Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kecelakaan Lalu Lintas


2.1.1. Definisi Kecelakaan Lalu Lintas
Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah yang serius di Indonesia.
Dilihat dari segi makro ekonomi, kecelakaan merupakan inefisiensi terhadap
penyelenggaraan angkutan atau suatu kerugian yang mengurangi kuantitas dan
kualitas orang dan barang yang diangkut termasuk menambah totalitas biaya
penyelenggaraan angkutan. Kecelakaan tidak terjadi secara kebetulan, namun
diakibatkan oleh beberapa faktor penyebab kecelakaan yang harus dianalisis
supaya tindakan korektif dan upaya preventif (pencegahan) kecelakaan lalu lintas
dapat dilakukan.
Berkaitan dengan hal tersebut, berbagai program penanganan kecelakaan
lalu lintas di jalan telah dilaksanakan oleh berbagai instansi baik pemerintah
maupun swasta. Kecelakaan merupakan tindakan tidak direncanakan dan tidak
terkendali, ketika aksi dan reaksi objek, bahan, atau radiasi menyebabkan cedera
atau kemungkinan cedera (Heinrich, 1980). Menurut D.A. Colling (1990)
yang dikutip oleh Bhaswata (2009) kecelakaan dapat diartikan sebagai tiap
kejadian yang tidak direncanakan dan terkontrol yang dapat disebabkan oleh
manusia, situasi, faktor lingkungan, ataupun kombinasi-kombinasi dari hal-hal
tersebut yang mengganggu proses kerja dan dapat menimbulkan cedera ataupun

tidak, kesakitan, kematian, kerusakaan property ataupun kejadian yang tidak


diinginkan lainnya.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 menyatakan bahwa
kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak
disengaja yang diakibatkan oleh kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan
lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda. Dalam
pengertian secara sederhana, bahwa suatu kecelakaan lalu lintas terjadi apabila
semua faktor keadaan tersebut secara bersamaan pada satu titik waktu tertentu
bertepatan terjadi. Hal ini berarti memang sulit memprediksi secara pasti dimana
dan kapan suatu kecelakaan akan terjadi.
2.1.2 Kategori Kecelakaan lalu lintas
Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas
dan Angkutan Jalan pada pasal 229, karakteristik kecelakaan lalu lintas dapat
dibagi kedalam 3 (tiga) golongan, yaitu:
1) Kecelakaan Lalu Lintas ringan, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan
kerusakan kendaraan dan/atau barang.
2) Kecelakaan Lalu Lintas sedang, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan luka
ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau barang.
3) Kecelakaan Lalu Lintas berat, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan korban
meninggal dunia atau luka berat.
2.1.3 Jenis Kecelakaan Lalu Lintas
Karakteristik kecelakaan lalu lintas menurut Dephub RI (2006) yang dikutip
oleh Kartika (2009) dapat dibagi menjadi beberapa jenis tabrakan, yaitu:

1) Angle (Ra), tabrakan antara kendaraan yang bergerak pada arah yang berbeda,
namun bukan dari arah berlawanan.
2) Rear-End (Re), kendaran menabrak dari belakang kendaraan lain yang
bergerak searah.
3) Sideswape (Ss), kendaraan yang bergerak menabrak kendaraan lain dari
samping ketika berjalan pada arah yang sama, atau pada arah yang
berlawanan.
4) Head-On (Ho), tabrakan antara yang berjalanan pada arah yang berlawanan
(tidak sideswape).
5) Backing, tabrakan secara mundur.

2.2 Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas


Untuk menjamin lancarnya kegiatan transportasi dan menghindari terjadinya
kecelakaan diperlukan suatu pola transportasi yang sesuai dengan perkembangan
dari barang dan jasa. Setiap komponen perlu diarahkan pada pola transportasi
yang aman, nyaman, dan hemat.

