Anda di halaman 1dari 7

Semua Mengaku Ahlus Sunnah Wal Jamaah, Siapa mereka

yang Sesungguhnya?
Posted by Admin pada 20/04/2009
Dewasa ini marak pengakuan dari berbagai pihak yang mengklaim dirinya Ahlus Sunnah Wal Jamaah
sehingga menyebabkan adanya kerancuan dan kebingungan dalam persepsi banyak orang tentang Ahlus
Sunnah Wal Jamaah, siapakah sebenarnya Ahlus Sunnah Wal Jamaah itu ?
Jawab :
Mengetahui siapa Ahlus Sunnah Wal Jamaah adalah perkara yang sangat penting dan salah satu bekal
yang harus ada pada setiap muslim yang menghendaki kebenaran sehingga dalam perjalanannya di
muka bumi ia berada di atas pijakan yang benar dan jalan yang lurus dalam menyembah Allah sesuai
dengan tuntunan syariat yang hakiki yang dibawa oleh Rasulullah empat belas abad yang lalu.
Pengenalan akan siapa sebenarnya Ahlus Sunnah Wal Jamaah telah ditekankan sejak jauh-jauh hari
oleh Rasulullah kepada para sahabatnya ketika beliau berkata kepada mereka :






Telah terpecah orangorang Yahudi menjadi tujuh puluh satu firqoh (golongan) dan telah terpecah
orang-orang Nashoro menjadi tujuh puluh dua firqoh dan sesungguhnya umatku akan terpecah menjadi
tujuh puluh tiga firqoh semuanya dalam neraka kecuali satu dan ia adalah Al- Jamaah . Hadits shohih
dishohihkan oleh oleh Syaikh Al-Albany dalam Dzilalil Jannah dan Syaikh Muqbil dalam Ash-Shohih AlMusnad Mimma Laisa Fi Ash-Shohihain -rahimahumullahu-.
Demikianlah umat ini akan terpecah, dan kebenaran sabda beliau telah kita saksikan pada zaman ini
yang mana hal tersebut merupakansuatu ketentuan yang telah ditakdirkan oleh Allah Yang Maha Kuasa
dan merupakan kehendak-Nya yang harus terlaksana dan Allah I Maha Mempunyai Hikmah dibelakang
hal tersebut.
Syaikh Sholeh bin Fauzan Al-Fauzan -hafidzahullahu- menjelaskan hikmah terjadinya perpecahan dan
perselisihan tersebut dalam kitab Lumhatun Anil Firaqcet. Darus Salaf hal.23-24 beliau
berkata :(Perpecahan dan perselisihan-ed.) merupakan hikmah dari Allah guna menguji hambahambaNya hingga nampaklah siapa yang mencari kebenaran dan siapa yang lebih mementingkan hawa
nafsu dan sikap fanatisme.
Allah berfirman :
Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (begitu saja) mengatakan : Kami
telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi? Sesungguhnya Kami telah menguji orang- orang yang
sebelum mereka, maka sungguh Allah Maha Mengetahui orang-orang yang benar dan sungguh Dia
Maha Mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. Al-Ankabut : 29 / 1-3).
Dan Allah berfirman :
Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka
senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah
Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan : Sesungguhnya Aku

Page 1 of 7

akan memenuhi Neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.(QS. Hud : 10 /
118-119)
Dan kalau Allah menghendaki tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk, sebab itu
janganlah kamu sekali-kali termasuk orang-orang yang jahil. (QS. Al-Anam : 6 / 35).
Dan Allah Azza wa Jalla Maha Bijaksana dan Maha Merahmati hambaNya. Jalan kebenaran telah
dijelaskan dengan sejelas-jelasnya sebagaimana dalam sabda Rasululullah :





Sungguh saya telah meninggalkan kalian di atas petunjuk yang sangat terang malamnya seperti waktu
siangnya tidaklah menyimpang darinya setelahku kecuali orang yang binasa. Hadits Shohih dishohihkan
oleh Syaikh Al-Albany dalam Dzilalul Jannah.
Dan dalam hadits Abdullah bin Masud -radhiyallahu anhu- :


