Anda di halaman 1dari 10

REPRESENTASI CITRA PEREMPUAN

DALAM FOTOJURNALISTIK
(ANALISIS SEMIOTIKA FOTO HEADLINE
DI HARIAN TRIBUN MEDAN)
SURYADI
090904093
ABSTRAK
Skripsi ini berisi penelitian mengenai representasi perempuan pada fotojurnalistik. Foto diambil
dari foto headline di harian Tribun Medan. Penelitian ini memfokuskan pada penelitian kualitatif
dengan analisis semiotika. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis sebagai
pendekatan. Sedangkan pisau analisis atau instrumen analisa data, peneliti memakai semiotika
Roland Barthes. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha meneliti apa makna gambar yang
ditampilkan lewat foto berita, serta bagaimana praktik ideologi media tersebut. Peneliti meneliti
18 fotojurnalistik dari harian Tribun Medan edisi Desember 2012 sampai Februari 2013. Sesuai
dengan perumusan masalah, yaitu Apa makna dan bagaimanakah perempuan ditampilkan lewat
fotojurnalistik pada foto Headline di Harian Tribun Medan, peneliti mendapatkan hasil bahwa
Tribun Medan mengkonstruksi perempuan sebagai sebuah kebutuhan media yang menginginkan
konsep ringan dan enak dibaca. Perempuan digambarkan sebagai sosok yang menyukai kegiatan
luar ruang dan memiliki kebebasan berekspresi. Sehingga pada akhirnya dapat disimpulkan
bahwa Tribun Medan melalui fotografernya menganut ideologi konsumerisme.
Kata kunci :
Fotojurnalistik, Semiotika, Perempuan, Tribun Medan.

PENDAHULUAN
Konteks Masalah
Dalam eksistensinya, Harian Tribun Medan terlihat tampil sangat menarik lewat gambar/
foto berita yang disajikan. Hingga tak mengherankan jika surat kabar yang baru berusia tiga
tahun ini dapat meraih penghargaan hattrick sebagai koran terbaik Se-Sumatera versi IPMA
(Indonesian Print Media Award) tiga kali berturut-turut yaitu tahun 2011, 2012 dan 2013serta
beberapa penghargaan lainnya untuk kategori fotojurnalistiknya.
Harian Tribun Medan sering menyajikan foto berita yang hadir eksklusif dengan peristiwa
yang berbeda dengan teks-teks yang disajikan, sebab foto berita ini berdiri sendiri.Dan lebih
menarik lagi jika diperhatikan dengan seksama dari setiap edisinya, foto berita yang disajikan ini
adalah foto berita yang menarik dan didominasi oleh gambar-gambar perempuan.Sebagian besar
foto foto tersebut cenderung akan ada unsur perempuan dalam hampir semua konteks
beritanya, baik politik, ekonomi, budaya, sosial apalagi hiburan, padahal surat kabar ini bukanlah
termasuk koran kuning.
1