Desain geometrik yang tidak memenuhi

persyaratan sangat potensial menimbulkan terjadinya kecelakaan lalu lintas,


seperti tikungan yang terlalu tajam dan kondisi lapis perkerasan jalan yang
tidak memenuhi syarat. Pelanggaran terhadap persyaratan teknis dan laik jalan
maupun pelanggaran terhadap peraturan lalu lintas (rambu, marka, sinyal) yang
dilakukan oleh pengemudi sangat sering menyebabkan kecelakaan. Penempatan
dan pengaturan kontrol lalu lintas yang kurang tepat dapat menyebabkan
kecelakaan lalu lintas seperti rambu lalu lintas, marka jalan, alat pemberi isyarat
lalu lintas, dan pengaturan arah.

10

Oder dan Spicer (dalam Fachrurrozy, 2011) menyatakan bahwa kecelakaan


lalu lintas dapat diakibatkan dari situasi-situasi konflik antara pengemudi dengan
lingkungan, dimana pengemudi melakukan tindakan menghindari sesuatu atau
rintangan sehingga kemungkinan dapat menyebabkan tabrakan atau kecelakaan
lalu lintas. Dari beberapa penelitian dan pengkajian di lapangan dapat
disimpulkan bahwa kecelakaan lalu lintas dipengaruhi oleh faktor manusia,
kendaraan, dan lingkungan jalan, serta interaksi dan kombinasi dua atau lebih
faktor tersebut di atas (Austroads, 2012).
a. Faktor Manusia (Human Factors)
Faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan dalam kecelakaan.
Manusia menggunakan jalan sebagai pejalan kaki dan pengemudi kendaraan.
Pejalan kaki tersebut menjadi korban kecelakaan dan dapat juga menjadi
penyebab kecelakaan. Pengemudi kendaraan merupakan penyebab kecelakaan
yang utama, sehingga paling sering diperhatikan. Hampir semua kejadian
kecelakaan diawali dengan pelanggaran aturan lalu lintas.
Faktor manusia dalam tabrakan kendaraan mencakup semua faktor yang
berhubungan dengan perilaku pengemudi dan pengguna jalan lain yang dapat
berkontribusi terhadap tabrakan. Contoh yang termasuk perilaku pengemudi
antara lain : pandangan dan ketajaman pendengaran, kemampuan membuat
keputusan, dan kecepatan reaksi terhadap perubahan kondisi lingkungan dan
jalan. Meskipun kemahiran dalam keterampilan berkendaraan diajarkan dan diuji
sebagai persyaratan untuk mendapatkan surat keterangan ijin

mengemudi,

seorang pengemudi masih dapat mengalami resiko yang tinggi menabrak

11

karena perasaan percaya diri mengemudi dalam situasi yang menantang dan
berhasil mengatasinya akan memperkuat perasaan percaya diri. Keyakinan
akan kemahiran mengendara akan tumbuh tak terkendali sehingga potensi dan
kemungkinan kecelakaan semakin besar.
Karakteristik dari pengendara yang berpengaruh terhadap terjadinya
kecelakaan lalu lintas, yaitu :
1) Umur
Umur merupakan salah satu karakteristik penting yang dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan lalu lintas. Orang yang berusia tua atau diatas 30 tahun
biasanya lebih memiliki tingkat kewaspadaan lebih tinggi dalam berkendara
daripada orang yang berusia muda, alasannya karena orang yang berusia tua lebih
banyak memiliki pengalaman dalam berkendara dan lebih bijak dalam berkendara
dibanding dengan yang berusia muda yang terkadang

menggebu-gebu

dan

tergesa-gesa dalam berkendara. Lebih dari 27,1% kecelakaan pada tahun


2004 melibatkan anak muda dan pengendara pemula dengan usia antara 16-25
tahun (Dephub RI, 2006).
2) Jenis Kelamin
Jenis kelamin laki-laki memiliki risiko lebih tinggi mengalami kecelakaan
lalu lintas dan angka kematiannya lebih tinggi dibandingkan jenis kelamin
perempuan. Hal ini dikarenakan mobilitas jenis kelamin laki-laki lebih tinggi
daripada jenis kelamin perempuan di jalan raya dalam berkendara. Selain itu
jumlah pengguna sepeda motor lebih tinggi pada jenis kelamin laki- laki daripada
jenis kelamin perempuan. Suatu penelitian di wilayah depok menunjukkan bahwa

