Nur Lina PDF
Nur Lina PDF
PENDAHULUAN
Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin yang berasal dari
metabolisme dalam tubuh/ faktor endogen (genetik) dan berasal dari luar tubuh/
faktor eksogen (sumber makanan). Asam urat dihasilkan oleh setiap makhluk
hidup sebagai hasil dari proses metabolisme sel yang berfungsi untuk
memelihara kelangsungan hidup (Kanbara, 2010).
1004
1005
Analisis Kebiasaan Makan Yang Menyebabkan Peningkatan Kadar Asam Urat Nur lina, andik
setiyono
1006
METODE PENELITIAN
Populasi adalah seluruh dosen dan tenaga kependidikan di Universitas
Siliwangi yang berjumlah 330 orang. Besar sampel dihitung dengan rumus:
n=
N
1 N (d 2 )
Hasil perhitungan diperoleh sampel sebanyak 180 orang.Variabel bebas
1007
Analisis Kebiasaan Makan Yang Menyebabkan Peningkatan Kadar Asam Urat Nur lina, andik
setiyono
1008
untuk penyakit jantung koroner. Diduga kristal asam urat akan merusak endotel
(lapisan bagian dalam pembuluh darah koroner) (Indriawan,2009).
4. Kadar Asam Urat
Tabel 3.Hasil Pemeriksaan Asam Urat Dosen dan Tenaga Kependidikan
Universitas Siliwangi tahun 2014.
Mean
5,254 mg/dL
Median
5,200 mg/dL
Standar Deviasi
1,5156 mg/dL
Minimum
2,5 mg/dL
Maksimum
10,3 mg/Dl
Kadar asam urat pada dosen dan tenaga kependidikan Universitas
Siliwangi menunjukkan rata-rata 5,254 mg/dL dengan kadar asam urat terendah
2,5 mg% dan kandungan asam urat tertinggi 10,3 mg/dL .Nilai rujukan kadar
asam urat normal dalam darah pria adalah 2,1-7 mg/dL dan pada perempuan
adalah 2,0-6 mg/dL. Kadarnya akan meningkat pada orangtua, sedang nilai
rujukan kadar asam urat normal pada urin adalah 250-750 mg/24 jam. Rata rata
kadar asam urat pada dosen dan tenaga kependidikan Universitas Siliwangi
adalah 5,254 mg/dL. Menurut American Medical Association, kadar asam urat
normal antara 3,6 mg/dL 8,3 mgdL (1 mg/dL = 59,48 mol/L) sehingga rata-rata
kadar asam urat dosen dan tenaga kependidikan Universitas Siliwangi termasuk
kategori normal.
Banyaknya responden yang memiliki kadar asam urat normal karena
sebagian besar sudah menjaga pola makan, selain itu, pada sebagian wanita
postmenopause masih dapat dijumpai jenis steroid seks lain dengan kadar yang
normal
dalam
darah,
ovarium
wanita
postmenopause
masih
memiliki
kemampuan untuk menyintesis steroid seks. Selsel hilus dan korteks ovarium
masih dapat memproduksi androgen, estrogen dan progesteron dalam jumlah
tertentu. Lemak, uterus, hati, otot, kulit, rambut, dan bahkan bagian dari sistem
neural sumsum tulang (bone marrow) mempunyai kemampuan mengaromatisasi
androgen menjadi estrogen, estrogen dapatmembantu pengeluaran asam urat
melalui ginjal. Pada wanita gemuk masih ditemukan kadar estron yang tinggi,
dan estron ini akan diubah menjadi estradiol (Ali, 2003).
Walaupun sebagian besar responden memiliki kadar asam urat normal,
namun masih terdapat beberapa orang yang memiliki kadar asam urat tinggi
(Hiperurusemia) walaupun mereka sudah menjaga pola makan. Sacher (2004)
mengemukakan asam urat merupakan metabolisme akhir purin. Di dalam tubuh,
1009
Analisis Kebiasaan Makan Yang Menyebabkan Peningkatan Kadar Asam Urat Nur lina, andik
setiyono
perputaran purin terjadi secara terus menerus seiring dengan sintesis dan
penguraian RNA dan DNA , sehingga walaupun tidak ada asupan purin, tetap
terbentuk asam urat dalam jumlah yang substansial. Selain itu, Sylvia (2006)
menjelaskan pada wanita kadar urat tidak meningkat sampai setelah menopause
karena estrogen membantu meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal.
