Anda di halaman 1dari 8

1

OPTIMASI PERANCANGAN COAL DRYER DENGAN


MEMANFAATKAN WASTE HEAT DARI GAS BUANG
BOILER PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP
PAITON UNIT I

Yori Milzam Alqoshmal, Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes, dan Dr. Gunawan Nugroho, ST MT.
Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: yorimilzam@gmail.com

Abstrak Menurut Kementerian Energi dan Sumber


Daya Mineral (ESDM) dalam Sasaran Bauran Energi
Nasional Tahun 2025, batubara merupakan sumber energi
utama nasional dengan presentase sebesar 33%, gas bumi
30%, dan minyak bumi 20%. Pendayagunaan batubara
banyak digunakan pada sektor industri pembangkit listrik
tenaga uap. Namun ketersediaan batubara yang ada
merupakan batubara dengan kualitas rendah (low rank coal).
Batubara dengan kualitas rendah akan menimbulkan dampak
negatif terhadap proses operasi industri pembangkit listrik.
Salah satu teknologi yang dapat menaikkan kualitas batubara
adalah coal dryer. Coal dryer merupakan alat pengering yang
menggunakan udara panas sebagai pengering batubara. Pada
pembangkit listrik tenaga uap, waste heat flue gas boiler masih
belum termanfaatkan dengan baik. Pemanfaatan waste heat
flue gas boiler pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap Paiton
sebagai udara panas pengering batubara dapat menaikkan
caloric value batubara sebessar 4.836 kcal/kg. Optimasi perlu
dilakukan untuk menentukan desain terbaik dari coal dryer.
Penilitian ini menggunakan dua buah tipe coal dryer, yaitu
rotary dryer dan fluidized bed dryer. Hasil penilitian
menunjukkan dengan menggunakan rotary dryer didapat
panas optimal sebesar 2.343,2 kJ/s, dengan keuntungan US $
2.234.789. Sedangkan dengan fluidized bed dryer didapat
panas optimal sebesar 2.130 kJ/s, dengan keuntungan US $
2.233.360
Kata KunciBatubara kualitas rendah, waste heat
boiler, coal dryer

I.

PENDAHULUAN

ebutuhan dunia akan energi merupakan suatu


tantangan yang akan dihadapi. Saat ini kebutuhan
energi dunia masih menggunakan minyak bumi,
gas, dan batubara sebagai bahan bakar utama. Saat ini
minyak bumi masih merupakan bahan bakar yang paling
banyak digunakan. Namun dengan semakin menipisnya
cadangan minyak bumi yang ada, sejak beberapa waktu
yang lalu digalangkan upaya untuk mengganti bahan bakar
minyak dengan bahan bakar non minyak.
Indonesia merupakan negara dengan sumber daya
alam yang sangat melimpah. Salah satu sumber daya alam
yang ada di Indonesia dan tereksplorasi adalah batubara.
Pada tahun 2012 produksi batubara berkisar sekitar
466.307.241 ton [1]. Sementara cadangan batubara
diperkiran berada diangka 65,4 Milyar ton [2]. Dengan
melimpahnya cadangan batubara yang ada di Indonesia,
maka pada tahun 2025 batubara diproyeksikan menjadi
sumber energi nasional sebesar 33%, sedangkan gas bumi
sebesar 30%, dan minyak 20% [3].

35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%

Batubara

Gas Bumi

M inyak Bumi Energi Baru

Gambar 1. Sasaran bauran energi nasional tahun 2025 [2]

