Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
Shinta Dewi Wulandari
H2A012001
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2017
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL REFERAT :
TINDAKAN BEDAH DALAM DERMATOLOGI
Disusun Oleh :
Shinta Dewi Wulandari
H2A012001
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang
________________________________________
Pembimbing : dr. Agnes S. Widayati, Sp.KK
Tanggal : Januari 2017
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Tujuan penelitian.................................................................................... 1
C. Manfaat Penelitian ................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan ........................................................................................... 2
B. Prosedur Umum Bedah Dermatologi ..................................................... 2
C. Jenis TIndakan Bedah Dermatologi ....................................................... 10
D. Kompetensi Dokter Umum dalam Bedah Dermatologi ......................... 27
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 29
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Pinset Adson..................................................................................... 3
Gambar 2. Pinset Chalazion ............................................................................... 3
Gambar 3. Gunting Iris ...................................................................................... 4
Gambar 4. Gunting Cradle ................................................................................. 4
Gambar 5. Gunting Metzenbaum ....................................................................... 4
Gambar 6. Kuret Dermal .................................................................................... 4
Gambar 7. Contoh garis perkiraan insisi ............................................................ 5
Gambar 8. Inervasi Permukaan Kulit ................................................................. 7
Gambar 9. Contoh Teknik Penjahitan Kulit....................................................... 9
Gambar 10. Alur Pemilihan Tindakan Biopsi .................................................... 12
Gambar 11. Alur Pemilihan Tindakan Bedah Listrik ........................................ 15
Gambar 12. Electrosurgical Unit (ESU) digunakan untuk pemotongan
dalam prosedur bedah dan kontrol perdarahan akibat koagulasi
(hemostasis) pada area pembedahan ................................................ 16
Gambar 13. Alur Pemilihan Tindakan BSL ....................................................... 20
Gambar 13. Alur Pemilihan Tindakan Bedah Kuku .......................................... 23
Gambar 14. Alur Pemilihan Tindakan Non Surgical Face Lift ......................... 25
Gambar 15. Alur Pemilihan Tindakan terhadap Vitiligo ................................... 27
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini banyak keluhan kulit yang perlu diobati secara medis sekaligus
memperhatikan aspek kosmetisnya. Penyakit kulit, rambut, kuku, pembuluh
darah, seperti gangguan pertumbuhan kulit, ketidaksempurnaan kulit, rambut
rontok, atau sekedar penampilan yang tidak sedap dipandang dapat diobati
dengan bedah dermatologi. Banyak jenis prosedur bedah yang digunakan
untuk tujuan tersebut di atas. Penggunaan teknologi canggih dalam bedah
dermatologi semakin meningkatkan hasil dan mengurangi efek samping serta
komplikasi yang dapat muncul.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang tindakan bedah dalam dermatologi.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui prosedur umum bedah dermatologi
b. Untuk mengetahui tentang jenis-jenis tindakan bedah dermatologi
c. Untuk mengetahui standar kompetensi dokter umum dalam dbedah
dermatologi
C. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang
Sebagai salah satu informasi mengenai tindakan bedah dalam
dermatologi.
2. Bagi Dokter Muda
Meningkatkan pengetahuan tentang tindakan bedah dalam dermatologi
dan kompetensi dokter umum dalam melakukan tindakan bedah
dermatologi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan
Bedah dermatologi secara wajar berkembang dalam Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin (IKKK). Bedah dermatologi yang paling sering dilakukan adalah
biopsi eksisional maupun insisional untuk mendiagnosis dan/atau sekaligus
mengobati kelainan kulit. Biopsi kemudian bertambah dengan tindakan eksisi
pada Bedah dermatologi yang sangat berguna untuk mengangkat tumor kulit,
baik yang jinak maupun yang ganas.
Banyak tindakan bedah dermatologi merupakan bedah minor yang juga
dilakukan oleh dokter umum. Pengetahuan dasar yang sebelumnnya diperoleh
sangat berguna. (Djuanda A (Ed), 2015)
B. Prosedur Umum Bedah Dermatologi
1. Persiapan Pasien
Tindakan bedah dermatologi biasanya tidak terlalu rumit sehingga
persiapan pasien sederhana saja. Walaupun demikian, persiapan pasien
dengan kelainan penyakit kronis, kardiovaskuler, sistem imunitas, dan
kelainan hematologic harus diperhatikan. Pemeriksaan laboratoroium
yang diperlukan harus dilaksanakan.