Setelah menopause, kadar serum urat meningkat seperti pada pria.
Tabel4. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kejadian
Hiperurisemia pada Dosen dan Tenaga Kependidikan Universitas
Siliwangi Tahun 2014
Jenis Kelamin
Kategori Asam Urat
Total
Hiperurisemia
Non Hiperurisemia
n
%
n
%
n
%
Laki-laki
23
19,7
94
80,3
117
100
Perempuan
5
7,9
58
92,1
63
100
Jumlah
28
15,6
152
84,4
180
100
Pvalue = 0,064
Hiperurisemia
lebih
banyak
didapatkan
pada
laki-laki
(19,7%)
dibandingkan pada perempuan (7,9%). Hasil uji chi square didapatkan pvalue
0,064 > dari 0,05 () sehingga disimpulkan tidak ada hubungan antara jenis
kelamin dengan kejadian hiperurisemia pada dosen dan tenaga kependidikan
Universitas Siliwangi.Penelitian ini juga menunjukkan kadar asam urat lebih
tinggi pada laki-laki (65%) dibandingkan dengan perempuan (35%) namun tidak
ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian hiperurisemia pada dosen
dan tenaga kependidikan Universitas Siliwangi. Dalam keadaan normal kadar
urat serum pada pria mulai meningkat saat pubertas. Pada wanita kadar asam
urat tidak meningkat sampai setelah menopause karena estrogen membantu
meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal. Setelah menopause, kadar
serum urat meningkat seperti pada pria (Sylvia, 2006).
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kegemukan terhadap
Kejadian Hiperurisemia pada Dosen dan Karyawan Universitas
Siliwangi Tahun 2014
Kategori Asam Urat
Total
Kategori Kegemukan
Hiperurisemia Non Hiperurisemia
n
%
n
%
N
%
Gemuk
4
14,8
23
85,2
27
100
Tidak gemuk
24
15,7
129
84,3
153 100
Jumlah
28
15,6
152
84,4
180 100
P value=1,000
1010
pada
Siliwangi.BMItinggi
peningkatan
asam
dosen
dan
danmassa
urat
tenaga
ototyang
(
Erick,
kependidikan
rendahtetap
2013).
Universitas
signifikan
dengan
AsupanCHOtinggidapat
lebih
banyak
didapatkan
pada
responden
dengan
konsumsi makan tinggi purin yang sering (20,4%) dibandingkan dengan yang
jarang (7,5%). Hasil uji chi square didapatkan P value = 0,036 < 0,05 sehingga
dapat disimpulkan ada hubungan konsumsi makan tinggi purin dengan kejadian
hiperurisemia pada dosen dan tenaga kependidikan Universitas Siliwangi. Nilai
OR = 3,169 artinya dosen dan tenaga kependidikan yang mengkonsumsi
makanan tinggi purin dengan frekuensi sering memiliki risiko 3,169 kali
mengalami hiperurisemia dibandingkan dengan yang jarang mengkonsumsi
makanan tinggi purin. Jenis makanan yang dikonsumsi dosen dan tenaga
kependidikan yang mengandung purin tinggi terlihat pada grafik berikut:
25%
20%
15%
10%
5%
0%
hati ampela usus
ayam
ayam
hati
sapi
otak
Grafik 1.Jenis makanan yang mengandung purin tinggi yang dikonsumsi dosen
dan tenaga kependidikan Universitas Siliwangi tahun 2014
1011
Analisis Kebiasaan Makan Yang Menyebabkan Peningkatan Kadar Asam Urat Nur lina, andik
setiyono
Jenis makanan tinggi purin yang paling sering dikonsumsi oleh dosen dan
tenaga kependidikan adalah hati ayam kaldu, ampela, ikan teri dan
sarden.Makanan tinggi purin dari produk hewani seperti sardine, hati ayam, hati
sapi, ginjal sapi, otak, daging, herring, mackerel, unggas, ikan, akan dapat
meningkatkan kadar asam urat, apalagi bila hampir setiap hari dikonsumsi dalam
jumlah berlebihan (Kanbara, 2010).
