 hari kemudian kadar antibodi penetral akan mencapai puncak
dan virus tereliminasi.
d) Gejala klisis & Tanda dan Gejala :
Setelah fase inkubasi 3 hingga 6 hari, penderita dapat mengeluh panas
badan yang biasanya tidak terlalu tinggi (38C hingga 39C), malaise,
nyeri perut, dan gejala traktus respiratorius bagian atas seperti batuk dan
nyeri tenggorok.
Adanya limfadenopati leher dan submandibula.
Lesi Oral
Nyeri.
Biasanya jumlah lesi hanya beberapa dan bisa ditemukan di mana saja
namun paling sering ditemukan di lidah, mukosa pipi, palatum durum dan
jarang pada orofaring.
Lesi dimulai dengan makula dan papula berwarna merah muda cerah
berukuran 510 mm yang berubah menjadi vesikel dengan eritema di
sekelilingnya.
Lesi ini cepat mengalami erosi dan berwarna kuning hingga abu-abu
dikelilingi oleh halo eritema.
Bentuk lesi ini sebagai vesikel yang cepat berkembang menjadi ulkus.
Lesi pada mulut ini dapat bergabung, sehingga lidah dapat menjadi eritema
dan edema.
Lesi Kulit
Terdapat pada dua pertiga penderita dan muncul beberapa saat setelah lesi
oral.
Paling banyak didapatkan pada telapak tangan dan telapak kaki.
Dapat juga pada bagian dorsal tangan, sisi tepi tangan dan kaki, bokong
dan terkadang pada genitalia eksternal serta wajah dan tungkai.
Tangan lebih sering terkena daripada kaki.
Pada anak-anak yang memakai diapers lesi dapat timbul di daerah bokong.
Lesi di bokong biasanya sama dengan bentuk awal eksantema namun
sering tidak memberikan gambaran vesikel.
Lesi kulit dimulai sebagai makula eritematus berukuran 28 mm yang
menjadi vesikel berbentuk oval, elips atau segitiga berisi cairan jernih
dengan dikelilingi halo eritematus.
Lesi vesikel ini berdinding tipis dan berwarna putih keabu-abuan.
Aksis panjang lesi sejajar dengan garis kulit pada jari tangan dan jari kaki.
Lesi pada kulit dapat bersifat asimtomatik atau nyeri.
Jumlahnya bervariasi dari beberapa saja hingga banyak.
Setelah menjadi krusta, lesi sembuh dalam waktu 7 hingga 10 hari tanpa
meninggalkan jaringan parut.
Vesikel ini dapat sembuh melalui resorpsi cairan dan tidak mengalami
krustasi
e) Pemeriksaan penunjang :
1) Isolasi virus dan diidentifikasi melalui kultur dan teknik immunoasay dari
lesi kulit, lesi mukosa, atau bahan feses
Swab vesikel : untuk penderita dengan kelainan kulit berupa vesikel
Swab rektum : untuk penderita tanpa vesikel
Pengumpulan 2 swab dianjurkan yaitu dari tenggorokan dan yang lain
dapat dari vesikel atau rektum
2) Data umum :
Jumlah leukosit 4000-16000/L
Terkadang ditunjukkan suatu limfosit tipe asing
Antibodi khas cepat menghilang dan timbul hanya dalam waktu singkat
3) Hpa : vesikel ditemukan dalam epitel karena replikasi virus dalam
keratinosit, inklusi eosinofil dapat terlihat
f) Perawatan :
Perawatan bersifat simtomastis-suportif -> durasi pendek, self-limiting dan
antiviral spesifik (-)
Supportif : bed rest, pemberian multivitamin & mineral
Terapi rehidrasi : banyak minum, pemberian oralit dan infus
Simptomatik : antipiretik
Paliatif : analgesik/anastesi topikal/oral, sanitasi lesi, peningkatan OH
Antivirus
g) Prognosis :
Sangat baik. Dapat terjadi imunitas seumur hidup tetpi terjadi berdasarkan
strain spesifik
Rubeola (Measles)
a) Definisi :
Nama lain: campak Jerman. Rubeola merupakan infeksi virus ringan yang
ditandai oleh ruam makular merah muda, demam, dan pembesaran
kelenjar limfe. Rubeola paling sering terjadi pada anak-anak dan dewasa
muda. Jika pada janin trimester pertama, maka merupakan kematian hasil
konsepsi atau anomali perkembangan yang berat.
b) Etiologi :
Measles virus : tidak aktif bila terkena panas, sinar, pH asam, tripsin dan
hanya bertahan <2 jam di udara terbuka.