[

[
Pada suatu hari Rasulullah menggaris di depan kami satu garisan lalu beliau berkata : Ini adalah jalan
Allah. Kemudian beliau menggaris beberapa garis di sebelah kanan dan kirinya lalu beliau berkata : Ini
adalah jalan-jalan, yang di atas setiap jalan ada syaithon menyeru kepadanya. Kemudian beliau
membaca (ayat) : Dan sesungguhnya ini adalah jalanKu maka ikutilah jalan itu dan jangan kalian
mengikuti jalan-jalan (yang lain) maka kalian akan terpecah dari jalanNya. (QS. Al Anam : 6 / 153 ).
Diriwayatkan oleh : Abu Daud Ath-Thoyalisy dalam Musnadnya no. 244, Ath-Thobary dalam Tafsirnya
8/88, Muhammad bin Nashr Al-Marwazy dalam As-Sunnah no.11, Said bin Manshur dalam Tafsirnya
5/113 no 935, Ahmad 1/435, Ad Darimy 1/78 no 202, An-Nasai dalam Al-Kubro 5/94 no.8364 dan 6/343
no.11174, Ibnu Hibban sebagaimana dalam Al-Ihsan 1/180-181 no.6-7 dan dalam Al-Mawarid no 1741,
Al-Hakim dalam Mustadraknya 2/348, Asy-Syasyi dalam Musnadya 2/48-51 no.535-537, Abu Nuaim
dalam Al-Hilyah 6/263 dan Al-Lalakai dalam Syarah Ushul Itiqod Ahlis Sunnah Wal Jamaah 1/80-81.
Dan hadits ini dishohihkan oleh Syaikh Al- Albany dan Syaikh Muqbil dalam Ash-Shohih Al-Musnad
Mimma Laisa Fi Ash-Shohihain.
Adapun penamaan Ahlus Sunnah Wal Jamaah ini akan diuraikan dari beberapa sisi :
Pertama : Definisi Sunnah.
Sunnah secara lughoh (bahasa) : berarti jalan, baik maupun jelek, lurus maupun sesat, demikianlah
dijelaskan oleh Ibnu Manzhurdalam Lisanul Arab 17/89 dan Ibnu An-Nahhas.
Makna secara lughoh itu terlihat dalam hadits Jarir bin Abdullah. Rasulullah r bersabda :







Siapa yang membuat sunnah yang baik maka baginya pahalanya dan pahala orang yang
mengerjakannya setelahnya dan siapa yang membuat sunnah yang jelek maka atasnya dosanya dan
dosa orang yang melakukannya setelahnya. Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shohihnya no.1017.

