BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa peralihan dimana perubahan fisik dan
psikologis dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Hurlock, 2003). Perubahan
psikologis yang terjadi pada remaja meliputi intelektual, kehidupan emosi, dan
kehidupan sosial. Perubahan fisik mencakup organ seksual yaitu alat-alat
reproduksi sudah mencapai kematangan dan mulai berfungsi dengan baik
(Sarwono, 2006). Masa remaja mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap
berikutnya dan juga penuh dengan masalah-masalah. Remaja yang sedang
mencari jatidirinya sering melakukan eksperimen (coba-coba) walaupun melalui
banyak kesalahan.
Kenakalan remaja merupakan perilaku remaja yang tidak dapat diterima
secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal (Asian Brain,2009). Kenakalan
remaja yang sering terjadi didalam masyarakat bukanlah suatu keadaan yang
berdiri sendiri melainkan timbul oleh beberapa faktor, yaitu: faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari individu itu
sendiri meliputi adanya krisis identitas dimana remaja gagal mencapai
identitasnya, adanya kontrol diri yang lemah, dan ketidak mampuan untuk
mengembangkan
kontrol
diri
untuk
bertingkah
laku
sesuai
dengan
dalam keluarga yang memicu timbulnya prilaku negatif dan adanya pengaruh
negatif dari lingkungan (Agustiani 2006),.
Menurut Zulfa (2008), Kenakalan remaja tidak dapat digambarkan dalam
satu karakteristik saja karena kenakalan remaja terbagi dalam 3 tingkatan, yaitu:
Pertama, kenakalan biasa seperti: berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah,
pergi dari rumah tanpa pamit. Kedua, kenakalan yang menjurus pada
pelanggaran dan kejahatan seperti: mengendarai kendaraan tanpa SIM, mencuri.
Dan ketiga, kenakalan khusus seperti: penyalahgunaan narkotika, seks bebas,
pemerkosaan. Remaja cenderung menginginkan kesenangan duniawi saja,
tanpa memperhatikan dampak negatif yang ditimbulkan akibat perbuatannya
tersebut. Anak remaja sekarang banyak menyalah artikan tantang pergaulan
bebas yang sebenarnya. Remaja hanya tahu bawasannya remaja bebas
melakukan perbuatan apapun yang ada inginkan.
Pergaulan bebas adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang, yang
mana kata bebas yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma ketimuran
yang ada. Masalah pergaulan bebas ini sering kita dengar baik di lingkungan
maupun dari media massa. Pergaulan bebas di kalangan remaja sudah bukan
hal yang asing di kalangan masyarakat kita saat ini. Bahkan seks bebas sudah
dianggap bagian dari ritual kehidupan masyarakat, terutama dikalangan generasi
muda. Istilah tabu dan dosa seolah-olah sudah tidak ada lagi. Hal ini masih
ditambah lagi dengan minimnya pengetahuan masyarakat kita tentang seks yang
menyebabkan para pelaku seks bebas semakin tidak terkendali.
Fenomena seperti di atas tentunya sangat memprihatinkan dan
membutuhkan perhatian yang serius bukan hanya dari pemerintah tapi juga dari
masyarakat secara umum. Kebebasan media dalam mengekspos tayangan-
tayangan khusus dewasa akhir-akhir ini ikut berperan serta menjadi pemicu
maraknya pergaulan bebas di kalangan remaja. Disamping itu juga dampak dari
era globalisasi yang memudahkan setiap orang untuk mengakses berbagai
informasi dari dalam dan luar negeri melalui jaringan internet ikut juga
memperparah
keadaan.
Gambar-gambar
porno
dan
artikel-artikel
yang
menyesatkan tentang seks dengan mudah dapat diakses oleh para remaja
melalui internet, tidak perduli berapapun usianya.
