Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
Hernia inguinalis merupakan kasus bedah digestif terbanyak setelah
appendicitis. Sampai saat ini masih merupakan tantangan dalam peningkatan
status kesehatan masyarakat karena besarnya biaya yang diperlukan dalam
penanganannya dan hilangnya tenaga kerja akibat lambatnya pemulihan dan
angka rekurensi. Dari keseluruhan jumlah operasi di Perancis tindakan bedah
hernia sebanyak 17,2 % dan 24,1 % di Amerika Serikat. 1
Hernia inguinalis sudah dicatat sebagai penyakit pada manusia sejak
tahun 1500 sebelum Masehi dan mengalami banyak sekali perkembangan seiring
bertambahnya pengetahuan struktur anatomi pada regio inguinal.1
Hampir 75 % dari hernia abdomen merupakan hernia ingunalis. Untuk
memahami lebih jauh tentang hernia diperlukan pengetahuan tentang kanalis
inguinalis. Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis dan hernia
ingunalis medialis dimana hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak dua
pertiga dari hernia ingunalis. Sepertiga sisanya adalah hernia inguinalis
medialis.Hernia lebih dikarenakan kelemahan dinding belakang kanalis inguinalis.
Hernia ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita, untuk hernia
femoralis sendiri lebih sering ditemukan pada wanita.Sedangkan jika ditemukan
hernia ingunalis pada pria kemungkinan adanya hernia ingunalis atau
berkembangnya menjadi hernia ingunalis sebanyak 50 % Perbandingan antara
pria dan wanita untuk hernia ingunalis 7 : 1. Prevalensi hernia ingunalis pada pria
dipengaruhi oleh umur. 1
Hernia merupakan keadaan yang lazim terlihat oleh semua dokter,
sehingga pengetahuan umum tentang manifestasi klinis, gambaran fisik dan
penatalaksaan hernia penting.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia
didefinisikan adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui
daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat
terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding
abdomen pada umumnya daerah inguinal.1
Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis (HIL)
dan Hernia Ingunalis Medialis. Disini akan dijelaskan lebih lanjut hernia
ingunalis lateralis. Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama lain
yaitu hernia indirecta yang artinya keluarnya tidak langsung menembus
dinding abdomen. Selain hernia indirek nama yang lain adalah Hernia
oblique yang artinya Kanal yang berjalan miring dari lateral atas ke medial
bawah. Hernia ingunalis lateralis sendiri mempunyai arti pintu keluarnya
terletak disebelah lateral Vasa epigastrica inferior. Hernia inguinalis lateralis
(HIL) dikarenakan kelainan kongenital meskipun ada yang didapat. 3
Tabel. 2.1. Perbedaan HIL dan HIM.3
Tipe

Deskripsi

Hubungan
dg

Dibungkus

vasa oleh

Onset

fascia biasanya pada

epigastrica

spermatica

waktu

inferior
Lateral

interna
Ya

Congenital

Hernia

Penojolan

ingunali

melewati cincin

Dan bisa pada

inguinal

waktu

lateralis

biasanya

dan

dewasa.

merupakan
kegagalan
penutupan
cincin ingunalis

interna
waktu

pada
embrio

setelah
Hernia

penurunan testis
Keluarnya

ingunali

langsung

menembus

medialis

fascia

Medial

Tidak

Dewasa

dinding

abdomen
2.2. KLASIFIKASI
1. Casten membagi hernia menjadi tiga stage, yaitu:3
a. Stage 1 : hernia indirek dengan cincin interna yang normal.
b. Stage 2 : hernia direk dengan pembesaran atau distorsi cincin interna.
c. Stage 3 : semua hernia direk atau hernia femoralis.
2. Klasifikasi menurut Halverson dan McVay, hernia terdapat terdapat 4
kelas:3
a. Kelas 1 : hernia indirek yang kecil.
b. Kelas 2 : hernia indirek yang medium.
c. Kelas 3 : hernia indirek yang besar atau hernia direk.
d. Kelas 4 : hernia femoralis.
3. Sistem Ponka membagi hernia menjadi 2 tipe:3
a. Hernia Indirek
i. hernia inguinalis indirek yang tidak terkomplikasi.
ii. hernia inguinalis indirek sliding.
b. Hernia Direk
i. suatu defek kecil di sebelah medial segitiga Hesselbach, dekat
tuberculum pubicum.
ii. hernia divertikular di dinding posterior.
iii. hernia inguinalis direk dengan pembesaran difus di seluruh
permukaan segitiga Hesselbach
Gilbert membuat klasifikasi berdasarkan 3 faktor:3

