Anda di halaman 1dari 4

HAMBATAN DALAM PEMUNGUTAN PAJAK

Labels: Umum
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Realita pemungutan pajak pasti akan menemui berbagai hambatan. Bagi sebagian orang dan
pelaku dunia usaha, pajak merupakan sebuah beban yang akan mengurangi pendapatan mereka.
Penghindaran dan perlawanan terhadap pemungutan pajak merupakan suatu bentuk hambatan
yang dapat mengakibatkan berkurangnya penerimaan kas Negara. Bentuk perlawanan terhadap
pajak terdiri dari dua yaitu perlawanan aktif dan perlawanan pasif.
1.

Perlawanan Pasif
Perlawanan terhadap pajak berarti melibatkan para wajib pajak. Tapi untuk perlawanan pasif,
adalah perlawanan yang inisiatifnya atau bukan kemauan dan usaha dari para wajib pajak itu
sendiri. Perlawanan pasif ini disebabkan oleh struktur ekonomi, perkembangan moral dan
intelektual penduduk, dan teknik pemungutan pajak itu sendiri.

Struktur Ekonomi
Struktur eknonomi suatu Negara mempengaruhi pemungutan pajak di Negara tersebut. Hal ini
terkait dengan penghitungan sendiri pendapatan netto oleh wajib pajak sendiri. Contohnya pajak
penghasilan yang diterapkan pada masyarakat agraris. Dalam hal ini, wajib pajak harus
menghitung sendiri. Namun, menghitung pendapatan netto akan sangat sulit dilakukan oleh
masyarakat agraris. Karena itu, timbullah perlawanan pasif terhadap pajak.

Perkembangan moral dan intelektual penduduk


Yaitu perlawanan pasif yang timbul dari lemahnya system kontrol yang dilakukan oleh fiskus
ataupun karena objek dari pajak itu sendiri yang sulit untuk dikontrol. Contohnya di Belgia
terdapat pajak yang dikenakan terhadap permata. Dikarenakan ukuran permata yang kecil dan

sulit dikontrol keberadaannya maka bisa saja pemilik permata ini menyembunyikannya agar
terhindar dari pengenaan pajak.

teknik pemungutan pajak itu sendiri


cara perhitungan pajak yang rumit dan memerlukan pengisian formulir yang rumit menyebabkan
adanya penghindaran pajak, prosedur yang berbelit-belit dan menyulitkan wajib pajak dan
membuka celah untuk negosiasi antara petugas dan pembayar pajak juga dapat mengakibatkan
adanya penghindaran pajak.

2.

Perlawanan Aktif
Perlawanan aktif adalah perlawanan yang inisiatifnya berasal dari wajib pajak itu sendiri. Hal ini
merupakan usaha yang secara langsung dan bertujuan untuk menghindari pajak atau mengurangi
kewajiban pajak yang seharusnya dibayar. Perlawanan aktif terhadap pajak ada 3 cara, yaitu:

Penghindaran Pajak
Penghindaran yang dilakukan wajib pajak masih dalam kerangka peraturan perpajakan.
Penghindaran pajak terjadi sebelum SKP keluar. Dalam penghindaran pajak ini, wajib pajak
tidak secara jelas melanggar undang-undang sekalipun kadang-kadang dengan jelas menafsirkan
undang-undang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan pembuat undang-undang. Penghindaran
dari pajak dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
o Menahan Diri
Maksudnya adalah para wajib pajak ini tidak ingin terkena pajak, maka mereka melakukan
sesuatu yang nantinya bisa dikenai pajak. Contohnya jika tidak mau terkena cukai tembakau,
maka tidak merokok.
o Pindah Lokasi
Maksudnya, para wajib pajak yang memiliki usaha, karena mereka ingin mendapatkan pajak
yang kecil untuk usaha mereka, maka mereka pindah lokasi ke daerah yang tariff pajaknya
rendah seperti di Indonesia Timur.
o Penghindaran Pajak secara Yuridis
Melakukan perbuatan sedemikian rupa sehingga perbuatan-perbuatan yang dilakukan tidak
terkena pajak. Ini disebabkan karena para wajib pajak memanfaatkan celah dan ketidakjelasan
yang terdapat dalam undang-undang. Kenapa tidak jelas? Ini disebabkan karena undang-undang
tersebut dibuat dengan kepentingan-kepentingan tertentu. Kepentingan tersebut bisa datang dari
mana saja, dan kepentingan tersebut bisa saja berbeda-beda tiap orang. Maka sang pembuat
undang-undang akan mencari jalan kompromi yang hasilnya bisa memuaskan semua
kepentingan. Akhirnya undang-undang ini akan menjadi tidak jelas. Dan akibatnya, bisa saja
wajib pajak menafsirkan undang-undang tersebut sesuai dengan kepentingannya dan fiscus
menafsirkannya sesuai dengan kepentingan Negara.