Namun batubara yang ada di Indonesia adalah


batubara dengan kualitas rendah (low rank coal). Kurang
lebih sebesar 60% merupakan batubara dengan kualitas
rendah (low rank coal) [4]. Batubara dengan kualitas
rendah (lignit) memiliki kandungan air total yang tinggi,
sehingga memiliki nilai kalor yang rendah. Sementara saat
ini banyak perusahaan batubara di Indonesia mengatakan
batubara sub-bituminous mereka telah terjual habis.
Pendayagunaan batubara pada sektor industri banyak
digunakan di industri semen, petrokimia, pembangkit
listrik, dll. Pemanfaatan batubara sebagai bahan bakar
banyak digunakan pada industri pembangkit listrik [3].
Pada PLTU Paiton batubara yang digunakan merupakan
batubara dengan caloric value rendah. Penggunaan
batubara dengan caloric value rendah akan menyebabkan
proses berjalan tidak optimal, efisiensi proses menurun,
listrik pemakaian sendiri naik, dan menaikkan kadar emisi
CO2 dan SO2. Pada PLTU Paiton masih terdapat waste heat
keluaran boiler yang dapat dimanfaatkan sebagai energi
panas untuk mengeringkan batubara. Proses pengeringan
batubara akan mengurangi kadar air batubara, sehingga
menaikkan nilai caloric value batubara. Salah satu
teknologi untuk menaikkan nilai kalor batubara adalah
teknologi coal dryer [5] [6].
Teknologi coal dryer yang yang paling sukses
diaplikasikan pada industri adalah rotary dryer, dan
fluidized bed dryer [7]. Teknologi yang bermacam-macam
tersebut memerlukan energi yang spesifik, sehingga perlu
adanya penelitian mengenai ketersediaan energi dan desain
mengenai coal dryer. Oleh karena itu diperlukan
perhitungan optimasi untuk mencari desain coal dryer yang
optimal. Karena variabel yang dioptimasi memiliki fungsi
batas bersifat non linier. Maka variabel optimasi tersebut

2
termasuk dalam permasalahan optimasi non linear
programming. Permasalahan optimasi non linear dapat
menghasilkan solusi optimal dengan metode GRG non
linier.
II. URAIAN PENELITIAN
A. Proses Pengeringan
Proses pengeringan adalah berkurangnya kandungan
uap air pada suatu produk, sehingga memiliki kandungan
uap air sesuai dengan yang diinginkan. Pengeringan yang
dilakukan pada batubara berfungsi untuk menaikkan nilai
kalori dari batubara tersebut. Sehingga dengan
meningkatnya nilai kalor tersebut maka efisiensi dari
pendayagunaan batubara sebagai bahan bakar akan
meningkat. Perhitungan panas untuk menguapkan kadar air
batubara:

agar kandungan airnya berkurang. Setelah itu baru


dilewatkan melalui pulvirizier yang mana di pulvirizer
terjadi proses penggilingan batubara hingga batubara
menjadi butiran-butiran. Butiran batubara tersebut yang
akan digunakan sebagai bahan bakar pada furnace. Pada
furnace-lah baru terjadi proses pembakaran yang mana
terjadi pencampuran antara bahan bakar dan udara.
Pencampuran bahan bakar dan udara menggunakan alat
yang bernama primary air fan dan secondary air fan.
Sementara gas buang boiler diserap dengan menggunakan
induce draft fan.

Q m w c p T m w U

(1)

Persentase moisture setelah diberi energi panas:

%moisture

m moisture

m moisture m drycoal

(2)