Page 2 of 7

Lihat Mauqif Ahlis Sunnah Min Ahlil Bidah Wal Ahwa`i 1/29-33 dan Manhaj Ahlus Sunnah Wal Jamaah
Wa Manhajul Asyairah Fi Tauhidillah I/19.
Adapun secara istilah : Sunnah mempunyai makna khusus dan makna umum. Dan yang diinginkan di sini
tentunya adalah makna umum.
Adapun makna sunnah secara khusus yaitu makna menurut istilah para ulama dalam suatu bidang ilmu
yang mereka tekuni:
-Para ulama ahli hadits mendefinisikan sunnah sebagai apa-apa yang disandarkan kepada Nabi r baik itu
perkataan, perbuatan, taqrir (persetujuan-pen.) maupun sifat lahir dan akhlak.
-Para ulama ahli ushul fiqh mendefinisikan sunnah sebagai apa-apa yang datang dari Nabi r selain dari
Al-Quran, sehingga meliputi perkataan beliau, pekerjaan, taqrir, surat, isyarat, kehendak beliau
melakukan sesuatu atau apa-apa yang beliau tinggalkan.
-Para ulama fiqh memberikan definisi sunnah sebagai hukum yang datang dari Nabi r di bawah hukum
wajib.
Adapun makna umum sunnah adalah Islam itu sendiri secara sempurna yang meliputi aqidah, hukum,
ibadah dan seluruh bagian syariat.
Berkata Imam Al-Barbahary : Ketahuilah sesungguhnya Islam itu adalah sunnah dan sunnah adalah
Islam dan tidaklah tegak salah satu dari keduanya kecuali dengan yang lainnya (lihat : Syarh As-Sunnah
hal.65 point 1).
Berkata Imam Asy-Syathiby dalam Al-Muwafaqot 4/4 : (Kata sunnah) digunakan sebagai
kebalikan/lawan dari bidah maka dikatakan : Si fulan di atas sunnah apabila ia beramal sesuai dengan
tuntunan Nabi r yang sebelumnya hal tersebut mempunyai nash dari Al-Quran, dan dikatakan Si Fulan
di atas bidah apabila ia beramal menyelisihi hal tersebut (sunnah).
Syaikhul Islam dalam Majmu Fatawa 4/180 menukil dari Imam Abul Hasan Muhammad bin Abdul Malik
Al-Karkhy beliau berkata : Ketahuilah bahwa sunnah adalah jalan Rasulullah dan mengupayakan
untuk menempuh jalannya dan ia (sunnah) ada 3 bagian : perkataan, perbuatan dan aqidah.
Berkata Imam Ibnu Rajab -rahimahullahu taala- dalam Jami Al-Ulum Wal Hikam hal. 249 : Sunnah
adalah jalan yang ditempuh, maka hal itu akan meliputi berpegang teguh terhadap apa- apa yang beliau
berada di atasnya dan para khalifahnya yang mendapat petunjuk berupa keyakinan, amalan dan
perkataan. Dan inilah sunnah yang sempurna, karena itulah para ulama salaf dahulu tidak menggunakan
kalimat sunnah kecuali apa-apa yang meliputi seluruh hal yang tersebut di atas. Hal ini diriwayatkan dari
Hasan, Al-Auzaiy dan Fudhail bin Iyadh.
Demikianlah makna sunnah secara umum dalam istilah para ulama -rahimahumullah- dan hal itu adalah
jelas bagi siapa yang melihat karya-karya para ulama yang menamakan kitab mereka dengan nama AsSunnah dimana akan terlihat bahwa mereka menginginkan makna sunnah secara umum seperti :
1. Kitab As-Sunnah karya Ibnu Abi Ashim.
2. Kitab As-Sunnah karya Imam Ahmad.
3. Kitab As-Sunnah karya Ibnu Nashr Al-Marwazy.
4. Kitab As-Sunnah karya Al-Khallal.