Fotojurnalistik yang terdapat dalam sebuah media sebenarnya bukan sekadar selingan
penyegar mata, apalagi hanya untuk mengisi ruang kosong.Melainkan menunjang tulisan yang
menjelaskan berita secara lebih efektif.Pada saat yang samafoto juga mesti memenuhi standar
tertentu dari media cetak yang memuatnya.Yaitu memiliki nilai berita serta memancing rasa
ingin tahu pembaca, hingga kemudian bisa tergolong dalam istilah, teks berita yang terbit tanpa
foto, akan berkurang nilainya.Oleh karena itu, kehadiran fotojurnalistik pada media cetak dapat
memiliki fungsi ganda,pertama sebagai ilustrasi pendukung berita dan yang kedua sebagai
berita itu sendiri (Soedjono, 2007: 133).
Sehubungan dengan hal tersebut, industri media melihat peluang yang besar dalam
memberitakan atau menampilkan hal-hal berwujud indah sebagai objek dalam media.Hal-hal
berwujud indah tersebutantara lain adalah kecantikan perempuan.
Peneliti pun melihat adanya sebuah fenomena fotojurnalistik di Harian Tribun Medan dan
menarik untuk dikaji secara ilmiah.Akan tetapi pada penelitian ini, peneliti akan berfokus pada
foto-foto headline yang dimuat pada halaman depan koran. Karena foto yang ada pada halaman
headline setiap surat kabar adalah foto yang menjadi suguhan utama dari media tersebut
sekaligus diharapkan menjadi suatu stopping point bagi pembacanya. Dapat dikatakan bahwa
foto Headline (HL) adalah foto terbaik dari keseluruhan foto yang terdapat pada cetakan edisi
itu. Seperti pada majalah, yang sama penting dengan foto sampul muka / kover (Wijaya, 2011).
Berdasarkan pemaparan diatas, maka penelititertarik untuk mengetahui makna apa yang
dihadirkan lewat sajian foto-fotojurnalistik di Harian Tribun Medan, serta bagaimana media
tersebut menggambarkan sosok perempuan. Sehingga peneliti ingin mengeksplorasinya lewat
sebuah skripsi dengan judulRepresentasi Citra Perempuan dalam Fotojurnalistik, suatu Analisis
Semiotika pada foto Headline di Harian Tribun Medan.
Fokus Masalah
Berdasarkan uraian konteks masalah diatas, peneliti merumuskan bahwa fokus masalah yaang
akan diteliti lebih lanjut adalah : Apamakna dan bagaimanakah perempuan ditampilkan lewat
fotojurnalistik pada foto headline di Harian Tribun Medan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui makna dalam fotojurnalistik dengan objek perempuan pada headline di
Harian Tribun Medan.
2. Untuk mengetahui praktik ideologi dalam menampilkan perempuan melalui produksi
gambar/ foto berita di Harian Tribun Medan.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Secara akademis, penelitian diharapkan dapat memperluas atau menambah khasanah
penelitian komunikasi serta dapat dijadikan sumber bacaan mahasiswa FISIP USU khususnya
Departemen Ilmu Komunikasi.
2. Secara teoritis, penelitian ini dapat memberi kontribusi di bidang Ilmu Komunikasi yang
berkaitan dengan komunikasi massa dan analisis semiotik.
3. Secara praktis, penelitian ini untuk menerapkan ilmu yang diterima peneliti selama menjadi
mahasiswa ilmu komunikasi sekaligusmemberikan masukan kepada siapa saja yang tertarik
terhadap fotojurnalistik dan studi perempuan.
2

KAJIAN PUSTAKA
Paradigma dan Perspektif Kajian
Konsep mengenai konstruksionisme diperkenalkan oleh sosiolog interpretatif, Peter L
Berger bersama Thomas Luckman.Tesis utama dari Berger adalah manusia dan masyarakat
adalah produk yang dialektis, dinamis, dan plural. Masyarakat tidak lain adalah produk manusia,
namun secara terus-menerus mempunyai aksi Paradigma konstruksionis memandang realitas
kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi hasil dari konstruksi. Karenanya,
konsentrasi analisis pada paradigma konstruksionis adalah menemukan bagaimana peristiwa atau
realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu dibentuk. Dalam studi komunikasi,
paradigma konstruksionis ini seringkali disebut sebagai paradigma produksi dan pertukaran
makna (Eriyanto, 2004: 37).
Pendekatan konstruksionis ini memandang kegiatan komunikasi sebagai proses yang
dinamis. Pendekatan konstruksionis memeriksa bagaimana pembentukan pesan dari sisi
komunikator, dan dalam sisi penerima ia memeriksa bagaimana konstruksi makna individu
ketika menerima pesan. Pesan dipandang bukan sebagai mirror of reality yang menampilkan
fakta apa adanya. Dalam menyampaikan pesan, seseorang menyusun citra tertentu atau
merangkai ucapan tertentu dalam memberikan gambaran tentang realitas.
Bagi kaum konstruktivisme, realitas atau berita (dalam hal ini termasuk juga foto) itu
hadir dalam keadaan subjektif. Secara singkat, manusialah yang membentuk imaji dunia. Teks
dalam sebuah berita tidak dapat disamakan sebagai cerminan dari realitas, tetapi ia harus
dipandang sebagai konstruksi atas realitas. Realitas yang terkonstruksi itu juga membentuk opini
massa, karena khalayak pada dasarnya menerima sebuah bentuk realitas yang dikonstruksi oleh
media.
Melalui paradigma konstruksionis dan perspektifnya dalam media massa ini, dapat
dijelaskan bagaimana media massa membuat gambaran tentang realitas sosial. Untuk itu, peneliti
menggunakan paradigma dan perspektif ini sebagai dasar untuk melihat bagaimana Harian
Tribun Medan memaknai dan kemudian merepresentasikan sosok perempuan melalui fotofotojurnalistiknya.
Uraian Teoritis
Fotografi Jurnalistik
Secara sederhana fotojurnalsitik adalah foto yang bernilai beritaatau foto yang menarik
bagi pembaca, dan informasi tersebut disampaikan kepada masyarakat dengan sesingkat
mungkin (Wijaya, 2011).Sementara itu, Yuyung abdi menyatakan bahwa fotojurnalistik adalah
foto yang bersifat faktual dari suatu peristiwa atau kejadian. Faktual intinya sesuatu yang
didasarkan fakta.Dalam sebuah fotojurnalistik ada suatu interaksi antara subjek dengan subjek,
subjek dengan objek dan subjek dengan lingkungan.Interaksi ini dikemas dalam suatu frame.
Dari beberapa pengertian di atas, maka fotojurnalistik dapat diartikan sebagai suatu
laporan peristiwa yang tersaji dalam bentuk foto, yang mengandung unsur informatif, faktual dan
penting yang disampaikan dengan cepat serta dapat membuat masyarakat lebih cerdas.
Karakteristik Fotojurnalistik
Wilson Hicks (editor foto majalah Life 1937-1950) dalam bukunya Words and Pictures
(Literature of Photography), menjabarkan tujuh karateristik fotojurnalistik sebagai berikut :