B. Jenis Batubara
Batubara adalah bebatuan hidrokarbon yang terbentuk
dari tumbuhan dalam lingkungan bebas oksigen, serta
terkena pengaruh tekanan dan panas yang berlangsung
sangat lama. Batubara dibedakan berdasarkan nilai kalor
dan lama waktu pembentukan. Urutan lama proses
pembentukan, mulai dari awal pembentukan yang
menghasilkan gambut, lignit, subbituminus, bituminous,
dan akhirnya terbentuk antrasit.
C. Sistem Operasi Power Plant
Kinerja dari siklus Pembangkit Listrik Tenaga Uap
Paiton menggunakan siklus rankine, dimana sebuah siklus
termodinamika yang mengubah energi panas dari steam
untuk menghasilkan listrik. Dijelaskan gambar 2 panas
steam dihasilkan boiler hasil pembakaran pada furnace
dengan air sebagai fluida kerja. Air hasil pembakaran akan
berubah fase menjadi steam yang akan digunakan untuk
menjadi energi gerak. Energi gerak tersebut yang akan
digunakan untuk memutar turbin sehingga menghasilkan
energi listrik.
Energi gerak yang berasal dari pembakaran pada furnace
dan menghasilkan panas pada boiler memerlukan bahan
bakar. Bahan bakar yang digunakan pada Pembangkit
Listrik Tenaga Uap Paiton merupakan solar dan batubara
dengan kualitas rendah (low rank coal). Penggunaan solar
digunakan hanya pada proses start up dan sebelum shut
down. Sedangkan pada saat plant sudah berjalan,
Pembangkit Listrik Tenaga Uap Paiton menggunakan
batubara kualitas rendah (low rank coal) sebagai bahan
bakar. Pada prosesnya, batubara yang dikirim oleh kapal
akan ditempatkan di dermaga terlebih dahulu untuk dijemur

Gambar 2. Alur proses PLTU Paiton

Peralatan-peralatan yang digunakan pada PLTU Paiton


memiliki spesifikasi yang berbeda-beda. Dengan spesifikasi
yang sudah diterapkan, maka diharapkan akan mendapatkan
performa yang optimal sehingga proses berjalan secara
maksimal dan memiliki efisiensi yang tinggi. Batubara
yang ada di PLTU Paiton memiliki nilai heating value yang
rendah yaitu sebesar 4200 kcal/kg. Batubara yang
digunakan memiliki caloric value lebih kecil dari
spesifikasi alat sehingga akan menyebabkan proses berjalan
tidak optimal. Proses produksi yang tidak optimal tersebut
akan mengakibatkan beberapa dampak, yaitu performa
peralatan yang digunakan akan berjalan secara tidak
maksimal, efisiensi proses yang menurun, listrik pemakaian
sendiri naik, dan menaikkan kadar emisi CO2 dan SO2.
Salah satu teknologi yang dapat dikembangkan untuk
meningkatkan nilai heating value batubara adalah dengan
menggunakan teknologi coal dryer. Teknologi coal dryer
dapat menghasilkan panas dengan beberapa metode, yaitu
menggunakan heater dan heat integration. Heat integration
sendiri artinya sumber energi panas yang digunakan coal
dryer merupakan penggabungan dari beberapa peralatan
yang masih memiliki energi panas untuk dimanfaatkan
kembali sebagai sumber panas pada coal dryer. Pada
Pembangkit Listrik Tenaga Uap Paiton sendiri masih
terdapat panas sisa (waste heat) yang masih dapat
digunakan sebagai sumber panas untuk mengeringkan
batubara. Potensi energi panas yang ada pada Pembangkit
Listrik Tenaga Uap Paiton dijelaskan gambar 3 didapatkan
dari udara panas keluaran boiler menuju stack.

Gambar 3. Skema proses heat integration untuk meningkatkan caloric


value batubara

D. Rotary Dryer
Pengering rotary dryer biasa digunakan untuk
mengeringkan bahan yang berbentuk granula, maupun
partikel padat dalam ukuran besar. Pemasukan dan
pengeluaran batubara bekerja secara otomatis, ini
disebabkan adanya gerakan vibrator, gerakan berputar,
gaya gravitasi dan slope kemiringan tertentu secara
horizontal.

umf

Gambar 4. Skema kerja rotary Dryer

Pada rotary dryer pemanasan dibedakan menjadi dua,


yaitu direct dryer dan indirect dryer. Jenis aliran yang
digunakan pada rotary dryer ini menggunakan aliran
counter, dimana aliran gas panas dan batubara berlawanan
arah. Aliran counter memiliki efisiensi termal yang lebih
baik dibandingkan aliran paralel.
Heat transfer pada rotary dryer ditunjukkan pada
persamaan berikut ini [8]:

Q m g c p (Tout Tin )

(3)

Q U a Vb (Tout Tin )

Ua

KG
D

Gambar 5. Skema kerja fludiized bed dryer

Sedangkan apabila kecepatan udara panas melebihi


kecepatan terfluidisasi maka akan terjadi turbulensi pada
bahan yang dikeringkan dan menyebabkan perpindahan
panas dengan efesiensi yang baik. Dalam keadaan seperti
ini, maka pengeringan yang terjadi pada bahan akan
memiliki beberapa kelebihan, diantaranya luas kontak
pegeringan lebih besar, dan koefesien perpindahan kalor
konveksi yang meningkat. Dengan begitu bahan yang
dikeringkan akan mendapatkan nilai kandungan air yang
seragam.
Perhtiungan kecepatan minimu fluidisasi ditunjukkan
pada persamaan berikut ini [10]:

(4)

(5)

E. Fluidized Bed Dryer


Fluidized Bed Drying adalah proses pengeringan yang
memanfaatkan hembusan udara panas yang berasal dari
blower dengan kecepatan tertentu. Udara panas tersebut
akan melewati dryer hingga melalui saluran keatas menuju
bak pengering sehingga bahan tersebut dapat bergerak dan
memiliki sifat seperti fluida. Pada tingkat kecepatan udara
panas yang kurang dari kecepatan fluidisasi, maka bahan
tetap akan diam.

Gmf

(6)
dengan gas mass velocity (Gmf) ditunjukkan pada
persamaan berikut:

Gmf 0,0093 d p

1,82

g 0,94

0,88

(7)

F. Metode GRG non linear


GRG non linear adalah singkatan dari Generalized
Reduced Gradient yang telah lama digunakan dan terbukti
dalam menyelesaikan masalah optimasi. Metode GRG non
linear adalah metode optimasi yang digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan optimasi pada variabel yang
mengandung fungsi objektif dan fungsi batas yang tidak
linier dan kontinu [12]. Persamaan non linear adalah
persamaan dengan variabel yang mengandung fungsi akar
dan kuadrat. Persamaan nonlinier akan menghasilkan grafik
nonlinier.
Metode GRG non linear sebenarnya menyelesaikan
masalah linier dengan baik, namun membutuhkan waktu
lebih lama dan tidak efisien dibandingkan dengan Simplex
LP Method. GRG nonlinear akan mendapatkan nilai
globally optimal solution, ketika semua fungsi objektif dan
fungsi batas berupa convex. Jika fungsi objektif dan fungsi
batas tidak berupa convex, maka GRG nonlinear akan
mendapat locally optimal solution.
Metode GRG non linear dapat dioperasikan
menggunakan Excel Solver. Dalam Excel solver terdapat 3
metode penyelesaian untuk permasalahan optimasi yakni:
simplex LP, Generailized Reduced Gradient (GRG)
nonlinier dan Evolutionary. Ketiga metode tersebut

4
memliki karakteristik yang berbeda. Untuk metode simplex
LP digunakan dalam permasalahan optimasi yang
mengandung persamaan matematis orde pertama.
Persamaan matematis orde pertama meliputi 4 operasi dasar
yakni penambahan, pengurangan, perkalian,da n
pembagian. Simplex LP digunakan untuk optimasi yang
memiliki fungsi objektif dan fungsi batas merupakan fungsi
linier.
Untuk metode evolutionary merupakan metode
penyelesaian permasalahan optimasi dengan fungsi tujuan
dan fungsi batas yang tidak kontinu (discontinuous
function) dan non-smooth function. Permasalahan optimasi
yang menggunakan metode evolutionary adalah
permasalahan Travelling Salesman Program (TSP) dengan
penentuan jarak minimum untuk distribusi barang dengan
banyak tujuan yang berbeda.
III. METODOLOGI PENELITIAN

