Laporan Fitofar 3
Laporan Fitofar 3
Disusun Oleh
Nama
NIM
: 201210410311229
Kelas
: Farmasi B
Kelompok
: 2 (Dua)
Dosen Pembimbing
Tanggal Praktikum
: 26 November 2015
Diantara kandungan kimia ini, etil p-metoksisinamat merupakan komponen utama dari
kencur (Afriastini,1990). Tanaman kencur mempunyai kandungan kimia antara lain minyak
atsiri 2,4-2,9% yang terjadi atas etil parametoksi sinamat (30%), Kamfer, borneol, sineol,
penta dekana. Adanya kandungan etil para metoksi sinamat dalam kencur yang merupakan
senyawa turunan sinamat (Inayatullah,1997 dan Jani, 1993).
Kadar Etil trans-p-metoksisinamat relatif tinggi dalam rimpang kencur yaitu sekitar 5%10% berat kering kencur. Untuk mengisolasi etil ester dari asam metoksisinamat pada
kencur relatif mudah dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol, metanol, aseton
maupun n-heksana dengan tujuan untuk melunakkan atau mengeluarkan substansi yang
ada pada kencur dengan cara maserasi (perendaman) pada suhu kamar (Sax dan Lewis,
1987).
Etil p-metoksisinamat (EPMS) adalah salah satu senyawa hasil isolasi rimpang kencur
yang merupakan bahan dasar senyawa tabir surya yaitu pelindung kulit dari sengatan sinar
matahari. Senyawa tabir surya terutama yang berasal dari alam dirasa sangat penting saat ini
dimana tidak hanya wanita saja yang memerlukan perlindungan kulit akan tetapi pria pun
memerlukan tabir surya untuk melindungi kulit agar tidak coklat atau hitam tersengat sinar
matahari. Kulit dengan perlindungan akan tampak lebih baik dalam hal warna yaitu terlihat
lebih bersih dan putih (Barus,2009).
EPMS merupakan senyawa aktif yang ditambahkan pada lotion atau pun pada bedak
setelah mengalami sedikit modifikasi yaitu perpanjangan rantai dimana etil dari ester ini
diganti oleh oktil, etil heksil ataupun heptil melalui transesterifikasi maupun esterifikasi
bertahap. EPMS termasuk turunan asam sinamat, dimana asam sinamat adalah turunan
senyawa phenil propanoad. Senyawa-senyawa yang termasuk turunan sinamat adalah para
hidroksi sinamat, 3,4-dihidroksisinamat dan 3,4,5 trimetoksisinamat (Taufikhurohmah,2008).
EPMS termasuk turunan asam sinamat, dimana asam sinamat adalah turunan senyawa
phenil propanoad. EPMS termasuk kedalam senyawa ester yang mengandung cincin
benzene dan gugus metoksi yang bersifat nonpolar dan juga gugus karbonil yang mengikat
etil yang bersifat sedikit polar sehingga dalam ekstraksinya dapat menggunakan pelarutpelarut yang mempunyai variasi kepolaran yaitu etanol, etil asetat, metanol, air dan heksana.
Dalam ekstraksi suatu senyawa yang harus diperhatikan adalah kepolaran antara lain
pelarut dengan senyawa yang diekstrak, keduanya harus memiliki kepolaran yang sama atau
mendekati sama. EPMS adalah suatu ester yang mengandung cincin benzene dan gugus
metoksi yang bersifat nonpolar dan mengandung gugus karbonil yang mengikat etil yang
bersifat agak polar menyebabakan senyawa ini mampu larut dalam beberapa pelarut dengan
kepolaran bervariasi (Taufikhurohmah,2008).
1.3 Bahan dan Alat:
Bahan:
1. Ekstrak kencur dalam etanol 96%
2. Standar Etil para metoksi sinamat (EPMS)
Alat
1. TLC Scanner
2. Lempeng KLT ukuran 20 cm x 10 cm
3. Labu ukur 5 ml
4. Labu ukur 10 ml
5. Pipet mikro
6. Cawan timbang
7. Vial bertutup (bilas dengan etanol lalu keringkan sebentar dalam oven sebelum dipakai)
8. Gelas ukur 100 ml
9. Batang pengaduk
Ditimbang standar EPMS dengan seksama sebanyak 100,0 mg, ditambah dengan
ml etanol 96% di Ultra Sonik selama 5 menit kemudian ditambah dengan etanol
1.5.2
1.6.3
5,0 mL.
Penotolan sampel dan standar pada plat KLT
Dilakukan pengenceran : ambil 1000 L larutan sampel ditambah dengan
etanol 96% sebanyak 1000 L (dalam vial bertutup).
Totolkan sampel dan sampel untuk recoveri sebanyak 2 L, sedangkan
standar EPMS sebanyak 2 L pada plat KLT.
Linieritas ditentukan dari larutan standar EPMS pada lempeng KLT, kemudian dianalisis
dengan KLT-densitometer pada panjang gelombang maksimum. Dihitung berapa regresi
linier kadar dan luas area noda.
3. Penentuan presisi
Untuk menghitung presisi, ditotolkan sampel masing-masing 2 L dan larutan standar
EPMS masing-masing 2 L pada pelat KLT. Plate ini kemudian dieluasi dengan fase
gerak dan dianalisis menggunakan KLT-densitometer pada panjang gelombang
maksimum. Sehingga dapat dihitung berapa standr deviasi (SD) dan koefisien variasinya
(KV).
4. Penentuan akurasi
Untuk menentukan persen recovery, ditotolkan sampel recovery masing-masing 2 L
(lihat preparasi sampel untuk recovery) dan larutan EPMS masing-masing 2 L pada
pelat KLT. Pelat ini kemudian dieluasi dengan fase gerak dan dianalisis menggunakan
KLT-densitometer pada panjang gelombang maksimum.
Keterangan :
Ct
= Kadar EPMS yang diperoleh
CP
= Kadar EPMS dalam sampel
Cst
= Kadar standar EPMS yang ditambahkan
Hasil yang diperoleh kemudian dihitung standar deviasi (SD) dan koefisien variasinya
(KV).