Pertimbangan lain dalam persiapan pasien adalah penilaian keadaan
psikologis. Penerita dengan tumor ganas kulit hendaknya dimotivasi
untuk pengobatan segera. Pasien dengan kelihan kosmetis harus diteliti
lebih jauh alasan-alasannya. Pendekatan yang baik, jujur, dan terus terang
sangat penting dalam hubungan penderita dan dokter.
Gawat darurat dalam bedah dermatologi juga harus dipelajari.
Ketersediaan alat-alat gawat darurat perlu dilaksanakan. Misalnya, alat
penunjang pertolongan pertama gawat darurat, contohnya alat resusitasi
kardiovaskular, oksigen, dan obat-obatan.
10
kelainan
imunofluorosesnsi,
peradangan
pemeriksaan
kulit,
mikroskop
pemeriksaan
elektron,
dan
11
6) Biopsi Oral
Biopsi Oral sama dengan biopsi kulit. Indikasinya antara lain
liken planus, leukoplakia, dan karsinoma sel skuamosa.
Biopsi Kulit
Kelainan peradangan
dan tumor kulit
Diagnosis
Radang dan tumor
kulit (klinis dan PA)
Ya
Shaved Biopsy
Eksofitik superfisial
(seboroik, aktinik keratosis
jinak, papul angioma)
Biopsi Plong
Tumor superfisial
(radang, imunofluoresensi,
imunofenotiping, mikroskop
elektron, kultur)
Biopsi Silet
Pengambilan jaringan sampai
subkutis (KSS, melanoma,
nevus atipikal)
Biopsi Eksisi
Neoplasma, KSS
Clip Biopsy
Lesi sangat superfisial
(skin tag, veruka filiformis)
Biopsi Insisi
Pengambilan jaringan kulit
yang sehat maupun tidak
sehat
Biopsi Oral
Sama dengan biopsi kulit
(liken planus, leukoplakia,
KSS)
12
os
hyoid,
cartilage
thyroidea,
trachea,
dan
musculus
13
Irisan operasi yang sejajar garis regangan kulit alami akan membuat
jaringan parut kurang terlihat. Arah garis ini biasanya tegak lurus
terhadap otot di bawahnya. Tujuan utama eksisi adalah mengangkat
lesi kulit. Pengangkatan yang tidak sesuai dengan garis atau lipatan
kulit atau mempengaruhi organ sekitarnya dapat ditutupi dengan
macam-macam flap atau plasti. Penutupan yang lebih mudah
dilakukan adalah dengan menggunakan tandur kulit.
Bentuk eksisi dasar adalah fusiformis yang arahnya sejajar dengan
garis dan lipatan kulit. Perbandingan panjang dan lebar eksisi minimal
3:1 dengan sudut 30. Irisan tegak lurus atau lebih meluas ke dalam
sampai dengan subkutis. Bila perlu, dapat dilakukan undermining
yang kalau di muka tepat di bawah dermis dan kalau di kulit kepala di
daerah subgaleal. Perdarahan yang terjadi di kulit dapat ditekan
beberapa
saat.
Bila
elektrokoagulasi.
perlu,
Namun,
dilakukan
jangan
hemostasis
berlebihan
terutama
dengan
pada
elektrodesikasi,
elektrokoagulasi,
elektroseksi,
14
Ya
Indikasi: pengobatan
tumor dan kelainan
kulit lain
Elektrokoagulasi
Indikasi: Lesi epidermal
(keratosis seboroik, skin
tags, veruka)
Elektroseksi
Indikasi: memotong
jaringan lesi dengan
perdarahan minimal
Elektrodesikasi
Indikasi: lesi epidermal,
telangiektasis
Elektrokauter
Indikasi: tumor jinak
yang kecil dan superfisial
Elektrokoagulasi
Indikasi: hemostasis
Elektrolisis
Indikasi: bitermal
15
16
17
6. Subsisi
Subsisi merupakan tindakan pembebasan jaringan subkutis untuk
perbaikan sikatriks hipotrofik dan kerutan. Indikasinya adalah skar
hipotrofik yang tertarik ke dermis.
