LANJUT USIA
viviyulaswati@bappenas.go.id
Direktur Perlindungan Sosial dan Kesejahteraan Masyarakat
Depok, 27 Mei 2015
KERANGKA PAPARAN
Kerangka Pembangunan Jangka
Panjang Indonesia
Kebijakan Perlindungan Sosial dalam
RPJMN 2015-2019
Perlindungan Sosial bagi Lansia
Implikasi kebijakan
Menghadirkan Kembali
Negara Untuk Melindungi
Segenap Bangsa dan
Memberikan Rasa Aman
pada Seluruh Warga
Negara
2
Membangun Tata Kelola
Pemerintahan yang Bersih,
Efektif, Demokratis dan
Terpercaya
Memperkuat Kehadiran
Negara Dalam Melakukan
Reformasi Sistem Dan
Penegakan Hukum Yang
Bebas Korupsi,
Bermartabat Dan
Terpercaya
Meningkatkan
Produktivitas Rakyat dan
Daya Saing Di Pasar
Internasional
Meningkatkan Kualitas
Hidup Manusia Indonesia
7
Mewujudkan Kemandirian
Ekonomi Dengan
Menggerakan SektorSektor Strategis Ekonomi
Domestik
Melakukan Revolusi
Karakter Bangsa
Memperteguh
Kebhinekaan dan
Memperkuat Restorasi
Sosial Indonesia
4
AGENDA KE 5:
MENINGKATKAN KUALITAS
HIDUP MANUSIA INDONESIA
Peningkatan Kualitas
Manusia dan Masyarakat
Kesetiakawanan Sosial
Penguatan Lembaga Sosial
AGENDA KE 9:
MEMPERTEGUH KEBHINEKAAN
& MEMPERKUAT RETORASI
SOSIAL INDONESIA (REVOLUSI
MENTAL)
Meningkatkan pembudayaan kesetiakawanan sosial
dalam penyelenggaraan
perlindungan sosial
Arah & Strategi
Peningkatan penyuluhan sosial
untuk pendidikan dan
kesadaran masyarakat
Penguatan peran pemerintah
pusat, pemerintah daerah &
berbagai unsur masyarakat dlm
penyelenggaraan
kesetiakawanan sosial
Peningkatan jejaring kerja
kesetiakawanan sosial
5
Protective (Perlindungan):
Upaya pemberian pelayanan
dasar dan bantuan sosial
untuk jangka
pendek/darurat.
Promotive (Promosi):
Upaya meningkatkan
kapasitas, keahlian, dan
tingkat pendapatan.
Transformative (Transformatif):
Upaya reformasi sistem melalui
aspek hukum & kebijakan publik
untuk menghilangkan kerentanan &
ketidaksetaraan
Ekonomi:
Pengangguran, pendapatan
rendah dan tidak menentu,
krisis ekonomi
Sosial:
bencana sosial, ketelantaran,
ketiadaan aset (rumah tinggal
dan lahan).
Lingkungan:
Bencana alam, kekeringan,
banjir, kebakaran, man-made
disaster
STRATEGI
Asuransi Sosial
Asuransi Kesehatan
Minimum Guaranteed
Income
Asuransi Pertanian
Kesejahteraan Sosial
Penataan bantuan sosial
Pelayanan sosial dasar
Peningkatan kapasitas
Program pendukung
(targeting, safeguarding,
Early Warning System)
Perlindungan Pekerja
Jaminan Pensiun
Jaminan Kematian
Jaminan Hari Tua
Jaminan Kecelakaan
Kerja
2014
INFORMAL
JAMKESMA
S
JAMKESDA
ASKES
JAMSOS
TEK
BPJS
KETENAGAKERJAAN
PT.
JAMSOSTEK
JAMINAN
KEMATIAN
JAMINAN
HARI TUA
YANKES
ASABRI
TASPEN
BPJS
KESEHATAN
2029
PT.ASKES
JAMINA
N KEC
KERJA
TNI/
POLRI
2015
JAMINAN
PENSIUN
JAMINAN
HARI TUA
JAMINAN
PENSIUN
JAMINAN
HARI TUA
Perlindungan
Sosial Lanjut
Usia
Tabungan Hari
Tua
Pensiun Sosial
(Berbasis
Bansos)
Formal
Informal
Kesehatan
Perlindungan
Non
Keuangan
Perawatan
Berbasis
Kontribusi
Pemberdayaan
Berbasis
Bansos
(Yansos)
Active Aging
Inklusivitas
REGULER PANTI
DAY CARE
HOME CARE
KUBE/UEP
ASLUT
Pemenuhan
kebutuhan dasar lanjut
usia yang tinggal di
panti
Peningkatan kegiatan
dan aktualisasi lansia yg
tinggal sendiri/ bersama
keluarga melalui
pelayanan panti/Dinas
Sosial
Pemenuhan kebutuhan
dasar dan pendampingan
lansia terlantar/hidup
sendiri di rumah (2-3x
visits/minggu oleh
pekerja sosial)
Peningkatan
penghasilan dan
pendapatan lanjut
usia yg masih
dapat produktif
SUPPORT RATIO
12
10
8
6
4
10
60 000
10
USA
50 000
GDP/Capita
10
8
7
7
6
4
3
40 000
30 000
20 000
Singapore
Malaysia
Korea
Europe
China
0
0 Indonesia
5
10
15
20
Viet Nam % of 60+
0
1950 1960 1970 1980 1990 2000 2010 2020 2030 2040 2050
Japan
Thailand
10 000 Philippines
2
Australia
25
30
35
Lansia yang sehat dan mandiri akan tetap produktif sebagai bagian dari sumberdaya ekonomi.
