BUDIMAN SARAGIH
020402018
Disetujui oleh:
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh:
Ketua Departemen Teknik Elektro FT USU,
Inverter adalah suatu rangkaian yang berfungsi untuk mengubah tegangan masukan a
rus
searah (DC) menjadi tegangan keluaran arus bolak-balik (AC) yang besar tegangan
dan frekuensinya
dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan. Pada aplikasi-aplikasi industri, inv
erter digunakan secara
luas seperti pada pengaturan kecepatan motor ac, pemanasan industri, ataupun pad
a catu daya tak
terputus
Namun penggunaan komponen elektronika daya pada inverter tersebut didalam sistem
tenaga
listrik justru menimbulkan masalah baru yaitu gangguan harmonisa. Gangguan harmo
nisa pada
keluaran inverter tersebut dapat dikurangi dengan menggunakan kontrol sinyal mod
ulasi lebar pulsa
(Pulse Width Modulation - PWM).
Dalam tugas akhir ini, akan dibahas bagaimana topologi dasar dan prinsip kerja i
nverter yang
menggunakan teknik pengontrolan sinyal modulasi lebar pulsa (PWM) untuk menguran
gi gangguan
harmonisa pada keluaran inverter, serta menganalisa besar gangguan harmonisa kel
uaran yang
dihasilkan tersebut. Sebagai perbandingan unjuk kerja, maka dibandingkan dengan
parameter unjuk
kerja Inverter tanpa menggunakan kontrol sinyal PWM. Untuk mempermudah evaluasi
kerja dari
PWM, dan juga untuk menampilkan bentuk gelombang tegangan dan arus keluaran bese
rta komponen
harmonisanya digunakan bahasa pemrograman MATLAB ver.7.0.1.
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
KATA PENGANTAR
Segala hormat, pujian, dan kekaguman hanyalah bagi Dia yang memberikan
hikmat dan kekuatan bagi saya untuk mengerjakan Tugas Akhir ini. Ada begitu
banyak hal yang tidak dapat dimengerti, namun Dia buka jalan agar saya
mendapatkan jawaban atas ketidaktahuan saya dalam menyelesaikan Tugas Akhir
ini. Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk memenuhi syarat kurikulum
Departmen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara dalam
menyelesaikan program studi strata satu (S1). Adapun judul Tugas Akhir ini adala
h:
? Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan Kontrol Sinyal
Modulasi Lebar Pulsa?.
Selama penulisan Tugas Akhir ini, penulis mendapatkan bantuan baik berupa
bimbingan, motivasi, dan kritikan sehingga dengan rasa syukur, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. A. Rachman Hasibuan, selaku dosen pembimbing Tugas Akhir ini
2. Bapak Rahmad Fauzi,ST,MT, selaku dosen wali penulis dan juga sekretaris
Departemen Teknik Elektro yang telah membantu dari awal perkuliahan
sampai penyelesaian Tugas Akhir ini.
3. Bapak Ir. Nasrul Abdi,MT selaku ketua Departemen Teknik Elektro.
4. Orang tua tercinta dan kakak-adik yang mengasihi saya, yang telah
memberikan semua kemampuan mereka dalam menyediakan semua
kebutuhan selama perkuliahan.
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
5. Teman-teman mahasiswa depertemen Teknik Elektro dan juga semua temanteman st?02 atas dukungannya serta semua teman-teman yang lainnya.
Akhirnya penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
Tugas Akhir ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran yang
membangun demi penyempurnaan Tugas Akhir ini. Kiranya Tugas Akhir ini berguna
bagi kita semua. Terima kasih
Medan,
Maret 2008
(Budiman Saragih)
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................
............................. i
ABSTRAK ........................................................................
........................................ iii
DAFTAR ISI ....................................................................
....................................... iv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................
............................. vi
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ............................................................
....................... 1
I.2 Tujuan Penulisan ..........................................................
...................... 2
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Beberapa contoh fungsi periodik .....................................
................... 6
Gambar 2.2 Gelombang segitiga dan spektrum garisnya ............................
......... 15
Gambar 2.3 Gelombang gigi gergaji dan spektrum garisnya .......................
........ 15
Gambar 2.4 Komponen deret Fourier dari gelombang segitiga ....................
............. 16
Gambar 2.5 Hasil sintesis deret Fourier dari gelombang segitiga ..............
................ 17
Gambar 2.6 Gambar 2.6 Hasil sintesis deret Fourier dari gelombang segitiga tanp
a
???????????????????? 17
Gambar 2.7 Komponen deret Fourier dari gelombang gigi gergaji ................
............ 18
Gambar 2.8 Hasil sintesis deret Fourier dari gelombang gigi gergaji ...........
.............. 18
Gambar 2.9 Bentuk gelombang arus bolak-balik yang mengalami distorsi ..........
....... 21
Gambar 3.1 Rangkaian Inverter sederhana ........................................
................... 25
Gambar 3.2 Inverter satu phasa setengah jembatan ...............................
............... 26
Gambar 3.3 Bentuk gelombang arus dan tegangan keluaran dengan
beban resistif ................................................................
.................... 27
Gambar 3.4 Arus beban dengan beban induktif ....................................
............... 28
Gambar 3.5 Inverter satu phasa jembatan penuh ..................................
................ 29
Gambar 3.6 Bentuk gelombang tegangan keluaran ..................................
............ 30
Gambar 3.7 Arus beban dengan beban induktif tinggi .............................
............ 31
Gambar 3.8 Modulasi lebar pulsa tunggal ........................................
.................... 34
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
Gambar 3.9 Modulasi lebar pulsa banyak .........................................
................... 36
Gambar 3.10 Modulasi lebar pulsa sinusoidal ....................................
.................... 39
Gambar 3.11 Modifikasi modulasi lebar pulsa sinusoidal .........................
............. 40
Gambar 4.1 Fungsi y=f(x) yang telah dibagi dengan interval yang lebih kecil ...
. 42
Gambar 4.2 Pembentukan sinyal carrier dan pulsa switching ....................
.......... 48
Gambar 4.3 Pengaruh jumlah pulsa terhadap arus keluaran .......................
.......... 52
Gambar 4.4 Hubungan besar arus keluaran dan gangguan harmonisa pada
Inverter kontrol Modulasi Lebar Pulsa ..........................................
... 52
Gambar 4.5 Pengaruh sudut beban terhadap terhadap gangguan harmonisa
Inverter kontrol Modulasi Lebar Pulsa ..........................................
... 57
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pemanfaatan komponen elektronika daya didalam proses konversi energi
listrik telah semakin berkembang dari tahun ke tahun. Untuk pengendalian daya da
ri
satu bentuk ke bentuk yang lain menjadi sangat penting, dan karakteristik dari
peralatan-peralatan elektronika daya telah memungkinkan hal tersebut. Selain
bentuknya kompak dan relatif tidak memerlukan tempat yang luas, peralatan
elektronika daya ini juga memiliki wilayah pengaturan yang begitu luas, sehingga
banyak digunakan sebagai konverter untuk berbagai keperluan industri. Konverter
yang digunakan untuk memperoleh tegangan keluaran ac variabel dari tegangan
sumber dc dikenal dengan sebutan inverter.
Pada aplikasi-aplikasi industri, inverter digunakan secara luas seperti pada
pengaturan kecepatan motor ac, pemanasan industri, ataupun pada catu daya tak
terputus (Uninterruptible Power Supply - UPS). Peralatan-peralatan modern sepert
i:
peralatan kedokteran, peralatan pengolah data, dan peralatan telekomunikasi
kebanyakan memerlukan catu daya tak terputus dengan kualitas yang baik.
Namun penggunaan komponen elektronika daya didalam suatu sistem tenaga
listrik justru menimbulkan masalah baru yaitu gangguan harmonisa. Berbeda dengan
beban-beban linier seperti tahanan, induktor, ataupun kapasitor dimana bentuk
gelombang yang dihasilkannya akan berbentuk sinusoidal, penggunaan komponen
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
elektronika daya justru membuat bentuk gelombang yang dihasilkan tidak sinusoida
l
murni (terdistorsi) sehingga menimbulkan harmonisa. Kehadiran harmonisa pada
suatu sistem tenaga listrik dapat memperburuk kualitas daya sistem tersebut, kar
ena
dapat menyebabkan faktor daya sistem menjadi lebih rendah, distorsi gelombang
tegangan, meningkatkan rugi-rugi sistem, pembebanan lebih pada peralatan,
pergeseran titik netral sistem, ataupun peningkatan arus netral pada sistem.