Ada atau tidak adanya kantung peritoneal.


3

Ukuran cincin interna.

Integritas dinding posterior dan kanal.

Tabel. 2.2. Tabel Klasifikasi Hernia Inguinal3

4. Gilbert membagi hernia menjadi 5 tipe. Tipe 1, 2, and 3 merupakan


hernia indirek, sedangkan tipe 4 and 5 merupakan hernia direk.
a. Hernia tipe 1 mempunyai kantung peritoneal yang melewati cincin
interna yang berdiameter <>
b. Hernia tipe 2 (hernia indirek yang paling sering) mempunyai kantung
peritoneal yang melewati cincin interna yang berdiameter 2 cm.
c. Tipe 3 hernia mempunyai kantung peritoneal yang melewati cincin
interna yang berdiameter > 2 cm.
d. Hernia

tipe

sering

menjadi

hernia

komplit

dan

sering

menjadi slidinhernia.
e. Hernia tipe 4 mempunyai robekan dinding posterior tau defek
posterior multipel. Cincin interna yang intak dan tidak ada kantung
peritoneal.
f. Hernia tipe 5 merupakan hernia divertikuler primer. Pada hernia ini
tidak terdapat kantung peritoneal.
5. Nyhus membuat klasifikasi berdasarkan ukuran cincin interna dan
integritas dinding posterior, meliputi:3
a. Tipe 1 adalah hernia indirek dengan cincin interna yang normal.
b. Tipe 2 adalah hernia indirek dengan cincin interna yang membesar.
c. Tipe 3a adalah hernia inguinalis indirek.
d. Tipe 3b adalah hernia indirek yang menyebabkan kelemahan dinding
posterior.
e. Tipe 3c adalah hernia femoralis.
f. Tipe 4 memperlihatkan semua hernia rekuren.

2.3. ETIOLOGI
Penyebab

terjadinya

hernia

inguinalis

masih

diliputi

berbagai

kontroversi, tetapi diyakini ada tiga penyebab, yaitu:2


1. Peninggian tekanan intra abdomen yang berulang.
a. Overweight
b. Mengangkat barang yang berat yang tidak sesuai dengan ukuran
badan
c. Sering mengedan karena adanya gangguan konstipasi atau gangguan
saluran kencing
d. Adanya tumor yang mengakibatkan sumbatan usus
e. Batuk

yang

kronis

dikarenakan

infeksi,

bronchitis,

asthma,

emphysema, alergi
f. Kehamilan
g. Ascites
2. Adanya kelemahan jaringan /otot.
3. Tersedianya kantong.

2.4. PATOFISIOLOGI HERNIA INGUINALIS LATERALIS


Ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole
inferior gonadke permukaan interna labial/scrotum. Gubernaculum akan
melewati dinding abdomen yang mana pada sisi bagian ini akan menjadi
kanalis inguinalis. Processus vaginalis adalah evaginasi diverticular
peritoneumyang membentuk bagian ventral gubernaculums bilateral. Pada
pria testes awalnya retroperitoneal dan dengan processus vaginalis testes akan
turun melewati canalis inguinalis ke scrotum dikarenakan kontraksi
gubernaculum.
Pada

sisi

sebelah

kiri

terjadi

penurunan

terlebih

dahulu

sehingga ,yang tersering hernia inguinalis lateralis angka kejadiannya lebih


banyak pada laki-laki dan yang paling sering adalah yang sebelah kanan.
Pada wanita ovarium turun ke pelvis dan gubernaculum bagian
inferior menjadi ligamentum rotundum yang mana melewati cincin interna ke
labia majus.

