RS ZAHIRAH
Tanggal Revisi:
Ditinjau Kembali Pada: 01 April 2018
Hal 1 dari 7
Tanggal Implementasi::
01 Juni 2015
3. RUANG LINGKUP
3.1. Semua staf klinis
3.1.1.
Manajemen nyeri merupakan tanggung jawab dari semua disiplin
klinis.
3.1.2.
Semua pasien secara sistematis dilakukan skrining dan pengkajian
nyeri. Metoda dan frekuensi skrining, pengkajian dan pengkajian ulang
ditentukan oleh lokasi praktisi, kondisi pasien dan tipe pelayanan yang
tersedia.
3.1.3.
Kolaborasi di dalam pengkajian nyeri merupakan hal yang penting
bagi pasien yang tidak dapat berpartisipasi dalam pengkajian yang
dikarenakan kondisi medis pasien dan tingkat perkembangan pasien.
3.1.4.
Setiap klinisi bekerja secara kolaboratif dengan pasien dan petugas
kesehatan lainnya untuk mencapai tujuan dan membuat rencana
perawatan. Evaluasi dari rencana penatalaksanaan dilakukan dengan
pengkajian ulang yang sistematis dan berkelanjutan.
3.1.5.
Pengkajian, rencana perawatan dan intervensi didokumentasikan
sehingga memfasilitasi pengkajian ulang dan tindak lanjut. Formulir yang
digunakan oleh multidisipliner (contoh, daftar masalah, catatan edukasi
pasien) dan atau rekam medis elektronik pasien, mencatat nyeri untuk
meningkatkan praktik kolaboratif dan menggiatkan konsistensi pengkajian
dan intervensi.
3.2. Tanggung jawab dokter
3.2.1.
Dokter secara sistematis melakukan skrining dan pengkajian nyeri
pada semua pasien dan bekerja secara kolaboratif dengan pasien, perawat
dan petugas kesehatan lainnya untuk mencapai tujuan dan membuat
rencana perawatan.
3.2.2.
Dokter mendiagnosis nyeri (jika perlu) dan menjelaskan kepada
pasien, penyebab, tipe dan prognosis dari rasa nyeri tersebut dan juga
menjelaskan risiko dan manfaat dari intervensi yang direkomendasikan.
3.2.3.
Dokter mendokumentasikan rencana perawatan dan menulis
permintaan untuk obat dan intervensi lainnya untuk implementasi
perencananya.
3.3. Tanggung jawab perawat
3.3.1.
Perawat secara sistematis melakukan skrining dan pengkajian nyeri
pada semua pasien dan bekerja secara kolaboratif dengan pasien, dokter
dan petugas kesehatan lainnya untuk mencapai tujuan dan membuat
rencana perawatan.
3.3.2.
Perawat memberikan edukasi kepada pasien, memperluas dan
mendukung edukasi yang telah diberikan oleh dokter dan klinisi lainnya.
3.3.3.
Perawat mengimplementasikan rencana perawatan dengan cara
memberikan obat, memberikan edukasi dan memfasilitasi tatalaksana dari
klinisi lain.
3.3.4.
Perawat melakukan tindakan keperawatan, termasuk intervensi
tambahan, yang meningkatkan kenyamanan pasien, memberikan
dukungan emosional dan mempercepat pencapaian tujuan dari rencana
penatalaksanaan.
3.4. Petugas kesehatan lainnya
3.4.1.
Jika terdapat konsultan medis lainnya, petugas kesehatan atau
layanan pendukung lainnya yang kontak langsung dengan pasien dan
keluarga, mereka bertanggung jawab untuk memastikan bahwa rencana
penatalaksanaan telah diikuti.
3.4.2.
Staf akan berkomunikasi langsung dengan dokter dan anggota lain
dari tim kesehatan untuk mencapai tujuan dan rencana perawatan yang
kolaboratif.
3.4.3.
