Disusun oleh:
Putri Nadhira
030.11.236
030.11.219
Firda Nurvaradita
030.11.104
Oryza Ajani
030.10.216
Khaula Luthfiyah
030.11.155
Pembimbing:
dr. Partogi, Sp.Rad
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan
rakhmatnya maka penulis dapat menyelesaikan tugas referat yang berjudul Gambaran
Radiologi Fraktur dan Degeneratif pada Vertebra sebagai salah satu syarat menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi periode 19 Desember 21 Januari 2017.
Tersusunnya referat ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak,
maka pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada pembimbing dr. Partogi Sp.Rad dan juga kepada semua pihak yang turut
membantu dalam penyusunan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu diharapkan
kritik dan saran yang membangun. Semoga tugas referat yang telah dilaksanakan dapat
berguna juga bagi penulis maupun pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..
DAFTAR ISI .
BAB I PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang ..
2.1.2 Stabilisasi ..
2.2.2 Etiologi
2.2.3 Epidemiologi
32
2.3.2 Spondilolistesis.
35
49
58
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Vertebra merupakan pelindung medulla spinalis dan serabut saraf, menyokong berat
badan dan berperan dalam perubahan posisi tubuh. Vertebra pada orang dewasa terdiri dari 33
ruas dengan pembagian 5 regio yaitu 7 cervical, 12 thoracal, 5 lumbal, 5 sacral, 4 coccigeal.1
Tulang belakang merupakan suatu satu kesatuan yang kuat diikat oleh ligamen di depan
dan dibelakang serta dilengkapi diskus intervertebralis yang mempunyai daya absorbsi tinggi
terhadap tekanan atau trauma yang memberikan sifat fleksibel dan elastis. Semua trauma
tulang belakang harus dianggap suatu trauma hebat sehingga sejak awal pertolongan pertama
dan transportasi ke rumah sakit harus diperlakukan dengan hati-hati.2,3
Trauma tulang belakang dapat mengenai jaringan lunak berupa ligamen, diskus dan
faset tulang belakang dan medulla spinalis. Penyebab trauma tulang belakang adalah
kecelakaan lalu lintas (44%), kecelakaan olah raga (22%), terjatuh dari ketinggian (24%), dan
kecelakaan kerja.2,3
Gejala dari cedera vertebra bervariasi tergantung dari lokasi cedera. Cedera pada spinal
cord dapat menyebabkan kelemahan otot dan mati rasa pada tempat tempat tertentu. Jenis
cedera tulang belakang adalah keadaan kegawatdaruratan medis dan membutuhkan operasi
yang segera. Rentang waktu antara cedera dan penatalaksanaan dapat berpengaruh pada hasil
akhir.4
Degeneratif adalah istilah yang secara medis menerangkan adanya suatu kemunduran
proses fungsi sel, dari keadaan normal yang sekarang ke keadaan yang lebih buruk diiringi
dengan bertambahnya usia. Proses menua didefinisikan sebagai proses yang mengubah
seorang dewasa sehat menjadi seorang yang rentan dengan berkurangnya sebagian besar
cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit secara
eksponensial.
Kelainan degeneratif tulang adalah kelainan yang timbul akibat dari proses degenerasi
sel tulang, Berhubungan dengan penyakit rematik. Batasan tentang penyakit
rematik yang bersifat inflamatoir dengan yang degeneratif sukar dibedakan, karena
reaksi inflamasi juga kadang-kadang ditimbulkan pada jaringan lunak oleh yang degeneratif.
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui definisi, patofisiologi, gejala klinis,
gambaran radiologi dan penatalaksanaannya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Vetebra
2.1.1 Struktur vertebra
Columna vertebralis merupakan poros tulang rangka tubuh yang
memungkinkan untuk bergerak. Terdapat 33 columna vertebralis, meliputi 7
columna vertebra cervical, 12 columna vertebra thoracal, 5 columna vertebra
lumbal, 5 columna vertebra sacral dan 4 columna vertebra coccygeal. Vertebra
sacral dan cocygeal menyatu menjadi sacrum-coccyx. Susunan tulang vertebra
secara umum terdiri dari corpus, arcus, foramen vertebra dan diskus
intervetebralis.5,6
a.