1)
2)

3)
4)
5)
6)
7)

Dasar fotojurnalistik adalah gabungan antara gambar dan kata. Keseimbangan data
tertulis pada teks dan gambar adalah mutlak.
Medium fotojurnalistik biasanya di media cetak, kantor berita, koran atau majalah, tanpa
memperhatikan tirasnya. Maka informasi yang disebar dalam fotojurnalistik adalah
sebagaimana adanya, disajikan sejujur-jujurnya.
Lingkup fotojunalistik adalah manusia. Itu sebabnya fotojurnalis harus mempunyai
kepentingan mutlak pada manusia.
Bentuk liputan fotojurnalistik adalah suatu upaya yang muncul dari kemampuan
seseorang fotojurnalis yang bertujuan melaporkan beberapa aspek dari berita itu sendiri.
Fotojurnalistik adalah fotografi komunikasi, dimana komunikasi bisa diekspresikan
seorang fotojurnalis melalui subjeknya.
Pesan yang disampaikan dari suatu hasil visual fotojurnalistik harus jelas dan segera
dipahami seluruh lapisan masyarakat.
Fotojurnalistik membutuhkan tenaga penyunting yang handal, berwawasan visual luas,
populis, arif, jeli dalam menilai karya foto yang dihasilkan.

Kategori Fotojurnalistik
Kategori yang pernah dibuattahun 2007 oleh Badan Fotojurnalistik Dunia (World Press Photo
Foundation) memberikan beberapa kategori fotojurnalsitikyaitu; Spot Photo, General News
Photo, People in the News Photo, Daily Life Photo, Portrait, Sport Photo, Science and
Technology Photo, Art and Culture Photo, Social and Environment
Nilai Berita Fotojurnalistik
Nilai-nilai berita tersebut terdiri atas : Magnitude, Timeliness, Proximity, Prominence,
Importance, Impact atau Consequence, Conflict atau Controversy, Sensation, Novelty, Oddityor
the unusual, Human Interest, Unique, Sex dan Crime.
Represetasi Citra Perempuan
Representasi
John Fiske menjelaskan bahwa untuk menampilkan representasi tersebut paling tidak ada tiga
proses yang meliputinya. Level pertama, peristiwa yang ditandakan yaitu saat kita menganggap
dan mengkonstruksi peristiwa tersebut sebagai sebuah realitas. Level kedua, saat kita
memandang sesuatu sebagai realitas, pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana realitas itu
digambarkan. Dalam level ini digunakanlah alat berupa kata, kalimat, grafik dan sebagainya.
Pemakaian kata, kalimat, atau grafik tertentu akan membawa makna tertentu pula ketika diterima
khalayak. Level ketiga, bagaimana kode-kode representasi dihubungkan dan diorganisasikan ke
dalam koherensi sosial seperti kelas social, kepercayaan dominan dan sebagainya yang ada
dalam masyarakat (Eriyanto, 2001:14).
Citra Perempuan dalam Media
Dalam Tomogola (1998), citra perempuan yang berhasil dibentuk dalam media massa tersebut
antara lain yaitu:
Citra Pigura
: Perempuan sebagai sosoksempurna dengan bentuk tubuh ideal.
Citra Pilar

: Perempuan sebagai penyangga keutuhan dan penata rumah tangga.