Staf dengan peran spesifik pada rencana perawatan (contoh,
fisioterapis) mendokumentasi pengkajian dan respon pasien terhadap
tatalaksana secara sistematis
Nomor Surat Keputusan
No: 086/RSZ-DIRUT-PP/SK/V/2015
RS ZAHIRAH
Tanggal Revisi:
Ditinjau Kembali Pada: 01 April 2018
Hal 2 dari 7
Tanggal Implementasi::
01 Juni 2015
3.4.4.
Pedoman ini berlaku untuk setiap dokter, perawat dan petugas
penunjang medik yang memberikan pelayanan pada pasien dengan nyeri
3.4.
Akan dilakukan pemantauan dan kepatuhan oleh tim audit. Pelatihan
diberikan kepada seluruhstaff yang sesuai dan perawat baru untuk melakukan
assesment nyeri dan pengelolaannya.
4.
TATALAKSANA
A. Prinsip Panduan Untuk Manajemen Nyeri
4.1.
Nyeri merupakan hal yang kompleks dan bersifat personal sehingga
dibutuhkan kolaborasi multidisiplin dan keterlibatan pasien dalam pengkajian,
rencana tatalaksana, intervensi dan tindak lanjut untuk mengatasi nyeri
4.2.
Pasien mempunyai hak untuk dilakukan pengkajian terhadap nyeri dan
mendapatkan intervensi yang sesuai jika rasa nyeri tersebut ada.
4.3.
Nyeri merupakan hal yang sangat subyektif dan personal, sehingga
membutuhkan perawatan individual.
4.4.
Tatalaksana yang efektif dari nyeri tergantung pada pengkajian dan
diagnosis nyeri yang sesuai. Pengkajian dan diagnosis nyeri secara adekuat akan
menghasilkan tatalaksana nyeri yang afektif.
4.5.
Nyeri harus didiagnosis dan diterapi secara dini sebab nyeri yang tidak
teratasi dapat menyebabkan sekuel fisiologis dan psikologis yang berat.
4.6.
Jika pasien tidak dapat melaporkan sendiri rasa nyerinya, proses
pengkajian lain yang sistematik harus digunakan (contoh pada pasien neonatus,
pasien tidak sadar)
4.7.
Bahasa, kultur dan bahkan umur, berpengaruh terhadap apa yang
dirasakan pasien dan komunikasi terhadap nyeri yang dirasakan.
4.8.
Klinisi di semua disiplin dan keadaan harus mempunyai pengetahuan dan
keterampilan dalam mengkaji dan menatalaksana nyeri.
4.9.
Barier untuk pengkajian nyeri yang optimal harus disadari dan diatasi.
4.10.
Ilmu pengetahuan dan praktik klinik dari manajemen nyeri terus
berkembang sehingga penatalaksanaan nyeri dapat dilakukan dengan optimal.
B. Pengkajian Nyeri
4.11.
Semua pasien dilakukan pengkajian terhadap nyeri.
4.11.1. Jika nyeri dirasakan, intervensi yang sesuai terhadap status nyeri pasien
dan kondisi medis secara umum akan dilakukan.
4.11.2. Jika memungkinkan, pasien atau kerabat pasien berpartisipasi dalam
pengkajian dan rencana perawatan serta edukasi yang diberikan sehingga
dapat memfasilitasi agar pasien dapat mengerti, berpartisipasi dan
mematuhi.
4.11.3. Rencana tersebut termasuk tindak lanjut yang sesuai untuk pengkajian
ulang dan pengaturan dalam intervensi, bila perlu.
4.11.4. Pengkajian, rencana perawatan dan intervensi didokumentasikan untuk
memfasilitasi pengkajian ulang dan tindak lanjut.
4.12.
RS Zahirah mempunyai panduan untuk pengkajian nyeri dimana
pengkajian dan manajemen nyeri merupakan prioritas klinis dan memfasilitasi
perawatan pasien yang berhubungan dengan nyeri secara konsisten dan
kolaboratif.
4.12.1. Perangkat pengkajian standar yang berguna secara klinis dalam mengkaji
nyeri telah diidentifikasi dan dipromosikan.