Subsisi dilakukan dengan cara:
a. Persetujuan tindakan medik
b. Persiapan pasien, alat, petugas
c. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
d. Anastesi lokal dengan suntukan
e. Tindakan: aseptic kulit, jarum ditusukkan 45. Kemudian dilakukan
gerakan
memotong
seperti
kipas
atau
maju-mundur
guna
18
semburan
butiran
mikroskopik,
biasanya
silika.
19
(1) Keluhan
Timbunan lemak yang tidak pada
semestinya pada bagian tubuh tertentu
(A) Edukasi
1. mengubah pola makan dan olahraga
2. Farmakoterapi
(2) Evaluasi
Timbunan lemak tidak berkurang,
penderita menghendaki BSL
(3)
Dilakukan BSL
(3B)
Pengobatan: lipoma,
ginekomastia,
pseudoginekomastia,
broohidrosis, lipodistrofi
(3A)
Body Contouring: leher,
wajah, badan, perut, dan
ekstremitas
20
21
22
1
Pasien dengan keluhan kuku
A
Pencegahan:
3. Edukasi penderita
4. Preparat topikal
2
Evaluasi
Haruskah penderita diberikan
terapi nonfarmakologik
Ya
Avulsi
Biopsi
Matricectomy
23
16. Sklroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikan bahan sklerosan untuk pengobatan
telangiektasis dan venulektasis superfisial pada ekstremitas inferior,
termasuk penyuntikan sejumlah bahan iritan tertentu pada dilatasi vena
kulit yang tidak normal dilanjutkan dengan pembebatan. Indikasi
skleroterapi antara lain telangiektasis, vena retkuler, dan varises.
Skleroterapi dilakukan dengan cara:
a. Persetujuan tindakan medik
b. Persiapan pasien, alat, petugas
c. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
d. Injeksi bahan sklerosan intramuskular
e. Dekontaminasi, cuci tangan, dan perawatan pasca tindakan.
17. Bedah Mohs
Bedah mohs merupakan tindakan bedah dermatologi berupa eksisi in
toto tumor disertai pemeriksaan jaringan tumor dengan mikroskop secara
horizontal frozen section. Untuk melakukan bedah mohs dokter
memerlukan surat keterangan kompetensi tambahan dari Kolegium Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin. Indikasi bedah mohs antara lain karsinoma
sel basal, karsinoma sel skuamosa, dan lentigo maligna.
Bedah mohs dilakukan dengan cara:
a. Persetujuan tindakan medik
b. Persiapan pasien, alat, petugas
c. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
d. Tindakan bedah mohs
e. Dekontaminasi, cuci tangan, dan perawatan pasca tindakan.
18. S.Lift Face Lift
S.Lift Face Lift merupakan cara baru untuk mengurangi atau
menghilangkan kerutan wajah dan leher dengan cara mengikat jaringan
lunak menggunakan benang aptos atau jenis lain yang permanen untuk
menciptakan garis kontur wajah yang baru. Untuk melakukan bedah
mohs, dokter memerlukan surat keterangan kompetensi tambahan dari
24
Kolegium Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Indikasi S.Lift Face Lift
antara lain untuk mengencangkan dan menarik kulit muka sehingga
kerutan berkurang, serta menghilangkan kulit yang menggelambir pada
sisi mandibular dan bawah dagu.
S.Lift Face Lift dilakukan dengan cara:
a. Persetujuan tindakan medik
b. Persiapan pasien, alat, petugas
c. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
d. Tindakan S.Lift Face Lift
e. Dekontaminasi, cuci tangan, dan perawatan pasca tindakan.