4

Citra Peraduan : Perempuan sebagai objek seksual


Citra Pinggan : Perempuan sebagai sosok yang identik dengan dunia dapur.
Citra Pergaulan : Perempuan sebagai sosok yang kurang aktif dalam bergaul.
Semiotika
Secara etimologis, semiotika berasal dari kata yunani, semeion yang berarti tanda dan secara
terminologis, semiotika adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan seggala
sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi tanda
(Sobur, 2004:15).
Semiologi Barthes
Salah satu wilayah penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah
peran pembaca (The Reader). Konotasi, walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan
keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes secara lugas mengulas apa yang sering
disebutnya sebagai sistem pemaknaan tataran kedua,yang dibangun di atas sistem lain yang telah
ada sebelumnya. Sistem kedua ini oleh Barthes disebut dengan konotatif, yang di dalam buku
Mythologies-nya secara tegas ia bedakan dari denotative atau sistem pemaknaan tataran pertama.
Barthes juga berpendapat bawa teks terangkai dalam kode kode rasionalisasi, suatu
proses yang mirip dengan yag terlihat dalam retorika tentang kode. Ada lima kode yang ditinjau
Barthes yaitu (Sobur, 2004:66) ;kode hermeneutik (kode teka-teki), kode semik (makna
konotatif), kode simbolik (makna konotatif), kode simbolik, kode proairetik (logika tindakan),
dan kode gnomik atau kode cultural yang membangkitkan suatu badan pengetahuan tertentu.

METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adaalah tipe metodologi penelitian
kualitatif dengan analisis semiotika sebagai pisau analisisnya. Penelitian kualitatif bertujuan
untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya tentang apa yang dialami subjek.
Metode kualitatif ini juga tidak mengutamakan besarnya populasi dan sampling, sehingga
penelitian tersebut bersifat subyektif yang hasilnya bukan untuk digeneralisasikan (Kriyantono,
2008).
Subjek Penelitian
Harian Tribun Medan merupakan koran lokal untuk wilayah Medan dan mencakup Sumatera
Utara secara keseluruhan.
Objek Penelitian
Objek penelitian yang menjadi unit analisis dari penelitian ini adalah 18 foto-fotojurnalistik pada
headline Harian Tribun Medan edisi Desember 2012, Januari 2013 dan Februari 2013.