12

perbandingan kecelakaan lalu lintas berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki


lebih tinggi dengan persentase 92% dan perempuan 8% (Kartika, 2009).
3) Perilaku
Perilaku juga mempunyai peranan penting dalam terjadinya kecelakaan lalu
lintas pada pengendara sepeda motor. Dimana pada pengendara yang berperilaku
tidak baik ketika berkendara juga mempengaruhi keselamatan pengendara
tersebut, seperti tidak memakai helm atau tidak memakai helm yang sesuai
standar yang di anjurkan, tidak tertib ketika berkendara dengan melanggar rambu
lalu lintas dan marka jalan.
Adapun faktor keadaan manusia yang dapat berhubungan dengan kecelakaan
lalu lintas, yaitu :
a) Lengah
Lengah adalah sebuah kondisi dimana pengemudi sedang melakukan kegiatan
lain ketika mengemudi, sehingga perhatiannya tidak fokus pada berkendara.
Lengah yang terjadi dapat berasal dari lingkungan ataupun prilaku pengemudi
ketika berkendara, seperti pandangan tidak fokus atau berbincang saat berkendara
sehingga tidak dapat mengantisipasi dalam menghadapi situasi lalu lintas dan
tidak memperhatikan lingkungan sekitar yang sewaktu waktu dapat berubah
mendadak.
b) Mengantuk
Mengantuk dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintass pada supir bus,
dikarenakan pengemudi kehilangan reaksi dan konsentrasi akibat kurang istirahat
(tidur) dan/atau sudah mengemudi lebih dari 5 jam tanpa istirahat. Ciri-ciri
pengemudi yang sedang mengantuk adalah sering menguap, sering mengucek
mata akibat mata perih, bereaksi lambat, berkhalusinasi, dan pandangan kosong.
c) Lelah

13

Lelah merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas
karena

kelelahan

dapat

mengurangi

kemampuang

pengemudi

dalam

mengantisipasi keadaan saat berkendara. Lelah fatigue menunjukkan kedaan fisik


dan mental yang berbedan, tetapi semuanya berakibat pada penurunan daya kerja
dan penurunan ketahanan tubuh, dan tanda tanda yang ada hubungannya dengan
kelelahan, antara lain : perasaan lelah dikepala, lelah diseluruh badan, merasa
kacau pikiran, mengantuk, susah berfikir, tidak dapat berkonsentrasi, tidak dapat
memfokuskan pandangan, dan merasa kurang sehat, Sumamur (2009).
d) Mabuk
Mabuk disebabkan oleh pengemudi yang hilang kesadaran akibat pengaruh
alcohol, obat-obatan, dan narkotik. Di Amerika Serikat dilaporkan 50% penyebab
terjadinya kecelakaan fatal (meninggal dunia) adalah alkohol (Pignataro, 1973).
Mabuk yang disebabkan alkohol memiliki peranan penting terhadap terjadinya
kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor.
Oleh karena itu, pengendara

dilarang

mengkonsumsi

alkohol

sebelum

berkendara atau tubuhnya mengandung alkohol ketika ingin berkendara.


e) Tidak tertib
Tidak tertib adalah ketidak disiplinan manusia yang tidak dapat mematuhi
peraturan lalu lintas dalam berkendara yang dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan lalu lintas. Terjadinya ketidak tertiban tersebut dapat dipengaruhi oleh
perilaku pengemudi dan buruknya kesadaran manusia akan hal berlalu lintas yang
rendah, seperti melanggar marka jalan, dan tidak mematuhi rambu lalu lintas.
f) Tidak Terampil
Mengendarai bus memerluka keterampilan, latihan dan pengalaman selama
bertahun-tahun dengan peraktek dengan teknik yang baik dan tepat. Contoh dari

