Anda di halaman 1dari 7

Standar Lab Parasitologi

Persyaratan Laboratorium
Suatu laboratorium dapat berfungsi dengan efektif dan efisien harus memperhatikan halhal terkait persyaratan minimal sebagai berikut :
1.

Jenis dan jumlah peralatan, serta bahan habis pakai berdasarkan pada kompetensi yang akan

2.
3.
4.

dicapai yang dinyatakan dalam rasio antara alat dengan kebutuhan.


Bentuk/desain laboratorium harus memperhatikan aspek keselamatan atau keamanan.
Laboratorium harus aman dengan keadaan ruang harus memadai
Adanya Prosedur Operasional Standar (Standard Operating Prosedures = SOP) atau instruksi
kerja
Prosedur ini bersifat operasional dan mengikat bagi semua pengguna laboratorium. Jenis

SOP/instruksi kerja yang perlu adalah :


a. Pedoman pelaksanaan kegiatan pemeriksaan
b. Prosedur Tetap (Protap) pelaksanaan pemeriksaan
c. Keamanan dan keselamatan kerja
d. Penggunaan alat laboratorium yang menggunakan arus listrik (Alat pecah belah tdak
memerlukan SOP)
e. Pemeliharaan alat
f. Pengadaan alat dan bahan
g. Penyimpanan alat dan bahan
h. Adanya sistem pelaporan dan pencatatan hasil

1. Identifikasi masalah di Laboratorium Parasitologi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


A. Faktor Fisik
1.
2.
3.
4.
5.

Memiliki gedung yang permanen


Memiliki ventilasi serta terdapat AC dalam ruangan
Terdapat penerangan yang memadai
Terdapat air mengalir yang bersih
Memiliki tata ruangan seperti:
b.
Ruang pengambilan bahan

d.
Ruang kerja
e.
Ruang pembuatan media
f.
Ruang sterilisasi
6. Terdapat tempat penampungan / pengolahan sederhana limbah cair.
7. Terdapa tempat penampungan / pengolahan sederhana limbah padat.
Realisasi keadaan yang ada pada Laboratorium Parasitologi Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta
1.
2.

Tidak terdapat tempat penampungan / pengolahan sederhana limbah cair.


Tidak terdapa tempat penampungan / pengolahan sederhana limbah padat.

B. Faktor Argonomi (Kenyamanan)


Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat, cara, proses dan
lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk terwujudnya
kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggitingginya. Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif, secara populer kedua
pendekatan tersebut dikenal sebagai To fit the job to the man to the job and to fit the man to
the job.
Sebagian besar pekerja di perkantoran atau pelayanan kesehatan pemerintah, bekerja dalam
posisi yang kurang ergonomis, misalnya tenaga operator peralatan, hal ini disebabkan
peralatan yang digunakan pada umumnya barang impor yang didesainnya tidak sesuai dengan
ukuran pekerja indonesia.
. 1. Ruangan laboratorium
a. Seluruh ruangan dalam laboratorium harus mudah dibersihkan
d. Perabot yang digunakan harus terbuat dari bahan yang kuat
e. Ada jarak antara meja kerja, lemari, dan alat sehingga mudah dibersihkan
g. Penerangan laboratorium harus cukup
h. Permukaan dinding, langit-langit dan lantai harus rata agar mudah dibersihkan, tidak tembus
cairan serta tahan terhadap desinfektan
i.
Tersedianya bak cuci tangan dengan air mengalir dalam setiap ruangan laboratorium dekat
j.

pintu keluar
Pintu laboratorium sebaiknya dilengkapi dengan label KELUAR, alat penutup pintu

otomatis dan diberi label BAHAYA INFEKSI (BIOHAZARD)


k. Denah ruang laboratorium yang lengkap (termasuk letak telepon, alat pemadam kebakaran,
pintu keluar darurat) digantungkan dibeberapa tempat yang mudah terlihat
m. Tempat sampah kertas, sarung tangan karet/plastik, dan tabung plastik harus dipisahkan dari
tempat sampah gelas/kaca/botol
Realisasi keadaan yang ada pada Laboratorium Parasitologi Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta
a. ada jarak antara meja dengan lemari tetapi sempit dan alat sulit untuk di bersihkan
2. Sistem ventilasi

a. Ventilasi laboratorium harus cukup


b. Jendela laboratorium yang dapat dibuka harus dilengkapi kawat anti nyamuk/lalat
c. Udara dalam ruangan laboratorium dibuat mengalir searah
Realisasi keadaan yang ada pada Laboratorium Parasitologi Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta
1. Ventilasi laboratorium kurang memadai
2. Tidak ada jendela di Laboratorium

3. Fasilitas air dan listrik


a. Tersedianya aliran listrik dan generator dengan kapasitas yang memadai
b. Tersedia fasilitas air PAM/pompa/sumur artesis dengan kualitas air yang memadai sesuai
dengan kebutuhan laboratorium.