Processus vaginalis normalnya menutup, menghapuskan perluasan


rongga peritoneal yang melewati cincin interna. Pada pria kehilangan sisa ini
akan melekatkan testis yang dikenal dengan tunika vaginalis. Jika processus
vaginalis tidak menutup maka hidrokel atau hernia inguinalis lateralis akan
terjadi. Sedangkan pada wanita akan terbentuk kanal Nuck. Akan tetapi tidak
semua hernia ingunalis disebabkan karena kegagalan menutupnya processus
vaginalis dibuktikan pada 20%-30% autopsi yang terkena hernia ingunalis
lateralis proseccus vaginalisnya menutup.5
Gambar 2.1. Perbandingan HIL dan Anatomi Normal5

2.5. ANATOMI
Keberhasilan operasi hernia inguinal tergantung akan pengetahuan
tentang

dinding

abdomen,kanalis

inguinalis,.lapisan-lapisan

dinding

abdomen. Regio inguinal merupakan batas bawah abdomen dengan fungsi


yang terdiri atas lapisan miopaneurotis. Penamaan struktur anatomi di daerah
ini banyak memakai nama penemunya sebagai pengakuan atas kontribusi
mereka. Dalam bukunya Skandalakis (1995), dinding abdomen pada dasar
inguinal terdiri dari susunan multi laminer dan seterusnya.
Pada dasarnya inguinal dibentuk dari lapisan:
1.

Kulit (kutis).

2.

Jaringan sub kutis (Campers dan Scarpas) yang berisikan lemak.

Fasia ini terbagi dua bagian, superfisial (Camper) dan profundus (Scarpa).
Bagian superfisial meluas ke depan dinding abdomen dan turun ke sekitar
penis, skrotum, perineum, paha, bokong. Bagian yang profundus meluas dari
dinding abdomen ke arah penis (Fasia Buck).
3.

Innominate fasia (Gallaudet) : lapisan ini merupakan lapisan superfisial atau


lapisan luar dari fasia muskulus obliqus eksternus. Sulit dikenal dan jarang
ditemui.

4.

Apponeurosis muskulus obliqus eksternus, termasuk ligamentum inguinale


(Poupart) merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis muskulus obliqus
eksternus. Terletak mulai dari SIAS sampai ke ramus superior tulang publis.,
Lakunare (Gimbernat) Merupakan paling bawah dari ligamentum inguinale
dan dibentuk dari serabut tendon obliqus eksternus yang berasal dari daerah
Sias. Ligamentum ini membentuk sudut kurang dari 45 derajat sebelum
melekat pada ligamentum pektineal. Ligamentum ini membentuk pinggir
medial kanalis femoralis. dan Colles. Ligamentum ini dibentuk dari serabut
aponeurosis yang berasal dari crus inferior cincin externa yang meluas ke
linea alba. 2

5.

Spermatik kord pada laki-laki, ligamen rotundum pada wanita.


Gambar 2.2. Spermatic cord6

6.

Muskulus transversus abdominis dan aponeurosis muskulus obliqus internus,


falx inguinalis (Henle) dan konjoin tendon.

7.

Fasia transversalis dan aponeurosis yang berhubungan dengan ligamentum


pectinea (Cooper), iliopubic tract, falx inguinalis dan fasia transversalis.

8.

Preperitoneal connective tissue dengan lemak.

9.

Peritoneum

10. Superfisial dan deep inguinal ring. 5


Bagian bagian dari hernia 7
a. Pintu hernia adalah lapisan l;paisan dinding perut dan panggul. Hernia
dinamai berdasarkan dari pintunya
b.

Kantung hernia adalah peritoneum parietalis, bagiannya adalah kolum,


korpus dan basis

c.

