Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah swt yang
maha pengasih dan penyayang yang telah memberikan rahmat, hidayah dan
inayahnya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
tentang KALIMAT EFEKTIF. Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di
berikan kepada kami dalam rangka pengembangan dasar ilmu bahasa indonesia yang
berkaitan dengan kalimat efektif. Selain itu tujuan dari penyusunan makalah ini juga
untuk menambah wawasan tentang pengetahuan Bahasa secara meluas. Sehingga
besar harapan kami, makalah yang kami sajikan dapat menjadi konstribusi positif
bagi pengembang wawasan pembaca.
Akhirnya kami menyadari dalam penulisan makalah ini jauh dari
kesempurnaan.Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami menerima kritik
dan saran agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih.Semoga laporan ini
memberi manfaat bagi banyak pihak.Amiin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Pontianak, 13 Mei 2015

Penulis

DAFTAR ISI
Hal
Halaman Judul.......................................................................................................
Kata Pengantar.......................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................
A.
B.
C.
D.

Latar Belakang...........................................................................................
Rumusan Masalah.....................................................................................
Tujuan Pembahasan...................................................................................
Mamfaat Pembahasan................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN...................................................................................
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Pengetian kalimat efektif...........................................................................


Unsur-Unsur kalimat efektif......................................................................
Ciri-Ciri kalimat efektif.............................................................................
Syarat-Syarat kalimat efektif.....................................................................
Struktur kalimat efektif..............................................................................
Kesalahan dalam menyusun kalimat efektif..............................................

BAB III : PENUTUP...........................................................................................


A. Kesimpulan................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................
C. Daftar Pustaka...........................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama
anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan,
atau perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan
itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan,
diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat
yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya
secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau
gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran
tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis
atau pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya,
ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang
diucapkan atau yang dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan
gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat yang digunakan harus lengkap dan
eksplisit.Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan.
Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan.
Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan
komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994:86).
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi
syarat sebagai bahasa ilmiah.Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimatkalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele.Dengan adanya
kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena
kalimat tersebut tidak efektif.Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk
membahas kalimat efektif dengan segala permasalahannya.

B. RUMUSAN MASALAH
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?


Apa saja unsur-unsur kalimat?
Apa ciri-ciri kalimat efektif?
Apa syarat yang mendasari kalimat efektif?
Bagaimana struktur kalimat efektif?
Kesalahan penyusunan kalimat efektif

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Untuk mengetahui pengertian kalimat efektif


Mengetahui apa saja unsur-unsur kalimat efektif
Mengetahui apa saja cirri-ciri kalimat efektif
Mengetahui apa syarat-syarat yang mendasari kalimat efektif
Mengetahui apa saja struktur kalimat efektif
Mengetahui apa saja kesalahan penyusunan kalimat efektif

D. MANFAAT PEMBAHASAN
1) Manfaat untuk diri sendiri: agar bisa memahami bagaimana yang dikatakan
dengan kalimat efektif.
2) Manfaat untuk kelompok: agar kita bisa menjaga budaya Bahasa Indonesia
yang baik dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca
secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki
kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar atau pembaca.

Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis
atau pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran
tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis
atau pembicaranya.
B. UNSUR-UNSUR KALIMAT EFEKTIF
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa
Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat,
yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket).
Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni
subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu
kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.
1) Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok
(benda),

sesuatu

hal,

suatu

masalah

yang

menjadi

pangkal/pokok

pembicaraan.Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal),


klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai
berikut ini:
a.
b.
c.
d.
e.

Ayahku sedang melukis.


Meja direktur besar.
Yang berbaju batik dosen saya.
Berjalan kaki menyehatkan badan.
Membangun jalan layang sangat mahal.

Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang
diisi oleh kata dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S

yang diisi oleh klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh
frasa verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).
Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu
merujuk pada benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun
jenis kata yang mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda,
namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda.Bila kita menunjuk pelaku
pada kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan kaki tentulah orang
(benda). Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S pada
kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada hasil membangun yang tidak
lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau diselami lebih dalam,
sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c) sampai (e), yaitu
orang pada awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan (e).
Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan
memakai kata tanya siapa (yang) atau apa (yang) kepada P. Kalau ada
jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata
jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai
S. Inilah contoh kalimat yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak
jelas pelaku atau bendanya.
a. Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
b. Di sini melayani obat generic.
c. Memandikan adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena
tidak mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masukpada
contoh

a. siapa yang melayani resep pada contoh


b. dan siapa yang memandikan adik pada contoh
c. (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak
logis.
2) Predikat (P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan
(tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau
benda di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan atau perbuatan
subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S.
termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah
sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata atau frasa,
sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia,
nomina, atau frasa nominal.
Perhatikan contoh berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Kuda meringkik.
Ibu sedang tidur siang.
Putrinya cantik jelita.
Kota Jakarta dalam keadaan aman.
Kucingkubelang tiga.
Robbymahasiswa baru.
Rumah Pak Hartawan lima.

Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. kata


meringkik pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata
sedang tidur siang pada kalimat
(b) memberitahukan melakukan apa ibu, cantik jelita pada kalimat (c)
memberitahukan bagaimana putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat (d)
memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada kalimat (e)

memberitahukan

ciri

kucingku,

mahasiswa

baru

pada

kalimat

(f)

memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan


jumlah rumah Pak Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata
menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau
bendanya.
a. Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
b. Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.
c. Bandung yang terkenal kota kembang.
Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal,
yaitu diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun di
dalamnya tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban
atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi lucu (pelaku) pada
contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dengan
kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu
pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat,
atau hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c) tidak mengandung
P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b),
(c) itu belum merupakan kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata
atau frasa.
3) Objek (O)
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada
umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa.Letak O selalu di

belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib
hadirnya O, seperi pad contoh di bawah ini.
a. Nurul menimang
b. Arsitek merancang
c. Juru masak menggoreng
Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut
adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P
pada ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek.
Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan.Itulah sebabnya sifat O
dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir.Verba intransitive mandi, rusak,
pulang yang menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut untuk
dilengkapi.
a. Nenek mandi.
b. Komputerku rusak.
c. Tamunya pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya
dipasifkan.Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang
dan ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan.
a.
b.
c.
d.

Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O


Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.
Orang itu menipu adik saya (O
Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.

4) Pelengkap (pel)

Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P.


letak Pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu
juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu
dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O
terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:
a. Ketua MPR membacakan Pancasila.
S
P
O
b. Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.
S
P
Pel
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh
nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat
(a) yang menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi
kalimat pasif adalah sebagai berikut:
Pancasila dibacakan olehketua MPR.
S

Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan
menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak
gramatikal.
Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.
Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi
oleh nomina dan frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa
adjectival dan frasa preposisional.
Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila
dalam kalimatnya terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan

penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh


pelengkap dalam kalimat:
a.
b.
c.
d.
e.

Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.


Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.

5) Keterangan (ket)
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal
mengenai bagian kalimat yang lainnya.Unsur Ket dapat berfungsi
menerangkan S, P, O, dan Pel.Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di
tengah, atau di akhir kalimat.Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa
preporsisional, adverbia, atau klausa.
Berdasarkan

maknanya,

terdapat

bermacam-macam

Ket

dalam

kalimat.Para ahli membagi keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi


dkk, 1998:366) yaitu seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.
JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA
No.
1.

2.

Jenis keterangan
Tempat

Waktu

Posisi/penghubung
Di

Contoh pemakaian
Di kamar, di kota

Ke

Ke Surabaya, ke rumahnya

Dari

Dari Manado, dari sawah

Pada
-

Pada permukaan
Sekarang, kemarin

3.
4.

5.

6.
7.

Alat
Tujuan

Cara

Kesalingan
Similatif

Pada

Pada pukul 5 hari ini

Dalam

Dalam 2 hari ini

Se-

Sepulang kantor

Sebelum

Sebelum mandi

Sesudah

Sesudah makan

Selama

Selama bekerja

Sepanjang
Dengan
Supaya/agar

Sepanjang perjalanan
Dengan pisau, dengan mobil
Supaya/agar kamu faham

Untuk

Untuk kemerdekaan

Bagi

Bagi masa depan

Demi
Secara

Demi orang tuamu


Secara hati-hati

Dengan cara

Dengan cara damai

Dengan jalan
Seperti

Dengan jalan berunding


Satu sama lain
Seperti angin

Bagaikan

Bagaikan seorang dewi


Laksana bintang di langit
Karena perempuan itu

8.