Kerangka Analisis
Penelitian ini menggunakan pisau analisis semiotika, yaitu semiotika Roland Barthes. Dimana
proses analisis dilakukan dalam dua tingkatan yaitu teks dan konteks. Analisis dilakukan
terhadap 18 fotojurnalistik di Headline Harian Tribun Medan edisi Desember 2012- Februari
2013. Semiotika Roland Barthes bertumpu pada pemaknaan denotatif, konotatif serta mitos yang
terkandung dari foto berita yang diteliti.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Studi dokumentasi, yaitu data unit analisis dikumpulkan dengan cara mengumpulkan fotofoto Headline yang mengandung unsur perempuan pada Harian Tribun Medan.
b. Studi kepustakaan (library research), yaitu penelitian dilakukan dengan cara mempelajari
dan mengumpulkan data melalui literature buku, jurnal ilmiah, serta bacaan lain di internet yang
relevan dan mendukung penelitian.
Teknik Analisis Data
Penelitian ini akan menganalisis 18 fotojurnalistik dari halaman depan (Headline) Harian
Tribun Medan. Seluruh foto tersebut diteliti dengan menggunakan analisis semiologi Roland
Barthes melalui analisis lima kode pembacaan Barthes.
Setiap foto dipandang sebagai representasi citra perempuan yang dihadirkan lewat
fotojurnalistik di Headline surat kabar tersebut setiap edisinya. Namun penelitian ini tidak
berhenti pada level teks saja tetapi juga sampai pada level konteks. Dilakukan analisis terhadap
tanda yang terkandung di dalam teks dan membacanya dalam konteks ideologinya.
Berikut lima kode yang diungkapkan oleh Barthes tersebut, yaitu :
1) Kode Hermeneutika, dikenal sebagai kode teka-teki yang memunculkan pertanyaan
sehingga membuat para pembacanya berharap memperoleh kebenaran pertanyaan.
2) Kode Semik, bisa juga disebut sebgai kode konotatif. Kode ini sering digambarkan
sebagai kesan kesan, konotasi yang didapatkan dari subjek, objek, maupun tempat,
segala unsur yang membangun teks. Pada penelitian ini, akan dibahas mengenai
bagaimana citra perempuan yang ditampilkan melalui foto yang ada.
3) Kode Simbolik, Kode ini memandang bahwa suatu teks berdiri diatas struktur oposisi
biner, dimana ada suatu hal yang dikontraskan dengan hal lain sehingga menimbulkan
makna. Pada penelitian ini, hal yang diperhatikan dalam kode ini adalah siapa perempuan
yang dicantumkan menjadi objek foto serta apa apa yang ada di sekitar foto tersebut
yang mendukung kedudukannya dalam menyampaikan simbol - simbol.
4) Kode Proairetik, Kode yang dikenal sebagai kode tindakan yang dianggap sebgai
perlengkapan utama dalam teks. Pada penelitian ini, hal-hal yang diteliti dalam kode ini
selain tindakan objek gambar, juga akan dibahas mengenai angle atau teknik sudut
pengambilan gambar. Selain itu, tindakan media melalui bahasa tertulis dari gambar atau
caption foto yang ada juga akan dianalisis pada kode ini.
5) Kode Kultural Kode ini memuat acuan teks pada benda-benda yang sudah diketahui dan
dikodifikasi oleh budaya atau pengalaman manusia. Pada penelitian ini, kode kultural
akan membahas perlakuan budaya seperti apa yang dihadirkan melalui fotojurnalistik
tersebut.
6

HASIL DAN PEMBAHASAN


Contoh :

Sumber : Harian Tribun Medan edisi Rabu, 05 Desember 2012


Secara umum foto berita kategori daily life ini menginformasikan tentang suasana pengunjung
mall Sun Plaza Medan. Objek yang ditampilkan tidak sedang melakukan kegiatan berbelanja,
namun hanya berjalan santai dengan gaya pakaian yang saat ini dianggap lazim dipakai saat ke
mall.
Analisis R.Barthes
1. Kode Hermeneutika
Mengapa di Sun Plaza? Mengapa tiga orang? Mengapa ada objek yang tidak mengenakan
hotpants? Mengapa objek yang mengenakan hot pants tersenyum?
2. Kode Proairetik
Dalam foto tersebut, dua orang perempuan yang menggunakan celana hotpans sedang
tersenyum, sementara satu perempuan lainnya terlihat sedang menguap,mengantuk dan
menujukkan kebosanan. Hal ini ingin menunjukkan bahwa wanita yang berani tampil terbuka itu
lebih ceria. Dari bahasa yang digunakan :
CELANA HOT PANTS - Sejumlah perempuan mengenakan celana hot pants saat berkunjung
di Sun Plaza Medan beberapa waktu lalu.
Terlihat jelas bahwa Tribun Medan menggunakan bahasa promosi gaya fashion. Tribun Medan
mempromosikan gayah hidup mengenakan celana hot Pants, yang juga dapat dimaknai bahwa
Tribun Medan mempromosikan dengan tempatnya sekaligus.