Kanalis inguinalis adalah saluran yang berjalan oblik (miring) dengan


panjang 4 cm dan terletak 2-4 cm di atas ligamentum inguinale. Dinding
yang membatasi kanalis inguinalis adalah:
- Anterior

: Dibatasi oleh aponeurosis muskulus obliqus eksternus


dan 1/3 lateralnya muskulus obliqus internus.

- Posterior

: Dibentuk

oleh

aponeurosis

muskulus

transversus

abdominis yang bersatu dengan fasia transversalis dan


membentuk dinding posterior dibagian lateral. Bagian
medial dibentuk oleh fasia transversa dan konjoin
tendon, dinding posterior berkembang dari aponeurosis
muskulus transversus abdominis dan fasia transversal.
- Superior

: Dibentuk oleh serabut tepi bawah muskulus obliqus


internus dan muskulus transversus abdominis dan
aponeurosis.

- Inferior

: Dibentuk oleh ligamentum inguinale dan lakunare.


Gambar 2.3. Canalis Inguinalis1

Bagian ujung atas dari kanalis inguinalis adalah internal


inguinal ring. Ini merupakan defek normal dan fasia transversalis dan
berbentuk huruf U dan V dan terletak di bagian lateral dan
superior. Batas cincin interna adalah pada bagian atas muskulus
transversus abdominis, iliopublik tract dan interfoveolar (Hasselbach)
ligament dan pembuluh darah epigastrik inferior di bagian medial.
External inguinal ring adalah daerah pembukaan pada aponeurosis
muskulus obliqus eksternus, berbentuk U dangan ujung terbuka ke
arah inferior dan medial. 9

d.

Isi kanalis inguinalis pria : 10


a. Duktus deferens
b. 3 arteri yaitu : 1. Arteri spermatika interna
2. Arteri diferential
3.Arteri spermatika eksterna
c. Plexus vena pampiniformis
d. 3 nervus:

1. Cabang genital dari nervus genitofemoral


2. Nervus ilioinguinalis
3. Serabut simpatis dari plexus hipogastrik

e.

3 lapisan fasia:
1. Fasia spermatika eksterna, lanjutan dari fasia innominate.
2. Lapisan kremaster, berlanjut dengan serabut- serabut
muskulus obliqus internus dan fasia otot.
3. Fasia spermatika interna, perluasan dari fasia transversal.

e.

Selubung hernia merupakan lapisan lapisan yang menyelubungi hernia.

Fruchaud Myopectineal Orifice


Daerah ini dibatasi oleh ligamentum inguinalis, pada bagian posterior
dibatasi oleh traktus iliopubis. Bagian medial dibatasi oleh bagian lateral
musculus rectus abdominis. Bagian superior dibatasi oleh lengkungan serabut otot
abdominis transversus dan otot obliquus internus, pada bagian lateral bebatas
dengan musculus iliopsoas dan bagian inferior oleh ligamentum cooper. Lubang
ini ditembus oleh funiculus spermaticus, dan bagian bawah oleh pembuluh darah
vena dan arteri femoralis. Lubang myopectineal dilindungi oleh aponeurosis
transversus abdominis dan fascia transversalis