Kinerja inverter terus mengalami perbaikan untuk mencapai persyaratanpersyaratan seperti tersebut diatas. Hal ini sejalan dengan perkembangan dalam
bidang elektronika daya dan mikroprocessor yang dapat digunakan sebagai rangkaia
n
kendali. Gangguan harmonisa pada keluaran inverter tersebut dapat dikurangi deng
an
menggunakan sinyal modulasi lebar pulsa (Pulse Width Modulation - PWM). Dalam
tulisan ini, penulis mencoba membahas prinsip kerja inverter dengan menggunakan
teknik pengontrolan sinyal modulasi lebar pulsa banyak untuk mengurangi gangguan
harmonisa pada keluaran inverter, serta menganalisa besar gangguan harmonisa
keluaran yang dihasilkan tersebut.
I.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah:
1. mengetahui prinsip kerja dan parameter unjuk kinerja inverter
2. mempelajari teknik mengurangi harmonisa dengan menggunakan kontrol
sinyal Modulasi Lebar Pulsa
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
I.3 Batasan Masalah
Agar pembahasan materi yang dipaparkan dalam tugas akhir ini lebih terarah,
maka penulis perlu membuat batasan-batasan masalah. Masalah yang akan dibahas
pada penulisan tugas akhir ini adalah:
1. inverter yang dibahas adalah inverter satu phasa jembatan penuh (singlephase full-bridge inverter)
2. transistor daya dan dioda yang digunakan dianggap ideal
3. tidak membahas teknik pembangkitan sinyal Modulasi Lebar Pulsa
4. menggunakan banyak sinyal Modulasi Lebar Pulsa dalam setiap setengah
siklus
5. hanya membahas gangguan harmonisa pada sisi keluaran
6. beban yang digunakan adalah beban RL
I.4 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai
berikut:
1. studi literatur, berupa studi kepustakaan dan kajian dari buku teks
pendukung
2. studi bimbingan, berupa konsultasi dan tanya jawab dengan dosen
pembimbing tentang permasalahan-permasalahan yang muncul selama
penulisan tugas akhir ini
3. diskusi dengan dosen dan rekan-rekan mahasiswa.
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
I.5 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran mengenai tulisan ini, secara singkat dapat
diuraikan sistematika pembahasan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar
belakang masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, metode penulisan,
dan sistematika penulisan.
BAB II METODE FOURIER UNTUK ANALISIS BENTUK GELOMBANG
Bab ini akan membahas mengenai Deret Fourier, syarat-syarat
Dirichlet, simetri bentuk gelombang, spektrum garis, sintesis gelombang
adalah fun
(b). Gelombang persegi (c). Gelombang segitiga
mb
ma
ma
me
.
ma
gsi itu harus
mb 2.1.
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
Dimana koefisien Fourier a0, an, bn adalah
!
"
#
$#
%!
&
#
$#
'!
n = 1,2,3,?
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
dimana:
a0 = suku konstan
an = suku-suku cosinus deret Fourier
bn = suku-suku sinus deret Fourier
koefisien Fourier juga dapat dinyatakan dengan:
!
()*#
(
+
()*#
(
,!
&
()*#
(
-!
dimana: c = konstanta sembarang.
12
2
3
Dengan a0, an, bn adalah:
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
0 ./!./
4
5
0 ././
*4
!./
&0 ././
*4
!./
II.3 Simetri Bentuk Gelombang
Pada persamaan (2.1) terlihat bahwa deret Fourier tersusun atas suku-suku
sinus, suku-suku cosinus serta satu suku konstan. Dengan demikian suatu fungsi
periodik dapat mengandung ketiga suku, kombinasi ketiga suku, atau bahkan hanya
salah satu suku. Bila suku-suku ini disintesis secara terpisah ternyata menghasi
lkan
suatu bentuk gelombang dengan simetri tertentu. Maka dengan melihat simetri suat
u
gelombang, perhitungan dapat disederhanakan untuk mendapatkan deret Fourier.
Bentuk-bentuk simetri ini antara lain:
II.3.1 Simetri Fungsi Genap
Suatu fungsi f(x) disebut fungsi genap jika memenuhi persamaan f(x) = f(-x).
Hal ini berarti fungsi tersebut simetri terhadap sumbu vertikal. Koefisien Bn da
ri
fungsi ini adalah nol.
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
60 7121212
*4
60 7121212
4
$4
60 71212812
$4
4
6
./
Dengan n = 1,3,5,?
b. Gelombang persegi pada gambar 2.1(b) mempunyai simetri fungsi genap dan
simetri setengah-gelombang. Dengan demikian deret Fouriernya hanya
memiliki suku-suku sinus pada orde ganjil. Selain itu karena luasan daerah
yang dibentuk oleh fungsi terhadap sumbu horizontal kearah positif dan
negatif sama, maka deret fouriernya juga tidak mengandung suku konstan.
Maka deret fouriernya dapat ditulis:
./
./
Dengan n = 1,3,5,?
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
c. Gelombang segi tiga pada gambar 2.1(c) hanya mempunyai simetri setengahgelombang. Dengan demikian deret fouriernya hanya memiliki suku-suku
sinus dan cosinus pada orde ganjil. Selain itu karena luasan daerah yang
dibentuk oleh fungsi terhadap sumbu horizontal kearah positif dan negatif
sama, maka deret fouriernya juga tidak mengandung suku konstan. Dengan
demikian deret fouriernya dapat ditulis:
./
./
/
Dengan n = 1,3,5,?
II.4 Spektrum Garis
Sebuah kurva yang memperlihatkan masing-masing amplitudo harmonisa
didalam gelombang disebut spektrum garis. Garis-garis berkurang secara cepat pad
a
gelombang-gelombang dengan deret yang mengecil (konvergen) secara cepat.
Gelombang-gelombang dengan diskontinuitas, seperti gelombang gigi gergaji dan
gelombang persegi, memiliki spektra dengan amplitudo yang berkurang secara
lambat karena deretnya mempunyai harmonisa-harmonisa yang kuat. Harmonisaharmonisa ke-10 akan sering mempunyai amplitudo yang cukup tinggi jika
dibandingkan dengan amplitudo dasar. Sebaliknya, deret untuk bentuk-bentuk
gelombang tanpa diskontinuitas dan dengan penampilan yang umumnya lembut akan
mengecil secara cepat, dan untuk membangkitkan gelombang hanya dibutuhkan
beberapa orde. Konvergensi yang sedemikian cepat akan jelas terlihat dari garis
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
spektrum dimana amplitudo-amplitudo harmonisa berkurang secara cepat sehingga
harmonisa dengan orde diatas 5 atau 6 tidak akan berpengaruh.
Kandungan harmonisa dan spektrum garis dari sebuah gelombang adalah
bagian yang sangat alamiah dari gelombang tersebut dan tidak pernah berubah, tan
pa
memperhatikan metode analisa. Pergeseran titik asal memberikan suatu penampilan
deret trigonometri yang sangat berbeda.
Dari persamaan (2.8) dapat juga ditulis dalam suatu bentuk deret sinus
dengan menghilangkan deret cosinusnya menjadi persamaan dibawah ini:
./;
;
./
<
Dimana:
;=
%=
;
*'
*
/<
$?
+
@
Pada gambar 2.2 terlihat suatu gelombang segitiga beserta spektrum garis dari
komponen-komponen harmonisanya. Gelombang tersebut tidak memiliki titik-titik
diskontinuitas sehingga spektrumnya mengecil secara cepat. Amplitudo harmonisa
orde-orde tingginya relatif lebih kecil dari amplitudo orde dasar.
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
Gambar 2.2.
Berbeda halnya dengan gelombang gigi gergaji seperti yang terdapat
gambar 2.3. Karena gelombang ini memiliki diskontinuitas pada awal dan akhir
periode, akibatnya spektrum harmoni
menyebabkan gangguan harmonisanya akan lebih besar daripada gelombang yang
tidak memiliki diskontinuitas.
/AB
12
%12
+0*B +12 C
Terlihat bahwa gelombang tersebut memiliki simetri fungsi genap dan simetri
setengah-gelombang, dengan demikian deret Fouriernya hanya mengandung sukusuku cosinus dan hanya pada orde-orde ganjilnya saja. Dengan mensistesis tiga or
de
pertamanya saja, bentuk gelombangnya sudah mendekati bentuk gelombang aslinya
seperti yang terlihat pada gambar 2.5.
