Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Banjir merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia.
Faktor penyebab utamanya adalah curah hujan, mengingat Indonesia berada pada
wilayah tropis yang memiliki curah hujan yang tinggi. Kejadian bencana banjir
memberikan dampak negatif pada wilayah yang berkaitan dengan aktivitas
manusia yaitu dapat menimbulkan korban jiwa dan kerugian material serta efek
psikologis (trauma) terhadap masyarakat yang terkena dampak. Berdasarkan data
dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) bahwa dalam kurun waktu
tahun 1998 2012 di seluruh kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan tercatat 228
kejadian banjir dimana jumlah kejadian banjir yang paling tinggi yaitu pada tahun
2010 sebanyak 74 kejadian yang tersebar di beberapa kabupaten.
Kabupaten Sinjai merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi
Selatan yang pernah dilanda banjir bandang pada tanggal 20 Juni 2006. Bencana
banjir yang terjadi di daerah tersebut menimbulkan banyak kerugian dan korban
jiwa, khususnya di ibukota kabupaten. Kejadian banjir di Kabupaten Sinjai
menyebabkan kerusakan pada fasilitas pendidikan, ibadah, transportasi, areal
pertanian, perkebunan dan bangunan pemerintah serta bangunan pengatur sungai
yang ada di sepanjang Sungai Tangka dan Mangottong (Dep. PU 2006),
sedangkan jumlah korban tercatat 210 orang meninggal, 16 orang dirawat inap, 50
orang hilang dan 10.343 orang mengungsi (Depkes 2007). Terjadinya banjir
disebabkan oleh meluapnya Sungai Tangka yang ada di bagian utara Kota Sinjai
dan Sungai Mangottong yang berada di bagian selatan, yang disebabkan beberapa
faktor diantaranya adalah curah hujan yang tinggi tercatat tanggal 19 20 Juni
2006 pada stasiun pengamat curah hujan Sinjai yaitu 332 mm dan 120 mm,
longsornya tebing sungai di beberapa lokasi di hulu DAS (Daerah Aliran Sungai),
terjadinya pasang air laut bersamaan saat banjir bandang, penampang sungai di
beberapa tempat tidak mampu mengalirkan debit banjir sehingga melimpas
melewati kapasitas alur sungai, dan topografi Kota Sinjai yang relatif datar
(Rahayu 2008). Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, Kabupaten Sinjai masih
sering mengalami bencana banjir.

Kurangnya informasi khususnya data spasial mengenai kondisi wilayah


yang berpotensi terkena dampak banjir dapat memperparah kerugian yang akan
ditimbulkan kedepannya. Kajian spasial wilayah bencana banjir sangat diperlukan
sebagai referensi upaya mitigasi. Menurut Plate (2002) langkah pertama dalam
manajemen risiko banjir adalah pemetaan bahaya banjir.
Banjir adalah proses yang kompleks dipengaruhi oleh banyak faktor di
mana karakteristik debit banjir dan topografi wilayah yang terendam air adalah
sangat penting (Jing 2010). Untuk memodelkan kondisi nyata banjir (real world)
yang sangat kompleks, diperlukan pendekatan yang dapat menyederhanakan
proses-proses kejadian di alam yang bersifat dinamis dan berdasarkan lokasi
ruang (spasial) kejadiannya. Pemodelan berbasis spasial dapat dilakukan dengan
Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan menggunakan data Digital Elevation
Model (DEM).
Penelitian tentang prediksi genangan melalui simulasi model dengan
menggunakan data DEM telah banyak dilakukan, diantaranya oleh Yulianto, et al.
(2009), Wang et al. (2010), Jing (2010), dan Zhou (2011). Pada penelitian ini,
kajian tentang pemodelan spasial genangan dan analisis risiko bencana banjir
difokuskan pada wilayah Sungai Mangottong di Kabupaten Sinjai yang memiliki
kondisi topografi yang relatif datar atau merupakan dataran banjir (flood plain).
Analisis dilakukan berdasarkan data DEM dan data volume banjir berdasarkan
periode ulang debit banjir.
Perumusan Masalah
Kabupaten Sinjai didukung oleh beberapa DAS yang memiliki potensi
debit yang besar dan curah hujan yang tinggi. Diantaranya adalah DAS
Mangottong membentang dari barat daya ke arah timur dan bermuara di Teluk
Bone. DAS Mangottong secara administrasi berada di Kabupaten Sinjai, memiliki
luas 128 km2 dengan panjang sungai 44.53 km. Hulu DAS berada di Gunung
Lompobattang, mempunyai topografi pada bagian hulu DAS yang curam dan pada
bagian hilir DAS yang relatif datar dan dataran rendah (depresion storage) yang
rawan terhadap banjir.

Permasalahan bencana banjir tidak hanya dipengaruhi oleh fenomena alam


yang ekstrim, tetapi juga dipengaruhi oleh fenomena sosial masyarakat khususnya
penduduk yang bermukim pada daerah yang rawan bencana banjir. Pertambahan
penduduk yang semakin meningkat menuntut ketersediaan lahan yang tinggi
untuk menjalankan berbagai aktivitas, tidak terkecuali pada daerah yang rawan
bencana. Namun tidak berarti bahwa lahan yang ada di daerah rawan bencana
tidak dapat dimanfaatkan, melainkan secara bijaksana pemanfaatannya harus
disesuaikan dengan potensi bencana yang ada.
Pengembangan wilayah secara keruangan perlu memperhatikan kendala
pengembangan secara fisik, termasuk diantaranya risiko banjir. Menurut Carter
(1992) penilaian risiko (risk) bencana dapat dilakukan dengan mengidentifikasi
tingkat bahaya (hazard) dan menduga tingkat kerentanan (vulnerability). Tingkat
bahaya banjir dapat diketahui melalui pemodelan spasial genangan, sedangkan
tingkat kerentanan dapat diketahui melalui analisis secara spasial aspek-aspek
yang rentan terhadap bencana banjir.

Penelitian tentang pemodelan spasial

genangan dan risiko banjir di wilayah Sungai Mangottong perlu dilakukan,


mengingat ibukota Kabupaten Sinjai yang padat penduduk dilalui oleh sungai ini
dan telah memberikan dampak yang merugikan saat kejadian banjir pada tahun
2006.
Berdasarkan uraian di atas, pertanyaan-pertanyaan yang mendasari
penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana membangun model spasial genangan banjir di wilayah Sungai
Mangottong?
2. Bagaimana tingkat bahaya banjir di wilayah Sungai Mangottong?
3. Bagaimana tingkat kerentanan banjir di wilayah Sungai Mangottong?
4. Bagaimana tingkat risiko bencana banjir di wilayah Sungai Mangottong?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Membangun model spasial genangan banjir di wilayah Sungai Mangottong.
2. Menganalisis tingkat bahaya bencana banjir di wilayah Sungai Mangottong.

3. Menganalisis

tingkat

kerentanan

bencana

banjir

di

wilayah

Sungai

Mangottong.
4. Menganalisis tingkat risiko bencana banjir di wilayah Sungai Mangottong.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Diharapkan dapat memberikan arahan kebijakan bagi perencanaan tata ruang
wilayah berbasis mitigasi bencana di Kabupaten Sinjai khususnya pada
wilayah Sungai Mangottong.
2. Sebagai bahan pembelajaran dan informasi dalam melakukan mitigasi bencana
khususnya banjir.

Anda mungkin juga menyukai