Penularan lewat udara, contoh ada orang bersin atau batuk
Dapat terkena meskipun tidak bersentuhan dengan penderita
c) Patogenesis :
Virus ditularkan lewat droplet, menempel dan berkembang biak pada
epitel nasofaring 2-3 hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi
d)
e)
1)
2)
3)
4)
5)
6)
f)
g)
berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia pertama virus
menyebar pada semua sistem retikuloendotelial dan menyusul viremis
kedua setelah 5-7 hari dari infeksi awal setelah masa konfluensi turun
dan hipervaskularisasi mereda, menyebabkan ruam menjadi gelap, berubah
menjadi deskuamasi dan hiperpigmentasi karena terdapat perdarahan
perivaskuler dan ilfiltrasi limfosit.
Gejala klisis & Tanda dan Gejala :
Timbul dalam waktu 7-14 hari :
Demam
Batuk
Nyeri tenggorokan
Conjungtivitas
2-4 hari :
Muncul bintik putih di dalam mulut
Ruam berupa makula dan papula
Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat ssakit, ruam meluas
dan suhu tubuh sampai 40C
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah :
Jumlah leukosit normal atau meningkat jika ada komplikasi infeksi bakteri
Pemeriksaan antibodi Ig M
Cara tercepat untuk memastikan infeksi akut
Dilakukan pada hari ke-3 untuk menghindari false negative
Sulit diukur pada 4 minggu setelah rash muncul
Pemeriksaan antibodi Ig G
Dapat dideteksi 4 hari setelah rash muncul
Dapat dideteksi 1 minggu setelah onset sampai 3 minggu setelah onset
Masih dapat ditemukan sampai beberapa tahun kemudian
Isolasi virus measles
Pada urine, nasofaringeal aspirat, darah diberi heparin
Swab tenggorok
Selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak
Hpa : terlihat infeksi sel epitel yabg dapat menjadi nekrosis di atas
connective tissue dan dilatasi pembuluh darah, terlihat limfosit,
pembesaran limfoid dengan jumlah makrofag banyak
Perawatan :
Terapi spesifik
Bedrest, pemberian antibiotik, intake cairan, makan cukup
Prognosis :
Karena mayoritas orang dengan campak pulih, prognosis biasanya cukup
baik. Namun, komplikasi dari campak bisa berbahaya.
Daftar Pustaka :
Regezi, J.A.,Sciuba, J.J. Oral Pathology. Clinical Phatology Correlations. 4thed.
Philadelphia : W.B. Saunders. 2003. P.10, 3-5, 6
Antonio Cardesa, Pieter J. Slootweg. Pathology of the Head and Neck. Berlin :
Springer. 2006. P. 74
Serggio Gandolfo, Crispian Scully, Marco Carrozzo. Oral Medicine. UK :
Churchill Livingstone Elsevier. 2006. P. 85
Martin S. Greenberg, Michael Glick, Jonathan A. Ship. Burkets Oral Medicine.
11th Ed. Hamilton : BC Decker Inc. 2008. P. 51, 46
Cawson, RA, Odel ew. 2008. Cawsons: Essentials of Oral Pathology and Oral
Medicine Ed 8. Elsevier:Edinburg
Naville et all. 2002. Oral dan Maxilofacial Pathology. US: Wb Company
Trysing K. Stephen. 2007. Mucosal Immunology Oral Virology: Springeur
Science & Bussiness
Lewis, MAO. 1994. Tinjauan Klinis Penyakit Mulut. Jakarta : Widya Medika
Harty, F.J. Kamus kedokteran gigi/F.J.Harty; alih bahasa, Narlan Sumawinata
Jakarta:EGC,1995
Dorland, W. A. N.2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC
Wolf K, Johnson RA, Surmond D.2005. Fitzpatricks Color Atlas and Synopsis of
Clinical Dermatology. 5 Th Ed. New York : McGraw-Hill
Chan Kp, Goh KT, Chong CY, Teo ES, Lau G, Ling AE.2003. Epidemic Hand,
Foot and Mouth Disease Caused by Human Enterovirus 71. Singapore
Emerging Infectious Diseases SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair.2006.
Pedoman Diagnosis dan Terapi. Surabaya : Bag/SMF Ilmu Kesehatan
Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo
Handoko, Ronny P., 2010. Herpes Simpleks. Dalam: Djuanda, A., Hamzah,
M.,Aisah, S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 380-382.
Sterry, W., Paus, R., Burgdorf, W., 2006.Viral Diseases. In: Thieme Clinical
Companions Dermatology. New York: Thieme. 57-60.