CERPEN
CERPEN
masih tetap setia mendengarkan semua jawaban yang keluar dari mulutku.
Dan setelah selesai aku menjawab pertanyaannya ia tersenyum sambil memperlihatkan gigi
putihnya.
Kamu tau aku siapa? Aku memperhatikan orang ini dengan sangat detail, aku melihat dia
dari atas sampai bawah dan mengulanginya lagi. Setelah lelah memperhatikan orang ini, aku
pun menutup buku yang ada digenggaman ku. Aku tidak tau kak Jawabku yang akhirnya
menyerah, toh aku memang tidak mengenal nya.
Ia merogoh saku bajunya dan mengeluarkan satu kertas kecil lalu memberikannya
padaku. Aku membaca kertas yang diberikannya padaku itu. Seketika senyumku langsung
mengembang bagaikan bunga yang layu disiram air langsung mekar kembali.
Wahhh kakak Arkeolog ya? Ucapku dengan nada yang sangat semangat serta antusias. Dia
pun tersenyum lalu mengangguk kan kepalanya seolah berkata iya.
Kalo besar nanti aku pasti bisa jadi seperti kakak Jawabku sambil melihat ke atas
seolah ada bayanganku ketika aku besar nanti. Haha teruslah bermimpi dan belajar karena
kakak kecil dulu sama sepertimu. Kakak selalu bermimpi bisa jadi Arkeolog tapi kakak sadar
mimpi saja tidak cukup kakak juga harus berusaha ya salah satu caranya kakak harus rela
menghabiskan waktu hanya untuk membaca, membaca dan membaca. Kakak juga di sekolah
selalu bertanya pada guru tentang sejarah dan alhamdulillah berkat usaha kakak selalu ini
serta diiringi doa dari kedua orangtua kakak, Kakak bisa seperti sekarang Jawab dia dengan
ucapan yang sangat panjang, tapi aku hanya tersenyum bahagia mendengar semua
ucapannya. Ucapannya seperti penyemangat baru bagiku. Baiklah kak, aku yakin suatu saat
kita bertemu nanti kita ada dalam sebuah profesi yang sama yaitu sebagai Arkeolog Tuturku
sambil berdiri dan tersenyum padanya.
Akhirnya ia pun pamit pulang denganku. Karena, ia ingin kembali ke kotanya untuk
melaksanakan tugas selanjutnya. Aku melangkahkan kaki sambil tersenyum pada hamparan
sawah serta burung-burung yang berterbangan. Aku yakin bahkan sangat yakin bahwa suatu
saat nanti aku akan menjadi seorang seperti yang aku impikan selama ini.
Waktu begitu cepat berlalu, aku yang dulu masih kecil sekarang telah dewasa. Desaku
yang dulu belum ada perubahan, sekarang telah menjadi sebuah kota. Perpustakaan yang dulu
sebagai tempatku mencari ilmu sekarang menjadi tambah besar dan bagus. Tak ku pungkiri
ini semua akibat adanya globalisasi yang terjadi dalam kehidupan. Sekarang aku sedang
duduk di dalam perpustakaan ini, membaca buku sejarah yang pernah ku baca saat umurku
tiga belas tahun. Terlintas sebuah kenangan saat aku bertemu dengan kak Zaky seorang
Arkeolog yang pernah aku temui di perpustakaan ini. Aku merindukan dia sebagai seorang
kakakku sendiri. Aku telah mencoba mencari keadaanya tapi aku tak pernah menemukan
dirinya.
Dino
Merasa namaku di panggil lantas aku menoleh kebelakang. Dan saat aku melihat ke belakang
betapa terkejutnya aku. Ia dia kakak Arkeolog itu. Datang menghampiriku. Kak Zaky?
Ucapku sambil mengajaknya untuk duduk. Iya, apa kabar kamu? Ucap kak Zaky sambil
memperhatikan diriku. Seperti yang kakak lihat, aku baik-baik saja. Kakak kemana saja, aku
telah mencari kakak tapi aku tak menemukan kakak. Dan sekarang kakak datang sendiri
padaku Ucapku pada kak Zaky.
Kak Zaky pun langsung tertawa, entahlah apa yang ada dalam benaknya hingga
membuat ia tertawa mendengar ucapanku tadi.
Tingkahmu sama seperti sepuluh tahun yang lalu. Maafkan aku, aku sibuk bekerja di
luar negeri. Bagaimana dirimu sudah jadi Arkeolog? Ucap kak Zaky sembari
mempertanyakan hal tersebut padaku.
Aku pun mengeluarkan sebuah kertas sama seperti yang kak Zaky lakukan padaku
dulu. Ia pun memberikan seluas senyuman dan selamat padaku. Aku telah menempati janjiku
dahulu, saat aku bertemu dengan kak Zaky kembali aku telah menjadi seorang Arkeolog.
Terimakasih untuk semuanya kak Zaky karena berkat kakak jugalah aku bisa meraih
Impianku menjadi seorang Arkeolog. Teruslah bermimpi karena mimpi adalah kunci untuk
kita meraih impian kita, mimpi itu sebagai pupuk yang akan membuat bunga semakin tumbuh
dengan subur sehingga bunga yang dihasilkan akan lebih indah daripada bunga yang tidak
diberi dengan pupuk.