4.12.2. Alat untuk dokumentasi yang dapat memfasilitasi komunikasi kolaboratif
mengenai pengkajian nyeri telah tersedia.
4.12.3. Perhatian diberikan untuk pengkajian neonatus, bayi dan anak-anak yang
belum dapat berbicara; pengkajian yang sesuai dengan perkembangan
anak-anak serta pasien lain yang tidak dapat mendeskripsikan keparahan
dan sumber nyeri yang dirasakan seperti pada pasien demensia, penurunan
kesadaran atau dengan halangan bahasa.
RS ZAHIRAH
Tanggal Revisi:
Ditinjau Kembali Pada: 01 April 2018
Hal 3 dari 7
Tanggal Implementasi::
01 Juni 2015
4.12.4. Kriteria untuk menentukan interval atau kondisi yang sesuai untuk
pengkajian ulang telah tersedia.
4.12.5. Rencana perawatan termasuk manajemen nyeri setelah pasien pulang dan
tindak lanjut.
C. Proses Manajemen Nyeri
Manajemen nyeri termasuk pengkajian dan pengkajian ulang dari nyeri serta
tatalaksananya jika nyeri dirasakan
4.13.
Pengkajian awal / Skrining awal
4.13.1. Pasien diskrining pada pertama kali saat datang ke poliklinik rawat jalan
atau saat menerima pasien di emergency dan ruangan rawat inap kemudian
catat hasilnya di Rekam Medis pasien.
4.13.2. Jika pasien mengatakan bahwa ia merasakan nyeri maka pengkajian nyeri
harus dilakukan secara lengkap dengan mengikuti parameter di bawah ini:
4.13.2.1.
Lokasi (daerah yang nyeri, satu titik atau menyebar)
4.13.2.2.
Onset dan Durasi (Kapan serangan nyeri muncul,
bagaimana nyeri muncul, dan berapa lama)
4.13.2.3.
Frekuensi (terus menerus atau hilang timbul)
4.13.2.4.
Kualitas/ Karakteristik/ Tipe (tajam, seperti ditikam,
tumpul, seperti terbakar, perasaan geli, dll)
4.13.2.5.
Intensitas , menggunakan petunjuk pengkajian skala
nyeri
4.13.2.6.
Tipe nyeri, akut apabila tiba-tiba kurang dari 3 hari,
sub-akut apabila 1-6 bulan dan kronik bila lebih dari 6 bulan
4.13.3. Tujuan skrining adalah untuk:
4.13.3.1.
Memperkenalkan konsep pengkajian nyeri dan
alasannya kepada pasien
4.13.3.2.
Menentukan sistem skoring nyeri yang cocok untuk
pasien
4.13.3.3.
Menetapkan skor dasar nyeri dan dapat untuk
monitoring adanya perubahan level nyeri yang lebih tinggi dari
level tersebut. Beberapa pasien mempunyai masalah nyeri yang
pernah dialami sebelumnya dan dasar penilaian nyeri mereka
dapat bernilai 7/10 daripada 10/10
4.13.3.4.
Dapat mengembangkan rencana pengobatan pasien
dan diskusikan jika memang dibutuhkan.
4.14.
PengkajianUlang
Frekuensi pengkajian nyeri akan sering kali bergantung pada kondisi pasien:
4.14.1. Jika pasien tidak merasakan nyeri pada saat masuk rumah sakit, catat skala
nyeri 0 di kolom skor nyeri pasien (0-10) dan pasien diminta
memberitahukan apabila rasa nyeri muncul. Pada kondisi ini, hanya
dibutuhkan 3 kali pencatatan setiap harinya (satu kali setiap shift)
4.14.2. Frekuensi pengkajian harus ditingkatkan jika rasa nyeri tersebut sulit
dikontrol atau jika stimulus nyeri meningkat atau adanya perubahan dalam
intervensi pengobatan. Dalam hal ini pengkajian nyeri dibutuhkan setiap
satu atau dua jam atau lebih sering sampai episode nyeri tersebut dapat
dikontrol (contoh: nyeri setelah dilakukannya suatu prosedur)
4.14.3. Jika infus analgesik sedang berjalan, skoring nyeri akan lebih sering
diobservasi setiap jamnya:
4.14.3.1.