Penyebab

Laksana
Karena

9.

Penyerta

Sebab
Dengan

Sebab kegagalannya
Dengan adiknya

Bersama

Bersama orang tuanya

Beserta

Beserta saudaranya

C. CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF


Untuk dapat mencapai keefektifan, suatu kalimat harus memenuhi paling tidak
enam syarat berikut, yaitu adanya:

1) Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran
(gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini
diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang
baik. Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah
ini:
a. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat
itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan
dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada,
sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:

Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.

(Salah)
Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
(Benar)

b. Tidak terdapat subjek yang ganda.


Contoh:

Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.


Saat itu saya kurang jelas.

Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :

Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.


Saat itu bagi saya kurang jelas.

c.

Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.

Contoh:

Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara

pertama.
Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda
motor Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama,

ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan
penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai
berikut:

kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama. Atau, Kami datang terlambat.Oleh karena itu, kami tidak dapat

mengikuti acara pertama.


Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda
motor Suzuki. Atau, Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia
membeli sepeda motor Suzuki.

d. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.


Contoh:

Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.


Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.

Perbaikannya adalah sebagai berikut:

Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.


Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.

2) Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang
digunakan dalam kalimat itu.Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan
nomina.Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga
menggunakan verba.
Contoh:
a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan
tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan
pengaturan tata ruang.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang
mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan
kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk
itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat
tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan
pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial,
sebagai berikut:

Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,


pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan
tata ruang.
3) Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan
penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu
ditonjolkan.Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu.
Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini
dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan
dengan mengubah posisi kalimat.
b.

Membuat urutan kata yang bertahap


Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar.

c. Melakukan pengulangan kata (repetisi).


Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
4) Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat
mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu.
Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah
kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata
yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
a. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan
subjek.
Perhatikan contoh:
Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu. Hadirin serentak
berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.

Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.


Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu. Hadirin serentak
berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
b. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian
superordinat pada hiponimi kata.
Perhatikan contoh:

Ia memakai baju warna merah.


Di mana engkau menangkap burung pipit itu?

Kata merah sudah mencakupi kata warna.


Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Kalimat itu dapat diubah menjadi

Ia memakai baju merah.


Di mana engkau menangkap pipit itu?

c. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman


dalam satu kalimat.
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.

Dia hanya membawa badannya saja.


Sejak dari pagi dia bermenung.

Kata naik bersinonim dengan ke atas.


Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi

Dia hanya membawa badannya.


Sejak pagi dia bermenung

d.

Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata


yang berbentuk jamak.
Misalnya:
Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang
bentuk baku : para tamu, beberapa orang.

5) Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan
tafsiran ganda. Dan tepat dalam pilihan kata.Perhatikan kalimat berikut.
a. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
b. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
c.
Kalimat (a) memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau
perguran tinggi.
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu
rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan kalimat berikut.

Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang,


dan para menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu
diceritakan dan menceritakan.Kalimat itu dapat diubah menjadi Yang
diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.

6) Kepaduan

Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan


dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir
yang tidak simetris.
Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang
telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar
bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan
yang adil dan beradab
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib
dalam
kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
Contoh:

Surat itu saya sudah baca.


Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.

Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan
verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk

Surat itu sudah saya baca.


Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan

c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau
tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.

Perhatikan kalimat ini :

Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.


Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah
adat.

Seharusnya:

Mereka membicarakan kehendak rakyat.


Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.

7) Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima
oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
D. SYARAT-SYARAT KALIMAT EFEKTIF
Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut:
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau
pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
E. STRUKTUR KALIMAT EFEKTIF
Struktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki kesatuan
bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan arti.Kalimat
yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk dan sekaligus kesatuan
arti.Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau kacau, tidak menggambarkan
kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang salah.
Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap unsur
yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus menempati
posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus diurutkan
berdasarkan aturan-aturan yang sudah dibiasakan.Tidak boleh menyimpang, aalagi

bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak


dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu.
Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek
yang ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Buat Papa menulis surat saya.


Surat saya menulis buat Papa.
Menuis saya surat buat Papa.
Papa saya buat menulis surat.
Saya Papa buat menulis surat.
Buat Papa surat saya menulis.

Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat
kesalahan. Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat)
tidak jelas fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan yang lain tidak jelas. Katakata itu juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah ditentukan oleh pemakai
bahasa.
Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap kebiasaan
struktural pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah kekacauan
pengertian. Agar hal ini tidak terjadi, maka si pemakai bahasa selalu berusaha
mentaati hokum yang sudah dibiasakan.

F. KESALAHAN DALAM MENYUSUN KALIMAT EFEKTIF


1. Pleonastis

Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan),


yang sebenarnya tidak perlu. Contoh-contoh kalimat yang mengandung kesalahan
pleonastis antara lain:

Banyak tombol-tombol yang dapat Anda gunakan.

Kalimat ini seharusnya : Banyak tombol yang dapat Anda gunakan.

Kita harus saling tolong-menolong.

Kalimat ini seharusnya : Kita harus saling menolong, atau Kita seharusnya
tolong- menolong.
2. Kontaminasi
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan kontaminasi dapat kita lihat pada
kalimat berikut ini:

Fitur terbarunya Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.

Kalimat tersebut akan menjadi lebih efektif apabila akhiran nya dihilangkan.
Sehingga menjadi :

Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.

3. Salah pemilihan kata


Contoh kalimat yang mengandung kesalahan pemilihan kata dapat kita lihat
pada kalimat berikut ini:
Saya mengetahui kalau ia kecewa.
Seharusnya: Saya mengetahui bahwa ia kecewa.
4. Salah nalar
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan nalar dapat kita lihat pada
kalimat berikut ini:

Bola gagal masuk gawang.

Seharusnya: Bola tidak masuk gawang.


5. Pengaruh bahasa asing atau daerah (interferensi)
Bahasa Asing
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa asing
terlihat pada kalimat berikut:

Saya tinggal di Semarang di mana ibu saya bekerja.

Kalimat ini bisa jadi mendapatkan pengaruh bahasa Inggris, lihat terjemahan
kalimat berikut:

I live in Semarang where my mother work

Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:

Saya tinggal di Semarang tempat ibu saya bekerja.

Bahasa daerah
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa
daerah dapat kita lihat pada kalimat berikut:

Anak-anak sudah pada datang.

Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:

Anak-anak sudah datang.

6. Kata depan yang tidak perlu


Sering kali kita membuat kalimat yang mengandung kata depan yang tidak
perlu seperti pada kalimat berikut:
Contoh :

Di program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.

Agar menjadi efektif, sebaiknya kita menghilangkan kata depan di, sehingga
kalimatnya menjadi:

Program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau
pembicara secara tepat sehingga pndengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut
dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimasud oleh penulis atau
pembicaranya. Penyusunan kalimat efektif dipengaruhi oleh unsur-unsur dalam
kalimat meliputi: subjek (S), prediket (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan
(Ket). Untuk menmbentuk kalimat yang efektif, ciri-ciri seperti: Kesepadanan,
keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan, kelogisan, patutlah
diperhatikan.
B. SARAN
1. Bagi para pendidik.
Para pendidik sebaiknya memahami dengan seksama dan benar tentang
bahasa indnesia yang memiliki berbagai ragam bahasa supaya dalam proses kegiatan
belajar mengajar teradi komunikasi yang baik dan tepat penggunaan bahasanya antara
pendidik dengan peserta didik.
2. Bagi calon pendidik.
Para calon pendidik sebaiknya memahami dan mencari pengetahuan secara
seksama mengenai materi dalam makalah ini supaya pada saat pendidik terjun ke
lapangan tidak terjadi kekeliruan dalam pemakaian bahasa terhadap peserta didik
dengan pedidik.
3. Bagi lembaga sekolah
Lembaga sekoah sebaiknya memberikan dan menekankan perhatian penuh
terhadap penggunaan ragam bahasa yang tepat agar terjalin komunikasi yang selaras.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Lukman dkk.1991. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.


Badudu, J.S. 1983. Membina Bahasa Indonesia baku. Bandung: Pustaka

Prima.
Finoza, Lamuddin. 2002.. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.
Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia.
http:////Pengertian, Ciri, dan Penggunaan Kalimat Efektif.html.

Anda mungkin juga menyukai