C. Perhitungan Potensi Panas


Pada penelitian ini, sumber energi panas yang
digunakan untuk mengeringkan batubara adalah waste heat
yang berasal dari flue gas boiler. Perhitungan potensi panas
ditujukan untuk menghitung berapa penurunan kadar air
batubara setelah dikeringkan. Penurunan kadar air batubara
akan berdampak pada menaiknya nilai heating value dari
batubara. Perhitungan potensi panas pada coal dryer
digunakan persamaan (2.3). Potensi panas tersebut
digunakan sebagai sumber energi panas untuk menghitung
berapa laju aliran masa air yang dapat terevaporasi
diakibatkan batubara mengalami proses pengeringan,
ditunjukkan pada persamaan (2.1). Kadar air yang masih
tersisa pada batubara digunakan sebagai perhitungan untuk
menentukan berapa kadar air total setelah uap air
terevaporasi, ditunjukkan pada persamaan (2.2).
D. Desain Rotary Dryer
Untuk menghitung diameter rotary dryer ditunjukkan
pada persamaan berikut:

A. Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Pembangkit Listrik Tenaga
Uap Paiton Unit I. Pada PLTU Paiton terdapat beberapa
proses yang masih memiliki energi panas yang dapat
digunakan sebagai sumber energi untuk mengeringkan
batubara. Sumber energi panas tersebut didapat dari
keluaran flue gas boiler yang mana pada prosesnya masih
dapat digunakan sebagai udara pemanas batubara. Udara
pemanas tersebut akan bercampur dengan batubara basah.
Alat yang digunakan sebagai media penukar panas antara
udara pemanas dan batubara basah disebut dengan coal
dryer. Instalasi penempatan coal dryer sendiri diletakkan
setelah air heater sebelum stack seperti ditunjukkan gambar
(?).
B. Pengambilan Data
Dalam menentukan potensi panas yang dapat
digunakan sebagai sumber energi untuk mengeringkan
batubara, dilakukan pengambilan data operasional pada
PLTU Paiton yang ditunjukkan pada tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Data proses PLTU Paiton

4 mg
D
G

(8)
Sementara nilai panjang rotary dryer ditunjukkan pada
persamaan berikut ini:

Q
1
U a D 2 (Thb Tha )
4

(9)
dengan nilai Ua didapat dari persamaan 2.5. dalam satuan
british

Ua

0,5G 0, 67
D

(10)

E. Desain Fludized Bed Dryer


Untuk menghitung luas fluidized bed dryer ditunjukkan
pada persamaan berikut:

mg
A
g u mf
Sementara nilai ketinggian fluidized
ditunjukkan pada persamaan berikut:

bed

(11)
dryer

m s (1 Xso)t R
H
s A(1 )

(12)

F. Optimasi
Besarnya energi panas yang berasal dari flue gas
boiler memiliki laju aliran masa dan temperature tertentu.
Sementara itu geometri coal dryer memiliki persamaan
yang merupakan fungsi dari ketersediaan energi tertentu.
Apabila geometri dryer terlalu besar, maka akan menjadi
masalah terhadap ketersediaan dryer di industri. Selain itu
nilai volumetric heat transfer coefficient dan drying rate
per unit volume juga akan kecil bila dryer memiliki
geometri yang besar.

5
Tujuan dilakukan optimasi pada penilitian ini adalah
untuk mendapatkan nilai kalor maksimum yang dapat
diterima oleh dryer dengan mempertimbangkan adanya
fungsi batas geometri dryer itu sendiri. Fungsi objektif yang
digunakan pada optimasi ini dapat dilihat pada persamaan
berikut ini:

J max Qdryer

(13)
dimana:
Qdryer adalah fungsi dari mgas, Cgas, Tin, Tout, Ua, dan Vb
Untuk menentukan nilai optimal dari permasalahan
fungsi tujuan (3.5), maka ditentukan fungsi batas dari
geometri dryer. Karena dryer yang digunakan adalah rotary
dryer dan fluidized bed dryer, maka terdapat dua fungsi
batas geometri yang sesuai dengan masing-masing dryer.
Rotary Dryer
Fungsi batas rotary dryer adalah sebagai berikut [9]:
Batas panjang dryer (meter)