Page 3 of 7

5. Kitab As-Sunnah karya Abu Jafar At-Thobary.


6. Kitab Syarh As-Sunnah karya Imam Al-Barbahary.
7. Kitab Syarh As-Sunnah karya Al-Baghawy.
8. dan lain-lainnya.
Lihat : Mauqif Ahlis Sunnah 1/29-35, Haqiqatul Bidah 1/63-66 dan Manhaj Ahlus Sunnah Wal Jamaah
Wa Manhajul Asyairah 1/19-23.
Kedua : Makna Ahlus Sunnah.
Penjelasan makna sunnah di atas secara umum akan memberikan gambaran tentang makna Ahlus
Sunnah (pengikut sunnah-ed.).
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu Fatawa jilid 3 hal.375 ketika memberikan defenisi
tentang Ahlus Sunnah : Mereka adalah orang-orang yang berpegang teguh dengan Al- Quran dan
sunnah Rasulullah r dan apa-apa yang disepakati oleh orang-orang terdahulu yang pertama dari
kalangan sahabat Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.
Berkata Ibnu Hazm dalam Al-Fishal jilid 2 hal. 281 : Dan Ahlus Sunnah -yang kami sebutkan- adalah
ahlul haq (pengikut kebenaran) dan selain mereka adalah ahlul bidah (pengikut perkara- perkara baru
dalam agama), maka mereka (ahlus sunnah) adalah para sahabat -radhiyallahu anhum- dan siapa saja
yang menempuh jalan mereka dari orang-orang pilihan di kalangan tabiin kemudian Ashhabul Hadits dan
siapa yang mengikuti mereka dari para ahli fiqh zaman demi zaman sampai hari kita ini dan orang-orang
yang mengikuti mereka dari orang awam di Timur maupun di Barat bumi -rahmatullahi alaihim-.
Dan Ibnul Jauzy berkata dalam Talbis Iblis hal.21 : Tidak ada keraguan bahwa ahli riwayat dan hadits
yang mengikuti jejak Rasulullah r dan jejak para sahabatnya mereka itulah Ahlus Sunnah karena mereka
di atas jalan yang belum terjadi perkara baru padanya. Perkara baru dan bidah hanyalah terjadi setelah
Rasulullah r dan para sahabatnya.
Berkata Syaikhul Islam dalam Majmu Fatawa 3/157 : Termasuk jalan Ahlus Sunnah wal Jamaah adalah
mengikuti jejak-jejak Rasulullah secara zhohir dan batin dan mengikuti jalan orang-orang terdahulu yang
pertama dari para (sahabat) Muhajirin dan Anshar dan mengikuti wasiat Rasulullah tatkala berkata :
Berpeganglah kalian pada sunnahku dan sunnah para khalifah yang mendapat petunjuk dan hidayah
setelahku berpeganglah kalian dengannya dan gigitlah dengan gigi geraham kalian dan berhati-hatilah
kalian dari perkara yang baru karena setiap perkara yang baru adalah bidah dan setiap bidah adalah
sesat.
Dan beliau berkata dalam Majmu Fatawa 3/375 ketika memberikan defenisi tentang Ahlus Sunnah :
Mereka adalah orang-orang yang berpegang teguh dengan kitab Allah dan sunnah Rasulullah dan apaapa yang disepakati oleh generasi dahulu yang pertama dari kaum Muhajirin dan Anshar dan yang
mengikuti mereka dengan baik.
Dan di dalam Majmu Fatawa 3/346 beliau berkata : Siapa yang berkata dengan Al-Quran dan AsSunnah dan Ijma maka ia termasuk Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
Berkata Abu Nashr As-Sijzy : Ahlus Sunnah adalah mereka yang kokoh di atas keyakinan yang dinukil
kepada mereka olah para ulama Salafus Sholeh -mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Taala
merahmati mereka- dari Rasulullah r atau dari para sahabatnya -radhiyallahu anhum- pada apa-apa
yang tidak ada nash dari Al-Quran dan dari Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam, karena mereka itu

Page 4 of 7

-radhiyallahu anhum- para Imam dan kita telah diperintahkan mengikuti jejak-jejak mereka dan sunnah
mereka, dan ini sangat jelas sehingga tidak butuh ditegakkannya keterangan tentangnya.
(Lihat : Ar-Raddu Ala Man Ankaral Harf hal.99)
Maka jelaslah dari keterangan-keterangan di atas dari para Imam tentang makna penamaan Ahlus
Sunnah bahwa Ahlus Sunnah adalah orang-orang yang menerapkan Islam secara keseluruhan sesuai
dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya berdasarkan pemahaman para ulama salaf dari kalangan para
sahabat, tabiin dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik .
Dan tentunya merupakan suatu hal yang sangat jelas bagi orang yang memperhatikan hadits- hadits
Rasulullah akan disyariatkannya penamaan Ahlus Sunnah terhadap orang-orang yang memenuhi kriteriakriteria di atas.
Rasulullah r menyatakan dalam hadits Irbath bin Sariyah -radhiyallahu anhu- :