Korpus
Merupakan bagian terbesar dari vertebra, berbentuk silindris yang
Stabilitas
Stabilitas pada vertebra ada dua macam, yaitu pasif dan aktif. Stabilitas
memanjang
columna
vertebralis
pertumbuhan medulla spinalis, panjang radix n.spinalis bertambah panjang dari atas ke
bawah. di daerah cervikal atas, radix nervus spinalis pendek dan bearjalan hampir
horizontal, tetapi di bawah di ujung medula (pada orang dewasa di L1) membentuk
seberkas saraf vertikal di sekitar filum terminal vertebra yang disebut cauda equina.8
servikal
dan
lulmbal.
Cedera
terjadi
akibat
hiperfleksi,
pembengkakan ke C1
ruang pra-dentate (jarak antara tuberkulum anterior C1 dan sarang) dapat
melebar lebih dari 3 mm dan kerusakan pada ligamen yang membentuk
melintang.
CT Scan
CT menunjukkan garis fraktur yang biasanya melibatkan anterior
dan posterior pada lengkungan. Jika ada cedera yang melintang pada
atlantal ligamen, interval atlantodental (ADI) meningkat. ADI normal pada
populasi orang dewasa kurang dari 3 mm; pada populasi pediatrik, jarak
normal adalah kurang dari 5 mm.
Pengobatan dan prognosis
Jefferson biasanya dirawat secara konservatif (hard collar
imobilisasi) Pelebaran gambaran ligamen melintang dianggap utuh (tidak
ada pelebaran atlanto-sarang interval atau ligamen divisualisasikan utuh
pada MRI). Dalam kasus di mana ligamen diduga terganggu, tindakan
yang lebih agresif biasanya diperlukan . Hal Ini termasuk halo imobilisasi,
10
Gambar 4.
fraktur
jafferson
2. Fraktur Hangman
Spondylolisthesis traumatis, adalah fraktur yang melibatkan pars
interarticularis dari C2 di kedua sisi, dan merupakan hasil dari
hiperekstensi. fraktur Hangman 's adalah fraktur tulang belakang yang
paling
umum.
Ini
adalah
perpanjangan-fraktur
sebagai
algojo
menempatkan simpul bawah dagu untuk menghasilkan maksimal ekstensiforce. Itulah sebabnya dibahas fraktur algojo 's dalam bab tentang cedera
11
hiperekstensi. Dalam beberapa situasi dapat juga menjadi hasil dari fleksi
ekstrim. fraktur algojo umum dalam kecelakaan diving. Meskipun
dianggap sebagai fraktur tidak stabil, jarang dikaitkan dengan cedera
tulang belakang, karena diameter anteroposterior dari kanal tulang
belakang terbesar pada tingkat ini, dan pedikel retak memungkinkan
terjadi dekompresi. Bila dikaitkan dengan unilateral atau bilateral segi
dislokasi pada tingkat C2, jenis fraktur algojo tidak stabil dan memiliki
tingkat tinggi komplikasi neurologis.12
Presentasi klinis
Sakit leher
pasca-trauma
setelah
cedera
kecepatan
tinggi
kecepatan
tinggi
kecelakaan
kendaraan
bermotor,
pada
dan
mengklasifikasikan
Edwards
fraktur
dari
klasifikasi
C2
ini
digunakan
(juga
dikenal
untuk
sebagai
12
Jenis III: tipe I dengan facet bilateral dislokasi sendi artikel yang
berhubungan
Gambar 6. Tipe fraktur hangman
Tipe I (65%)
fraktur hair-line
disc C2-3 yang normal
Tipe II (28%)
dislokasi C2
Disc C2-3 terganggu
ligamen mengalami ketidakstabilan
C3 mengalami fraktur kompresi anterosuperior
Jenis III (7%)
Dislokasi i C2
Interfacet C2-3 Bilateral mengalami dislokasi
ketidakstabilan parah
Foto polos
Lamina bilateral patah di C2 biasanya berhubungan dengan
anterolisthesis dari C2 pada C3 Perpanjangan fraktur pada foramen
13
14
15
o Roy-Camille
telah terbukti lebih baik berkorelasi dengan prognosis menjelaskan
fraktur dan dislokasi.
Gambar 11. Gambar radiografi fraktur odontoid
16
Jenis yang paling umum dari fraktur odontoid, yang merupakan tipe II
melalui dasar odontoid tersebut. Fraktur tipe II ini memiliki kecenderungan
untuk nonunion, yang terjadi pada 64% pasien.