12 L 30

Batas diameter dryer (meter)

Batas rasio L/D

1,5 D 3,5

5 L

10

(14)
(15)
Gambar 6. Diagram Alir Penelitian
(16)

Fludized Bed Dryer


Fungsi batas fluidzed bed dryer adalah sebagai berikut:
Batas luas dryer (meter persegi)

0,9 L 9

(17)

Batas ketinggian dryer (meter)

1,88 H 5,1

(18)

G. Diagram Alir Penelitian


Secara umum penelitian ini dimulai dengan pengambilan
data proses PLTU Paiton. Selanjutnya dilakukan
perhitungan besar potensi panas waste heat dari flue gas
boiler, selanjutnya melakukan pemodelan matematis desain
geometri dryer. Setelah itu ditentukan fungsi tujuan dan
fungsi batas dari variabel optimasi. Optimasi dilakukan
dengan menggunakan metode GRG non linear. Selanjutnya
dilakukan analisis investasi dan penghematan. Diagram alir
ditunjukkan pada Gambar 6 berikut ini

IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Perhitungan Potensi Panas
Hasil perhitungan potensi panas dari flue gas boiler
digunakan untuk mengeringkan batubara ditunjukkan pada
Tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Hasil perhitungan potensi panas

Dengan laju masa batubara sebesar 61 kg/s dan moisture


40%. ketersediaan panas sisa yang dapat digunakan pada
PLTU Paiton dapat mengurangi kadar air batubara 9,15
kg/s. Sehingga dengan ketersediaan panas sebesar 23.432
kJ/s, maka dapat mengurangi kadar air batubara menjadi
sebesar 29,4 % atau menaikkan nilai heating value batubara
menjadi 4.836 kcal/kg.
B. Optimasi Rotary Dryer
Rotary dryer merupakan jenis coal dryer yang
memiliki volume dengan penampang berbentuk lingkaran
dan memiliki panjang tertentu. Dengan adanya energi panas
hasil pemanfaatan waste heat dari flue gas boiler, dryer
yang diinstalasi di power plant tidak dapat didesain sesuai
dengan kemauan sebuah vendor. Ini dikarenakan energi

6
panas hasil waste heat dari flue gas boiler memiliki masa
dan temperature masukan yang sudah pasti.
Sehingga diperlukan optimasi perancangan geometri
coal dryer karena ada keterkaitan antara ketersediaan energi
dan desain yang optimal pada coal dryer. Agar coal dryer
memiliki geometri yang sesuai dengan yang ada di industri.
Geometri yang terlalu besar akan menyusahkan dalam hal
transportasi perusahaan coal dryer. Dalam proses optimasi ,
fungsi objektif dan fungsi batas yang digunakan sesuai
dengan Persamaan (13), (14), (15) dan (16). Hasil optimasi
ditunjukkan pada tabel 3 berikut ini:

7
Tabel 3. Hasil optimasi Rotary Dryer

Tabel 6. Keuntungan dengan fluidized bed dryer

V. KESIMPULAN/RINGKASAN

Sementara hasil penghematan selama satu tahun


dengan menggunakan rotary dryer ditunjukkan pada tabel 4
berikut ini:
Tabel 4. Keuntungan dengan rotary dryer