Makanan yang mengandung zat purin yang tinggi akan diubah menjadi
asam urat. Purin yang tinggi terutama terdapat dalam jeroan, sea food: udang,
cumi, kerang, kepiting, ikan teri. Makanan dan minuman tinggi purin yang selalu
dikonsumsi merupakan pemicu asam urat(Indriawan,2009).
Diet normal biasanya mengandung 600-1.000 mg purin per hari. Kita
susah menghilangkan sama sekali asupan purin ke dalam tubuh karena hampir
semua bahan pangan terutama sumber protein mengandung purin. Namun kita
bisa mengontrol asupan purin dengan cara memilih bahan pangan yang rendah
kandungan purinnya.Bagi penderita asam urat, pola diet yang harus diikuti
adalah memberikan kalori sesuai kebutuhan tubuh. Sedangkan karbohidrat
sebaiknya dari karbohidrat komplek seperti nasi, singkong, ubi dan roti. Hindari
karbohidrat sederhana seperti gula, sirup atau permen. Fruktosa dalam
karbohidrat sederhana dapat meningkatkan kadar asam urat serum. Sedangkan
sumber protein yang dianjurkan adalah sumber protein nabati dan protein yang
berasal dari susu, keju dan telur.Sangat disarankan untuk membatasi konsumsi
lemak. Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Batasi
makanan yang digoreng, penggunaan margarin, mentega dan santan. Ambang
batas lemak yang boleh dikonsumsi adalah 15 % dari total kalori/hari (Sustrani L,
2004).
Makanan Tinggi Purin (150-1000 mg/100 g bahan pangan) adalah Ikan
teri, otak, jerohan, daging angsa, burung dara, telur ikan, kaldu, sarden, alkohol,
ragi dan makanan yang diawetkan. Sedangkan makanan dengan kadar Purin
sedang ( 50-100 mg/100 g bahan pangan). Bahan pangan ini sebaiknya dibatasi
50 g/hari. Ikan tongkol, tenggiri, bawal, bandeng, daging sapi, daging ayam,
kerang, asparagus, kacang-kacangan, jamur, bayam, kembang kol, buncis, kapri,
tahu, tempe. Bahan makanan rendah purin (0-100 mg/100 g bahan pangan).
Nasi, roti, makaroni, mi, crackers, susu, keju, telur, sayuran dan buah buahan
1012
value = 0,036 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan ada hubungan konsumsi
makan tinggi purin dengan kejadian hiperurisemia pada dosen dan tenaga
kependidikan Universitas Siliwangi. Nilai OR = 3,169 artinya dosen dan tenaga
kependidikan yang mengkonsumsi makanan tinggi purin dengan frekuensi sering
memiliki risiko 3,169 kali mengalami hiperurisemia dibandingkan dengan yang
jarang mengkonsumsi makanan tinggi purin.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Indrawan tahun 2005 pada suku
Bali di Denpasar yang mendapatkan hubungan signifikan antara makanan
sumber purin tinggi dengan hiperurisemia (RP : 26,72; IK 95% : 11,69 . 61,04; p
< 0,001). Purin yang terdapat dalam bahan pangan,terdapat dalam asam nukleat
berupa nukleoprotein. Ketika di konsumsi, di dalam usus, asam nukleat ini akan
dibebaskan dari nukleoprotein oleh enzim pencernaan. Selanjutnya, asam
nukleat dipecah lebih lanjut menjadi purin dan pirimidin. Purin teroksidasi menjadi
asam urat. Jika pola makan tidak dirubah, kadar asam urat dalam darah yang
berlebihan akan menimbulkan menumpuknya kristal asam urat. Apabila kristal
terbentuk dalam cairan sendi, maka akan terjadi penyakit gout (asam urat). Lebih
parah lagi jika penimbunan ini terjadi dalam ginjal, tidak menutup kemungkinan
akan menumpuk dan menjadi batu asam urat (batu ginjal) (Indriawan,2009).