Jika suku 'A50*B %12 dari deret Fourier gelombang segitiga pada
gambar 2.2 tidak diikutsertakan, maka bentuk gelombang hasil sintesis deret
Fouriernya adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.6. Sedangkan jika
tersebut diikutsertakan maka bentuk gelombang deret Fouriernya ditunjukkan seper
ti
pada gambar 2.5
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
Gambar 2.
Gambar 2.
Gambar 2.6 Hasil sintesis deret Fourier dari gelombang segitiga
4 Komponen deret Fourier dari gelombang segitiga
Gambar 2.8 Hasil sintesis deret Fourier dari gelombang gigi gergaji
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
II.6 Penerapan Deret Fourier Dalam Analisis Gelombang Arus
II.6.1 Nilai Efektif Dari Gelombang Yang Mengandung Harmonisa
Nilai efektif (rms) dari suatu fungsi gelombang f(t) didefenisikan sebagai:
EFGHIJ
IK
DK
LM
/NOPKIQ!P
,
Dari persamaan 2.12, co merupakan suatu konstanta sehingga nilainya sama
dengan nilai efektifnya. Sedangkan untuk menganalisis nilai efektif keseluruhan
dari
fungsi f(t), maka suku-suku yang mengandung fungsi sinus dimisalkan sebagai
fungsi fx(t). Nilai kuadrat dari fungsi fx(t) adalah:
fx(t)2 = [c1 sin (./ <) + c2 sin (./ <*) + c3 sin (%./
<R) + ?]2
(2.17)
atau:
S/***12 <
* *12
*
<*
R**%12 <R
C
<T
*12
<
12
<*
R12
<%12
<R
3
Pada persamaan (2.18) diatas terdapat dua jenis suku-suku perkalian orde harmoni
k,
yaitu:
1. Suku-suku yang mengandung perkalian antara orde harmonik yang sama,
dinyatakan dengan: T**12
<T
Nilai rata-rata suku [T**12
<T] adalah:
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
T**12 <T
*4
!./
T
*
0 ?
.D/
@
*V
<
!./
T
*
'W./D
MI./
W
*4
;
*
D'
;*
2. Suku-suku yang mengandung perkalian antara orde harmonik yang berbeda,
dinyatakan dengan:XTY12 <X12
<T
Dimana: m = 1,2,3,?; n = 1,2,3,? dan mZ
Nilai rata-rata suku X[TY12
<X12
<T] adalah:
XTY12 <X12
<T
*4
!./
;G;
*
L./
*4
<G
!../
/
<
Dengan demikian diperoleh persamaan nilai rata-rata kuadrat dari
keseluruhan fungsi f(t) adalah:
/*;*
/*;*
[
;
*
\
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
Jika F adalah nilai efektif dari fungsi f(t), maka:
E];*
;
*
atau:
E];*
?;
^@
*
Dimana:
co = nilai komponen dc
cn = nilai komponen harmonik orde ke-n
II.6.2 Total Distorsi Harmonisa
Misalkan bentuk gelombang arus jala-jala sistem tenaga listrik is terdistorsi
seperti yang terlihat pada gambar 2.8. Umumnya pola gelombang arus bolak-balik i
s
memiliki simetri setengah-gelombang, oleh karena itu komponen dc pada persamaan
deret Fouriernya tidak ada.
Fungsi arus jala-jala dapat dituliskan sebagai berikut:
IH/_HG./
<
_HG*./ <*
_HGR%./ <R
C
./
<
(2.22)
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
_HR*
_H
b
'
Dimana:
Is1 = nilai efektif komponen fundamental arus jala-jala
Is2 = nilai efektif komponen arus harmonisa orde ke-2
Is3 = nilai efektif komponen arus harmonisa orde ke-3
Isn = nilai efektif komponen arus harmonisa orde ke-n
Semua komponen arus harmonisa diluar komponen arus fundamental,
merupakan komponen pendistorsi arus jala-jala, yang dapat dirumuskan dengan:
IcdHe/_HG*./
<*
_HGR%./ <R
_HGf'./ <f
C
+ ./
<
Dengan demikian nilai efektif arus pendistorsi adalah:
_cdHe]
_H
*
b
,
Total Harmonic Distorsion (THD) didefenisikan sebagai perbandingan nilai efektif
arus pendistorsi dengan nilai efektif arus fundamental, yaitu:
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
ghij _H
b*
>_H*
-
atau:
ghi`?_H_
H
@
*
3D
Dimana:
Is = nilai efektif arus jala-jala
Is1 = nilai efektif komponen fundamental arus jala-jala.
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
BAB III
INVERTER SATU PHASA
III.1 Umum
Inverter adalah suatu rangkaian yang berfungsi untuk mengubah tegangan
masukan arus searah (DC) menjadi tegangan keluaran arus bolak-balik (AC) yang
besar tegangan dan frekuensinya dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan.
Suatu tegangan variabel dapat diperoleh dengan mengatur tegangan masukan
DC dan penguatan inverter dijaga konstan. Jika tegangan masukan (input) DC
konstan, tegangan keluaran AC variabel dapat diperoleh dengan mengubah-ubah
penguatan (gain) yang biasanya menggunakan kontrol modulasi lebar pulsa (Pulse
Width Modulation - PWM) didalam inverter tersebut. Suatu inverter disebut sumber
tegangan (Voltage Fed Inverter - VFI) jika tegangan masukannya dijaga konstan,
sedangkan suatu inverter disebut sumber arus (Current Fed Inverter - CFI) jika a
rus
masukannya dijaga konstan, serta disebut inverter hubungan DC variabel (DC Link
Inverter) jika tegangan masukannya dapat diatur (controllable)
Pada aplikasi-aplikasi industri, inverter digunakan secara luas seperti pada
pengaturan kecepatan motor AC, pemanasan industri, ataupun pada catu daya tak
terputus (Uniterruptible Power Supply - UPS).
Prinsip kerja dari inverter secara sederhana dapat dijelaskan dengan
menggunakan saklar mekanik, seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.1.
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
A
B
B
A
S1
S2load
A B
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
Gambar 3.3. Bentuk gelombang arus dan tegangan keluaran dengan beban resistif
Tegangan keluaran sesaat bila dinyatakan dalam deret fourier adalah:
Berdasarkan simetri seperempat gelombang sepanjang sumbu-x, nilai ao dan an
adalah nol.
!" #$ %&
'(
$
(
% &)
$*
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
Sehingga tegangan keluaran sesaat yang dinyatakan dalam deret Fourier adalah:
$+ $*
,
-.-/-0
&
$+ +112-3-
Dimana &*4+ adalah frekuensi dari tegangan keluaran dalam satuan radian per
detik. Untuk n=1, harmonisa tidak muncul, dan besar harga efektif dari komponen
dasar adalah:
5 +- 6
Sedangkan bentuk gelombang arus beban dan interval konduksi beban
induktif murni ditunjukkan pada gambar 2.4 berikut ini:
6
Bentuk gelombang tegangan keluaran ditunjukkan pada gambar 3.6 dibawah ini.
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
Gambar
Tegangan keluaran sesaat jika dinyatakan dalam deret fourier seperti pada pers.
diatas adalah:
$+
Untuk n =1, dari persamaan diatas di
$
Seperti pada persamaan
3.6. Bentuk gelombang tegangan keluaran
$*
,
-.-/-0
&
ma peroleh harga efektif dari komponen dasar
$5* +-?+$
ma 3.4, arus beban sesaat i0 untuk beban RL adalah:
7
* 89&:
,
--6-0
&;<
3.2
3
@
A
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
Ketika dioda D1 dan D2 konduksi, daya akan kembali kesumber DC melalui dioda
ini, sehingga dioda ini disebut dengan dioda feedback.
III.5.1 Modulasi Lebar Pulsa Tunggal (Single Pulse-width Modulation)
Dalam kontrol modulasi lebar pulsa tunggal, hanya terdapat satu pulsa per
setengah siklus dan lebar pulsa divariasikan untuk mengontrol tegangan keluaran
inverter. Gambar 3.8 menunjukkan pembangkitan sinyal gate dan tegangan keluaran
dari inverter satu phasa jembatan penuh. Sinyal gate dibangkitkan dengan
membandingkan amplitudo sinyal referensi dengan amplitudo gelombang pembawa.
Frekuensi dari sinyal referensi menentukan frekuensi dasar dari tegangan keluara
n.