14

pengendara yang tidak terampil seperti tidak berjalan pada jalurnya dan tidak
menjaga jarak aman dalam mengemudi. Pada pengendara pemula risiko terjadinya
kecelakaan lebih besar dibandingkan dengan yang sudah mahir.
g) Kecepatan Tinggi
Kecepatan merupakan hal yang dapat dikontrol si pengemudi, akan tetapi
banyak pengemudi yang mengemudi kendaraannya dalam kecepatan tinggi tanpa
menghiraukan keadaan lingkungannya dan tidak menjaga jarak dengan kendaraan
lain didepan saming dan belakangnya.Kecepatan tinggi dalam mengemudi dapat
menabah risiko terjadinya kecelakaan lalu lintas
b. Faktor Kendaraan (Vehicle Factors)
Kendaraan bermotor sebagai hasil produksi suatu pabrik, telah dirancang
dengan suatu nilai faktor keamanan untuk menjamin keselamatan bagi
pengendaranya. Kendaraan harus siap pakai sehingga harus dipelihara dengan
baik agar semua bagian mobil berfungsi dengan baik, seperti mesin, rem
kemudi, ban, lampu, kaca spion, dan sabuk pengaman. Dengan demikian
pemeliharaan kendaraan tersebut diharapkan dapat :
1) Mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas
2) Mengurangi jumlah korban kecelakaan

lalu

lintas pada

pemakai jalan lainnya


3) Mengurangi besar kerusakan pada kendaraan bermotor.
Kendaraan dapat menjadi faktor penyebab kecelakaan apabila tidak dapat
dikendalikan sebagaimana mestinya sebagai akibat kondisi teknis yang tidak laik
jalan atau penggunaannya tidak sesuai ketentuan.
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan kecelakaan karena faktor
kendaraan, antara lain:

15

a. Rem Blong (Rem Tidak Befungsi)


Rem merupakan komponen penting dari sebuah kendaraan bermotor tidak
terkecuali bus yang berfungsi untuk memperlambat laju dan memberhentikan laju
kendaraan. Teknik pengereman yang tepat mempengaruhi laju kendaraan yang di
kemudikan, jarak yang terlalu dekat juga mempengaruhi pengereman, jika
pengendara kurang memperhatikan jarak pengereman dengan kendraan yang ada
didepannya maka jarak pandang henti akan berkurang, keadaan seperti ini berisiko
terjadinya kecelakaan lalu lintas. Kejadian kecelakaan lalu lintas yang disebabkan
oleh rem blong sering terjadi karena kurangnya pengawasan dan pemeriksaan
pada mesin kendaraan sebelum dikendarai.
b. Over Load atau Kelebihan Muatan
Over load merupakan penggunaan kendaraan yang tidak sesuai ketentuan tertib
muatan.
c. Desain Kendaraan
Desain kedaraan dapat merupakan faktor penyebab berat/ringannya
kecelakaan, tombol-tombol di dashboard kendaraan dapat mencederai orang
terdorong ke depan akibat benturan, kolom kemudi dapat menembus dada
pengemudi pada saat tabrakan. Demikian design bagian depan kendaraan dapat
mencederai pejalan kaki yang terbentur oleh kendaraan.
kendaraan

terutama

tergantung

Perbaikan

design

pada pembuat kendaraan, namun peraturan

atau rekomendasi pemerintah dapat memberikan pengaruh kepada perancang.


d . Sistem Lampu
Sistem lampu kendaraan mempunyai dua tujuan yaitu agar pengemudi
dapat melihat kondisi jalan di depannya sehingga konsisten dengan kecepatannya

16

dan dapat membedakan atau menunjukkan kendaraan kepada pengamat dari


segala penjuru tanpa menyilaukan.
e. Ban
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada ban adalah tekanan ban dan kerusakan
ban. Kendala dalam ban meliputi kemps dan pecah, kedua hal ini dapat
menyebabkan ketidak seimabangan pada ban yang dapat menimbulkan risiko
kecelakaan lalu lintas pada pengemudi terutama dalam keadaan kecepatan tinggi.
c.

Faktor Fisik ( Kondisi Jalan dan Kondisi Alam )


Faktor kondisi jalan dan kondisi alam juga berpengaruh sebagai penyebab

kecelakaan

lalu

lintas.