Masa
remaja
juga
menginginkan
kebebasan
untuk
melakukan
anak. Sedangkan pada orang tua itu sendiri dampak yang terjadi akibat
kecemasan dapat menimbulkan perubahan secara fisik maupun fisiologis yang
artinya mempengaruhi syaraf otonom dimana tekanan darah dapat meningkat,
dan lain-lain. Dengan adanya efek dari kecemasan maka kecemasan perlu
diatasi. Dalam mengatasi masalah tersebut diperlukan berbagai macam upaya
diantaranya dengan mengikuti penyuluhan terutama tentang perubahan perilaku
remaja yang mengarah pada perubahan negatif dan apa yang harus dilakukan
dalam mengahadapi anak seperti itu, menganjurkan kepada orang tua untuk
mengikuti seminar tentang remaja dan selalu mencari informasi melalui media
elektronik maupun media masa. Dengan mengikuti beberapa kegiatandan
mencari informasi-informasi tersebut dapat memperbaiki hubungan anak dengan
orang tua, dan dapat menyadarkan remaja bahwa kecemasan orang tua seperti
itu ada dampak positifnya agar jangan sampai terlibat pergaulan bebas dan salah
langkah,
Kecenderungan pergaulan bebas didasari oleh proses keluarga antara
lain variabel konstelasi keluarga dan juga peran orang tua. Beberapa variabel
konstelasi keluarga yang mempengaruhi hubungan antara pergaulan bebas
dengan kecemasan orang tua antara ain komunikasi efektif dan penerapan
disiplin dirumah. Komunikasi Efektif adalah saling bertukar informasi, ide,
kepercayaan, perasaan dan sikap antara dua orang atau kelompok yang
hasilnya sesuai dengan harapan. Komunikasi orangtua dan anak yang beranjak
remaja dapat dikatakan efektif bila kedua belah pihak saling dekat, saling
menyukai, adanya keterbukaan sehingga komunikasi antara keduanya menjadi
hal yang menyenangkan dan tumbuh sikap percaya antara keduanya.
Komunikasi efektif dilandasi adanya kepercayaan, keterbukaan, dan dukungan
yang positif pada anak agar anak dapat menerima dengan baik apa yang
disampaikan oleh orangtua. Menurut Gunadi (2010) komunikasi orangtua dan
remaja juga merupakan pengisi kebutuhan remaja yang hakiki akan interaksi.
Tanpa komunikasi, remaja akan tumbuh dalam kehampaan sehingga remaja
mudah masuk dalam pergaulan yang negatif.
Menurut Henny (2006), Apabila dalam lingkungan keluarga, remaja
banyak menghabiskan waktu bersama dengan orang-orang terdekatnya dengan
mampu menjaga keefektifan komunikasi antara orangtua dan remaja, maka
besar peluang bagi remaja untuk tumbuh sebagai manusia dewasa yang dapat
berkomunikasi dengan baik dan bersikap positif
harus
dipikirkan
dengan
baik,
Harus
dicari
jalan
bagaimana
memberi
nasihat
atau
memperbaiki
kesalahan
anak,
orang
tua
C. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dilihat masalah yang akan diteliti oleh
peneliti, yakni:
1. Kurangnya kedisiplinan dan komunikasi yang tidak efektif merupakan
penyebab terjadinya remaja terjerumus pada pergaulan bebas.
2. Pergaulan bebas dapat menimbulkan kecemasan pada orang tua.
3. Kecemasan yang berlebihan akan berdampak pada anak dan orang tua.
Anak akan tertekan, kurang bergaul dan menarik diri dari lingkungan,
serta orang tua akan mengalami tekanan darah yang meningkat, dan
lain-lain.
D. Tujuan Penelitian
Bagi peneliti supaya dapat mengkaji penelitian ini lebih lanjut lagi.
Bagi orang tua agar lebih memperhatikan anak sehingga anak dapat
terhindar dari pergaulan yang negatif.