Tegangan keluaran sesaat adalah: Vo = Vs(g1 ? g4). Rasio antara amplitudo
gelombang referensi Ar dengan amplitudo gelombang pembawa Ac disebut dengan
Indeks Modulasi (M)
IJKJ
Tegangan keluaran efektif (rms) diperoleh dari:
7D " ! 7LMNO
(PQ
(>Q
)
7D 7LRS!
Dengan mengubah-ubah Ar dari 00 sampai Ac, lebar pulsa T dapat
dimodifikasi dari 00 sampai 1800 dan tegangan keluaran efektif V0, dari 0 sampai
Vs.
Deret Fourier dari tegangan keluaran menghasilkan:
7DO 7LH! HS HNO
,
-.-/-0
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
III.5.2 Modulasi Lebar Pulsa Banyak (Multiple Pulse-width Modulation)
Kandungan harmonisa dapat dikurangi dengan menggunakan beberapa pulsa
dalam setiap setengah siklus dari tegangan keluaran. Pembangkitan sinyal gate un
tuk
menghidupkan dan mematikan transistor ditunjukkan pada gambar 3.9a dengan
membandingkan sebuah sinyal referensi dengan sebuah sinyal gergaji pembawa.
Sinyal gate ditunjukkan pada gambar 3.9b. frekuensi sinyal referensi menentukan
frekuensi keluaran fo dan frekuensi pembawa fc menentukan jumlah pulsa per
setengah siklus p. Sedangkan Indeks modulasi mengontrol tegangan keluaran. Tipe
dari modulasi ini biasa dikenal dengan uniform Pulse width Modulation (UPWM).
Jumlah pulsa dalam setengah siklus dapat diperoleh dari:
Y Z[Z
\] 6
Dimana mf = fc/fo didefenisikan sebagai rasio frekuensi modulasi (frequency modu
lation ratio).
Tegangan keluaran sesaat adalah Vo=Vs(g1-g4). Tegangan keluaran untuk
inverter satu phasa dengan kontrol UPWM ditunjukkan pada gambar 3.9c
Jika S lebar dari masing-masing pulsa, tegangan keluaran efektif dapat
diperoleh dari:
7D ^Y! 7LMNO
( _ PQ`
( _ >Q`
a
7 7LRYS! 3
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
Gambar 3.9. Modulasi lebar pulsa banyak
Indeks modulasi yang divariasikan dari 0 sampai 1, mengakibatkan lebar
pulsa bervariasi dari 0 sampai T/2p (0 sampai !`Y), dan tegangan keluaran Vo dar
i
nol sampai Vs. Bentuk umum dari deret Fourier untuk tegangan keluaran sesaat
adalah:
7DO bHNO
,
-.-/-0
@
Koefisien Bn dalam persamaan 3.17 dapat ditentukan dengan menganggap sebuah
pasangan pulsa, dimana pulsa positif yang berdurasi S, dimulai pada Nt = U, dan
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
pulsa negatif dengan lebar yang sama dimulai dari Nt = !U. Hal ini ditunjukkan
pada gambar 3.9c. Dampak dari semua pulsa dapat dikombinasikan secara bersamasama untuk mendapatkan tegangan keluaran efektif.
Jika pulsa positif dari pasangan ke-m dimulai pada Nt = Uc dan berakhir
pada Nt = Uc S. Koefisien Fourier untuk sebuah pasangan pulsa adalah:
!^ HNOMNO
dePQ
dePQ
# HNOMNO
(PdePQ
(Pde
a
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
Karena semua lebar pulsa adalah sama, maka lebar pulsa d (atau sudut pulsa S)
adalah:
M SN Oc> #Oc VWL
Dimana: WL W Y
III.5.3 Modulasi Lebar Pulsa Sinusoidal (Sinusoidal Pulse-Width Modulation)
Dengan menggunakan modulasi lebar pulsa sinusoidal (Sinusoidal PulseWidth Modulation) faktor Distorsi DF dan harmonisa orde rendah (LOH) dapat
dikurangi secara signifikan. Sinyal gerbang seperti yang ditunjukkan pada gambar
3.10 dibawah ini dibangkitkan dengan membandingkan sinyal referensi sinusoidal
dengan suatu gelombang pembawa (carrier) yang berbentuk pulsa gergaji dengan
frekuensi fc. Frekuensi dari sinyal referensi fr menentukan frekuensi keluaran i
nverter
fo. Jika Tj adalah lebar pulsa ke-m, maka tegangan keluaran dapat dirumuskan
dengan:
Persamaan 3.19 dapat juga diaplikasikan untuk menentukan koefisien Fourier
dari tegangan keluaran:
b
7LH!HSc fHgUc Sc
h#Hg!Uc Sc
hi
_
c
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
Untuk n = 1,3,5,?
Gambar
mb 3.10. Modulasi lebar pulsa sinusoidal
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
Gambar 3.1
Sinusoidal (Modified Sinusoidal Pulse
mo seperti pada gambar
1. Modifikasi modulasi lebar pulsa sinusoidal
3.11.
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
BAB IV
ANALISIS HARMONISA INVERTER
IV.1 Umum
Perhitungan analisis harmonisa pada tulisan ini menggunakan bahasa
pemrograman MATLAB ver 7.01. Bahasa pemrograman MATLAB merupakan salah
satu bahasa pemrograman yang paling banyak digunakan dalam bidang aplikasi
komputasi di bidang keteknikan.
Metode perhitungan yang dipergunakan adalah dengan menggunakan metode
perhitungan definite integral. Konsep dasar definite integral adalah untuk menca
ri
luas daerah yang dibentuk oleh suatu fungsi y = f(x) terhadap sumbu x, pada inte
rval
tertentu . Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mendapatkan
besar luasan tersebut. Salah satunya adalah dengan menggunakan metode pendekatan
numerik, yaitu dengan membagi fungsi kedalam sub-interval yang lebih kecil
kemudian menghitung luas daerah tersebut. Metode pendekatan numerik ini dapat
dilakukan dengan tiga cara, yaitu: metode persegi, metode trapezoidal, dan metod
e
kurva (Simpson?s rule).
Metode yang dipergunakan dalam tulisan ini adalah metode pendekatan
numerik dengan metode persegi, karena metode inilah yang digunakan dalam Bahasa
Pemrograman MATLAB dalam perhitungan-perhitungannya. Metode ini dapat
dijelaskan dengan ilustrasi pada gambar 4.1 berikut ini.
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
y=f(x) yang telah dibagi dengan interval yang lebih kecil
y = f(x) menjadi n buah daerah dengan interval yang sama
n merupakan nilai fungsi f(x) pada setiap titik
ma dijumlahkan diperoleh:
3 + ?+ yn
mi
x1, x2, ?, xn
(4.2)
y=f(x)
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
Jika diterapkan dalam perhitungan untuk mencari nilai efektif (nilai rms)
suatu fungsi periodik y=f(t):
!
"
#
Dimana T = periode = n
Dengan mensubstitusi pers (4.3), diperoleh:
$%&'
()
*+
.
,-
*/
Bila y merupakan matriks array yang merupakan nilai fungsi f(x) pada setiap
titik x dengan interval , dan n adalah panjang array matriks y ( jumlah data
matriks y ), maka dalam Bahasa Pemrograman MATLAB persamaan (4.5b) dapat
diekspresikan dengan:
Yrms=sqrt(sum(y.^2)/n)
IV.2 Metode Perhitungan Untuk Mendapatkan Komponen Deret Fourier
Dari persamaan (2.9), (2.10), dan (2.11):
+0
1
!
2
#
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
+)
1
34'
2
#
!
/)
1
'5)
!
2
#
!
Bila dengan T=26 = dan n adalah panjang array matriks y, maka a0 dapat
dicari dengan menggunakan persamaan (4.3):
# 7
7(-
.
8
Didalam MATLAB persamaan ini diekspresikan dengan:
a0=2*sum(y)/length(y)
IV.3 Simulasi Analisis Harmonisa Inverter Satu Phasa Tanpa Menggunakan
Kontrol Modulasi Lebar Pulsa
Untuk menganalisa ganggugan harmonisa Inverter tanpa menggunakan
kontrol PWM digunakan program inverter_tanpakontrolpwm.m (Lampiran 2). Agar
mudah untuk dibaca dan dimengerti, struktur program dipilah menjadi beberapa
bagian sesuai dengan fungsi dan tahapan prosesnya. Tahapan proses itu antara lai
n
adalah sebagai berikut:
1. Memasukkan data-data yang diperlukan
Data-data yang diperlukan untuk proses analisis antara lain adalah:
- Besar tegangan sumber dc, dalam satuan volt
- Frekuensi tegangan keluaran, dalam satuan hertz
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
- Pemilihan jenis data beban yang akan dianalisis, dapat berupa tahanan
dan induktansi beban ataupun berupa impedansi dan sudut phasa beban.