Pengelakan Pajak (Tax Evation)


Pengelakan pajak dilakukan dengan cara-cara yang melanggar undang-undang. Pengelakan pajak
ini terjadi sebelum SKP dikeluarkan. Hal ini merupakan pelanggaran terhadap undang-undang
dengan maksud melepaskan diri dari pajak/mengurangi dasar penetapan pajak dengan cara

menyembunyikan sebagian dari penghasilannya. Disetiap Negara, wajib pajak terdiri dari wajib
pajak besar (berasal dari multinasional corporation yang terdiri dari perusahaan penting nasional)
dan wajib pajak kecil (berasal dari professional bebas).
PENYEBAB TERJADINYA TAX AVOIDANCE DAN TAX EVASION

Wajib pajak besar memiliki kecenderungan untuk melakukan penghindaran pajak (Tax
Avoidance). Karena:
Perusahaan besar memiliki biro-biro hukum atau tim lawyer yang tangguh yang mampu mencari
celah dalam undang-undang pajak.
Pembukuan dilakukan oleh banyak orang sehingga risiko terjadinya kebocoran juga besar.
Jika wajib pajak besar ingin melakukan pengelakan pajak, mereka harus memperkecil
keuntungannya di mata publik. Perusahaan yang labanya kecil, performancenya akan turun
sehingga harga sahamnya turun. Hal ini mengakibatkan pamornya turun di depan relasi
dagangnya. Sehingga mereka akan kehilangan relasi yang mengakibatkan kerugian yang lebih
besar dibandingkan pengurangan tarif pajak.
Wajib pajak kecil cenderung melakukan pengelakan pajak (Tax Evation). Karena:
Tidak punya kemampuan untuk mencari celah undang-undang pajak.
Apabila dokter/profesional bebas menyembunyikan sebahagian pendapatannya, kecil
kemungkinan diketahui oleh fiscus karena dia sendiri yang mencatat penghasilannya.
Penghasilan para profesional bebas sulit dilacak oleh fiscus karena biaya yang dibayar oleh
pasien kepada dokter tidak mengurangi penghasilan kena pajak seseorang. Biaya tersebut
dianggap sebagai konsumsi.
KESIMPULAN

Disebabkan oleh lebih dari setengah (70%) dari penerimaan Negara terdapat disektor pajak,
maka penerimaan dan pemungutan pajak dari para wajib pajak besar maupun kecil harus
dioptimalkan. Pajak yang dalam pemungutannya mengalami berbagai kendala dan hambatan
yang terutama berasal dari para wajib pajak itu sendiri. Hambatan hambatan tersebut sebagian
besar muncul dari kurang sadarnya para wajib pajak atas manfaat pajak. Begitu halnya dengan
para pengusaha, masih banyak dari mereka yang tidak paham arti pentingnya pajak dan masih
menganggap pajak sebagai suatu beban yang akan mengurangi profit usaha mereka, sehingga
jika ada celah untuk mengurangi nominal pajak mereka, mereka tidak akan sungkan untuk
memancing para pegawai pajak dengan kompensasi tertentu.
Selain itu juga mengenai undang-undang yang dibuat mengenai perpajakan. Undang-undang
tersebut akan menjadi mengambang, tidak jelas dan menimbulkan salah tafsir oleh wajib pajak
dan fiskus yang akan menimbulkan terjadinya hambatan dalam pemungutan pajak. Ini
disebabkan dalam penyusunannya, terdapat berbagai kepentingan titipan di dalamnya.
Kepentingan tersebut bisa dari pengusaha selaku pemilik modal atau bisa dari pihak mana saja
yang mungkin akan merasa dirugikan dengan undang-undang pajak yang murni.
1.
2.

3.
4.
5.

6.

SARAN
Reformasi dalam tubuh Direktorat Pajak selaku bagian dari Kementerian Keuangan yang
tugasnya meng-handle masalah pajak harus terus ditingkatkan.
Selain itu juga, Ditjen Pajak harus bisa memberi pencerahan kepada masyarakat yang umumnya
masih minim akan pengetahuan dan pentingnya membayar pajak yaitu dengan lebih giat lagi
dalam penyuluhan, kegiatan seminar,maupun penataran baik menggunakan media massa dan
media elektronik.
Ditjen pajak juga harus meningkatkan mental dan disiplin serta sangsi yang tegas dan jelas
kepada para pegawainya.
Ditjen pajak wajib mengembalikan Kredibilitasnya di mata masyarakat, agar masyarakat tidak
lagi takut uangnya akan hilang entah kemana ketika membayar pajak.
Adanya kasus-kasus pajak yang terjadi tidak hanya dari pegawai pajak, tapi juga ada andil dari
para wajib pajak. Ditjen pajak harus menanamkan nilai-nilai integritas tidak hanya kepada
pegawainya, namun juga kepada para wajib pajak supaya membuahkan pelayanan yang prima
dan kesempurnaan dalam penerimaan pajak Negara.
Ditjen Pajak harus memperhatikan kesejahteraan pegawainya. Pegawai pajak yang tugasnya
menghimpun uang dengan jumlah yang luar biasa dan tuntutan serta tekanan kerja yang tinggi,
belum lagi banyak godaan menggiurkan yang menghampiri, sudah seharusnya mendapat
kesejahteraan
yang
setimpal
dengan
resiko
pekerjaan
mereka.
Sumber Referensi : Wikipedia, pajak.go.id

Anda mungkin juga menyukai