Gambar 12. Fraktur odontoid tipe 2
o
o
o
o
17
18
19
Terapi :
Tipe 1 Fraktur odontoid
Eksternal imobilisasi dengan menggunakan collar neck
Tipe 2 Fraktur odontoid
Terapi konservatif dan terapi operatif.
Tipe 3 Fraktur odontoid
Eksternal imobilisasi
4. Flexion tear drop fractures
Fraktur yang paling parah dari tulang belakang leher, sering
anterior cervical cord syndrome adan quadriplegia. fraktur ini merupakan
hasil dari kombinasi fleksi dan kompresi, yang biasanya merupakan hasil
dari kecelakaan kendaraan bermotor.
Butiran air mata fragmen berasal dari aspek anteroinferior dari
tubuh vertebral. Bagian posterior yang lebih besar dari tubuh vertebral
dipindahkan ke belakang ke kanal tulang belakang. Pada x-rays sendi facet
dan jarak interspinous biasanya melebar dan ruang disk dapat dipersempit.
70% dari pasien mengalami defisit neurologis.Ini adalah fraktur yang tidak
stabil.
Mekanisme
Ini biasanya terjadi dari fleksi dan kompresi parah, paling sering di
C5-6 (menyelam merupakan penyebab tersering, kendaraan bermotor
tabrakan deselerasi).
Radiologi
-
21
22
mata
ketinggian vertikal fragmen sama dengan atau lebih besar dari lebar
ruang anterior disc mengalami pelebaran
Sebagai layar, radiograf lateral tulang belakang leher akan
24
Terapi :
Neck collar dan pengurangan aktivitias
6. Clay-shoveler fractures
Fraktur dari prosesus spinosus dari vertebra serviks lebih rendah.
Presentasi klinis
Sering cedera ini tidak dikenal pada saat itu dan hanya ditemukan
beberapa tahun kemudian secara kebetulan karena tulang belakang leher
yang dicitrakan karena alasan lain.
Cenderung berhubungan dengan:
kecelakaan kendaraan bermotor
kontraksi otot secara tiba-tiba
pukulan langsung ke tulang belakang
Radiologi
Fraktur terlihat pada radiografi lateral sebagai lucency miring melalui
proses spinosus, biasanya dari C7. Biasanya ada perpindahan signifikan.
25
pertengahan lumbal. Chance fracture juga sering disebut sebagai seat belt
fracture dikarenakan sering dijumpai pada kecelakaan dimana penderita
hanya menggunakan lap belt saja tanpa shoulder belt.14
Untuk mendiagnosis dapat dilakukan pemeriksaan radiologi.
Dengan foto torakolumbal anteriorposterior (AP) dan lateral. Dapat juga
dilakukan dengan foto CT-Scan dan MRI untuk lebih jelasnya.14
Untuk tindakan bedah umumnya tidak digunakan untuk mengobati
kasus pada cedera ini. Karena Chance Fracture adalah lesi tulang murni
dan pengurangan ini dapat dilakukan dengan mengekstensikan, dimana
telah menjadi pilihan.15
27
27
28
Gambar 27. CT-Scan, sagital rekonstruksi 2-dimensi yang diperoleh dari pencitraan
aksial standar dari tulang belakang lumbar menunjukkan fraktur horisontal melalui
vertebra, pedikel, pars interarticularis, dan proses spinosus dengan sekitar 1,1 cm dari
cedera. Fraktur kompresi wedges anterior berada pada tingkat yang sama.15
Gambar 28. CT-Scan, sagital rekonstruksi 2-dimensi yang diperoleh dari standar
pencitraan aksial melalui proses spinosus dengan gangguan tulang belakang lumbar
menunjukkan cedera fleksi-gangguan-jenis dengan ekstensi fraktur menjadi elemen
posterior.15
28
9.