10

2.6. GEJALA DAN TANDA KLINIK


2.6.1. Gejala
Pasien mengeluh ada tonjolan di lipat paha ,pada beberapa orang adanya
nyeri dan membengkak pada saat mengangkat atau ketegangan.seringnya hernia
ditemukan pada saat pemeriksaan fisik misalnya pemeriksaan kesehatan sebelum
masuk kerja. Beberapa pasien mengeluh adanya sensasi nyeri yang menyebar
biasanya pada hernia ingunalis lateralis, perasaan nyeri yang menyebar hingga ke
scrotum. Dengan bertambah besarnya hernia maka diikuti rasa yang tidak nyaman
dan rasa nyeri, sehingga pasien berbaring untuk menguranginya.11
Pada umumnya hernia direct akan memberikan gejala yang sedikit
dibandingkan hernia ingunalis lateralis.dan juga kemungkinannya lebih berkurang
untuk menjadi inkarserasi atau strangulasi.11
2.6.2. Tanda
Pada pemeriksaan hernia pasien harus diperiksa dalam keadaan berdiri dan
berbaring dan juga diminta untuk batuk pada hernia yang kecil yang masih sulit
untuk dilihat.kita dapat mengetahui besarnya cincin eksternal dengan cara
memasukan jari ke annulus jika cincinnya kecil jari tidak dapat masuk ke kanalis
inguinalis dan akan sangat sulit untuk menentukan pulsasi hernia yang sebenarnya
pada saat batuk. Lain halnya pada cincin yang lebar hernia dapat dengan jelas
terlihat dan jaringan tissue dapat dirasakan pada tonjolandi kanalis ingunalis pada
saat batuk dan hernia dapat didiagnosa.9
Perbedaan hil dan him pada pemeriksaan fisik sangat sulit dlakukan dan
ini tidak terlalu penting mengingat groin hernia harus dioperasi tanpa melihat
jenisnya. Hernia ingunalis pada masing-masing jenis pada umumnya memberikan
gambaran yang sama . hernia yang turun hingga ke skrotum hampir sering
merupakan hernia ingunalis lateralis.9
Pada inspeksi
Pasien saat berdiri dan tegang, pada hernia direct kebanyakan akan terlihat
simetris,dengan tonjolan yang sirkuler di cicin eksterna. Tonjolan akan
menghilang pada saat pasien berbaring . sedangkan pada hernia ingunalis lateralis

11

akan terlihat tonjolan yang yang bebentuk elip dan susah menghilang padaa saat
berbaring.9
Pada palpasi
Dinding posterior kanalis ingunalis akan terasa dan adanya tahanan pada
hernia inguanalis lateralis. Sedangkan pada hernia direct tidak akan terasa dan
tidak adanya tahanan pada dinding posterior kanalis ingunalis. Jika pasien diminta
untuk batuk pada pemeriksaan jari dimasukan ke annulus dan tonjolan tersa pada
sisi jari maka itu hernia direct. Jika terasa pada ujung jari maka itu hernia
ingunalis lateralis. Penekanan melalui cincin interna ketika pasien mengedan juga
dapat membedakan hernia direct dan hernia inguinalis lateralis. Pada hernia direct
benjolan akan terasa pada bagian depan melewati Trigonum Hesselbachs dan
kebalikannya pada hernia ingunalis lateralis. Jika hernianya besar maka
pembedaanya dan hubungan secara anatomi antara cincin dan kanalis inguinalis
sulit dibedakan. Pada kebanyakan pasien, jenis hernia inguinal tidak dapat
ditegakkan secara akurat sebelum dilakukan operasi.9
2.7. KOMPLIKASI
Hernia inkarserasi :
Hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang
Tidak dapat direposisi
Adanya mual ,muntah dan gejala obstruksi usus.
Hernia strangulasi :
Gejala yang sama disertai adanya infeksi sistemik
Adanya gangguan sistemik pada usus.12

12

2.8. PEMERIKSAAN PENUNJANG


2.8.1. Laboratorium
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut:
1. Leukocytosis dengan shift to the left yang menandakan strangulasi.
2. Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi akibat muntah-muntah dan
menjadi dehidrasi.
3. Tes

Urinalisis

untuk

menyingkirkan

adanya

masalah

dari

traktus

genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat paha.8


2.8.2. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin hernia.
Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat paha
atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan testis.8
Pada pemeriksaan radiologis kadang terdapat suatu yang tidak biasa
terjadi,

yaitu

adanya

suatu

gambaran

massa.

