DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS TEGALSIWALAN
JL. Raya Tegalsiwalan No. 28 Telp. (0335) 681284
PROBOLINGGO
Pendahuluan
Pelaksanaan upaya pencegahan gizi buruk dibagi dalam tiga tahap meliputi rencana
jangka pendek untuk tanggap darurat dengan menerapkan prosedur tatalaksana penanggulangan
gizi buruk dengan melaksanakan sistem kewaspadaan dini secara intensif melalui pelacakan
kasus dan penemuan kasus baru kemudian ditangani di puskesmas dan di rumah sakit.
Kemudian tahap pencegahan terhadap peningkatan status dengan koordinasi lintas program dan
lintas sektor, memberikan bantuan pangan, memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI).
Sedangakn tahap ketiga pengobatan penyakit, penyediaan air bersih, memberikan penyuluhan
gizi dan kesehatan terutama peningkatan ASI eksklusif sejak lahir sampai 6 bulan kemudian
diberikan makanan pendamping ASI setelah usia 6 bulan dengan meneruskan pemberian ASI
sampai usia dua tahun.
II.
Latar Belakang
Untuk mencegah terjadinya KLB gizi buruk dan mengetahui penyebab terjadinya gizi buruk
diperlukan sistim surveilans gizi yang berkelanjutan, salah satu bentuk kegiatannya melalui
pelacakan kasus. Surat Edaran Menteri Kesehatan RI Nomor 1209/Menkes/X/1998 tanggal 19
Oktober 1998 menyatakan untuk memperlakukan kasus kurang gizi berat sebagai kejadian Luar
Biasa (KLB), sehingga setiap kasus gizi buruk harus (a) dilaporkan 1x24 jam; (b) ditangani sesuai
dengan tatalaksana gizi buruk yang standar baik rawat inap atau rawat jalan; (c) melakukan
penyelidikan epidemiologis atau pelacakan kasus gizi buruk. Berdasarkan laporan perkembangan
gizi buruk pada tiap tahunnya mengalami peningkatan
Selanjutnya sesuai Edaran Menteri Kesehatan RI Nomor 347/Menkes/IV/2008 tanggal 10
April 2008, suatu wilayah dinyatakan KLB gizi buruk apabila di wilayah kabupaten / kota : (a) ada
peningkatan jumlah balita dengan berat badan dibawah gari merah (BGM) pada KMS sebanyak
50% atau jumlah balita gizi buruk meningkat 2 kali lipat pada 4 bulan sebelumnya ; (b) ada
perubahan pola konsumsi makanan pokok yang biasa dikonsumsi masyarakat baik jenis,jumlah
maupun frekuensi makan. Semakin Aktif pelaksanaan surveilans gizi, maka semakin banyak
kasus gizi buruk ditemukan dan dirujuk serta dilaporkan.
B. MISI
1. Memberikan
pelayanan
kesehatan
kepada
seluruh
masyarakat
secara
Empati
Dedikasi
Unggul
Inovatif
1.3 Budaya
Budaya karyawan puskesmas Tegalsiwalan adalah melayani masyarakat didahului
dengan senyum sapa salam.
1.4 Kebijakan mutu
Puskesmas Tegalsiwalan memberikan pelayanan prima dan profesional dengan SDM
yang berkualitas sesuai kompetensi, yang berorientasi pada kepuasan pelanggan.
III.
-
Tujuan
Untuk megetahui kasus gizi buruk yang ditemukan secara tepat dan akurat
Untuk mengetahui penyebab kejadian kasus gizi buruk & faKtor resiko
Menentukan jenis penanganan secara cepat, tepat dan efisien
No.
4
Upaya
Kesehatan
Kegiatan
Sasaran
Target
Lokasi
Tenaga
Pelaksanaan
Pelaksana
Peran
Jadwal
Pelacakan
Kunjungan
Rumah balita
Nakes,
gizi buruk
rumah
Buruk
gizi buruk
Sasaran
Linprog
Linsek
Gizi 1. Sebagai
Sebagai
monitoring
motivasi
pelaksanaan
masyarakat
kegiatan.
2. Membantu
memberikan
dukungan
kegiatan
tersebut.
3. Petugas
wilayah bisa
mengetahui
jumlah
cakupan
wilayah
kerjanya.
di
IV.
Sasaran
V.
Sasaran : Balita gizi buruk BB/TB, BB/U dan TB/U dan dengan tanda klinis
VI. di 12 desa/kelurahan
VII.
VIII. Waktu Pelaksanaan
IX.
- Jadwal Kegiatan : 9 kali (Maret - November 2016)
X.
- Petugas
: 2 orang yang terdiri dari :
XI.
* 1 orang petugas gizi
XII. *1 orang petugas desa
XIII.
XIV.
OUTPUT
XV.
INDIKATOR KEBERHASILAN
100 % kasus gizi buruk yang ditemukan terlacak dan teridentifikasi serta terlaporkan
secara akurat sebagai pelaksanaan sistim surveilans
100 % gizi buruk mendapat penanganan secara dini.
XVIII.
.Biaya
Biaya : BOK : Rp. 2.160.000
XX.
XXI.
XXII.
XXIII.
XXIV.
XXV.
XXVI.
XXVII.
XXVIII.
XXIX.
XXX.
XXXI.
XXXII.