Dengan catatan bahwa program ini tidak dapat digunakan untuk beban
resistif murni dan beban induktif murni.
2. Membentuk gelombang tegangan awal sebagai, meliputi pembentukan fungsi
waktu (t), tegangan sumber (Vin) dan tegangan referensi awal (Vout1 dan
Vref1). Jika jumlah data yang digunakan untuk merepresentasikan satu
periode gelombang adalah 3600 data, maka fungsi waktu t dapat
dirumuskan dengan:
t(i) =i*2/3600 untuk 1 i 3 600
tegangan sumber sebagai referensi terhadap t adalah:
Vin(i) = Vs
Tegangan keluaran awal dengan sudut penyalaan adalah:
Vout(i) = Vin(i) = Vs untuk t(i)
Vout(i) = 0 untuk 0 t(i)
Fungsi Vref merupakan fungsi logika. Nilai logika 1 menyatakan bahwa
rangkaian terhubung dengan sumber tegangan, sedangkan nilai logika 0
menyatakan bahwa rangkaian tidak terhubung dengan sumber tegangan.
3. Membentuk gelombang tegangan keluaran yang sebenarnya.
4. Menganalisis gelombang arus keluaran. Dengan mengambil asumsi bahwa
rangkaian dalam keadaan steady state.
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
5. Membentuk gelombang komponen harmonisa, gelombang hasil sintesis serta
spektrum harmonisa arus keluaran
6. Menampilkan nilai rms arus keluaran dan komponen fundamental arus
keluaran serta besar gangguan harmonisa (THD)
Besar gangguan harmonisa(THD) dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan (2.28)
9:;
<='=
'
>
7
?
Atau
@
A
7. Menampilkan bentuk gelombang arus keluaran, serta komponen harmonisa
dari hasil sintesis deret Fourier.
IV.4 Simulasi Analisis Harmonisa Inverter Satu Phasa dengan Modulasi Lebar
Pulsa
Untuk menganalisa gangguan harmonisa Inverter dengan Kontrol Modulasi
lebar pulsa digunakan program inverter_pwmbanyak.m (Lampiran 1). Sama halnya
dengan struktur program sebelumnya, agar mudah untuk dibaca dan dimengerti,
struktur program dipilah menjadi beberapa bagian sesuai dengan fungsi dan tahapa
n
prosesnya.
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
Tahapan proses itu antara lain adalah sebagai berikut:
1. Memasukkan data-data yang diperlukan
Data-data yang diperlukan untuk proses analisis antara lain adalah:
- Besar tegangan sumber dc, dalam satuan volt
- Frekuensi tegangan keluaran, dalam satuan hertz
- Pemilihan jenis data beban yang akan dianalisis, dapat berupa tahanan
dan induktansi beban ataupun berupa impedansi dan sudut phasa beban.
Dengan catatan bahwa program ini tidak dapat digunakan untuk beban
resistif murni dan beban induktif murni.
- Frekuensi sinyal carrier, dalam Hertz. Besar frekuensi sebaiknya
merupakan kelipatan dari frekuensi tegangan keluaran
- Besar indeks modulasi amplitudo, merupakan perbandingan amplitudo
sinyal carrier dengan amplitudo sinyal referensi. Besar indeks modulasi
yang diizinkan adalah antara 0.1 sampai 0.9 dengan kenaikan 0.1
B+C3 C%D
- Besar indeks modulasi frekuensi yang merupakan perbandingan frekuensi
sinyal carrier dengan dua kali sinyal tegangan keluaran.
BEE3 7E0D
- Jumlah pulsa per setengah siklus, dimana FBE 7D
2. Membentuk gelombang awal sebagai referensi, yang meliputi pembentukan
tegangan sumber (Vin), tegangan referensi awal(Vref dan Vout), dan juga
fungsi waktu (t)
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
Fungsi Vref merupakan fungsi logika. Nilai logika 1 menyatakan bahwa
rangkaian terhubung dengan sumber tegangan, sedangkan nilai logika 0
menyatakan bahwa rangkaian tidak terhubung dengan sumber tegangan.
Jika frekuensi sinyal carrier adalah fc, maka jumlah sinyal carrier dalam satu
periode gelombang adalah: GFE3 E4D .
Dari persamaan 3.15a diketahui bahwa E3 E
4
D BE. Dengan demikian jumlah
data dalam satu periode gelombang adalah: GFBEE3 E4D .
Sinyal carrier yang digunakan adalah sinyal segitiga, yang terdiri dari dua
buah fungsi. Jika setiap fungsi terdiri dari j buah data, maka dari gambar
diperoleh:
Vc = j untuk k = 1,3,5,... dan 1 j 50
Vc = 50 ? j untuk k = 2,4,6,... dan 1 j 50
Dengan demikian, jumlah data dalam satu perioda gelombang adalah:
i=2*Mf*50 = 100 Mf.
Fungsi waktu t dan tegangan sumber adalah:
t(i) = i*/(Mf*50) untuk 1 j 100Mf
Vin(i) = Vdc(i)
Jika Vc 50*Ma, maka rangkaian akan terhubung dengan sumber tegangan
dan sumber tegangan keluaran akan sama dengan tegangan sumber.
Vout(i) = Vin(i) = Vdc(i)
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
Sebaliknya jika V
sumber dan tegangan keluaran akan sama
3. Membentuk gelombang tegangan keluaran yang sebenarnya
4. Menganalisis gelombang arus keluaran. Dengan mengambil asumsi bah
rangkaian dalam keadaan steady state.
5. Membentuk gelombang komponen harmonisa, gelombang hasil sintesis serta
spektrum harmonisa arus keluaran
A
7. Menampilkan bentuk gelombang tegangan keluaran, arus keluaran, serta
komponen harmonisa dari hasil sintesis deret Fourier.
IV.5 Perbandingan Gangguan Harmonisa Inverter Tanpa Kontrol Modulasi
Lebar Pulsa dan Inverter dengan Kontrol Modulasi Lebar Pulsa Banyak
Untuk mendapatkan perbandingan besar gangguan harmonisa antara inverter
tanpa kontrol modulasi lebar pulsa dan inverter dengan kontrol modulasi lebar pu
lsa
banyak, diambil contoh dengan kondisi sebagai berikut:
Tegangan sumber DC = 220 Volt
Frekuensi keluaran = 50 Hz
Tahanan beban = 2.5 Ohm
Induktansi beban = 31.5 mH
Impedansi beban = 10.2069 Ohm
Sudut phasa beban = 75.8222 Deg
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
Untuk mendapatkan performansi dari Inverter dengan Kontrol Modulasi Lebar
Pulsa banyak dijalankan program inverter_pwmbanyak.m pada Lampiran 1. Dengan
menggunakan pulsa sebanyak 5, 6, dan 7 per setengah siklus, diperoleh hasil anal
isis
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.1 - 4.3.
Tabel 4.1
Inverter Kontrol Modulasi Lebar Pulsa dengan menggunakan 5 pulsa per
setengah siklus
P = 5; fc = 500 Hz
Ma arus keluaran (Amp) arus fundamental (Amp) THD (%)
0.1 5.6954 5.5736 21.0207
0.2 11.2747 11.1087 17.3512
0.3 16.7356 16.5673 14.2915
0.4 22.0762 21.9117 12.2778
0.5 27.2626 27.1055 10.782
0.6 32.2587 32.1136 9.5179
0.7 37.0297 36.9023 8.3175
0.8 41.5452 41.4398 7.1358
0.9 45.7768 45.6966 5.9239
>
Jika diambil contoh data diatas pada saat Ma = 0,6;
<77*HI78>
J
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
Tabel 4.2
Inverter Kontrol Modulasi Lebar Pulsa dengan menggunakan 6 pulsa per
setengah siklus
P = 6; fc = 600 Hz
Ma arus keluaran (Amp) arus fundamental (Amp) THD (%)
0.1 5.6419 5.5474 18.531
0.2 11.2101 11.0683 16.0591
0.3 16.6922 16.5361 13.7714
0.4 22.0898 21.9248 12.2909
0.5 27.3798 27.2086 11.2348
0.6 32.5325 32.3627 10.2585
0.7 37.5249 37.3626 9.3299
0.8 42.3325 42.1852 8.3665
0.9 46.9332 46.808 7.3178
Tabel 4.3
Inverter Kontrol Modulasi Lebar Pulsa dengan menggunakan 7 pulsa per
setengah siklus
P = 7; fc =700 Hz
Ma arus keluaran (Amp) arus fundamental (Amp) THD (%)
0.1 5.6123 5.5318 17.1251
0.2 11.171 11.044 15.2078
0.3 16.666 16.5174 13.4435
0.4 22.0988 21.9327 12.3286
0.5 27.4514 27.2709 11.5258
0.6 32.701 32.5133 10.7619
0.7 37.83 37.6417 10.015
0.8 42.8196 42.6385 9.2263
0.9 47.6517 47.4865 8.3494
Dari tabel 4.1, 4.2, dan 4.3 diperoleh pengaruh jumlah pulsa per setengah
siklus terhadap besar arus keluaran Inverter satu phasa dengan menggunakan kontr
ol
Modulasi Lebar Pulsa seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.3 berikut ini.
