hujan tersebut dapat di alirkan melalui saluran-saluran kota praja atau dapat di
alirkan ke dalam sumur-sumur beton yang di tanam kedalam galian tanah yang di
luarnya di pasang batu-batu koral/batu karang dan ijuk, sebagai tempat
penyerapan. Untuk memperlancar aliran penerapan air hujan tersebut, sumursumur beton juga di hubungkan dengan saluran-saluran kota praja. Ini di
maksudkan kalau peresapan sudah jenuh air dapat di alirkan keluar. Untuk daerahdaerah yang rendah, dapat di pasang pompa-pompa/sump pit/sump pump, yang
secara otomatis dapat membuang air hujan yang penuh tersebut dan
mengalirkannya ke saluran-saluran kota.
Penggunaan sumur-sumur beton tersebut hanya dapat di lakukan pada
daerah-daerah yang daya resap airnya cukup baik. Untuk daerah-daerah yang daya
resap airnya kurang baik, seperti di daaerah pantai, akan sulit di laksanakan.
Kebutuhan peralatan plambing
Untuk memenuhi kebutuhan peralatan plambing pada suatu bangunan,
harus di rencanakan sesuai dengan besar (luas) bangunannya, fungsi, dan jumlah
yang tinggal dalam bangunan tersebut. Dalam menghitung jumlah peralatan
plambing, di perlukan table yang memuat tipe bangunan dan peralalatan
kebutuhan untuk penyambungan dengan saluran air bersih(table 1.3)
Contoh soal:
1. suatu bangunan kantor yang di sewakan terdiri dari bangunan berlantai 15
dengan luas 1400 m2/lantai, dan di huni oleh karyawan yang diasumsikan 6-8
m2/orang. Kebutuhan kloset, wastafel, dan urinal pada bangunan tersebut,
sesuai dengan table 1.3 no.6. jumlah karyawan perlantai = 1400 m2 : (68)m2/orang=200 orang, yang terdiri dari karyawan pria = 110 orang, dan
karyawan wanita = 90 orang.
Sesuai dengan table tersebut, kebutuhan :
Kloset karyawan pria untuk 110 orang = 5 buah
Kloset karyawan wanita untuk 80 prang = 5 buah
Wastafel karyawan pria untuk 110 orang = 5 buah
Wastafel karyawan wanita untuk 90 orang = 4 buah
Urinal karyawan pria = kloset
Jumlah kloset, wastafel, dan urinal tersebut merupakan kebutuhan peralatan
plambing untuk setiap lantai.
2. Suatu sekolah menengah / lanjutan di ketahui jumlah guru karyawan,dan
siswanya.
Kebutuhan kloset, wastafel dan urinal untuk siswa (lihat table 1.3 no 7)
Pencegahan kebakaran
Untuk menghindari terjadinya kebakaran pada suatu bangunan, di
perlukan suatu cara / system pencegahan kebakaran karena kebakaran dapat
menimbulkan kerugian berupa korban manusia, harta benda, terganggunya proses
produksi barang dan jasa, kerusakan lingkungan, dan terganggunya masyarakat.
Sistem pencegahan kebakaran
Sistem pencegahan kebakaran dapat berfungsi dengan baik asalkan
sebelumnya di lakukan suatu persyaratan pada bangunannya sendiri dengan uraian
sebagai berikut.
Klasifikasi bangunan-bangunan menurut ketentuan struktur utamanya
terhadap api, di bagi dalam kelas A,B,Cdan D.
Kelas A
Struktur utamanya harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya 3
jam.bangunan kelas A ini biasanya merupakan bangunan untuk kegiatan umum,
seperti hotel, pertokoan dan pasar raya, perkantoran, rumah sakit, banguna
industri, tempat hiburan, museum, dan bangunan dengan penggunaan ganda /
campuran.
Kelas B
Struktur utamanya harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya 2 jam.
Bangunan-bangunan tersebut meliputi perumahan bertingkat, asrama, sekolah,
dan tempat ibadah.
Kelas C
Bangunan-bangunan dengan ketahanan api dari struktur utamanya selama
1 jam biasanya bangunan-bangunan yang tidak betingkat dan sederhana.
Kelas D
Bangunan-bangunan yang tidak tercakup ke dalam kelas A, B, C dan
diatur tersendiri, seperti instalasi nuklir dan gudang-gudang senjata/mesin.
Tangga kebakaran harus memiliki pintu tahan api, minimum 2 jam dengan
arah bukaan kearah ruangan tangga dan dapat menutup kembali secara otomatis.