Burst
Fracture
29
30
penyakit
rematik
yang
menyerang
tulang
belakang
(spine
mekanik
akibat
gerakan
mengangkat,
membawa
atau
memindahkan barang
3. Herediter
c. Patogenesis
Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastis
yang tersusun ata banyak unit rigid (vertebra dan unit fleksibel (diskus
intervertebralis) yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset,
ligament-ligament dan otot paravertebralis. Konstruksi yang unik ini
memungkinkan fleksibilitas dan memberikan perlindungan yang maksimal
terhadap sumsum tuang belakang. Lengkungan tulang belakang akan
menyerap goncangan saat lari atau melompat.6
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia
bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago
dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat
dan tak teratur. penonjlan faset dapat mengakibatkan penekanan pada akar
saraf ketika keluar dari kanalis spinalis yang menyebabkan nyeri menyebar
sepanjang saraf tersebut.7,8
d. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang muncul berupa neurogenik claudication yang
mencakup nyeri pinggang, nyeri tungkai serta rasa kebas dan kelemahan
motorik pada ekstremitas bawah yang dapat diperburuk saat berdiri dan
33
berjalan dan diperingan saat duduk atau tidur terlentang. Karakteristik dari
spondilosis lumbal adalah nyeri dan kekakuan gerak pada pagi hari.17
e. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan untuk melihat gambaran yang
mungkin dapat terlihat, seperti:19
1. Penyempitan ruang diskus intervertebralis
2. Perubahan kelengkuangan vertebrae dan penekanan saraf
3. Osteofit/Spur formation di anterior ataupun posterior vertebrae
4. Pemadatan Corpus vertebrae
5. Vertebrae tampak seperti bambu (Bamboo Spine)
6. Sendi sacroiliaca tidak tampak atau kabur
7. Celah sendi menghilang
Adapun pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan antara lain:19
1.
2.
34
f. Tindakan Terapi
1. Tindakan operasi: Apabila ada gangguan beruba penekanan saraf/akar
saraf yang progresif atau instabilitas yang hebat makan perlu pembedahan.
2. Obat-obatam : Tujuan obat adalah untuk mengurangi nyeri dan kaku pada
leher dan lengan
3. Rehabilitasi medik: Program rehabilitasi medik pada penderita spondylosis
untuk mengurangi nyeri
2.3.2 Spondilolistesis
a. Definisi
Spondilolistesis merupakan pergeseran kedepan korpus vertebra
dalam hubungannya dengan sacrum, atau kadang dihubungan dengan vertebra
lain. Kelainan terjadi akibat hilangnya kontinuitas-pars intervertebralis
sehingga menjadi kurang kuat untuk menahan pergeseran tulang berakang.20
b. Epidemiologi
Spondilolistesis mengenai 5-6% populasi pria, dan 2-3% wanita.
Karena gejala yang diakibatkan olehnya bervariasi, kelainan tersebut sering
35
ditandai dengan nyeri pada bagian belakang (low back pain), nyeri pada paha
dan tungkai.21
Spondilolisthesis degeneratif memiliki frekuensi tersering karena
secara umum populasi pastinya akan mengalami penuaan. Paling sering
melibatkan level L4-L5. Sampai 5,8% pria dan 9,1% wanita memiliki listhesis
tipe ini.20
c. Etiopatofisiologi
Etiologi spondilolistesis sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.
Konsep umum masih terfokus pada faktor predisposisi yakni konginetal dan
trauma.22
Penyebab
dari
sindrom
ini
adalah
malformasi
persimpangan
lumbosakral (kecil bagian belakang dan bagian belakang panggul) yang kecil,
sendi facet tidak kompeten, yang dapat bersifat kongenital (bawaan), disebut
sebagai spondilolisthesis displastik, atau mungkin terjadi selama masa remaja
karena patah tulang atau cedera pada salah satu tulang-tulang belakang dari
kegiatan olahraga terkait seperti angkat berat, berlari, berenang, atau sepak
bola yang menyebabkan seseorang memiliki spondilolisthesis isthmic.20
Ada lima jenis utama dari Spondilolisthesis dikategorikan oleh sistem
klasifikasi Wiltse:23
1. Dysplastic
Dijumpai kelainan kongenital pada sacrum bagian atas atau neural arch
L5. Permukaan sakrum superior biasanya bulat (rounded) dan kadang
disertai dengan spina bifida.
2. Isthmic atau spondilolitik
Tipe ini disebabkan oleh karena adanya lesi pada pars interartikularis. Tipe
ini merupakan tipe spondilolistesis yang paling sering. Tipe ini mempunyai
tiga sub:
Tipe IIA yang kadang-kadang disebut dengan lytic atau stress
spondilolisthesis dan umumnya diakibatkan oleh mikro-fraktiur rekuren
yang disebabkan oleh hiperketensi. Juga disebut dengan stress fracture
pars interarticularis dan paling sering terjadi pada pria.