Rasulullah sholat bersama kami sholat Shubuh, kemudian beliau menghadap kepada kami kemudian
menasehati kami dengan suatu nasehat yang hati bergetar karenanya dan air mata bercucuran, maka
kami berkata : Yaa Rasulullah seakan-akan ini adalah nasehat perpisahan maka berwasiatlah kepada
kami. Maka beliau bersabda : Saya wasiatkan kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah dan
mendengar serta taat walaupun yang menjadi pemimpin atas kalian seorang budak dari Habasyah
(sekarang Ethopia) karena sesungguhnya siapa yang hidup di antara kalian maka ia akan melihat
perselisihan yang sangat banyak maka berpegang teguhlah kalian kepada sunnahku dan kepada sunnah
para Khalifah Ar-Rasyidin yang mendapat petunjuk, gigitlah ia dengan gigi geraham dan hati-hatilah
kalian dengan perkara yang baru, karena setiap perkara yang baru adalah bidah.. Hadits shohih dari
seluruh jalan-jalannya.
Dan masih banyak lagi dalil yang menunjukkan hal di atas. Wallahu alam.
Lihat : Mauqif Ahlis Sunnah Wal Jamaah 1/36-37, 47-49, Haqiqatul Bidah 1/63-66, 268-269 dan Manhaj
Ahlus Sunnah 1/19-20, 24-27.
Ketiga : Definisi Jamaah.
Jamaah secara lughoh : Dari kata Al-Jama bermakna menyatukan sesuatu yang terpecah, maka
jamaah adalah lawan kata dari perpecahan.
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu Fatawa 2/157 : Dan mereka dinamakan Ahlul
Jamaah karena Al-Jamaah adalah persatuan dan lawannya adalah perpecahan.
Adapun secara istilah para ulama berbeda penafsiran tentang makna jamaah yang tersebut di dalam
hadits-hadits Rasulullah, di antara hadits-hadits itu adalah :
Satu : Hadits perpecahan ummat yang telah disebutkan di atas
Dua : Wasiat Nabi kepada Hudzaifah dalam hadits riwayat Bukhory-Muslim , beliau berkata :


Page 5 of 7

Engkau komitmen dengan jamaah kaum muslimin dan Imamnya .


Tiga : Hadits Ibnu Abbas riwayat Bukhory-Muslim Rasulullah r bersabda :


Karena sesungguhnya siapa yang berpisah dengan Al-Jamaah sedikitpun kemudian ia mati maka
matinya adalah mati jahiliyah.
Empat : Hadits Ibnu Abbas Rasulullah bersabda :


Tangan Allah di atas Al-Jamaah.
Dari hadits-hadits di atas dan yang semisalnya para ulama berbeda di dalam menafsirkan kalimat AlJamaah yang terdapat di dalam hadits-hadits tersebut sehingga ditemukan ada enam penafsiran :
Pertama : Jamaah adalah Assawadul Azhom (kelompok yang paling besar dari umat Islam). Ini adalah
pendapat Abu Masud Al-Anshory, Abdullah bin Masud dan Abu Ghalib.
Kedua : Al-Jamaah adalah jamaah ulama ahli ijtihad atau para ulama hadits, dikatakan bahwa mereka
ini adalah jamaah karena Allah I menjadikan mereka hujjah terhadap makhluk dan manusia ikut pada
mereka pada perkara agama.
Berkata Imam Al-Bukhory menafsirkan jamaah : Mereka adalah ahlul ilmi (para ulama).
Dan Imam Ahmad berkata tentang jamaah : Apabila mereka bukan Ashhabul Hadits (ulama hadits)
maka saya tidak tahu lagi siapa mereka.
Dan Imam Tirmidzi berkata : Dan penafsiran jamaah di kalangan para ulama bahwa mereka adalah ahli
fiqh, (ahli) ilmu dan (ahli) hadits.
Dan ini merupakan pendapat Abdullah bin Mubarak, Ishaq bin Rahaway, Ali bin Al-Madiny, Amr bin Qais
dan sekelompok dari para ulama salaf dan juga merupakan pendapat ulama ushul fiqh.
Ketiga : Al-Jamaah adalah para sahabat. Hal ini berdasarkan hadits perpecahan umat yang di
sebahagian jalannya disebutkan bahwa yang selamat adalah Al-Jamaah dan dalam riwayat yang lain :
Apa-apa yang aku dan para sahabatku berada di atasnya. Dan ini adalah pendapat Umar bin Abdil
Aziz dan Imam Al-Barbahary.
Keempat : Al-Jamaah adalah jamaah umat Islam apabila mereka bersepakat atas satu perkara dari
perkara-perkara agama. Pendapat ini disebutkan oleh Imam Asy-Syathiby.
Kelima : Al-Jamaah adalah jamaah kaum muslimin apabila mereka bersepakat di bawah seorang
pemimpin. Ini adalah pendapat Imam Ibnu Jarir Ath-Thobary dan Ibnul Atsir.
Keenam : Al-Jamaah adalah jamaah kebenaran dan pengikutnya. Ini adalah pendapat Imam Al
Barbahary dan Ibnu Katsir.
Demikianlah penafsiran-penafsiran para ulama tentang makna Al-Jamaah, yang semuanya itu akan
membawa kepada kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut :

Page 6 of 7

1. Penafsiran-penafsiran tersebut walaupun saling berbeda lafadz dan konteksnya akan tetapi tidak
saling bertentangan bahkan saling melengkapi makna maupun kriteria Al-Jamaah.
2. Maka jelaslah bahwa makna Al-Jamaah yang dikatakan sebagai golongan yang selamat dan pengikut
kebenaran adalah Islam yang hakiki yang belum dihinggapi oleh noda yang mengotorinya.
3. Mungkin bisa disimpulkan dari penafsiran-penafsiran Al-Jamaah di atas bahwa makna Al- Jamaah
kembali kepada dua perkara :
Satu : Jamaah yang berarti bersatu di bawah kepemimpinan seorang pemerintah sesuai dengan
ketentuan syariat maka wajib untuk komitmen terhadap jamaah ini dan diharamkan untuk keluar darinya
dan mengadakan kudeta terhadap pemimpinnya .
Dua : Jamaah yang berarti mengikuti kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah r kemudian diikuti oleh
para sahabatnya, para ulama ahli ijtihad dan ahlul hadits yang mereka itulah Assawadul Azhom dan
pengikut kebenaran.
Berkata Abdullah bin Masud tentang Al-Jamaah :


Al-Jamaah adalah apa yang mencocoki kebenaran walaupun engkau sendiri.
Berkata Abu Syamah dalam Al-Baits hal.22 : Dan apabila datang perintah untuk komitmen terhadap AlJamaah, maka yang diinginkan adalah komitmen terhadap kebenaran dan pengikut kebenaran tersebut
walaupun yang komitmen terhadapnya sedikit dan yang menyelisihinya banyak orang. Karena kebenaran
adalah apa-apa yang jamaah pertama r dan para sahabatnya berada di atasnya dan tidaklah dilihat
kepada banyaknya ahlul bathil setelah mereka.
Lihat : Al-Itishom 2/767-776 tahqiq Salim Al-Hilaly, Manhaj Ahlus Sunnah Wal Jamaah Wa Manhaj AlAsyariyah Fi Tauhidillah 1/20-23, Mauqif Ahlis Sunnah Wal Jamaah 1/49-54, Mauqif Ibnu Taimiyah Minal
Asyariyah 1/26-32.
Kesimpulan :
Bisa disimpulkan dari seluruh penjelasan di atas bahwa Ahlus Sunnah Wal Jamaah adalah para sahabat,
tabiin dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik dari para ulama Ahli Ijtihad dan Ahli Hadits
yang berjalan di atas Al-Quran dan Sunnah dan siapa saja yang mengikuti mereka dalam hal tersebut
sampai hari kiamat. Wal Ilmu Indallah.
Dikutip dari http://www.an-nashihah.com, Penulis: Al Ustadz Abu Muhammad Dzulqornain, Judul asli: Ahlus Sunnah Wal Jamah,
Siapakah Mereka?

Page 7 of 7

Anda mungkin juga menyukai