Dilengkapi lampu dan tanda petunjuk serta ruangan tangga yang bebas asap.
Tangga kebakaran dalam ruang efektif mempunyai jarak maksimum 25m dengan
lebar tangga minimum 1,2m dan tidak boleh menyempit kearah bawah.
Semua bahan finishing dari tangga terbuat dari bahan-bahan yang kuat dan
tahan terhadap api dan tangga kebakaran tidak diperbolehkan berbentuk tangga
punter/tangga melingkar.
Hidran kebakaran
Selain mengusahakan peralatan, penggunaan bahan, dan persyaratanpersyaratannya, perlu direncakan alat-alat lainnya, sperti hidran kebakaran.
Hidran kebakaran adalah suatu alat untuk memadamkan kebakaran yang
sudah terjadi dengan menggunakan alat baku air. Hidran ini dibagi menjadi:
a. Hidran kebakaran dalam gedung (Gambar 2.3), dan
b. Hidran kebakaran dihalaman (Gambar 2.4)
Untuk memasang peralatan hidran diperukan syarat-syarat sebagai berikut
a. Sumber persediaan air hidran kebakaran harus diperhitungkan pemakaian
selama 30-60 menit dengan daya pancar 200 galon/menit.
b. Pompa-pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai
aliran listrik tersendiri dari sumber daya listrtik darurat
c. Selang kebakaran dengan diameter antara 1,5- 2 harus terbuat dari bahan
yang tahan panas, dengan panjang selang 20-30m
d. Harus disediakan kopling penyambungan yang sama dengan kopling dari
unit pemadam kebaran
e. Penempatan hidran harus terlihat jelas, mudah dibuka, mudah dijangkau,
dan tidak terhalang oleh benda-benda ataupun barang-barang lain
f. Hidran dihalaman harus menggunakan katup pembuka dengan diameter 4
untuk 2 kopling diameter 6 untuk 3 kopling dan mampu mengalirkan air
250galon/menit atau 950L/menit untuk setiap kopling
Jumlah pemakaian hidran kebakaran pada suatu bangunan harus ditentukan dari
klasifikasi bangunan dan jumlah luas bangunan tersebut. Untuk klasifikasi
bangunan A = 1 buah/800m2, B = 1 buah/1000m2, C = 1 buah/1000m2 (Gambar
2.5)
Sprinkler
Pada peraturan dinas pemadam kebakaran mengenai penggunaan alat
pemadam kebakaran berupa mobil pemadam kebakaran, jelaskan :
a. Untuk bangunan kelas A mulai dari lantai ke-4/ketinggian 14m keatas;
b. Untuk bangunan kelas B mulai dari lantai ke-8/ketinggian 40m keatas
Jika kebakaran terjadi pada bangunan-bangunan tinggi yang kesulitan dalam
mengadakan pemadaman, harus menggunakan alat pemadam kebakaran tambahan
yang bersifat otomatis, tidak dilakukan secara manual atau dengan tenaga
manusia.
a.
b.
c.
d.
e.
Fire Damper
Alat ini untuk menutup pipa ducting yang mengalirkan udara supaya asap
dan api tidak menjalar kemana-mana. Alat ini bekerja secara otomatis, kalau
terjadi kebakaran akan segera menutup pipa-pipa tersebut.
Smoke and heat ventilating
Alat ini dipasang pada daerah-daerah yang menghubungkan udara luar.
Kalau terjadi kebakaran, asap yang timbul segera dapat mengalir keluar, sehingga
para petugas pemadam kebakaran akan terhindar dari asap-asap tersebut
Vent and exhaust
Alat ini dipasang pada tempat-tempat khusus seperti ditangga kebakaran.
a. Dipasang didepan tangga kebakaran yang akan berfungsi mengisap asap
yang akan masuk pada tangga yang dibuka pintunya.
b. Dipasang didalam tangga, secara otomatis berfungsi memasukkan udara
untuk memberikan tekanan udara didalam ruangan tangga. Tekanan
tersebut akan mengatur tekanan udara didalam ruangan lebih besar dari
pada udara didalam bangunan khususnya yang sering terjadi kebakaran,
sehingga kalau pintu tangga kebakaran terbuka, udara didalam tangga akan
menekan kedalam ruangan dan asap tidak akan masuk kedalam ruangan
tangga. Alat ini dipasang disetiap laintai atau dapat dipasang pada tempattempat tertentu dengan catatan harus dapat memberikan tekanan pada
ruangan tangga tersebut sesuai dengan tekanan yang diinginkan (Gambar
2.9)
3
Pengudaraan/Penghawaan