Bagi remaja lebih memahami dan memilih pergaulan yang lebih positif.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
10
A. Kecemasan
1. Pengertian Kecemasan
Menurut Sutardjo Wiramihardja (2005), kecemasan merupakan hal wajar
yang pernah dialami oleh setiap manusia. Kecemasan sudah dianggap sebagai
bagian dari kehidupan sehari-hari. Kecemasan adalah suatu perasaan yang
sifatnya
umum,
dimana
seseorang
merasa
ketakutan
atau
kehilangan
kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya. Sedangakan menurut
Savitri Ramaiah (2003), kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir
setiap orang pada waktu tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan
reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang.
Kecemasan bisa muncul sendiri atau bergabung dengan gejala-gejala lain
dari berbagai gangguan emosi.
Menurut Singgih D. Gunarsa (2008), kecemasan adalah rasa khawatir ,
takut yang tidak jelas sebabnya. Kecemasan juga merupakan kekuatan yang
besar dalam menggerakkan tingkah laku, baik tingkah laku yang menyimpang
ataupun yang terganggu. Kedua- duanya merupakan pernyataan, penampilan,
penjelmaan dari pertahanan terhadap kecemasan tersebut. Sedangkan Siti
Sundari
(2004)
memahami
kecemasan
sebagai
suatu
keadaan
yang
yang
dapat
menyebabkan
kegelisahan
karena
adanya
11
a. Lingkungan
Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir
individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena adanya
pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga, sahabat,
ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak aman
terhadap lingkungannya.
c. Sebab-sebab fisik
Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan
timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya kehamilan,
semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama ditimpa kondisi-
12
(2009),
menyatakan
bahwa
faktor-faktor
yang
Raharisti
mempengaruhi
kecemasan adalah :
a. Faktor fisik
Kelemahan fisik dapat melemahkan kondisi mental individu sehingga
memudahkan timbulnya kecemasan.
b. Trauma atau konflik
Munculnya gejala kecemasan sangat bergantung pada kondisi individu,
dalam arti bahwa pengalaman-pengalaman emosional atau konflik mental yang
terjadi pada individu akan memudahkan timbulnya gejala-gejala kecemasan.
3. Dampak Kecemasan
Menurut Cutler (2004), rasa takut dan cemas dapat menetap bahkan
meningkat meskipun situasi yang betul-betul mengancam tidak ada, dan ketika
emosi-emosi ini tumbuh berlebihan dibandingkan dengan bahaya yang
13
b. Simtom kognitif
Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada
individu mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang mungkin terjadi.
Individu tersebut tidak memperhatikan masalah-masalah real yang ada, sehingga
individu sering tidak bekerja atau belajar secara efektif, dan akhirnya dia akan
menjadi lebih merasa cemas.
c. Simtom motor
Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang,
gugup, kegiatan motor menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari-jari kaki
mengetuk-ngetuk, dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba.
Simtom motor merupakan gambaran rangsangan kognitif yang tinggi pada
14
individu dan merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari apa saja yang
dirasanya mengancam.
Kecemasan akan dirasakan oleh semua orang, terutama jika ada tekanan
perasaan ataupun tekanan jiwa. Menurut
kecemasan
biasanya
Savitri
Ramaiah
(2005:9)
1) Kepanikan yang amat sangat dan karena itu gagal berfungsi secara
normal atau menyesuaikan diri pada situasi.
2) Gagal mengetahui terlebih dahulu bahayanya
dan
mengambil
4. Aspek-Aspek Kecemasan
Deffenbacher dan Hezeleus (dalam register, 1991) mengemukakan
bahwa sumber penyebab kecemasan, meliputi hal-hal dibawah ini:
a. Kekhawatiran (worry) merupakan pikiran negative tentang dirinya sendiri,
seperti perasaan negative behwa ia lebih jelek dibandingkan dengan
teman-temannya.
b. Emossionalitas (imossionality) sebagai reaksi diri terhadap rangsangan
saraf otonom, seperti jantung berdebar-debar, keringat dingin dan tegang.
Gangguan dan hambatan dalam menyelesaikan tugas (task generatedinter
ference) merupakan kecendrungan yang dialami seseorang yang selalu tertekan
karena pemikiran yang rasional terhadap tugas.