Gambaran

ini

dikenal

dengan Spontaneous Reduction of Hernia En Masse. Adalah suatu keadaan


dimana berpindahnya secara spontan kantong hernia beserta isinya ke rongga
extraperitoneal. Ada 4 tipe pembagian reduction of hernia en masse :
1. Retropubic
2. Intra abdominal
3. Pre peritoneal
4. Pre peritoneal locule

13

2.9. PENATALAKSANAAN HERNIA


2.9.1. Penanganan DI IGD
1. Mengurangi hernia.
2. Memberikan sedasi yang adekuat dan analgetik untuk mencegah nyeri.
Pasien harus istirahat agar tekanan intraabdominal tidak meningkat.
3. Menurunkan tegangan otot abdomen.
4. Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bantal di bawah lutut.
5. Pasien pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20 terhadap
hernia inguinalis.
6. Kompres dengan kantung dingin untuk mengurangi pembengkakan
dan menimbulkan proses analgesia.
7. Posisikan kaki ipsi lateral dengan rotasi eksterna dan posisi flexi
unilateral (seperti kaki kodok)
8. Posisikan dua jari di ujung cincin hernia untuk mencegah penonjolan
yang berlanjutselam proses reduksi penonjolan
9. Usahakan penekanan yang tetap pada sisi hernia yang bertujuan untu
mengembalikan isis hernia ke atas. Jika dilakukan penekanan ke arah
apeks akan menyebabkan isis hernia keluar dari pintu hernia.
10. Konsul ke ahli bedah jika usaha reduksi tidak berhasil dalam 2 kali
percobaanm
11. Teknik reduksi spontan memerlukan sedasi dam analgetik yang
adekuat dan posisikan Trendelenburg, dan kompres dingin selam a2030 menit.7

14

Konsul bedah jika :


1. Reduksi hernia yang tidak berhasil
2. Adanya tanda strangulasi dan keadaan umum pasien yang memburuk
3. Hernia

ingunalis

harus

dioperasi

meskipun ada

sedikit

beberapa kontraindikasi . penanganan ini teruntuk semua pasien tanpa


pandang

umur inkarserasi

dan

strangulasi

hal

yang

ditakutkan

dibandingkan dengan resiko operasinya.


4. Pada pasien geriatri sebaiknya dilakukan operasi elektif agar kondisi
kesehatan saat dilakukan operasi dalam keadaan optimal dan anestesi
dapat dilakukan. Operasi yang cito mempunyai resiko yang besar pada
pasien geriatri.
5. Jika pasien menderita hyperplasia prostate akan lebih bijaksana apabila
dilakukan

penanganan

terlebih

dahulu

terhadap

hiperplasianya. Mengingat tingginya resiko infeksi traktus urinarius dan


retensi urin pada saat operasi hernia.
6. Karena kemungkinannya terjadi inkarserasi, strangulasi, dan nyeri pada
hernia maka operasi yang cito harus di lakukan. Pelaksanaan non operasi
untuk mengurangi hernia inkerserasi dapat dicoba. Pasien di posisikan
dengan panggul dielevasikan dan di beri .analgetik dan obat sedasi untuk
merelaxkan otot-otot.
7. Operasi hernia dapat ditunda jika massa hernia dapat dimanipulasi dan
tidak ada gejala strangulasi.
8. Pada saat operasi harus dilakukan eksplorasi abdomen untuk memastikan
usus masih hidup, ada tanda-tanda leukositosis.
9. Gejala klinik peritonitis, kantung hernia berisi cairan darah yang
berwarna gelap.7

15

Indikasi operasi :

Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak harus diperbaiki secara operatif


tanpa penundaan, karena adanya risiko komplikasi yang besar terutama
inkarserata, strangulasi, yang termasuk gangren alat-alat pencernaan (usus),
testis, dan adanya peningkatan risiko infeksi dan rekurensi yang mengikuti
tindakan operatif.

pada pria dewasa, dilakukan operasi elektif atau cito terutama pada keadaan
inkarserata dan strangulasi. Pada pria tua, ada beberapa pendapat (RobaeckMadsen, Gavrilenko) bahwa lebih baik melakukan elektif surgery karena
angka mortalitas, dan morbiditas lebih rendah jika dilakukan cito surgery.