Kondisi

jalan

yang

rusak

dapat menyebabkan

kecelakaan lalu lintas. Begitu juga tidak berfungsinya marka, rambu, dan alat
pemberi isyarat lalu lintas (APILL) dengan optimal juga dapat menyebabkan
kecelakaan lalu lintas. Ahli jalan raya dan ahli lalu lintas merencanakan jalan
dan aturan-aturannya dengan spesifikasi standar yang dilaksanakan secara
benar dan perawatan secukupnya supaya keselamatan transportasi jalan dapat
terwujud. Hubungan lebar jalan, kelengkungan, dan jarak pandang memberikan
efek besar terjadinya kecelakaan.
Umumnya lebih peka bila mempertimbangkan faktor-faktor ini bersamasama karena mempunyai

efek

psikologis

pada

para

pengemudi dan

mempengaruhi responnya. Misalnya memperlebar alinyemen jalan yang tadinya


sempit dan alinyemen yang tidak baik akan dapat mengurangi kecelakaan bila
kecepatan tetap sama setelah perbaikan jalan. Namun kecepatan biasanya
semakin besar karena adanya rasa aman, sehingga laju kecelakaan pun
meningkat. Perbaikan superelevasi dan perbaikan permukaan jalan yang

17

dilaksanakan secara terisolasi juga mempunyai kecenderungan yang sama untuk


memperbesar laju kecelakaan.
Pemilihan bahan untuk lapisan jalan yang sesuai dengan kebutuhan lalu
lintas dan menghindari kecelakaan selip tidak kurang pentingnya dibanding
pemilihan untuk konstruksi. Tempat-tempat yang mempunyai permukaan
dengan bagian tepi yang rendah koefisien gaya geseknya akan mudah mengalami
kecelakaan selip dibanding lokasi-lokasi lain yang sejenis yang mempunyai
nilai yang tinggi. Hal ini penting bila pengereman atau pembelokan sering
terjadi, misalnya pada bundaran jalan melengkung, persimpangan, pada saat
mendekati tempat pemberhentian bis, penyeberang, dan pada jalan jalan miring,
maka perlu diberi permukaan jalan yang cocok.
Jalan dibuat untuk menghubungkan suatu tempat ke tempat lain dari
berbagai lokasi baik di dalam kota maupun di luar kota. Berbagai faktor kondisi
jalan yang sangat berpengaruh dalam kegiatan berlalu lintas.
Hal

ini

mempengaruhi

pengemudi

dalam

mengatur

kecepatan

(mempercepat, memperlambat, berhenti) jika menghadapi situasi seperti :


a. Jalan Berlubang
Jalan berlubang adalah kondisi dimana permukaan jalan tidak rata akibatnya
terdapat cekungan yang memiliki kedalaman dan diameter yang tidak berpola
yang disebabkan oleh system pelapisan jalan yang tidak sempurna. Kecelakaan
yang srering terjadi dikarenakan pengemudi bus ingin menghindari lubang
tersebut secara tiba-tiba dalam kecepatan tinggi. Dan dalam kasus kecelakaan lain
pengemudi melewati lubang yang memiliki diameter besar sehingga bus yang

18

dikendarai kehilangan keseimbangan dan pengemudi kehilangan kontrol untuk


mengemudi bus.
b. Jalan Rusak
Jalan rusak adalah kondisi dimana permukaan jalan tidak mulus dan rata
dikibatkan oleh banyak faktor seperti, jalan yang tidak diaspal, terdapat bebatuan
kerikil, atau jalan yang diaspal namun sudah tidak memiliki standart untuk jalan
yang baik. Keadaan jalan yang rusak dapat mempengaruhi keseimbangan dan
kontrol dalam berkendara, sehingga sebaiknya pengendara dapat mengurangi
kecepatan untuk menghindari risiko kecelakaan lalu lintas.
c. Jalan Licin/Jalan Basah Akibat Iklim
Permukaan jala yang licin dapat dipengaruhi oleh cuaca/iklim, maupun material
yang menutupi permukaan jalan tersebut seperti lumpur atau batuan kerikil yang
turun kepermukaan jalan akibat turunnya hujan. Keadaan seperti ini membuat
pengemudi harus berhati-hati karena kendaraan bisa saja tergeelincir akibat jalan
yang licin dan berkurangnya keseimbangan kendaraan sehingga kendaraan yang
dikemudikan dapat menabrak kendaraan lain yang ada di dekatnya.
d. Jalan Gelap
Jalan tanpa penerangan yang cukup akan berisiko terjadinya kecelakaan lalu
lintas. Supir bus yang memiliki kurang penglihatan dalam keadaan jalan yang
gelap lebih meningkatkan terjadinya kecelakaan lalu lintas, karena lampu bus saja
tidak mencukupi penerangan jalan yang ada didepannya.
e. Jalan Tanpa Marka/Rambu
Pada umumnya marka/rambu berfungsi untuk mengatur arus lalu lintas dan
memberi tahu pengendara tentang kondisi jalan atau lalu lintas yang dilewati.
Selain itu fungsi marka/rambu lalu lintas sebagai bentuk peraturan yang harus di