Makanan tinggi purin dari produk hewani seperti sardine, hati ayam, hati sapi,
ginjal sapi, otak, daging, herring, mackerel, unggas, ikan, akan dapat
meningkatkan kadar asam urat, apalagi bila hampir setiap hari dikonsumsi dalam
jumlah berlebihan (Kanbara, 2010).
Makanan dengan kandungan purin sedang contohnya seafood, daging
sapi, asparagus, kembang kol, bayam, jamur, wheat germ. Makanan dengan
kandungan tinggi purin tidak selalu berhubungan dengan peningkatan risiko gout
demikian juga makanan dengan tinggi fruktose (terdapat pada produk makanan
olahan dan minuman soda) apalagi bila dikonsumsi dalam jumlah yang
berlebihan.
Kadar asam urat bervariasi setiap hari. Adanya gangguan dalam proses
ekskresi akan menyebabkan penumpukan asam urat. Ekskresi asam urat
1013
Analisis Kebiasaan Makan Yang Menyebabkan Peningkatan Kadar Asam Urat Nur lina, andik
setiyono
1014
SARAN
Disarankan membatasi konsumsi makanan yang mengandung purin tinggi
dengan minum air putih, minimal 2.5 liter/hari.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Baziad, (2003). Endokrinoligi Ginekologi, Edisi 2, Media Aesculapius, Jakarta
Coe FL, Favus MJ and Asplin JR. Nephrolithiasis. In: The Kidney. Vol 1,7th Ed.
Editor; Brenner BM. WB Saunders, Philadelphia. 2004; pp 1215 1292.
Dalimartha, Setiawan, (2008). Herbal Untuk Pengobatan Reumatik, Penebar
Swadaya, Jakarta
Hensen dan Tjokorda R. 2007. Hubungan konsumsi Purin dengan Hipersemia
Pada Suku Bali di daerah Pariwisata Pedesaan.
http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/4%282%29.pdf.
Maret 2011.
diakses
tanggal
17
Indriawan,iin.2009.Penyakit.repository.unikom.ac.id/repo/sector/kampus/view/blo
g/key/.../Penyakit. Diakses tanggal 13 maret 2011.
Institute of tropical disease airlangga university, Diet Tepat Untuk Penderita
Asam Urat , Universitas Airlangga, 2013
http://itd.unair.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=102:
diet-tepat-untuk-penderita-asam-urat&catid=40:health-news&Itemid=113
diakses pada tanggal 21 February2013
Kanbara, A., Hakoda, M., Seyama I., Urine Alkalization facilitates uric Acid
Excretion, Nutritional Journal 2010, 9: 45 doi 10.1186/1475-289145
Signh V, Gomez VV, Swamy SG, Approach to a Case of Hyperuricemia, in
Indian J. Aerospace Med, 2010, vol 54(1), p 40-5.
Sustrani L, Syamsir A, & Iwan H (2004) Asam Urat informasi Lengkap untuk
Penderita dan Keluarga, Edisi 6, Jakarta, Gramedia.
Sylvia, Anderson, dkk, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, ECG, Jakarta
Erick Prado de Oliveira, Dietary, anthropometric, and biochemical determinants
of uric acid in free-living adults, Nutrition Journal 201312:11
doi:10.1186/1475-2891-12-11.
Utami, Prapti, dkk, (2009). Solusi Sehat Asam Urat dan Rematik, Agromedia
Pustaka, Jakarta.
Wachjudi, Gunadi, dkk, (2006). Diagnosis dan Terapi Penyakit Reumatik,
Sagung Seto, Jakarta
Wortmann RL.Gout and Other Disorders of Purine Metabolism. In: Harrisons
Principles of Internal Medicine 16th Ed. Editors: Isselbacher KJ,
Braunwald E, Wilson JD, Martin JB, Fauci AS and Kasper DL. McGraw
Hill, New York. 2005, pp. 2079-2088.
Yudi Y. Ambeng Gambaran Pasien Batu Ginjal dan Batu Ureter dengan Fungsi
Ginjal Normal yang Dilakukan Pemeriksaan Calcium, Asam Urat, Fosfat
dalam Darah dan Urine per 24 jam di RSU Dr. Soetomo Surabaya,
1015
Analisis Kebiasaan Makan Yang Menyebabkan Peningkatan Kadar Asam Urat Nur lina, andik
setiyono
1016