B. Remaja
1. Pengertian Remaja
Secara psikologi remaja disebut dengan adolescence, berasal dari
bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh untuk mencapai kematangan atau
dalam perkembangan menjadi dewasa. (Ali.M dan Asrori.M, 2006). Masa remaja
menurut Mappiare (1982), pada wanita berlangsung antara umur 12 21 tahun
15
dan pada laki-laki berlangsung antara umur 13 22 tahun. Rentan waktu usia
remaja biasanya dibedakan atas ketiga, yaitu: 12 -15 tahun adalah masa remaja
awal, umur 15 18 tahun adalah masa remaja pertengahan dan umur 18 22
tahun adalah masa remaja akhir. Sedangkan Menurut P.Hall Mussen (1994),
masa remaja merupakan masa topan badai, di mana pada masa tersebut timbul
gejolak dalam diri akibat pertentangan nilai akibat kebudayaan.
menguntungkan karena
16
mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat
yang paling sesuai bagi dirinya.
17
f.
C. Pergaulan Bebas
1. Pengertian pergaulan bebas
Menurut Depdikbud (1996), Pergaulan bebas berasal dari dua kata yang
berdiri sendiri, yaitu Pergaulan dan Bebas. Pergaulan berasal dari kata dasar
gaul yang berarti hidup berteman atau bersahabat. Sedangkan bebas di
artikan sebagai lepas sama sekali (tidak terhalang, terganggu dan sebagainya,
sehingga dapat bergerak, berbicara, berbuat dan sebagainya dengan leluasa)
serta lepas dari kewajiban, tuntutan, perasaan takut dan sebagainya. Lepas juga
dapat diartikan sebagai terbebasnya dari peraturan, pajak, hokum ,dan lain-lain.
pergaulan merupakan suatu hubungan yang dijalin antar individu yang
meliputi perasaan, tingkah laku, serta jati diri yang ada didalamnya (Ghozally,
2007). Sedangkan menurut Basrowi (2005), pergaulan tidak dapat dilepaskan
dari interaksi yaitu hubungan yang dinamis antar individu dengan individu
lainnya, individu dengan kelompok serta kelompok dengan kelompok lainnya.
Gunarsa (2004) mengatakan, Pergaulan bebas berarti pergaulan yang luas
18
Paryati
Sudarman
(2004),
bahwa
faktor-faktor
yang
kemudian
19
berdosa.
menghantui
Ketakutan
akan
terjadinya
kehamilan
selalu
b. Putus Sekolah
Hal ini merupakan dampak negatif pergaulan bebas. Karena mereka lebih
mengutamakan ego ketimbang akal sehat dan realita yang ada. Akibatnya,
20
c. Kriminalitas tinggi
Tentu saja dampak negatif pergaulan bebas ini memicu angka
kriminalitas. Pendidikan yang rendah, kemiskinan, dan kebutuhan akan hal-hal
kesenangan seperti penggunaan narkoba dan zat adiktif memicu seseorang
untuk melakukan kriminalitas seperti mencuri, merampok, memperkosa, atau
membunuh seseorang.
d. Penyakit Sosial
Dampak negatif pergaulan bebas selanjutnya adalah meningkatnya
penyakit sosial. Rasa empati dan belas kasih sudah tidak dianggap ada lagi.
Diganti dengan rasa egoisme, tidak peduli asalkan senang, sifat hedonisme, dan
melakukan segala cara buruk untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
c.
D. Komunikasi Efektif
21
segala
kebutuhannya,
komunikasi
juga
mempengaruhi
22
proses penyampaian pesan verbal dan non verbal secara timbal balik dari
komunikator ke komunikan, pesan diinterpretasi sesuai dengan maksud pesan,
dan ada umpan balik dari pesan yang disampaikan.
Menurut Supratiknya (1995) komunikasi efektif tercapai, bila komunikan
menginterpretasikan pesan yang diterima mempunyai makna yang sama dengan
maksud pesan yang disampaikan oleh komunikator. Sedangkan menurut
Stephen, 2011), Komunikasi yang efektif juga dibangun dengan dasar
keterbukaan yang menjadi kunci dasar bagi kepercayaan dan kesenangan.