Tipe IIB umumnya juga terjadi akibat mikro-fraktur pada pars
interartikularis. Meskipun demikian, berlawanan dengan tipe IIA, pars
interartikularis masih tetap intak akan tetapi meregang dimana fraktur
mengisinya dengan tulang baru.
36
Tipe IIC sangat jarang terjadi dan disebabkan oleh fraktur akut pada
patologis.
Jenis
Spondilolisthesis
terjadi
karena
yang
menggambarkan
gangguan
kronis
yang
biasanya
d. Patofisiologi
Sekitar 5-6% pria dan 2-3% wanita mengalami spondilolistesis.
Pertama sekali tampak pada individu yang terlibat aktif dengan aktivitas
fisik yang berat seperti angkat besi, senam dan sepak bola. Pria lebih
sering menunjukkan gejala dibandingkan dengan wanita, terutama
diakibatkan oleh tingginya aktivitas fisik pada pria. Meskipun beberapa
anak-anak dibawah usia 5 tahun dapat mengalami spondilolistesis, sangat
jarang
anak-anak
tersebut
didiagnosis
dengan
spondilolistesis.
aktivitas fisik pada masa remaja dan dewasa sepanjang aktivitas seharihari mengakibatkan spondilolistesis sering dijumpai pada remaja dan
dewasa.23
Spondilolistesis dikelompokkan ke dalam lima tipe utama
dimana masing-masing mempunyai patologi yang berbeda. Tipe tersebut
antara lain tipe displastik, isthmik, degeneratif, traumatik,dan patologik.22
Spondilolistesis displatik merupakan kelainan kongenital yang
terjadi karena malformasi lumbosacral joints dengan permukaan
persendian yang kecil dan inkompeten. Spondilolistesis displastik sangat
jarang, akan tetapi cenderung berkembang secara progresif, dan sering
berhubungan dengan defisit neurologis berat. Sangat sulit diterapi karena
bagian elemenposterior dan prosesus transversus cenderung berkembang
kurang baik, meninggalkan area permukaan kecil untuk fusi pada bagian
posterolateral.22
Spondilolistesis displatik terjadi akibat defek arkus neural pada
sacrum bagian atas atau L5. Pada tipe ini, 95% kasus berhubungan dengan
spina bifida occulta. Terjadi kompresi serabut saraf pada foramen S1,
meskipun pergeserannya (slip) minimal.
Spondilolistesis isthmic merupakan bentuk spondilolistesis
yang paling sering. Spondilolistesis isthmic (juga disebut dengan
spondilolistesis spondilolitik) merupakan kondisi yang paling sering
dijumpai dengan angka prevalensi 5-7%. Fredericson et al menunjukkan
bahwa defek sponsilolistesis biasanya didapatkan pada usia 6 dan 16
tahun, dan pergeseran tersebut sering terjadi lebih cepat. Ketika pergeseran
terjadi, jarang berkembang progresif, meskipun suatu penelitian tidak
mendapatkan hubungan antara progresifitas pergeseran dengan terjadinya
gangguan diskus intervertebralis pada usia pertengahan. Telah dianggap
bahwa kebanyakan spondilolistesis isthmik tidak bergejala, akan tetapi
insidensi timbulnya gejala tidak diketahui. Suatu studi/penelitian jangka
panjang yang dilakukan oleh Fredericson et al yang mempelajari 22 pasien
dengan mempelajari perkembangan pergeseran tulang vertebra pada usia
pertengahan, bahwa banyak diantara pasien tersebut mengalami nyeri
38
biomekanik
sangat
penting
perannya
dalam
L5 biasanya
e. Gejala klinis
Gejala yang paling umum dari spondylolisthesis adalah: 25
1. Nyeri punggung bawah.
Hal ini sering lebih memberat dengan latihan terutama dengan ekstensi
tulang belakang lumbal.
2. Beberapa pasien dapat mengeluhkan nyeri, mati rasa, kesemutan, atau
kelemahan pada kaki karena kompresi saraf. Kompresi parah dari saraf
dapat menyebabkan hilangnya kontrol dari usus atau fungsi kandung
kemih.
3. Keketatan dari paha belakang dan penurunan jangkauan gerak dari
punggung bawah.