1. Konservatif :
- Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong
sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan
lambat dan menetap sampai terjadi reposisi
- Reposisi spontan pada anak : menidurkan anak dengan posisi Trendelenburg,
pemberian sedatif parenteral, kompres es di atas hernia, kemudian bila berhasil,
anak boleh menjalani operasi pada hari berikutnya.
- Bantal penyangga, bertujuan untuk menahan hernia yang telah direposisi dan
harus dipakai seumur hidup. Namun cara ini sudah tidak dianjurkan karena
merusak kulit dan otot abdomen yang tertekan, sedangkan strangulasi masih
mengancam
2. Operatif
- Anak-anak Herniotomy :
Karena masalahnya pada kantong hernia,maka dilakukan pembebasan kantong
hernia sampai dengan lehernya, dibuka dan dibebaskan isi hernia, jika ada
perlekatan lakukan reposisi, kemudian kantong hernia dijahit setinggi-tinggi
mungkin lalu dipotong. Karena herniotomi pada anak-anak sangat cepat dan
mudah, maka kedua sisi dapat direparasi sekaligus jika hernia terjadi bilateral

16

- Dewasa Herniorrhaphy :
1. Perawatan kantung hernia dan isi hernia
2. Penguatan dinding belakang (secara Bassini, Marcy Ferguson, Halsted /
Kirchner, Lotheissen-Mc Vay (Coopers ligament repair), Shouldice,
Tension free herniorrhaphy)
3. Berliner repair
4. The Lichtenstein repair
5. The Wilkinson Technique
6. Abrahamson Nylon Darn Repair
7. Lichtenstein Plastic Screen Reinforcement
8. Klasifikasi dan terapi menurut Gilbert tipe I-IV
9. Rutkow Mesh-plug hernioplasty
10. Rives Prosthetic Mesh Repair
11. Stoppa Gerat Prosthetic for Reinforcement of the Visceral Sac
Minimally Invasive Surgery (Laparoscopy)
TAPP = Trans Abdominal Pre Peritoneal
TEP = Total Extra Peritoneal

17

2.9.2. TEKNIK-TEKNIK OPERASI HERNIA


Tujuan operasi adalah menghilangkan hernia dengan cara membuang
kantung dan memperbaiki dinding abdomen.
2.9.2.1. Operasi Hernia Ingunalis Lateralis
1. Incisi 1-2cm diatas ligamentum inguinal sehingga tembus searah
dengan seratnya, sayatan diperluas dari lateral ing cincin interna
sampai tuberculum pubicum. Pisahkan dan ligasi vena dari jaringan
subkutan.13
2. Pada saat ini, aponeurosis oblikuus eksternus akan terlihat dengan
serat berjalan ke bawah ke arah medial. Incisi aponeurosis searah
dengan arah seratnya, kemudian ditarik dengan hak. Gunakan forceps
untuk mengangkat dan meretraksi ujungnya, sambil incisi diperluas
melewati sayatan. Cari nervus inguinal dan lindungi selama operasi
selama operasi dengan menjauhkan dari lapangan operasi.13
3. Kemudian sayat secara tumpul, keluarkan spermatic cord bersamaan
dengan kantung hernia yang merupakan satu massa dan masukkan jari
di sekelilingnya. Amankan massa dengan menggunakan gauze. Dan
menggunakan

sayatan

tajam

dan

tumpul,

pisahkan

kantung

dari cord (vasa deferen dan pembuluh darah) lapis demi lapis.13
4. Perluas sayatan hingga leher kantung tepat di cincin interna, sehingga
terlihat lapisanperitoneal fat. Buka kantung diantara dua pasang
forcep kecil, dan periksa rongga abdomen dengan jari hingga
membuka.13
5. Terus putar kantung untuk memastikan isinya kosong. Lehar diikat
dengan benang 2/0, tahan ikatannya, dan kantung diexcisi.13
6. Perhatikan punctum untuk memastikan ikatannya cukup kuat. Ketika
ikatannya dipotong, maka punctum masuk ke dalam cincin dan tidak
terlihat.
7. Tujuan dari prosedur Bassini adalah untuk memperkuat dinding
posterior. Dengan cara menjahitkan M. transversus abdominis dan
aponeurosis