Komunikasi orangtua dan anak dikatakan efektif bila kedua belah pihak saling
dekat, saling menyukai dan komunikasi diantara keduanya merupakan hal yang
menyenangkan dan adanya keterbukaan sehingga tumbuh sikap percaya.
Komunikasi yang efektif dilandasi adanya kepercayaan, keterbukaan, dan
dukungan yang positif pada anak agar anak dapat menerima dengan baik apa
yang disampaikan oleh orangtua (Rakhmat, 2011).
Komunikasi efektif antara orangtua dan anak sangat penting untuk
menumbuhkan keakraban.
Ketika orangtua
mendengarkan
secara aktif,
23
a. Keterbukaan (openness)
Keterbukaan adalah sikap dapat menerima masukan dari orang lain, serta
berkenan menyampaikan informasi penting kepada orang lain. Hal ini tidaklah
berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat
hidupnya, tetapi rela membuka diri ketika orang lain menginginkan informasi
yang diketahuinya. Sikap keterbukaan ditandai adanya kejujuran dalam
merespon
segala
stimulasi
komunikasi.
Tidak
berbohong
dan
tidak
b. Empati (empathy)
Empati
ialah
kemampuan
seseorang
untuk
merasakan
kalau
seandainya menjadi orang lain, dapat memahami sesuatu yang sedang dialami
orang lain, dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain dan dapat
memahami sesuatu persoalan dari sudut pandang orang lain melalui kacamata
orang lain. Empati akan membuat seseorang lebih mampu menyesuaikan
komunikasinya.
c. Dukungan (supportivenness)
Hubungan antarpribadi yang efektif adalah hubungan dimana terdapat
sikap mendukung, artinya masing-masing pihak yang berkomunikasi memiliki
komitmen untuk mendukung terselenggaranya interaksi secara terbuka. Oleh
24
karena itu respon yang relevan adalah respon yang bersifat spontan dan lugas.
Dukungan ini lebih diharapkan dari orang terdekat yaitu keluarga.
Individu memperlihatkan sikap mendukung dengan cara:
a) Memaparkan gagasan harus bersifat deskripstif.
Suasana yang bersifat deskriptif dan bukan evaluatif membantu
terciptanya sikap mendukung bila individu mempersepsikan suatu
komunikasi sebagai permintaan akan informasi atau uraian mengenai
suatu kejadian tertentu, individu pada umumnya tidak merasakan ini
sebagai ancaman. Sebaliknya, komunikasi yang bernada menilai
seringnya membuat orang lain defensive.
b) Spontan bukan strategi
Orang yang spontan dalam komunikasi dan terus terang serta terbuka
dalam mengutarakan pikirannya, biasanya bereaksi dengan cara yang
sama, terus terang dan terbuka. Sebaliknya bila individu merasa bahwa
seseorang menyembunyikan
terbuka,
serta
bersedia
mendengar
pandangan
yang
25
akan
lebih
dapat
ditunjukkan
dengan
adanya
ketertarikan
terhadap
itu
E. Penerapan Disiplin
1. Pengertian Disiplin
Menurut Singodimedjo (2002), disiplin adalah sikap kesediaan dan
kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati norma-norma peraturan yang
26
berlaku di sekitarnya. Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilainilai yang dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi
tanggung jawabnya. Pendisiplinan adalah usaha usaha untuk menanamkan nilai
ataupun pemaksaan agar subjek memiliki kemampuan untuk menaati sebuah
peraturan. Pendisiplinan bisa jadi menjadi istilah pengganti untuk hukuman
ataupun instrumen hukuman dimana hal ini bisa dilakukan pada diri sendiri
ataupun pada orang lain.