Hal
ini mengindikasikan
peningkatan intensitas
pengontrolan nyeri yang lebih tinggi
4.14.3.2.
Perlu untuk memastikan adanya keamanan pengontrolan
yang tepat telah dilakukan
4.14.3.3.
Frekuensi strategi pemberian analgesik dapat bervariasi
untuk setiap individu; seperti infus opioid, analgesik epidural
atau blok plexus.
Nomor Surat Keputusan
No: 086/RSZ-DIRUT-PP/SK/V/2015
RS ZAHIRAH
Tanggal Revisi:
Ditinjau Kembali Pada: 01 April 2018
Hal 4 dari 7
Tanggal Implementasi::
01 Juni 2015
4.14.4. Pasien harus dikaji ulang setelah pemberian analgesik jenis apapun untuk
melihat apakah pengobatan tersebut telah efektif, apakah pengobatan
selanjutnya dapat ditetapkan, atau apakah terdapat efek samping sebagai
konsekuensi terhadap pengobatan (contoh, mual, muntah dan sedasi)
4.14.5. Nyeri pada pasien harus dikaji selama bergerak dan beraktifitas begitu
pula saat istirahat.
4.14.6. Nyeri harus dikaji pada saat pasien akan pulang /discharge
4.15.
RS ZAHIRAH
Tanggal Revisi:
Ditinjau Kembali Pada: 01 April 2018
Hal 5 dari 7
Tanggal Implementasi::
01 Juni 2015
4.15.7.1.
RS ZAHIRAH
Tanggal Revisi:
Ditinjau Kembali Pada: 01 April 2018
Hal 6 dari 7
Tanggal Implementasi::
01 Juni 2015
4.21.8.
4.21.9.
4.21.10.
4.22.
E. Edukasi Pasien
Edukasi mengenai nyeri, manajemen nyeri dan peran pasien dan keluarga dalam
pengkajian dan manajemen nyeri diberikan secara berkelanjutan. Edukasi nyeri dibuat
secara sesuai dan memperhatikan budaya, buta huruf dan bahasa, sebagaimana dalam
perawatan yang berkelanjutan.
4.23.
Pasien diinformasikan mengenai hak mereka untuk mendapatkan
pengkajian dan perawatan untuk nyeri serta memastikan bahwa keluhan nyeri
pasien ditanggapi dengan serius.
4.24.
Pasien diinformasikan bila prosedur, obat atau tatalaksana lainnya dapat
menyebabkan nyeri langsung atau kemudian serta pentingnya melaporkan rasa
nyeri yang dirasakan.
4.25.
Pasien diberikan informasi mengenai penggunaan dan pentingnya metode
pengkajian nyeri yang konsisten.
4.26.
Pasien diberikan informasi mengenai intervensi untuk mencegah nyeri,
termasuk pelaporan dan manajemen dari efek samping yang dapat muncul.
4.27.
Jika dibutuhkan, pasien diberikan edukasi atau informasi mengenai cara
perawatan sendiri yang dapat mereka gunakan untuk mencegah, meringankan atau
mengatasi nyeri.
4.28.
Jika intervensi nyeri tersebut dilakukan sendiri oleh pasien maka diberikan
instruksi spesifik yang dapat memfasilitasi penggunaan alat, obat dan atau teknik
yang adekuat dan sesuai.
5.
DOKUMENTASI
5.1.
Pedoman Pengkajian dan pengkajian Ulang pasien
5.2.
Pedoman Edukasi Pasien dan Keluarga
5.3.
Guidelines: Pengkajian dan Pengkajian Ulang Nyeri
RS ZAHIRAH
Tanggal Revisi:
Ditinjau Kembali Pada: 01 April 2018
Hal 7 dari 7
Tanggal Implementasi::
01 Juni 2015