C. Faktor Kimia
Petugas di tempat kerja kesehatan sering kali kontak dengan bahan kimia dan obat-obatan seperti
antibiotik, demikian

pula dengan solven yang digunakan daam komponen antiseptik,

desinfeksikan dikenal sebagai zat yang paling karsiogen. Semua bahan cepat atau lambat ini
dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan mereka. Gangguan kesehatan yang sering
adalh dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak,
dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi keton. Bahan toksik jika tertelan, terhirup
atau terserap melalui kulit dapat memnyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian.
Bahan korosif ( asam dan basa ) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversibel
pada daerah yang terpapar.
D. Faktor Biologis
Lingkungan kerja pada pelayanan kesehatan favorable bagi berkembang biaknya strain kuman
yang resisten, terutama kuman-kuman pyogenic, coli, bacilli da staphyloccoci, yang
bersumber dari pasien, benda-benda yang terkontaminasi dan udara. Virus menyebar melalui
kontak dengan darah dan skreta ( misalnya HIV dan hep B ) dapat menginfeksi pekerja hanya
akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores atau tertusuk jarum yang
terkontaminasi virus. Angka kejadian infeksi kemungkianan kontaminasi pekerja LAK snagat
besar, sebagai contoh dokter di RS mempunyai risiko terkena infeksi 2 sampai 3 kali lebih
besar dari pada dokter yang praktek pribadi dan swasta, dan bagi petugas kebersihan
menangani limbah yang infeksius senantiasa kontak dengan bahan yang tercemar kuman
patogen, debu beracun mempunyai peluang terkena infeksi.

2. Katagori Limbah yang ada di Laboratorium Parasitologi


Limbah padat adalah limbah buangan laboratorium yang berbentuk padat
Misalnya : feses, jaringan, material lainnya
Limbah cair adalah limbah buangan laboratorium yang berbentuk cairan
Misalnya : urin, darah
2. Bahan dan reagen
reagen di laboratorium parasitologi
1. Alkohol
Umumnya kata alkohol diartikan etanol atau dikenal dengan spirit of wine.
Etanol terbentuk dari fermentasi gula dan memiliki karakteristik tak
berwarna, dan mudah menguap. Dan zaman dahulu, etanol digunakan
sebagai depresan dan menyebabkan adiksi. Menurut ilmu kimia, alkohol
adalah kumpulan senyawa organik yang memiliki gugus hidroksil yang
terikat atom karbon dari alkil atau gugus alkil tersubstitusi, contoh :
metanol, etanol, propanol, butanol, isopropil akohool, dsb. Alkohol juga
digunakan sebagai reagen atau pelarut karena dapat melarutkan zat-zat
nonpolar dan toksisitasnya rendah
2. KOH 10%
KOH atau Kalium Hidroksida adalah basa kuat yang terbuat dari logam
alkali kalium yang bernomor atom 19 pada tabel periodik. Kalium
Hidroksida adalah senyawa berbentuk Kristal dengan warna putih yang
higroskopisKalium hidroksida adalah senyawa yang sangat berbahaya.
Dapat menyebabkan luka bakar kimia parah dan kebutaan, untuk itu
semua peralatan keselamatan yang tepat, terutama pelindung mata
harus digunakan.
3. NaCl 0.85%

Natrium klorida, juga dikenal dengan garam dapur, atau halit, adalah
senyawa kimia dengan rumus molekul NaCl. Senyawa ini adalah garam
yang paling memengaruhi salinitas laut dan cairan ekstraselular pada
banyak organisme multiselular. Sebagai komponen utama pada garam
dapur, natrium klorida rering digunakan sebagai bumbu dan pengawet
makanan.

