Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM FITOFARMAKA

PEMBUATAN FINGERPRINT DAN PENETAPAN KADAR SENYAWA


MARKER DALAM EKSTRAK

Disusun Oleh

Nama

: Ratna Septi Tristiana

NIM

: 201210410311229

Kelas

: Farmasi B

Kelompok

: 2 (Dua)

Dosen Pembimbing

: Siti Rofida, S.Si., M.Farm., Apt.


Weka Sidabagawan, S. Farm., Apt.
Firdha Anita Y. S.Farm., Apt.

Tanggal Praktikum

: 26 November 2015

LABORATORIUM FARMASI BAHAN ALAM


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015

PEMBUATAN FINGERPRINT DAN PENETAPAN KADAR


SENYAWA MARKER DALAM EKSTRAK
1.1 Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan Fingerprint dan penetapan kadar senyawa marker
ekstrak kencur
1.2 Tinjauan Pustaka
Tanaman kencur (Kaemferia galanga Linn) merupakan kelompok herba yang sangat
rendah bentuknya, tidak berbatang yang jelas, daunnya lebar-lebar, dan menutupi tanah.
Bunganya putih hingga violet dan agak wangi. Kencur membentuk rimpang yang agak liat
kulitnya dan berwarna coklat muda hingga tua. Rimpang kencur tumbuh bergerombol
dan bercabang-cabang. Dalam satu tanaman, bisa mendapatkan rimpang dalam jumlah yang
cukup banyak. Kulitnya licin dan berkilau, induk rimpang berbentuk silindris. Data-data
komposisi kimiawi kencur tidak banyak ditampilkan, namun yang jelas kencur banyak
mengandung minyak atsiri yang pedas dan hangat (Tjitrosoepomo,1995)
Kencur (Kamferia galanga L) adalah salah satu jenis temu-temuan yang banyak
dimanfaatkan oleh rumah tangga dan industri obat maupun makanan serta minuman dan
industri rokok kretek yang memiliki prospek pasar cukup baik. Kandungan etil pmetoksisinamat (EPMS) didalam rimpang kencur menjadi bagian yang penting didalam
industri kosmetik karena bermanfaat sebagai bahan pemutih dan juga anti eging atau penuaan
jaringan kulit (Rosita,2007).
Tanaman kencur mempunyai kandungan kimia antara lain minyak atsiri 2,4-2,9% yang
terjadi atas etil parametoksi sinamat (30%). Kamfer, borneol, sineol, penta dekana. Adanya
kandungan etil para metoksi sinamat dalam kencur yang merupakan senyawa turunan
sinamat (Inayatullah,1997 dan Jani, 1993).
Kandungan kimia rimpang kencur telah dilaporkan oleh Afriastini,1990 yaitu (1) etil
sinamat, (2) etil p-metoksisinamat, (3) p-metoksistiren, (4) karen (5) borneol, dan (6) parafin

Diantara kandungan kimia ini, etil p-metoksisinamat merupakan komponen utama dari
kencur (Afriastini,1990). Tanaman kencur mempunyai kandungan kimia antara lain minyak
atsiri 2,4-2,9% yang terjadi atas etil parametoksi sinamat (30%), Kamfer, borneol, sineol,
penta dekana. Adanya kandungan etil para metoksi sinamat dalam kencur yang merupakan
senyawa turunan sinamat (Inayatullah,1997 dan Jani, 1993).
Kadar Etil trans-p-metoksisinamat relatif tinggi dalam rimpang kencur yaitu sekitar 5%10% berat kering kencur. Untuk mengisolasi etil ester dari asam metoksisinamat pada
kencur relatif mudah dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol, metanol, aseton
maupun n-heksana dengan tujuan untuk melunakkan atau mengeluarkan substansi yang
ada pada kencur dengan cara maserasi (perendaman) pada suhu kamar (Sax dan Lewis,
1987).
Etil p-metoksisinamat (EPMS) adalah salah satu senyawa hasil isolasi rimpang kencur
yang merupakan bahan dasar senyawa tabir surya yaitu pelindung kulit dari sengatan sinar
matahari. Senyawa tabir surya terutama yang berasal dari alam dirasa sangat penting saat ini
dimana tidak hanya wanita saja yang memerlukan perlindungan kulit akan tetapi pria pun
memerlukan tabir surya untuk melindungi kulit agar tidak coklat atau hitam tersengat sinar
matahari. Kulit dengan perlindungan akan tampak lebih baik dalam hal warna yaitu terlihat
lebih bersih dan putih (Barus,2009).
EPMS merupakan senyawa aktif yang ditambahkan pada lotion atau pun pada bedak
setelah mengalami sedikit modifikasi yaitu perpanjangan rantai dimana etil dari ester ini
diganti oleh oktil, etil heksil ataupun heptil melalui transesterifikasi maupun esterifikasi
bertahap. EPMS termasuk turunan asam sinamat, dimana asam sinamat adalah turunan