19

patuhi oleh semua pengendara agar pengendara dapat melihat dan mengetahui
lingkungan disekitaranya.
f. Tikungan Tajam
Jalan yang memiliki tikungan tajam adalah jalan yang memiliki kemiringan sudut
belokan kurang lebih dari 180. Untuk melewati sudut tersebut pengemudi harus
memiliki keterampilan dan teknik khusus dalam berkendara agar tidak hilangnya
kendali dan keluar dari jalur.

Tikungan tajam juga mengurangi pandangan

pengemudi terhadap rambu lalu lintas.


g. Volume Kendaraan di Jalan
Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa makin padat lalu lintas jalan, makin
banyak pula kecelakaan yang terjadi, akan tetapi kerusakan tidak fatal, makin
sepi lalu lintas makin sedikit kemungkinan kecelakaan akan tetapi fatalitas akan
sangat tinggi. Adanya komposisi lalu lintas seperti tersebut di atas, diharapkan
pada pengemudi yang sedang mengendarai kendaraannya agar selalu berhati-hati
dengan keadaan tersebut.
h. Hujan
Hujan dapat berpengaruh pada kondisi jalan, seperti jalan yang menjadi licin,
jarak pandang yang pendek akibat kabut, dan jarak pengereman menjadi lebih
jauh. Sehingga pengemudi yang tidak berhati-hati akan memiliki risiko
terjadinyan kecelakaan lalu lintas.
Keadaan lain dari lingkungan sekeliling jalan yang harus diperhatikan oleh
pengendara adalah penyeberang jalan, baik manusia atau kadang-kadang
binatang. Lampu penerangan jalan juga perlu ditangani dengan seksama, baik
jarak penempatannya maupun kekuatan cahayanya. Para ahli transportasi
jalan berusaha untuk mengubah perilaku pengemudi dan pejalan kaki dengan
peraturan dan pelaksanaan yang layak sehingga dapat mereduksi tindakantindakan berbahaya mereka.

20

2.3.

Peraturan dan Perundang-undangan Lalu Lintas


Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan Raya merupakan produk hukum yang menjadi acuan utama yang
mengatur aspek-aspek mengenai lalu lintas dan angkutan jalan di Indonesia.
Undang-undang ini merupakan penyempurnaan dari undang-undang sebelumnya
yaitu Undang-undang Nomor 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Raya yang sudah sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi,
perubahan lingkungan strategis, dan kebutuhan penyelenggaraan lalu lintas dan
angkutan jalan saat ini sehingga perlu diganti dengan undang-undang yang baru.
Setelah

undang-undang mengenai lalu lintas dan angkutan jalan yang lama

diterbitkan kemudian diterbitkan 4 (empat) Peraturan Pemerintah (PP), yaitu: PP


No. 41/1993 tentang Transportasi Jalan Raya, PP No. 42/1993 tentang
Pemeriksaan Kendaraan Bermotor, PP No. 43/1993 tentang Prasarana Jalan Raya
dan Lalu Lintas, PP No. 44/1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi.
Lalu dibuatlah pedoman teknis untuk mendukung penerapan Peraturan
Pemerintah (PP) diatas yang diterbitkan dalam bentuk Keputusan Menteri
(KepMen). Beberapa contohnya KepMen tersebut, yaitu: KepMen No. 60/1993
tentang Marka Jalan, KepMen No. 61/1993 tentang Rambu-rambu Jalan, KepMen
No. 62/1993 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, KepMen No. 65/1993
tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Kemenhub
RI, 2011).