4. HCl 10%
Larutan asam klorida atau yang biasa kita kenal dengan larutan HCl dalam
air, adalah cairan kimia yang sangat korosif dan berbau menyengat. HCl
termasuk bahan kimia berbahaya atau B3. Larutan asam klorida atau yang
biasa kita kenal dengan larutan HCl dalam air, adalah cairan kimia yang
sangat korosif dan berbau menyengat. HCl termasuk bahan kimia
berbahaya atau B3.
5. Formalin 10%
Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat
menusuk. Di
dalam formalin terkandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air.
Biasanya ditambahkan metanol hingga 15 persen sebagai pengawet.
Formalin
dikenal sebagai bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak
digunakan
dalam industri.
6. Eosin 2%
Eosin merupakan cairan berwarna merah yang biasanya dipakai untuk
eksperimen biologi. Kegunaan eosin dalam praktikum di laboratorium
parasitologi adalah untuk lebih jelas membedakan telur-telur cacing
dengan kotoran disekitarnya. Eosin memberikan latar belakang merah
terhadap telur yang berwarna kekuning-kuningan dan untuk lebih jelas
memisahkan feces dengan kotoran yang ada.
7. NO2HPO4 ( nitrat pospat)
8. NaH2PO4 (narium dihidrogen sulfat)
9. C6H5OH
Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna
yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya
memiliki gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil.
10.Metanol
Metanol, juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus,
adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH. Ia merupakan bentuk
alkohol paling sederhana. Pada "keadaan atmosfer" ia berbentuk cairan
yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan
beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol).
metanol digunakan sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan
bakar dan sebagai bahan additif bagi etanol industri.

4. Penanganan Limbah di Laboratorium Parasitologi

penanganan limbah
Penanganan limbah pada laboratorium parasitologi

a. Limbah cair (non infeksius) adalah limbah sisa dari air campuran bahan reagen yangg non
infeksius atau aquadestila dapat langsung dibuang pada washtafel tempat cucian atau didalam
toilet kamar mandi
b. Limbar cair (infeksius) -sampel, reagen sisa praktikum yg mengandung infeksius tidak
dapat dibuang di washtafel. Harus ada perlakuan khusus : dikumpulkan menjadi 1 bagian
pada 1 wadah atau 1 tempat disemprot, atau disirami dengan desinfektan pada wadah yang
berisi limbah cair infeksius dapat dibuang pada toilet laboratorium .
c. Sampah, plastic (non infeksius) -sampah atau alat plastic yang tidak mengandung infeksius
bisa langsung dibuang pada tempat yang disediakan didalam laboratorium, atau hanya dicuci
dgn air saja dan dapat digunakan kembali
d. Sampah, plastic (infeksius) -sampah atau alat plastic yang infeksius tdk dapat langsung
dibuang begitu saja, diperlukan perlakuan khusus agar tidak mencemari area; Sampah atau
alat yang infeksius dikumpulkan terlebih dahulu menjadi 1, dengan memisahkan mana yg
masih bisa digunakan lagi dan sudah tidak, sampah yang sudah di pisahkan diberi
desinfektan. Dan dapat dibuang jika alat plastic yang masih bisa digunakan kembali di
rendam dengan desinfektam 3 jam. Alat tersebut bias digunakan
e. Alat kaca (infeksius) Alat kaca bekas pemakaian yang mengandung infeksius dapat
disterilkan dan digunakan kembali, yaitu ; Alat kaca di cuci bersih dari sisa-sisa sampel, Air
cucian tadi ditampung pada 1 wadah dan diberi desinfektan sebelum dibuang. Setelah bersih,
alat kaca tesebut dimasukan ke dalam autoclave yang dibungkus dengan kertas kaff terlebih
dahulu. Disterilkan pada suhu 121 dengan waktu 15 mnt. Alat sudah dapat digunakan
kembali.

5. rekomendasi

Ruangan laboratorium di pernyaman ( diperbanyak AC atau pendingin)


Ventiaasi diperbaiki
Memasuki laboratorium yang menggunakan APD lengkap agar tidak terkontaminasi
oleh parasit yang diteliti atau amati
Tata letak perlataan yang ada diruangan diperbaiki agar ruangan terlihat lebih luas dan
nyamaan
Pengelolaan limbah dilakukan dengan baik
Bahan dan reagen harudsditempatkan pada tempat yang sesuai

6. kesimpulan
Dari data di atas kami menyimpulkan bahwa laboraorium parasitologi jurusan analis
kesehatan politeknik kesehatan kementrian kesehatan yogyakarta dapat dikatakan memadai,
tetapi masih perlu untuk diperbaiki kembali agar mahasiswa dapat merasakan kenyamaan dan
keamanan ketika berada di laboratorium tersebut .
Hal-hal yang perlu diperbaiki, misalnya :
a. tata letak ruangan
b. ventilasi ruangan

c. penerangan
d. pengelolaan limbah
e. tata letak reagen

Anda mungkin juga menyukai