Menurut James Drever dari sisi psikologis, disiplin adalah kemampuan
mengendalikan perilaku yang berasal dari dalam diri seseorang sesuai dengan
hal-hal yang telah di atur dari luar atau norma yang sudah ada. Dengan kata lain,
disiplin dari segi psikologis merupakan perilaku seseorang yang muncul dan
mampu menyesuaikan diri dengan aturan yang telah ditetapkan. Sedangkan
menurut Pratt Fairshild dari sisi sosiologi, disiplin terdiri dari dua bagian, yaitu
disiplin dari dalam diri dan juga disiplin sosial. Keduanya saling berhubungan
satu sama lain, sehingga seseorang yang mempunyai sikap disiplin merupakan
orang-orang yang dapat mengarahkan perilaku dan perbuatannya berdasarkan
patokan atau batasan tingkah laku tertentu yang diterima dalam kelompok atau
lingkup sosial masing-masing. Pengaturan tingkah laku tersebut bisa diperoleh
melalui jalur pendidikan dan pembelajaran. Sedangkan menurut John Macquarrie
dari segi etika, disiplin adalah suatu kemauan dan perbuatan seseorang dalam
mematuhi seluruh peraturan yang telah terangkai dengan tujuan tertentu.
Berdasarkan pengertian disiplin di atas, bisa kita simpulkan bahwa dari
sudut pandang manapun, disiplin merupakan sikap yang wajib ada dalam diri
semua individu. Karena disiplin adalah dasar perilaku seseorang yang sangat
berpengaruh besar terhadap segala hal, baik urusan pribadi maupun
27
kepentingan bersama dan untuk memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi dalam
mengerjakan apapun, maka dibutuhkan latihan dengan kesadaran dari dalam diri
akan pentingnya sikap disiplin sehingga menjadi suatu landasan bukan hanya
pada saat berkerja, tetapi juga dalam berperilaku sehari-hari.
Dengan disiplin, seseorang itu diharapkan bersedia untuk tunduk dan
mengikuti peraturan tertentu dan menjauhi larangan tertentu baik disekolah,
dirumah dan dimasyarakat. Tidak bertujuan untuk mengurangi kebebesan dan
kemerdekaan seseorang, tetapi ingin memberikan kemerdekaan yang lebih
besar
kepadanya dalam
jika
28
Anak yang tinggal di lingkungan hidupnya kurang baik, maka anak akan
cendrung bersikap dan berperilaku kurang baik pula.
d. Sikap orang tua
Anak yang dimanjakan oleh orang tuanya akan cendrung kurang
bertanggung jawab dan takut menghadapi tantangan dan kesulitan kesulitan,
begutu pula seballiknya anak yang sikap orang tuanya otoriter, maka anak akan
menjadi penakut dan tidak berani mengambil keputusan dalam bertindak.
e. Keluarga yang tidak harmonis
Anak yang tumbuh dikeluarga yang kurang harmonis (home broken)
biasanya akan selalu mengganggu teman dan sikapnya kurang disiplin.
f.
sikap dan perilaku anak. Anak yang hidup dikeluarga yang baik dan tingkat
pendidikan orang tunya bagus maka anak akan cendrung berperilaku yang baik
pula.
29
d. Ganjaran
Ganjaran adalah alat pendidikan yang paling menyenangkan. Ganjaran
yang telah diberikan akan menunjukan hasil baik dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar sekaligus menerapkan prilaku dan kepribadian yang mulia.
30
maupun tidak langsung, baik hasil itu berupa jasa maupun barang. Perbuatan di
sini
dapat
diartikan
sebagai
gerakan
teratur
yang
dilakukan
dengan
31
Rakhmat
(2011),
Komunikasi
yang
efektif
dilandasi
adanya
kepercayaan, keterbukaan, dan dukungan yang positif pada anak agar anak
dapat menerima dengan baik apa yang disampaikan oleh orangtua. Komunikasi
efektif antara orangtua dan anak sangat penting untuk menumbuhkan
keakraban. Ketika orangtua mendengarkan secara aktif, kemampuan anak untuk
mengungkapkan perasaan dan isi hatinya. Orangtualah yang diharapkan anak
sebagai teman untuk berkomunikasi karena hanya orangtualah yang dekat dan
dapat mendengar dengan penuh perhatian, menerima dan menanggapi segala
bentuk perasaan yang dikemukakan anak sehingga anak tidak lari dan mencari
orang lain yang dapat mendengar
hatinya.