C. Optimasi Fluidzed Bed Dryer


Seperti rotary dryer, fluidized bed dryer juga memiliki
keterkaitan antara ketersediaan energi dan desain yang
optimal terhadap dryer. Namun pada fludized bed dryer
memiliki sarat yang harus dipenuhi, bahwa udara panas
yang berhembus harus memiliki kecepatan udara
terfluidisasi (5 m/s). Kecepatan yang dapat membuat
material memiliki sifat seperti fluida. Sehingga saat
material kontak dengan fluida, maka akan terjadi turbulensi
dan memiliki perpindahan panas yang efisien. Dalam
proses optimasi , fungsi objektif dan fungsi batas yang
digunakan sesuai dengan Persamaan (13), (17) dan (18).
Hasil optimasi ditunjukkan pada tabel 5 berikut ini:
Tabel 5. Hasil Optimasi Fluidized Bed Dryer

Kesimpulan yang didapatkan dalam tugas akhir ini


adalah:
1. Potensi panas total pemanfaatan waste heat dari flue
gas boiler 23.432 kJ/s. Dapat digunakan untuk
menaikkan nilai caloric value batubara 4.836 kcal/kg
dan menurunkan moisture 29,4% dengan laju masa 220
ton/hr.
2. Dari hasil optimasi, rotary dryer memiliki diameter 3,5
meter, panjang 26,15 meter, dan rasio L/D 7,37.
Dengan panas maksimum yang dapat diterima rotary
dryer 2.343,2 kJ/s. Besar penghematan per tahun yang
didapat US $ 8.230.896, biaya pengeluaran US $
5.996.107, dan keuntungan US $ 2.234.789.
3. Dari hasil optimasi, fluidized bed dryer memiliki
luasan 6,67 meter persegi, dan ketinggian 1,98 meter.
Dengan panas maksimum yang dapat diterima rotary
dryer 2.130 kJ/s. Besar penghematan per tahun yang
didapat US $ 8.230.896, biaya pengeluaran US $
5.997.536, dan keuntungan US $ 2.233.360.
4. Luas area total yang dibutuhkan untuk menginstalasi
fluidized bed dryer lebih kecil dibandingkan dengan
menggunakan rotary dryer. Fludized bed dryer
membutuhkan 73,3 meter persegi, sementara rotary
dryer membutuhkan area sebesar 2912 meter persegi.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]

Sementara hasil penghematan selama satu tahun


dengan menggunakan fluidized bed dryer ditunjukkan pada
tabel berikut ini:

[6]

Badan Pusat Statistik, Produksi Barang Tambang


Mineral, 1996-2012
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral,
http://www.esdm.go.id/, diakses pada tanggal 29
September 2014.
Blueprint
Pengelolaan
Energi
Nasional,
Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006,
2006.Jakarta,Indonesia.
Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara. 2011.
Jakarta, Indonesia
Liu, Ming, et al. "Thermodynamic Analysis Of
Pre-Drying Methods For Pre-Dried Lignite-Fired
Power Plant." Energy 49 (2013): 107-118.
Sarunac, Nenad, and Edward Levy. Use Of Coal
Drying To Reduce Water Consumed In Pulverized
Coal Power Plants. Lehigh University, 2005.

8
[7]

[8]
[9]
[10]

Rao, Zhonghao, et al. "Recent Developments In


Drying And Dewatering For Low Rank
Coals." Progress in Energy and Combustion
Science 46 (2015): 1-11.
Perry's Chemical Engineers' Handbook. Vol. 796.
New York: McGraw-hill, 2008.
Mujumdar, Arun S., ed. Handbook Of Industrial
Drying. CRC Press, 2006.
Metzger, T. (2013), Drying in the Process
Industry. Von C. M. van't Land. Chemie Ingenieur
Technik, 85: 206207

[11]
[12]
[13]

Krokida, M. K., and C. T. Kiranoudis. "Pareto


Design Of Fluidized Bed Dryers."Chemical
Engineering Journal 79.1 (2000): 1-12.
Harmon, Mark. Step By Step Optimization Wit
Excel Solver 2011
Loh, H. P., Jennifer Lyons, and Charles W. White.
"Process Equipment Cost Estimation." National
Energy Technology Center, Report
No.
DOE/NETL-2002/1169 (2002).

Anda mungkin juga menyukai