Pasien dengan spondilolistesis degeneratif biasanya lebih tua dan
datang dengan nyeri punggung, radikulopati, klaudikasio neurogenik,
atau kombinasi dari gejala-gejala tersebut. Pergeseran yang paling umum
adalah di L4-5 dan kurang umum di L3-4. Gejala-gejala radikuler sering
hasil dari stenosis recessus lateral dari facet dan ligamen hipertrofi dan/
atau disk herniasi. Akar saraf L5 dipengaruhi paling sering dan
menyebabkan kelemahan ekstensor halusis longus. Stenosis pusat dan
klaudikasio neurogenik bersamaan mungkin atau mungkin tidak ada.25
f. Gambaran Radiologis
o X-ray
Foto polos vertebra lumbal merupakan modalitas pemeriksaan
awal dalam diagnosis spondilosis atau spondilolistesis. X-ray pada
pasien
dengan
spondilolistesis
harus
dilakukan
pada
posisi
tegak/berdiri.
Film posisi AP, Lateral dan oblique adalah modalitas standar
dan posisi lateral persendian lumbosacral akan melengkapkan
pemeriksaan radiologis. Posisi lateral pada lumbosacral joints,
membuat pasien berada dalam posisi fetal, membantu dalam
mengidentifikasi defek pada pars interartikularis, karena defek lebih
terbuka pada posisi tersebut dibandingkan bila pasien berada dalam
posisi berdiri.
Sistem pembagian/grading untuk spondilolistesis yang umum
dipakai adalah sistem grading Meyerding untuk menilai beratnya
pergeseran. Kategori tersebut didasarkan pengukuran jarak dari pinggir
posterior dari korpus vertebra superior hingga pinggir posterior korpus
vertebra inferior yang terletak berdekatan dengannya pada foto x ray
40
41
karakteristik
pada
CT
spondilolistesis
adalah
40
pada
pada
potongan
cauda
berikutnya,
daerah
42
43
fibrocartilaginous
yang
irreguler
dapat
45
dapat
mengidentifikasi
radikulopati
lainnya
atau
47
o Fiksasi
Meskipun pemakaian/penggunaan instrumentasi spinal pada pasien
dengan skeletal immature dipertimbangkan sebagai pilihan terapi bagi
beberapa pasien dengan spondylolisthesis isthmic, banyak ahli bedah
vertebra/spinal yakin bahwa fiksasi kaku tersebut dibutuhkan untuk
mendapatkan
fusi
solid
yang
valid.
Untuk
spondylolisthesis
49
beban
berat
sehingga
menyebabkan
penonjolan
diskus
refleks tendon patella (KPR) dan Achills (APR). Bila mengenai konus atau
kauda ekuina dapat terjadi gangguan miksi, defekasi dan fungsi seksual.28
Sindrom kauda equina dimana terjadi saddle anasthesia sehingga
menyebabkan nyeri kaki bilateral, hilangnya sensasi perianal (anus), paralisis
kandung kemih, dan kelemahan sfingter ani. Sakit pinggang yang diderita pun
akan semakin parah jika duduk, membungkuk, mengangkat beban, batuk,
meregangkan badan, dan bergerak. Istirahat dan penggunaan analgetik akan
menghilangkan sakit yang diderita.28
e. Pemeriksaan Radiologi
Foto polos untuk menemukan berkurangnya tinggi diskus intervetebralis
sehingga ruang antar vertebralis tampak menyempit.
Kaudografi, mielografi, CT Mielo dan MRI Untuk membuktikan HNP dan
menetukan lokasinya. MRI merupakan standar baku emas untuk HNP.
Diskogarfi
lainnya
misalnya
fraktur,
51
CT Scan
Adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level
Mielografi
Berguna untuk melihat kelainan radiks spinal, terutama pada pasien
yang sebelumnya dilakukan operasi vertebra atau dengan alat fiksasi metal.34
53
CT mielografi
Dilakukan dengan suatu zat kontras berguna untuk melihat dengan
lebih jelas ada atau tidaknya kompresi nervus atau araknoiditis pada pasien
yang menjalani operasi vertebra multipel dan bila akan direncanakan tindakan
54
Discography
Discography adalah pemeriksaan radiografi dari diskus intervertebralis
dengan bantuan sinar-x dan bahan media kontras positif yang diinjeksikan ke
dalam nukleus pulposus untuk menentukan adanya suatu annulus fibrosus
yang rusak,dimana kontras hanya bisa penetrasi/menembus bila ada suatu lesi
dengan cara memasukkan jarum ganda untuk menegakkan diagnosa. Dengan
55
adanya MRI maka pemeriksaan ini sudah tidak begitu populer lagi karena
invasive.34
Tatalaksana
a. Konservatif bila tidak dijumpai defisit neurologik :
Tidur selama 1-2 jam diatas kasur yang keras
Exercise digunakan untuk mengurangi tekanan atau kompresi saraf
Terapi obat-obatan : muscle relaxant, nonsteroid, antiinflamasi drug dan
-
analgetik.