21

22

2.4. Dampak Kecelakaan Lalu Lintas


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1993 tentang
Prasarana Jalan Raya dan Lalu Lintas, dampak kecelakaan lalu lintas dapat
diklasifikasi berdasarkan kondisi korban menjadi tiga, yaitu:
a.

Meninggal dunia adalah korban kecelakaan yang dipastikan meninggal


dunia sebagai akibat kecelakaan lalu lintas dalam jangka waktu paling
lama 30 hari setelah kecelakaan tersebut.

b.

Luka berat adalah korban kecelakaan yang karena luka-lukanya


menderita cacat tetap atau harus dirawat inap di rumah sakit dalam
jangka waktu lebihdari 30 hari sejak terjadi kecelakaan. Suatu
kejadian digolongkan sebagai cacat tetap jika sesuatu anggota badan
hilang atau tidak dapat digunakan sama sekali dan tidak dapat sembuh atau
pulih untuk selama-lamanya.

c.

Luka ringan adalah korban kecelakaan yang mengalami luka-luka yang


tidak memerlukan rawat inap atau harus dirawat inap di rumah sakit dari
30 hari.

2.5. Upaya Keselamatan Kecelakaan Lalu Lintas.


Usaha

dalam

rangka

mewujudkan

keselamatan

jalan

raya

merupakan tanggung jawab bersama antara pengguna jalan dan aparatur


negara

yang berkompeten terhadap penanganan jalan raya baik yang

bertanggung jawab terhadap pengadaan dan pemeliharaan infra dan supra struktur,
sarana dan prasarana jalan maupun pengaturan dan penegakkan hukumnya. Hal
ini bertujuan untuk tetap terpelihara serta terjaganya situasi jalan raya yang terarah

23

dan nyaman. Sopan santun dan kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan

yang

berlaku

merupakan suatu hal yang paling penting guna

terwujudnya keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas, sesuai


dengan sistem perpolisian modern menempatkan masyarakat sebagai subjek
dalam menjaga keselamatan pribadinya akan berdampak terhadap keselamatan
maupun keteraturan bagi pengguana jalan lainnya, untuk mewujudkan hal tersebut
perlu

dilakukan

beberapa

perumusan

dalam bentuk

(lima)

strategi

penanganannya, berupa :
1.

Engineering
Wujud strategi yang dilakukan melalui serangkaian kegiatan pengamatan,

penelitian dan penyelidikan terhadap faktor penyebab gangguan/hambatan


keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas serta memberikan
saran-saran berupa langkah-langkah perbaikan dan penanggulangan serta
pengembangannya

kepada

instansi-instansi

yang

berhubungan

dengan

permasalahan lalu lintas.

2.

Education
Segala kegiatan yang meliputi segala sesuatu untuk menumbuhkan

pengertian, dukungan dan pengikutsertaan masyarakat secara aktif dalam


usaha menciptakan keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran berlalu
lintas

dengan

sasaran

masyarakat

terorganisir

dan

masyarakat

tidak

terorganisir sehingga menimbulkan kesadaran secara personal tanpa harus diawasi


oleh petugas.

24

3.

Enforcement
Merupakan segala bentuk kegiatan dan tindakan dari polri dibidang lalu

lintas agar undang-undang atau ketentuan perundang-undangan lalu lintas lainnya


ditaati oleh semua para pemakai jalan dalam usaha menciptakan kenyaman dan
keselamatan berlalu lintas.
4.

Encouragement
Encouragement dapat diartikan sebagai desakan atau pengobar semangat.

Bahwa untuk mewujudkan kenyamanan dan keselamatan berlalu lintas juga


dipengaruhi oleh faktor individu setiap pemakai jalan, dimana kecerdasan
intelektual individu / kemampuan memotivasi dalam diri guna menumbuhkan
kesadaran dalam dirinya untuk beretika dalam berlalu lintas dengan benar sangat
dibutuhkan untuk mewujudkan hal tersebut.
5.