Pemilihan objek perempuan sebagai faktor pendukung foto juga menunjukkan bahwa Tribun
Medan memilih secara selektif objek apa apa yang akan menjadi pendukung berita.
3. Kode Simbolik
Pengambilan gambar di dalam mal Sun Plaza menunjukkan bahwa Sun plaza diamini Tribun
Medan sebagai pusat perbelanjaan yang menjadi ikon gaya hidup modern warga kota Medan saat
ini. Objek gambar adalah tiga pengunjung perempuan sedang melintasi salah satu gerai makanan
di Sun Plaza Medan.
Dua perempuan yang mengenakan hotpants memakai baju berwarna pink tanpa lengan
menunjukkan perempuan yang berani mengekspos keindahan tubuhnya dan percaya diri. Selain
menjadi media informasi, ini juga menjadi media promosi Sun Plaza bagi pembaca.
4. Kode Kultural
Budaya konsumtif kental dalam foto ini. Dari foto tersebut ditampilkan bahwa perempuan
cenderung lebih suka belanja dari pada laki-laki, terutama belanja pakaian. Ini terlihat dari
penampilan fisik yang berambut panjang, berkulit putih, lengkap dengan aksesoris handpone dan
tas. Berkunjung ke mall (pusat perbelanjaan) dianggap menjadi hal yang telah seharusrnya bagi
perempuan.
5. Kode Semik
Tribun Medan mengkontruksi perempuan sebagai makhluk cantik dan menarik, dan efektif
sebagai alat promosi. Citra pigura (bentuk tubuh ideal) dengan tampilan cantik dan menarik itu
ditunjukkan dengan kulit putih bersih, rambut panjang, dan berani tampil terbuka. Sehingga citra
perempuan sebagai sosok yang kurang aktif dalam pergaulan (citra pergaulan) tidak tampak
dalam foto ini.
Kehadiran perempuan sebagai objek utama dalam foto-foto berita harian Tribun Medan
telah mentransformasikan citra perempuan dalam kehidupan secara meluas. Antara lain tentang
gaya dan cara berpakaian yang lebih bervariasi, seperti nilai sexiness dari sebuah pakaian yang
dikenakan oleh objek utama foto. Nilai hubungan laki-laki dan perempuan yang lebih terbuka
atau nilai kemewahan dalam gaya hidup
Seluruh representasi di atas muncul berkaitan dengan kecenderungan bahwa foto berita
yang dihadirkan Tribun Medan memotret beberapa aspek tertentu dari perempuan, yakni bentuk
tubuh, keindahannya, dan ketokohannya.
Kehadiran perempuan sebagai objek dominan dalam sajian sebuah media harian
menjadikan media Tribun Medan nampak seperti media hiburan. Beberapa bahasa pembenaran
dalam menghadirkan perempuan sebagai alat dalam menarik pasar. Selain itu, kebutuhan
informasi dan tuntutan perkembangan gaya hidup kerap kali menjadi alasan kehadiran foto
dengan objek perempuan ini.
Dalam hal pemenuhan foto-foto berita, selain mengandalkan pewarta foto Tribun Medan,
media ini juga berlangganan pada kantor foto berita, yaitu AP Images, Kantor berita Antara, dan
Grup Kompas. Dan yang menarik untuk diperhatikan kehadiran foto-foto berita perempuan ini,
tidaklah berangkat dari sebuah peristiwa, namun kehadiran gambar yang menghadirkan
peristiwa. Ini dapat kita lihat dari beberapa foto berita yang menjadi unit analisis dalam
penelitian ini. Melalui foto, beberapa peristiwa juga tampak dikonstruksi sedemikian rupa
menjadi sebuah berita yang bukan hanya menarik untuk dilihat dan menghibur mata, tapi juga
turut mempengaruhi pembaca (ajakan, sosialisasi, kampanye gaya hidup), sebab dihadirkan
dengan perempuan dengan baju yang minim atas nama kebutuhan dari peristiwa.

Selain menghadirkan foto yang dijadikan sebagai sebuah peristiwa, Tribun Medan juga
terlihat mengkontruksi perempuan dari sisi nilai prominance/ ketokohannya. Nilai ketokohan
yang ada,dalam foto menjadi sumber nilai berita yang mempunyai kekuatan dalam menarik
perhatian pembaca. Jadi, secara ringkas dapat dikatakan bahwa Harian Tribun Medan
mengkonstruksi perempuan dalam tiga nilai utama, yaitu sebagai pembangun berita, gaya hidup
dan ketokohan.