Terapi panas dingin
Imobilisasi atau brancing, dengan menggunakan lumbosakral brance atau
korset.
Terapi diet untuk mengurangi BB
Traksi lumbal, mungkin menolong tapi biasanya resides.
Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS).30
b. Pembedahan
Laminectomy hanya dilakukan pada penderita yang mengalami
nyeri menetap dan tidak dapat diatasi, terjadi gejala pada kedua
sisi tubuh dan adanya gangguan neurologi utama seperti
-
atau
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
56
2003;
accesed:
11
Januari
2017).
Available
from
http://www.neurosurgery.ufl.edu/Patients/fracture.html
4. Medlineplus.
Spinal
Cord
Trauma.
Available
at:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001066.htm. Accessed on 11
Januari 2017.
5. Prescher, Andreas. 2002. Anatomy and Pathology of the Aging Spine. Vol 23:181195. European Journal of Radiology.
6. Apley, A Graham dan Louis Solomon. 1994. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur
Sistem Apley ; Edisi Ketujuh, Alih Bahasa Edi Nugroho, Widya Medika.
7. Peng, B., et al. 2005. The Pathogenesis of Discogenic Low Back Pain. Vol 87: 6267. Journal of Bone and Joint Surgery
8. Guyton, A.C. dan Hall, J.E. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Alih bahasa:
Setiawan, I. dan Santoso, A. EGC: Jakarta
9. Jong, W.D, Samsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC. 2005; 870-874
10. Hughes,Irvene. Advanced Trauma Life Support for Doctors (ATLS) edisi 8.
Trauma tulang belakang dan medulla spinalis. Americam College of surgeons.
Chicago : 2008;185 202).
11. Hein C, Richter HP, Rath SA (2002). "Atlantoaxial screw fixation for the
treatment of isolated and combined unstable jefferson fractures - experiences with
8 patients".
12. Barsa P; Buchvald P; Frohlich R; Hradil J; Lukas R; Suchomel P; & Taller S.
(2006). Surgical treatment of fracture of the ring of axis - "hangman's fracture".
73(5): 321-8.
13. Deblick T. Burst Fracture. Available from :
http://www.emedicine.medscape.com/specialties. Accessed on 11 Januari 2017.
14. Groves CJ, Cassar-Pullicino VN, Tins BJ, Tyrrell PN, McCall IW. Chance-type
flexion-distraction
injuries
in
the
thoracolumbar
spine:
MR
imaging
57
16. Kewalramani LS, Taylor RG, Albrand OW. Cervical spine injury in patients with
ankylosing spondylitis. J Trauma. 1975;15:931-934.
17. Middleton, Kimberly dan David E.Fish. 2009. Lumbar Spondylosis: Clinical
Presentation and Treatment Approaches. Vol 2:94-104. Pubmed
18. Price, Sylvia A. Dan Lorraine M.Wilson. 2006. Herniasi Diskus Intervertebralis
Dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC: Jakarta.
19. Suhadi, Irwan. 2006. Gambaran Klinis dan Radiologi kasus Low Back Pain Di
Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode 2002-2005. Karya Tulis Ilmiah:
Universitas Maranatha
20. Gallucci M, Puglielli E, Splendiani A, Pistoia F, Spacca G: Degenerative disorders
of the spine. Eur Radiol 2005,15, 591598.
21. Vookshor A. 2007. Spondilolisthesis,
spondilosis
and
spondylisis.
58
32. Haughton VM, Williams AL. Computed tomography of the spine. St. Louis:
Mosby, 1982
33. Firooznia H, et al. CT of Lumbar Spine Disk Herniation: Correlation with
Surgical Findings. AJR 142:587-592, March 1984
34. Sasiadek MJ. Imaging of Degenerative Spine Disease the State of the Art. Adv
Clin Exp Med 2012, 21, 2, 133142
59