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
Gambar 4.4 Hubungan besar arus keluaran dan gangguan harmonisa pada Inverter
kontrol Modulasi Lebar Pulsa
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
Dari gambar 4.3 dan gambar 4.4 dapat diambil kesimpulan bahwa semakin
besar indeks modulasi amplitudo, maka arus keluaran akan semakin besar. Contoh
tampilan hasil keluaran dari program inverter_pwmbanyak.m ditunjukkan pada
lampiran 1.
Dengan menggunakan data-data sumber tegangan dan beban yang sama
dengan data-data tersebut diatas, dijalankan program inverter_tanpakontrolpwm.m
pada lampiran 2 untuk mendapatkan performansi inverter satu phasa tanpa kontrol
Modulasi Lebar Pulsa, diperoleh data-data sebagai berikut (list program dan cont
oh
tampilan keluaran ditunjukkan pada lampiran 2):
arus keluaran (Amp) arus fundamental (Amp) THD (%)
27.6532 27.4434 12.3868
Tabel 4.4 Hasil keluaran Inverter satu phasa tanpa kontrol Modulasi Lebar Pulsa
Dari kurva yang ditunjukkan pada gambar 4.3 dan tabel 4.4 dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
- Semakin kecil arus keluaran, maka gangguan harmonisa yang dihasilkan
akan semakin besar
- Gangguan harmonisa yang dihasilkan oleh inverter satu phasa kontrol
modulasi Lebar pulsa dengan indeks modulasi amplitudo lebih besar dari
0,4 akan lebih kecil dibandingkan dengan gangguan harmonisa inverter
tanpa kontrol modulasi lebar pulsa.
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
- Semakin besar indeks modulasi amplitudo yang digunakan, maka
gangguan harmonisa yang dihasilkan akan semakin kecil.
- Semakin banyak jumlah pulsa yang digunakan maka arus keluaran yang
dihasilkan akan semakin besar
- Pada jumlah pulsa per setengah siklus yang berbeda, perbedaan arus
keluaran yang dihasilkan inverter kontrol Modulasi Lebar Pulsa untuk
Indeks Modulasi Amplitudo yang sama tidak terlalu signifikan dan
cenderung konstan.
IV.6 Pengaruh Sudut Beban Terhadap Besar Gangguan Harmonisa pada
Inverter
Untuk mendapatkan hubungan antara sudut phasa beban terhadap gangguan
harmonisa yang dihasilkan oleh inverter, diambil contoh dengan kondisi beban
sebagai berikut:
Gambar 4.5 Pengaruh sudut beban terhadap terhadap gangguan harmonisa Inverter
kontrol Modulasi Lebar Pulsa
Dari kedua gambar diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa:
- Semakin kecil arus keluaran, maka gangguan harmonisa yang dihasilkan akan
semakin besar
- Semakin besar sudut phasa beban, maka gangguan harmonisa yang dihasilkan
oleh inverter kontrol Modulasi Lebar Pulsa akan semakin kecil.
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis dan uraian pada bab-bab sebelumnya, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
- Pada jumlah pulsa per setengah siklus yang berbeda, perbedaan arus keluaran
yang dihasilkan inverter kontrol Modulasi Lebar Pulsa untuk Indeks
Modulasi Amplitudo yang sama tidak terlalu signifikan dan cenderung
konstan.
- Semakin kecil arus keluaran, maka gangguan harmonisa yang dihasilkan akan
semakin besar
- Gangguan harmonisa yang dihasilkan oleh inverter satu phasa kontrol
modulasi Lebar pulsa dengan indeks modulasi amplitudo lebih besar dari 0,4
akan lebih kecil dibandingkan dengan gangguan harmonisa inverter tanpa
kontrol modulasi lebar pulsa.
- Semakin besar indeks modulasi amplitudo yang digunakan dalam Inverter
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
DAFTAR PUSTAKA
1. Arrillaga J., Watson Neville R., ?Power System Harmonics?, Second Edition,
John Wiley & Son, 2004
2. Bradley D.A., ?Power Electronic?, Second Edition, Chapman&Hall, 1995
3. Edminister, Joseph A., Nahvi, Mahood, ?Schaum?s Outline of Theory and
Problem of Electric Circuits?, Third Edition, McGraw-Hill International Book
Company, Singapore, 1997
4. Hart Daniel W., ?Introduction To Power Electronics?, Prentice Hall, New
Jersey, 1997
5. Thearaja, B.L., ?A Text Book of Electrical Technology?, S.Chan&Company,
New Delhi, 1986
6. Mohan, Ned, Tore M. Undeland, dan William P. Robbins, ?Power Electronics:
Converter, Aplication, and Design?, John Willey&Sons, New York, 1995
7. Rashid, Mhammad M., ?Power Electronics Circuits, Devices, and Applications?,
Third Edition, Pearson Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey, 2004
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
LAMPIRAN 1
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
% PROGRAM SIMULASI INVERTER MODULASI LEBAR PULSA BANYAK
%
% Program simulasi inverter satu phasa kontrol pwm banyak dengan beban RL,%
% menampilkan bentuk gelombang arus keluaran, tegangan keluaran, serta
%
% perhitungan analisa harmonisanya
%
elseif data_atur==2;
fc=input('Frekuensi sinyal carrier = ');
Ar=input('Amplitudo sinyal referensi - Ar = ');
Ac=input('Amplitudo sinyal carrier - Ac = ');
Ma=Ar/Ac;
p=fc/(2*fo);
Mf=fc/fo;
disp(['Jumlah pulsa per setengah siklus = ',num2str(p)]);
disp(['Indeks Modulasi frekuensi
= ',num2str(Mf)]);
disp(['Indeks modulasi amplitudo
= ',num2str(Ma)]);
else
disp(['data dari jenis pengaturan yang dimasukkan error...,']);
disp(['silahkan ulang dari awal..!']);
end
delta=pi*Ma/p;
disp(['delta = ',num2str(delta*180/pi)]);
%membentuk gelombang awal sebagai referensi
wt(1)=0; Vc(1)=0; Vin(1)=0; Vout(1)=0; Vref(1)=0;
for k=1:4*Mf;
for j=1:50;
i=j+(k-1)*50+1;
wt(i)=(i-1)*pi/(Mf*50);
%bentuk tegangan sumber
Vin(i)=Vs;
%membentuk sinyal carrier dan referensi;
%membentuk tegangan keluaran dan pulsa switching awal;
if rem(k,2)==0;
Vc(i)=j;
if Vc(i)>=50*Ma;
Vout1(i)=0;
Vref1(i)=0;
else
Vout1(i)=Vin(i);
Vref1(i)=1;
end
else
Vc(i)=50-j;
if Vc(i)>=50*Ma;
Vout1(i)=0;
Vref1(i)=0;
else
Vout1(i)=Vin(i);
Vref1(i)=1;
end
end
end
end
disp([' ']);
%membentuk gelombang tegangan keluaran
Vout(1)=0; Vref(1)=1;
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
for i=2:50*Mf+1;
Vout(i)=Vout1(i);
Vref(i)=Vref1(i);
end
for i=50*Mf+2:100*Mf+1;
Vout(i)=-Vout1(i);
Vref(i)=Vref1(i);
end
for i=100*Mf+2:150*Mf+1;
Vout(i)=-Vout(i-50*Mf);
Vref(i)=Vref(i-50*Mf);
end
for i=150*Mf+2:200*Mf+1;
Vout(i)=Vout(i-100*Mf);
Vref(i)=Vref(i-100*Mf);
end
%menampilkan gelombang tegangan keluaran
a=0;
figure(1);
plot(wt/w,Vout,wt/w,a);grid on;
ylabel('tegangan keluaran (volt)');
xlabel('t (sec.)');
%menganalisa gelombang arus keluaran
for m=1:2:2*p;
alpa(m)=((m-Ma)*pi/(2*p));
B1(m)=(4*Vs/pi)*sin(delta/4)*(sin(alpa(m)+3*delta/4)-sin(pi+alpa(m)+...