Selain komunikasi efektif, penerapan disiplin juga menjadi faktor
penyebab terjadinya pergaulan bebas. Menurut Singodimedjo (2002), disiplin
adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati
norma-norma peraturan yang berlaku di sekitarnya. Peran Orang tua sangat
32
paparan
diatas,
komunikasi
efektif
yang
dapat
G. Kerangka Teoritis
Komunikasi efektif
- Ibu dan anak
- Ayah dan anak
Kecemasan orang
terhadap pergaulan bebas
Penerapan disiplin
dirumah
Gambar 1. Kerangka teoritis Kecemasan Orang tua terhadap Pergaulan bebas
pada remaja ditinjau dari Komunikasi Efektif dan Penerapan Disiplin Dirumah
H. Hipotesis
Kesimpulan sementara penelitian ini adalah:
1. Ada pengaruh komunikasi efektif terhadap pergaulan bebas yang
menyebabkan terjadi kecemasan orang tua.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini mengunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang
menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan
metoda statiska. (Saifuddin Azwar, 2009).
Variabel Bebas
34
1. Kecemasan
Kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi tertentu yang
sangat mengancam yang dapat menyebabkan kegelisahan karena adanya
ketidakpastian dimasa mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu yang buruk
akan terjadi.
Variabel ini akan diukur dengan menggunakan skala likert, skala yang
dibuat
penulis
sendiri
berdasarkan
pada
aspek
kecemasan
menurut
Deffenbacher dan Hezeleus dalam register (1991) antara lain sebagai berikut:
Kekhawatiran, Emossionalitas, Gangguan dan hambatan dalam menyelesaikan
tugas
2. Komunikasi Efektif
Menurut Gunawati, dkk (2006) Komunikasi
penyampaian
pesan
verbal
dan
non
efektif
adalah
proses
35
disiplin sehingga menjadi suatu landasan bukan hanya pada saat berkerja, tetapi
juga dalam berperilaku sehari-hari.
Dengan disiplin, seseorang itu diharapkan bersedia untuk tunduk dan
mengikuti peraturan tertentu dan menjauhi larangan tertentu baik disekolah,
dirumah dan dimasyarakat, Dengan pendapat itu, disiplin yang dilaksanakan
dirumah, disekolah dan dimasyarakat oleh seseorang akan mampu belajar hidup
dengan pembiasaan yang baik, positif dan bermanfaat bagi dirinya dan
lingkungannya untuk bekal hidup dikemudian hari.
Variabel ini akan diukur dengan menggunakan skala likert, skala yang
dibuat penulis sendiri berdasarkan pada
aspek kedisiplinan :
Ketepatan,
D. Subyek Penelitian
1. Populasi
Saifuddin Azwar (2009) mendefinisikan populasi sebagai kelompok subjek
yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Populasi dalam penelitian ini
adalah orang tua yang memiliki anak remaja di desa Nepal Belah,RT 002 RW
002, Kecamatan Abung Tinggi, Kabupaten Lampung utara.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri dari populasi
tersebut (Saifuddin Azwar). Pada penelitian ini digunakan teknik purposive
random sampling, yaitu pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan
persyaratan sampel yang diperlukan. Hal ini bertujuan agar kriteria sampel yang
diperoleh benar-benar sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan. Sampel
36
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 20 keluarga yang memiliki anak remaja
di desa Nepal Belah,RT 002 RW 002, Kecamatan Abung Tinggi, Kabupaten
Lampung utara
1. Kecemasan
Skala kecemasan terdiri dari aspek antara lain sebagai berikut:
Kekhawatiran, Emossionalitas, Gangguan dan hambatan dalam menyelesaikan
tugas masing-masing, Sense of humour, menurut Sadarjoen (2005).