Lansia berpotensi memperkuat kohesi atau modal sosial (social capital) antar kelompok penduduk maupun lintas generasi.
Pemberian layanan sosial bagi lansia lebih mudah dari sisi verifikasi, moral hazard, politis, & HAM.
Peningkatan jumlah lansia akan diikuti oleh penurunan Support ratio (perbandingan antara pekerja dan lansia).
Hal ini berpotensi mengurangi jumlah pembayar pajak.
Bila tidak disiapkan jaminan sosial yang memadai bagi lansia akan menjadi beban (fiskal).
10
Persentil 12%
Persentil 15%
dalam ribuan
1,907
1,307
1,227
963
936
Jiwa
Jiwa
Jiwa
Jiwa
e Siswa SD*
Jiwa
f Siswa SMP**
Jiwa
375,010
447,081
552,563
g Siswa SMA***
Jiwa
129,389
158,752
206,719
Jiwa
Jiwa
610,421
715,079
862,081
Jiwa
342,553
394,166
469,430
Total Individu
Jiwa
Jiwa
36.44%
35.53%
830 846
767
756
677
626
618
804
336
257
215
974
1,059 1,021
456
372
307
179
147
136
152
106122
11
18.76%
13.93%
12.38%
12.16%
11.81%
10.03%
9.78%
9.59%
9.35%
9.22%
8.81%
8.17%
8.00%
7.84%
7.65%
7.53%
7.33%
7.05%
7.03%
7.01%
6.78%
6.67%
6.25%
6.15%
5.90%
5.84%
5.81%
5.55%
4.65%
4.36%
3.90%
2.37%
1.00%
(PPLS 2011)
13
Menerapkan elijibilitas yang definitif untuk mengurangi beban APBN (misal: hanya untuk lansia
miskin/telantar dan usia sangat lanjut; dibayarkan dalam jumlah yang sama, tanpa memperhitungkan
jumlah lansia dan keluarga).
Aturan elijibilitas fleksibel sesuai dengan perubahan struktur penduduk, misalnya perubahan UHH &
tingkat kemiskinan.
Seiring dengan perbaikan ekonomi dan pengetahuan penduduk, dalam jangka panjang cakupannya harus
berkurang dan digantikan dengan pensiun berbasis kontribusi.
Pengembangan pensiun berbasis kontribusi untuk sektor informal pada usia kerja, baik miskin maupun tidak
miskin, perlu memperhatikan aspek-aspek berikut:
Peningkatan pemahaman pentingnya pensiun dan perlindungan hari tua
Sistem kontribusi dan pengambilan manfaat yang fleksibel.
Kemudahan pendaftaran dan pembayaran.
Insentif/Subsidi untuk beberapa golongan peserta melalui subsidi premi pemerintah atau tautan dengan
program lain dan menjadikannya wajib bagi peserta program tersebut. Misal: peserta KUBe diwajibkan untuk
14
menyisihkan keuntungan sebagai tabungan pensiun.
Saat Ini
Usia
Kerja
Lansia
di atas
70 th
Belum pernah
menabung
Diberikan pensiun
sosial, bansos, dan
layanan sosial lainnya
T+1
10 -15 tahun
mendatang
T+2
25 30 tahun
mendatang
SUSTAINABILITAS SISTEM
Beban pensiun sosial berkurang
Kemandirian lanjut usia meningkat
(LONG-TERM CARE)
InstitutionalBased
CommunityBased
Home-Based
16
Direct (Intervensi)
Ketahanan pangan
Keterkaitan dg program2
Pemerintah
Penghidupan
Promosi perlindungan
dan HAM
OPA
Kesehatan lansia
Homecare
Kemandirian
Kebencanaan
Kegiatan sosial
BANGLADESH
Advocacy
INDONESIA
THAILAND
CHINA
CAMBODIA
Direct Intervention
VIETNAM (Govt.)
Older People Associations
PHILIPPINES
VIETNAM
MYANMAR
CHINA (Govt.)
17
Pendekatan Baru
Relatif mahal
18
KELEMBAGAAN LANSIA
BERBASIS KOMUNITAS (OPAs)
OPA merupakan sebuah model
pembangunan berbasis komunitas
yang bertujuan memperbaiki
kesejahteraan lanjut usia (termasuk
yg miskin), beserta keluarga dan
komunitasnya.
Different names, same concept:
Older Peoples Association (OPA)
Older Peoples Clubs (OPC)
Older People's Organizations (OPO)
Older Peoples Self -Help Groups (OPSHG)
Intergenerational Self-Help Clubs (ISHC)
Synergy
Mutual Support
Gender
&
ageing
Social &
cultural
Resource
Mobilization
& Self-help
Healthy &
active
living
Right &
entitlement
OPA
Homecare
(care)
Governance &
development
Income
security
Dynamic
Health
care &
insurance
DRR and
CCA
Improve image
Peduli nutrisi
20
KESIMPULAN
Terus mengupayakan integrasi isu Population Aging ke dalam agenda
pembangunan nasional, termasuk pengembangan strategi, indikator dan indeks,
serta implementasinya Perlu masukan dari berbagai hasil kajian/riset
Kebijakan kelansiaan berbasis masyarakat perlu terus dikembangkan karena
efektif meningkatkan keadilan, keberlanjutan, dan inklusif.
Penguatan database, registrasi lansia dan Monev
Mengembangkan Long Term Care Financial System dan skema pensiun sosial
Pelatihan dan pengembangan SPM kelanjutusiaan: Institutional Care dan Noninstitutional Care
TERIMA KASIH
25