PENUTUP
Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis semiotika MK.
Halliday dan model analisis Roland Barthes, maka peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal
yaitu :
1. Citra perempuan dalam foto-foto jurnalistik yang ada di halaman depan / headline harian
Tribun Medan sebagian besar digambarkan sebagai perempuan yang menyukai kegiatan luar
ruang, memiliki kebebasan berekspresi dan percaya diri. Hal ini berarti citra perempuan yang
dianggap kurang aktif dalam pergaulan, hanya di dapur (citra pinggan) dan menata rumah
tangga (citra pilar) mulai hilang. Sedangkan perempuan sebagai sosok sempurna dengan
bentuk tubuh ideal (citra pigura) masih tetap ada.
2. Hasil analisis menunjukkan Harian Tribun Medan mengkosntruksi objek perempuan sebagai
sebuah kebutuhan media yang menginginkan easy reading/ konsep ringan dan enak untuk
dibaca. Dari semua foto berita yang diteliti, objek perempuan menjadi sesuatu yang penting
untuk menjadi foto penyegar mata dari pembaca. Dari kesimpulan kedua ini peneliti
menemukan bahwa dalam proses konstruksi foto berita perempuan yang dilakukan Tribun
Medan, posisi subjek menjadi cukup penting. Dalam konteks ini peneliti menganggap subjek
sebagai orang atau tokoh atau public figure yang dijadikan objek adalah penting. Apalagi ia
perempuan dan eye cathing maka akan menjadi objek utama dalam foto.
3. Tribun Medan lewat wartawan / fotografernya menganut ideologi konsumerisme.
Konsumerisme di sini dipahami sebagai sebuah / seperangkat ide mengenai pentingnya
mengkonsumsi sesuatu. Konsumerisme di sini adalah efek yang ditimbulkan dari foto yang
menjadi simbol-simbol yang hadir melalui foto berita. Misalnya dengan menghadirkan fotofoto dengan baju minim, belanja di mall, berbusana modis atau kepemilikan wajah yang
cantik dan putih. Karenanya Tribun Medan hadir sebagai pemberi petunjuk apa yang
seharusnya perempuan lakukan dalam berpenampilan, yaitu dengan mengikuti
perkembangan gaya hidup modern.
Saran.
Setelah memperhatikan hasil penelitian yang dilakuka, dapat disarankan beberapa hal :
1. Penelitian dengan menggunakan pendekatan analisis semiotika perlu dikembangkan dalam
ranah penelitian media. Hal ini perlu dilakukan mengingat begitu komprehesifnya analisis ini
(mitos dan ideologi) sehingga dapat membongkar makna di balik sebuah teks berita.
2. Penelitian yang penulis lakukan memerlukan penelitian yang lebih lanjut mengenai faktor
sosial yang mempengaruhi media. Selain itu juga perlu adanya upaya mengeksplorasi
individu yang ada di media mulai dari pemilik hingga wartawan dan melihat relasi mereka
dengan kehidupan sosial. Dalam penelitian ini faktor sosial belum tergarap mengingat
keterbatasan penulis.
9

3. Bagi pembaca media penelitian ini dapat memperkuat gerakan media literacy (melek media).
Hasil penelitian ini setidaknya memperlihatkan betapa media adalah sebuah institusi yang
sarat kepentingan. Sehingga teks yang lahir juga bias bias kepentingan. Hal ini dapat menjadi
tambahan pengetahuan bagi pembaca yang pada akhirnya akan menciptakan pembaca kritis
terhadap apa yang disuguhkan media.

DAFTAR REFERENSI
Eriyanto. 2001. Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS
Kholil, Syukur. 2006. Metodologi Penelitian Komunikasi. Bandung: Cita pustaka Media.
Kriyantono, Rachmat. 2008. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana
Muhtadi, Saeful Asep. 1999. Jurnalistik : Teori dan Praktik. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Seto, Indiwan, 2011. Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis bagi penelitian dan skripsi
Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
__________. 2006. Analisis Teks Media : Suatu pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Soedjono, Soeprapto. 2007. Pot-Pourri Fotorafi. Jakarta: Universitas Trisakti.
Tomogola, Tamrin Amal. 1998. Citra Wanita dalam Iklan dalam Majalah Wanita Indonesia :
Suatu tinjauan Sosiologis Media. Badung : Rosda.
Wijaya, Taufan, 2011. Fotojurnalistik Dalam Dimensi Utuh. Klaten: CV. Sahabat.

10

Anda mungkin juga menyukai