Berdasarkan aspek-aspek diatas, kemudian diterjemahkan dalam kalimatkalimat praktis yang mewakili tiap-tiap indikator dan disusun kembali secara acak
yang terdiri dari kalimat favorable dan unfavorable. Item-item tersebut akan
disusun dalam bentuk skala dengan menggunakan empat alternatif jawaban,
yaitu: skor 4 = Sangat Sesuai, skor 3 = Sesuai, skor 2 = Tidak Sesuai, skor 1 =
Sangat Tida.k Sesuai untuk item favourable. Sedangkan unfavourable yaitu: skor
1 = Sangat Sesuai, 2 = Sesuai, 3 = Tidak Sesuai, 4 = Sangat Tidak Sesuai.
37
Tabel 1
Blue print Skala Kecemasan
No
Dimensi
Kehawatiran
Indikator
Nomor Item
Jumlah
Favorable
Unfavorable
3,1,33,26
4,25,17,2
34,28,13,7
12,6
32,16
14
18,24,20
15
31
8,9,29,5
22,10,23
Pergaulan
bebas
Tegang
Sakit
kepala
Emossianalitas
30,27,19,
darah tinggi
21,11
Gangguan dan
Hambatan
3
dalam
menyelesaikan
tugas
Total
34
2. Komunikasi efektif
Skala aspek komunikasi efektif , yaitu: keterbukaan, empati dan
dukungan atau motivasi. Berdasarkan aspek-aspek komunikasi efektif, kemudian
dibuat pertanyaan yang mengacu pada empat aspek tersebut. Item-item tersebut
akan disusun dengan bentuk kusioner pilihan ganda. Skor untuk skala ini dengan
skor 1 = Ya dan skor 0 = Tidak.
38
Tabel 2
Blue print Skala komunikasi efektif
No
Dimensi
Indikator
Nomor Item
Jumlah
1,5,9,13,16,19,
kepercayaan
10
22,25,28,2
Toleransi
Keterbukaan
6,10,14,17,20,2
terhadap
6
3
anak
2
menghargai
26,29,31
Berfikir positif
,4,8,12
komitmen
3,7,11,15,18,21
Rasa positif
24,27,30,32
Empati
Total
32
3. Kedisiplinan
Kedisiplinan akan diukur menggunakan skala aspek kedisiplinan,
Ketepatan, Mengerjakan pekerjaan dengan baik, Mematuhi peraturan dan norma
yang berlaku. Penyusunan alat ukur ini untuk lebih jelasnya dijabarkan dalam
bentuk Blue Print pada tabel berikut ini:
Tabel 3
Blue print Skala Kedisiplinan
No
Dimensi
Indikator
Nomor Item
Jumlah
39
2,25,28,19,22,9,
rencana
1
10
5,13,1,16
17,20,14,10,6,2
Ketepatan
tindakan
Mengerjakan pekerjaan
2
dengan baik
Mematuhi peraturan
3
ketelitian
3
29,34,26,31
kesabaran
8,4,12,33
sekolah
3,7,11,15,18,21
keluarga
27,32,30,24
berlaku
Total
34
jawaban
dengan
empat
tingkat
kategori
untuk
melihat
Item Favorable: sangat setuju (4), setuju (3), tidak setuju (2),
sangat tidak setuju (1)
b.
Item Unfavorable: sangat setuju (1), setuju (2), tidak setuju (3),
sangat tidak setuju (4).
40
41
r xx =
1M K is
M Ks
Keterangan :
rxx = reliabilitas alat ukur
1 = bilangan konstan
MKis = mean kuadrat interaksi antara aitem dengan subjek
MKs = mean kuadrat antar subjek
42
perbandigan lebih dari dua sampel dan setiap sampel terdiri dari dua jenis atau
lebih secara bersama-sama (Riduan, 2003). Untuk mengetahui perbedaan yang
akan dilakukan dengan system komputerisasi melalui program SPSS 17.0 for
windows.