Emergency Preparedness and response


Kesiapan

dalam

tanggap

darurat

dalam

permasalahan lalu lintas harus menjadi prioritas

menghadapi

suatu

utama dalam upaya

penanganannya, kesiapan seluruh komponen stake holder bidang lalu lintas


senantiasa mempersiapkan diri baik sumber daya manusia, sarana dan prasarana
serta

hal

lainnya

dalam

menghadapi

situasi

yang

mungkin

terjadi,

pemberdayaan kemajuan informasi dan teknologi sangat bermanfaat sebagai


pemantau lalu lintas jalan raya disamping keberadaan petugas dilapangan.
2.6. Penelitian Terdahulu
Akhmad David Casidy Rifal dkk. (2015) telah melakukan penelitian tentang
Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kecelakaan Lalu Lintas pada

25

Pengemudi Bus P.O Jember Indah , Trayek Jember- Situbondo sendiri berjarak
71,8 km. Ruas jalan dari Jember sampai Situbondo tidak begitu lebar, sebagian
besar lebar jalan hanya dapat dilalui oleh dua kendaraan. Berdasarkan keterangan
salah satu pengemudi P.O Jember Indah trayek Jember- Situbondo, beliau pernah
mengalami kecelakaan lalu lintas pada tahun 2010 di daerah Tapen, Bondowoso.
Kecelakaan lalu lintas tersebut terjadi dikarenakan dirinya kurang waspada
terhadap kendaraan lain yang berlawanan arah ketika hendak menyalip kendaraan
lain. Akibatnya bus menabrak pengendara sepeda motor dari arah berlawanan
sehingga terjadi kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan patah kaki, lukaluka, dan kerugian materi serta psikologis.
Faktor

risiko

adalah

segala

sesuatu

yang

dapat

menimbulkan

kerugian/kehilangan harta benda dan nyawa, sedangkan kecelakaan lalu lintas


adalah kejadian yang tidak terduga dan sengaja yang melibatkan sedikitnya satu
kendaraan yang menyebabkan kerugian. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
terjadinya kecelakaan lalu lintas dibagi menjadi 3 yaitu, faktor manusia,faktor
kendaraan dan faktor lingkungan dan jalan .
2.7. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah satuan uraian yang visualisasi
hubungan atau kaitan konsep satu terhadap konsep lainnya, atau antara variabel
satu terhaap variabel lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2012).
Pada penelitian ini, faktor kecelakaan (manusia, kendaraan, dan
lingkungan fisik) menjadi variabel independen. Variabel dependen pada penelitian
ini adalah akibat kecelakaan lalu lintas.

26

Variabel Independen

Variabel Dependen

Faktor Manusia :
Mengantuk
Lelah Mabuk
Tidak Tertib Tidak
Konsentrasi
Kecepatan Tinggi.
Faktor Kendaraan :
Kecelakaan Lalu
Lintas

Tidak memeriksakan
kondisi kendaraan

Faktor Lingkungan :
Jalan Rusak
Jalan Licin
Cuaca Buruk
Geometrik Jalan
Tanpa Median
Jalan/Rambu

Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Berhubungan
2.7.1. Variabel Independen
Variabel independen merupan varibel yang menjadi sebab perubahan atau
timbulnya

variabel

dependen

(akibat).

Dalam

penelitian

ini

Variabel

independennya adalah Faktor manusia, Faktor Kendaraan, Faktor Lingkungan


Fisik.

27

2.7.2. Variabel Dependen


Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat
dari variabel independen (penyebab). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
dependennya adalah Kecelakaan Lalu Lintas.
2.7.3. Hipotesis
Hipotesis adalah hasil dari tujuan pustaka atau proses rasional dari
penelitian yang telah mempunyai kebenaran secara teoritik ( Lubis, 2015). Dari
kerangka konsep diatas maka hipotesis dari penelitian ini adalah Ada Faktor
Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas di Terminal
Lubuk Pakam Sumatera Utara Tahun 2017

Anda mungkin juga menyukai