delta/4));
B3(m)=(4*Vs/(3*pi))*sin(3*delta/4)*(sin(3*alpa(m)+9*delta/4)-...
sin(3*pi+3*alpa(m)+3*delta/4));
B5(m)=(4*Vs/(5*pi))*sin(5*delta/4)*(sin(5*alpa(m)+15*delta/4)-...
sin(5*pi+5*alpa(m)+5*delta/4));
B7(m)=(4*Vs/(7*pi))*sin(7*delta/4)*(sin(7*alpa(m)+21*delta/4)-...
sin(7*pi+7*alpa(m)+7*delta/4));
B9(m)=(4*Vs/(9*pi))*sin(9*delta/4)*(sin(9*alpa(m)+27*delta/4)-...
sin(9*pi+9*alpa(m)+9*delta/4));
B11(m)=(4*Vs/(11*pi))*sin(11*delta/4)*(sin(11*alpa(m)+33*delta/4)-...
sin(11*pi+11*alpa(m)+11*delta/4));
B13(m)=(4*Vs/(13*pi))*sin(13*delta/4)*(sin(13*alpa(m)+39*delta/4)-...
sin(13*pi+13*alpa(m)+13*delta/4));
B15(m)=(4*Vs/(15*pi))*sin(15*delta/4)*(sin(15*alpa(m)+45*delta/4)-...
sin(15*pi+15*alpa(m)+15*delta/4));
B17(m)=(4*Vs/(17*pi))*sin(17*delta/4)*(sin(17*alpa(m)+51*delta/4)-...
sin(17*pi+17*alpa(m)+17*delta/4));
B19(m)=(4*Vs/(19*pi))*sin(19*delta/4)*(sin(19*alpa(m)+57*delta/4)-...
sin(19*pi+19*alpa(m)+19*delta/4));
B21(m)=(4*Vs/(21*pi))*sin(21*delta/4)*(sin(21*alpa(m)+63*delta/4)-...
sin(21*pi+21*alpa(m)+21*delta/4));
end
for m=2:2:2*p;
alpa(m)=((m-1+Ma)*pi/(2*p));
B1(m)=(4*Vs/pi)*sin(delta/4)*(sin(alpa(m)+3*delta/4)-sin(pi+alpa(m)+...
delta/4));
B3(m)=(4*Vs/(3*pi))*sin(3*delta/4)*(sin(3*alpa(m)+9*delta/4)-...
sin(3*pi+3*alpa(m)+3*delta/4));
B5(m)=(4*Vs/(5*pi))*sin(5*delta/4)*(sin(5*alpa(m)+15*delta/4)-...
sin(5*pi+5*alpa(m)+5*delta/4));
B7(m)=(4*Vs/(7*pi))*sin(7*delta/4)*(sin(7*alpa(m)+21*delta/4)-...
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
sin(7*pi+7*alpa(m)+7*delta/4));
B9(m)=(4*Vs/(9*pi))*sin(9*delta/4)*(sin(9*alpa(m)+27*delta/4)-...
sin(9*pi+9*alpa(m)+9*delta/4));
B11(m)=(4*Vs/(11*pi))*sin(11*delta/4)*(sin(11*alpa(m)+33*delta/4)-...
sin(11*pi+11*alpa(m)+11*delta/4));
B13(m)=(4*Vs/(13*pi))*sin(13*delta/4)*(sin(13*alpa(m)+39*delta/4)-...
sin(13*pi+13*alpa(m)+13*delta/4));
B15(m)=(4*Vs/(15*pi))*sin(15*delta/4)*(sin(15*alpa(m)+45*delta/4)-...
sin(15*pi+15*alpa(m)+15*delta/4));
B17(m)=(4*Vs/(17*pi))*sin(17*delta/4)*(sin(17*alpa(m)+51*delta/4)-...
sin(17*pi+17*alpa(m)+17*delta/4));
B19(m)=(4*Vs/(19*pi))*sin(19*delta/4)*(sin(19*alpa(m)+57*delta/4)-...
sin(19*pi+19*alpa(m)+19*delta/4));
B21(m)=(4*Vs/(21*pi))*sin(21*delta/4)*(sin(21*alpa(m)+63*delta/4)-...
sin(21*pi+21*alpa(m)+21*delta/4));
end
B1=sum(B1);
B3=sum(B3);
B5=sum(B5);
B7=sum(B7);
B9=sum(B9);
B11=sum(B11);
B13=sum(B13);
B15=sum(B15);
B17=sum(B17);
B19=sum(B19);
B21=sum(B21);
for k=1:2:21;
Z(k)=sqrt(R^2+(k*w*L)^2);
tetha(k)=atan(k*w*L/R);
end
Im(1)=B1/Z(1);
Im(3)=B3/Z(3);
Im(5)=B5/Z(5);
Im(7)=B7/Z(7);
Im(9)=B9/Z(9);
Im(11)=B11/Z(11);
Im(13)=B13/Z(13);
Im(15)=B15/Z(15);
Im(17)=B17/Z(17);
Im(19)=B19/Z(19);
Im(21)=B21/Z(21);
Imax=sqrt(Im(1)^2+Im(3)^2+Im(5)^2+Im(7)^2+Im(9)^2+Im(11)^2+Im(13)^2+...
Im(15)^2+Im(17)^2+Im(19)^2+Im(21)^2);
Ih=(Imax-Im(1))/sqrt(2);
THD=sqrt((Imax/Im(1))^2-1);
%menampilkan spektrum harmonisa arus keluaran inverter kontrol pwm
disp(['nilai maks komponen fundamental arus beban = ',...
num2str(Im(1)),' amp']);
disp(['nilai rms komponen fundamental arus beban = ',...
num2str(Im(1)/sqrt(2)),' amp']);
disp(['nilai maksimum arus beban - Imax = ',num2str(Imax),' amp']);
disp(['nilai rms harmonisa arus beban = ',num2str(Ih),' amp']);
disp(['THD arus keluaran = ',num2str(THD),' atau ',num2str(THD*100),'
persen']);
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
%menampilkan bentuk gelombang harmonisa arus keluaran
figure(2);
bar(Im(1:21),0.5);grid on;
ylabel('arus harmonisa ke-n');
xlabel('no.harmonisa');
%membentuk gelombang komponen harmonisa untuk sintesis (penyatuan)
%deret fourier arus keluaran
for i2=1:400*Mf;
wti(i2)=i2*pi/(100*Mf);
fourier1(i2)=Im(1)*sin(wti(i2)-tetha(1));
fourier3(i2)=Im(3)*sin(3*wti(i2)-tetha(3));
fourier5(i2)=Im(5)*sin(5*wti(i2)-tetha(5));
fourier7(i2)=Im(7)*sin(7*wti(i2)-tetha(7));
fourier9(i2)=Im(9)*sin(9*wti(i2)-tetha(9));
fourier11(i2)=Im(11)*sin(wti(i2)-tetha(11));
fourier13(i2)=Im(13)*sin(wti(i2)-tetha(13));
fourier15(i2)=Im(15)*sin(wti(i2)-tetha(15));
fourier17(i2)=Im(17)*sin(wti(i2)-tetha(17));
fourier19(i2)=Im(19)*sin(wti(i2)-tetha(19));
fourier21(i2)=Im(21)*sin(wti(i2)-tetha(21));
contoh(i2)=fourier1(i2)+fourier3(i2)+fourier5(i2)+fourier7(i2)+...
fourier9(i2)+fourier11(i2)+fourier13(i2)+fourier15(i2)+...
fourier17(i2)+fourier19(i2)+fourier21(i2);
end
a=0;
figure(3);
plot(wti/w,fourier1,wti/w,fourier3,wti/w,fourier5,wti/w,fourier7,...
wti/w,fourier9,wti/w,fourier11,wti/w,fourier13,wti/w,fourier15,...