senyawa phenil propanoad. Senyawa-senyawa yang termasuk turunan sinamat adalah para
hidroksi sinamat, 3,4-dihidroksisinamat dan 3,4,5 trimetoksisinamat (Taufikhurohmah,2008).
EPMS termasuk turunan asam sinamat, dimana asam sinamat adalah turunan senyawa
phenil propanoad. EPMS termasuk kedalam senyawa ester yang mengandung cincin
benzene dan gugus metoksi yang bersifat nonpolar dan juga gugus karbonil yang mengikat
etil yang bersifat sedikit polar sehingga dalam ekstraksinya dapat menggunakan pelarutpelarut yang mempunyai variasi kepolaran yaitu etanol, etil asetat, metanol, air dan heksana.
Dalam ekstraksi suatu senyawa yang harus diperhatikan adalah kepolaran antara lain
pelarut dengan senyawa yang diekstrak, keduanya harus memiliki kepolaran yang sama atau
mendekati sama. EPMS adalah suatu ester yang mengandung cincin benzene dan gugus
metoksi yang bersifat nonpolar dan mengandung gugus karbonil yang mengikat etil yang
bersifat agak polar menyebabakan senyawa ini mampu larut dalam beberapa pelarut dengan
kepolaran bervariasi (Taufikhurohmah,2008).
1.3 Bahan dan Alat:
Bahan:
1. Ekstrak kencur dalam etanol 96%
2. Standar Etil para metoksi sinamat (EPMS)
Alat
1. TLC Scanner
2. Lempeng KLT ukuran 20 cm x 10 cm
3. Labu ukur 5 ml
4. Labu ukur 10 ml
5. Pipet mikro
6. Cawan timbang
7. Vial bertutup (bilas dengan etanol lalu keringkan sebentar dalam oven sebelum dipakai)
8. Gelas ukur 100 ml
9. Batang pengaduk

1.4 Pembuatan eluen (fase gerak)


Eluen yang digunakan n-Heksana Etil Asetat Asam Formiat (90:10:1). Buatlah eluen
sebanyak 101ml. masukkan kedalam chamber. Homogenkan didalam chamber dengan cara
digoyang-goyang. Apabila volume eluen terlalu banyak, maka kurangi. Jangan sampai
totolan awal pada plat KLT tercelup didalam eluen.
1.5 Pembuatan Larutan Baku
1.5.1 Pembuatan Larutan Induk 10000 ppm

Ditimbang standar EPMS dengan seksama sebanyak 100,0 mg, ditambah dengan
ml etanol 96% di Ultra Sonik selama 5 menit kemudian ditambah dengan etanol
1.5.2

96% sampai tepat 10,0 mL.


Pembuatan Baku Kerja

Larutan baku yg Diambil larutan induk Tambahkan pelarut etanol 96%


akan dibuat
200 ppm
300 ppm
400 ppm
500 ppm
600 ppm
800 ppm

10.000 ppm sebanyak


100,0 L
150,0 L
200,0 L
250,0 L
300,0 L
400,0 L

Ad 5,0 mL (dalam labu ukur 5,0 mL)


Ad 5,0 mL (dalam labu ukur 5,0 mL)
Ad 5,0 mL (dalam labu ukur 5,0 mL)
Ad 5,0 mL (dalam labu ukur 5,0 mL)
Ad 5,0 mL (dalam labu ukur 5,0 mL)
Ad 5,0 mL (dalam labu ukur 5,0 mL)

1.6 Preparasi sampel


1.6.1 Sampel untuk penetapan kadar
Ditimbang sampel sebanyak 20,0 mg masing-masing sebanyak 3 kali, ditambah
pelarut masing-masing sebanyak 2 mL, diultrasonik selama 5 menit, ditambah
1.6.2

etanol 96% sampai 5,0 mL.


Sampel untuk penentuan recoveri
Ditambah sampel sebanyak 20,0 mg masing-masing sebanyak 3 kali, ditambah
pelarut masing-masing sebanyak 2 mL, diultrasonik selama 5 menit ditambah
standar EPMS 5000 ppm sebanyak 100,0 L, kemudian ditambah pelarut sampai

1.6.3

5,0 mL.
Penotolan sampel dan standar pada plat KLT
Dilakukan pengenceran : ambil 1000 L larutan sampel ditambah dengan
etanol 96% sebanyak 1000 L (dalam vial bertutup).
Totolkan sampel dan sampel untuk recoveri sebanyak 2 L, sedangkan
standar EPMS sebanyak 2 L pada plat KLT.

1.7 Cara Kerja


1. Penentuan panjang gelombang maksimum
Plat KLT yang sudah discan pada panjang gelombang 254 dan 365 nm, kemudian discan
panjang gelombang 200-400 nm. Dari sini dapat diketahui pada panjang gelombang
berapa EPMS memberikan absorban maksimum. Panjang gelombang maksimum
tersebut yang akan digunakan untuk pengukuran.
2. Penentuan linieritas

Linieritas ditentukan dari larutan standar EPMS pada lempeng KLT, kemudian dianalisis
dengan KLT-densitometer pada panjang gelombang maksimum. Dihitung berapa regresi
linier kadar dan luas area noda.
3. Penentuan presisi
Untuk menghitung presisi, ditotolkan sampel masing-masing 2 L dan larutan standar
EPMS masing-masing 2 L pada pelat KLT. Plate ini kemudian dieluasi dengan fase
gerak dan dianalisis menggunakan KLT-densitometer pada panjang gelombang
maksimum. Sehingga dapat dihitung berapa standr deviasi (SD) dan koefisien variasinya
(KV).
4. Penentuan akurasi
Untuk menentukan persen recovery, ditotolkan sampel recovery masing-masing 2 L
(lihat preparasi sampel untuk recovery) dan larutan EPMS masing-masing 2 L pada
pelat KLT. Pelat ini kemudian dieluasi dengan fase gerak dan dianalisis menggunakan
KLT-densitometer pada panjang gelombang maksimum.

Keterangan :
Ct
= Kadar EPMS yang diperoleh
CP
= Kadar EPMS dalam sampel
Cst
= Kadar standar EPMS yang ditambahkan
Hasil yang diperoleh kemudian dihitung standar deviasi (SD) dan koefisien variasinya
(KV).

1.8 Hasil dan Pembahasan


1.8.1 Hasil

Anda mungkin juga menyukai