(1) Pasien
Datang dengan keluhan penuaan dini berupa
sagging pada daerah wajah dan leher
(A) Edukasi
Berbagai alternatif untuk mengatasi aging
baik operatif maupun nonoperatif, serta
pencegahan aging yang berlanjut
(2)
Pasien minta untuk facelift tanpa operasi
dengan menggunakan benang aptos
(B)
Benang permanen yang
dikaitkan dan diikatkan pada
jaringan kulit
(A)
aptos yang tanpa diikat atau
dikaitkan pada jaringan kulit
25
lunak menggunakan benang aptos atau jenis lain yang permanen untuk
menciptakan garis kontur wajah yang baru. Indikasi Non Surgical Face
Lift antara lain untuk mengencangkan dan menarik kulit muka sehingga
kerutan berkurang, serta menghilangkan kulit yang menggelambir pada
sisi mandibular dan bawah dagu.
Non Surgical Face Lift dilakukan dengan cara:
a. Persetujuan tindakan medik
b. Persiapan pasien, alat, petugas
c. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
d. Tindakan Non Surgical Face Lift
e. Dekontaminasi, cuci tangan, dan perawatan pasca tindakan.
20. Vitiligo
Vitiligo merupakan tindakan bedah untuk vitiligo yang telah stabil
lebih dari enam bulan san uia di atas 12 tahun. Indikasinya adalah adanya
vitiligo.
Non Surgical Face Lift dilakukan dengan cara:
a. Persetujuan tindakan medik
b. Persiapan pasien, alat, petugas
c. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
d. Anestesi lokal
e. Tindakan: autologous skin graft dengan menggunakan biopsi plong,
split thickness graft, epidermal blister graft, cultured melanocyte
graft, dan single hair graft.
f. Dekontaminasi, cuci tangan, dan perawatan pasca tindakan.
(Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia, 2011)
26
(1)
Pasien mengeluh vitiligo
(A) Edukasi
1. Penjelasan tentang berbagai hipotesis yang
mendukung diagnosis vitiligo
2. Menjelaskan berbagai metoda pengobatan
3. Prognosis vitiligo serta pencegahan
(2) Evaluasi
Haruskah pasien diterapi nonfarmakologi?
(3)
1. Ya, apabila vitiligo dalam keadaan stabil
minimal enam bulan pada orang dewasa
2. Dengan topikal kurang berhasil
3. Penderita
menghendaki
pengobatan
nonfarmakologis
(3B)
Tandur kulit dengan teknik
suction blisteringfor
epidermal grafting
(3A)
Tandur kulit dengan teknik
punch grafting
(3C)
Transfer melanosit
autologous melalui
epidermal graft
27
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan dari referat yang berjudul Tindakan Bedah dalam Dermatologi
ini antara lain:
1. Prosedur umum bedah dermatologi meliputi persiapan pasien, persiapan
sarana bedah dermatologi, persiapan kulit yang akan dioperasi, anestesi,
benang jahit kulit, teknik jahitan kulit, dan perawatan luka pasca operasi.
2. Jenis tindakan bedah dermatologi antara lain biopsi kulit, eksisi/flap and
graft, bedah listrik, bedah beku (cryosurgery), bedah kimia (chemical
peeling), subsisi, skin needling, dermabrasi, mikrodermabrasi, bedah sedot
lemak (BSL), injeksi bahan pengisi (filter), injeksi toksin botulinum,
blefaroplasti, transplantasi rambut, bedah kuku, sklroterapi, bedah mohs,
s.lift face lift, non surgical face lift, dan vitiligo.
3. Kompetensi dokter umum terkait bedah dermatologi (kompetensi 4A)
adalah drinase abses, eksisi tumor jinak kulit, dan rozerplasty kuku. Yang
termasuk dalam kompetensi 2 adalah biopsi plong (punch biopsy).
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (Unknown, Unknown Unknown). Dermatologic Surgery. Retrieved
Januari
7,
2017,
from
Dermatopathology
Institute:
http://www.dermpathmd.com/Clinical%20Dermatology/Dermatologic%20Surger
y.ppt.pdf
Djuanda A (Ed). (2015). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SL (Ed).
(2003). Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. New York: McGraw-Hill
Professional.
Konsil Kedokteran Indonesia. (2012). Standar Kompetensi Dokter Indonesia.
Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia.
Nouri K (Ed). (2013). Dermatologic Surgery Step by Step . West Sussex: WIleyBlackwell.
Moerbono M. (2013). Cryosurgery in Drmatology. Surakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia. (2011). Panduan
Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Jakarta: Perhimpunan
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia.
29