wti/w,fourier17,wti/w,fourier19,wti/w,fourier21,wti/w,a);
title('bentuk gelombang arus harmonisa');
ylabel('arus harmonisa (amp)');
xlabel('t (sec)');
figure(4);
plot(wti/w,contoh,wti/w,a);
title('Hasil sintesis Deret Fourier Arus Keluaran')
ylabel('arus (amp)');
xlabel('t (sec)');
disp([' ']);
disp(['ANALISA SELESAI']);
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
PROGRAM SIMULASI INVERTER DENGAN KONTROL PWM BANYAK
Masukkan data-data berikut ini:
Besar tegangan sumber dc (volt) = 220
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
Gambar 1. Bentuk gelombang tegangan keluaran inverter kontrol Modulasi Lebar Pul
sa
Gambar 2. Spektrum harmonisa arus keluaran Inverter kontrol Modulasi Lebar Pulsa
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
clc;
clear all;
% memasukkan data-data yang diperlukan
disp([' PROGRAM SIMULASI INVERTER TANPA KONTROL PWM ']);
disp([' ']);
disp(['Masukkan data-data berikut ini: ']);
Vs=input('Besar tegangan sumber dc (volt) = ');
fo=input('Frekuensi tegangan keluaran (Hz) = ');
w=2*pi*fo;
disp([' ']);
disp(['pilih jenis data beban (1 atau 2): ']);
disp(['
1. Tahanan dan induktansi beban']);
disp(['
2. Impedansi dan sudut phasa beban']);
disp([' ']);
data_beban=input('jenis data beban: ');
if data_beban==1;
R=input('besar tahanan beban (ohm) = ');
L1=input('Besar induktansi beban (mH)= ');
L=L1/1000;
Z=sqrt((R^2)+((w*L)^2));
%phi merupakan besarnya sudut beban
phi=atan ((w*L)/R);
disp([' Besar Impedansi beban(ohm)= ',num2str(Z)]);
disp([' sudut phasa beban (deg) = ',num2str(phi*180/pi')]);
elseif data_beban==2;
Z=input('besar Impedansi beban (ohm)= ');
phi1=input('sudut phasa beban(deg)= ');
phi=phi1*pi/180;
R=Z*cos(phi);
L=Z*sin(phi)/w;
disp(['Besar tahanan beban
= ',num2str(R),' ohm']);
disp(['Besar induktansi beban = ',num2str(L*1000),' mH']);
else
disp('DATA BEBAN YANG DIMASUKKAN SALAH, HARAP ULANG DARI AWAL..!!');
end
disp([' ']);
alpha1=input('besar sudut penyalaan(deg) = ');
alpha=alpha1*pi/180;
disp([' ']);
%membentuk gelombang awal sebagai referensi
wt(1)=0; Vin1(1)=0; Vout1(1)=0; Vref1(1)=0;
for i=2:7201;
wt(i)=(i-1)*pi/1800;
Vin(i)=Vs;
if wt(i)<alpha;
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
Vout1(i)=0;
Vref1(i)=0;
else
Vout1(i)=Vin(i);
Vref1(i)=1;
end
end
%membentuk gelombang tegangan
Vout(1)=0; Vref(1)=1;
for i=2:1801;
Vout(i)=Vout1(i);
Vref(i)=Vref1(i);
end
for i=1802:3601;
if wt(i)<pi;
Vout(i)=Vin(i);
Vref(i)=1;
elseif wt(i)>=pi+alpha;
Vout(i)=-Vout1(i);
Vref(i)=Vref1(i);
else
Vout(i)=0;
Vref(i)=0;
end
end
for i=3602:5401;
Vout(i)=-Vout(i-1800);
Vref(i)=Vref(i-1800);
end
for i=5402:7201;
Vout(i)=Vout(i-3600);
Vref(i)=Vref(i-3600);
end
%menampilkan gelombang tegangan keluaran
a=0;
figure(1);
plot(wt/w,Vout,wt/w,a);grid on;
ylabel('tegangan keluaran (volt)');
xlabel('t (sec.)');
%menganalisa gelombang arus keluaran
for k=1:2:21;
Z(k)=sqrt(R^2+(k*w*L)^2);
tetha(k)=atan(k*w*L/R);
B(k)=(4*Vs*cos(alpha))/(k*pi);
end
Im(1)=B(1)/Z(1);
Im(3)=B(3)/Z(3);
Im(5)=B(5)/Z(5);
Im(7)=B(7)/Z(7);
Im(9)=B(9)/Z(9);
Im(11)=B(11)/Z(11);
Im(13)=B(13)/Z(13);
Im(15)=B(15)/Z(15);
Im(17)=B(17)/Z(17);
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
Im(19)=B(19)/Z(19);
Im(21)=B(21)/Z(21);
Imax=sqrt(Im(1)^2+Im(3)^2+Im(5)^2+Im(7)^2+Im(9)^2+Im(11)^2+Im(13)^2+Im(15)^2+
...
Im(17)^2+Im(19)^2+Im(21)^2);
Ih=(Imax-Im(1))/sqrt(2);
THD=sqrt((Imax/Im(1))^2-1);
%menampilkan spektrum harmonisa arus keluaran inverter kontrol pwm
disp(['nilai maks komponen fundamental arus beban = ',...
num2str(Im(1)),' amp']);
disp(['nilai rms komponen fundamental arus beban = ',...
num2str(Im(1)/sqrt(2)),' amp']);
disp(['nilai maksimum arus beban - Imax = ',num2str(Imax),' amp']);
disp(['nilai rms harmonisa arus beban = ',num2str(Ih),' amp']);
disp(['THD arus keluaran = ',num2str(THD),' atau ',num2str(THD*100),'
persen']);
%menampilkan bentuk gelombang harmonisa arus keluaran
figure(2);
bar(Im(1:21),0.5);grid on;
ylabel('arus harmonisa ke-n');
xlabel('no.harmonisa');
%membentuk gelombang komponen harmonisa untuk sintesis (penyatuan)
%deret fourier arus keluaran
for i2=1:7200;
wti(i2)=(i2-1)*pi/1800;
fourier1(i2)=Im(1)*sin(wti(i2)-tetha(1));
fourier3(i2)=Im(3)*sin(3*wti(i2)-tetha(3));
fourier5(i2)=Im(5)*sin(5*wti(i2)-tetha(5));
fourier7(i2)=Im(7)*sin(7*wti(i2)-tetha(7));
fourier9(i2)=Im(9)*sin(9*wti(i2)-tetha(9));
fourier11(i2)=Im(11)*sin(wti(i2)-tetha(11));
fourier13(i2)=Im(13)*sin(wti(i2)-tetha(13));
fourier15(i2)=Im(15)*sin(wti(i2)-tetha(15));
fourier17(i2)=Im(17)*sin(wti(i2)-tetha(17));
fourier19(i2)=Im(19)*sin(wti(i2)-tetha(19));
fourier21(i2)=Im(21)*sin(wti(i2)-tetha(21));
contoh(i2)=fourier1(i2)+fourier3(i2)+fourier5(i2)+fourier7(i2)+...
fourier9(i2)+fourier11(i2)+fourier13(i2)+fourier15(i2)+...
fourier17(i2)+fourier19(i2)+fourier21(i2);
end
a=0;
figure(3);
plot(wti/w,fourier1,wti/w,fourier3,wti/w,fourier5,wti/w,fourier7,...
wti/w,fourier9,wti/w,fourier11,wti/w,fourier13,wti/w,fourier15,...
wti/w,fourier17,wti/w,fourier19,wti/w,fourier21,wti/w,a);
title('bentuk gelombang arus harmonisa');
ylabel('arus harmonisa (amp)');
xlabel('t (sec)');
figure(4);
plot(wti/w,contoh,wti/w,a);
title('Hasil sintesis Deret Fourier Arus Keluaran')
ylabel('arus (amp)');
xlabel('t (sec)');
disp([' ']);
disp(['ANALISA SELESAI']);
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
PROGRAM SIMULASI INVERTER TANPA KONTROL PWM
Masukkan data-data berikut ini:
Besar tegangan sumber dc (volt) = 220
Frekuensi tegangan keluaran (Hz) = 50
pilih jenis data beban (1 atau 2):
1. Tahanan dan induktansi beban
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008
Gambar 1. Bentuk gelombang tegangan keluaran inverter tanpa kontrol Modulasi Leb
ar Pulsa
Gambar 1. Spektrum harmonisa arus keluaran Inverter tanpa kontrol Modulasi Lebar
Pulsa
Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K
ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008
USU e-Repository ? 2008