M.

obliquus

18

abdominis

internus

atau conjoint

tendon ke ligamentum inguinal. Prosedur ini juga menyempitkan


cincin interna.
8. Mulai perbaikan dengan menggunakan benang no.1. Jahitan silang
harus dimasukkan melewati ligamentum inguinalis pada jalur yang
berbeda dengan arah serat, serat dirawat terpisah sepanjang garis
ligamentum. Masukkan jahitan silang pertama ke ligamentum
pectineal.13
9. Masukkan

jahitan

berikutnya

melalui conjoined

tendon dan

ligamentum inguinal, teruskan ke arah lateral untuk memasukkan


jahitan silang pada bagian ini. Tinggalkan jahitan silang tanpa diikat
sehingga semuanya masuk.13
10. Kemudian jahitan silang didekatkan ke cincin sebelum jahitannya
diikat, dan harus masih bisa dilalui ujung jari melewati cincin
sepanjang cord. Kemudian ikat jahitan dimulai dari tengah dan potong
ujungnya.13
11. Dan terakhir, tambahkan tegangan sehingga cincin interna masih bisa
dilalui ujung jari.13
12. Tutup

aponeurosis

obliquus

eksterna

secara

kontinyus

dengan chromic cat gut 0.13


13. Jahit kulit secara interrupted 2.0.13
Adapun teknik-teknik operasi hernia ada beberapa cara, yaitu
1. Mercy dikenal

dengan

ligasi

sederhana

dengan

diangkat

tinggi

kantungnya.melewati ingunal yang dikombinasi dengan pengikatan cincin


interna.
2. Bassini, dahulu merupakan metode yang sering digunakan, dengan
cara conjoint tendon didekatkan dengan ligamentum Pouparts dan spermatic
cord diposisikan seanatomis mungkin di bawah aponeurosis muskulus
oblikuus eksterna.
3. Halsted,

menempatkan

muskulus

diantara cord kebalikannya cara Bassini.

19

oblikuus

eksterna

4. Mc Vay, dikenal dengan metode ligamentum Cooper, meletakkan conjoint


tendonlebih posterior dan inferior terhadap ligamentum Cooper.14
2.9.2.2. Shouldice
Menurut Abrahamson (1997) prinsip dasar teknik Shouldice adalah
Bassini multi layer, Adapun tahapan hernioplasty menurut Shouldice:
Langkah pertama:
Setelah dilakukan incisi garis kulit sampai fasia, dengan preparasi saraf
ilioinguinal dan iliohipogastrika, bebaskan funikulus dari fasia transversalis
sampai ke cincin interna, membuang kantong dan ligasi setinggi mungkin.2
Dilanjutkan dengan memotong fasia transversalis dan membebaskan
lemak pre peritoneal. Langkah berikutnya dilakukan rekonstruksi dinding
belakang inguinal dengan jahitan jelujur membuat suatu flap dari tepi bawah fasia
ke bagian belakang flap superior, usahakan titik jahitan tidak segaris dengan jarak
2-4 mm.2
Langkah berikutnya dilakukan rekonstruksi dinding belakang inguinal
dengan jahitan jelujur membuat suatu flap dari tepi bawah fasia ke bagian
belakang flap superior, usahakan titik jahitan tidak segaris dengan jarak 2-4 mm.13
Bagian flap superior yang berlebih dijahitkan kembali pada lapisan dibawahnya
dengan jelujur membentuk lapisan ke dua (gambarA). Demikian seterusnya
dengan menjahit tendon konjoin ke ligamentum inguinal membentuk lapisan ke
tiga (gambar B). Kemudiaan penjahitan aponeorosis obliqus eksterna membentuk
lapisan ke empat (gambar C). 13-

20

2.9.2.3. Lichtenstein Tension free


Tehnik pemasangan mesh pada Lichtenstein seperti berikut
(Wexler, 1997) :
1. Dilakukan terlebih dahulu herniotomi.
2. Letakkan bahan mesh ukuran 10x5 cm diletakkan di atas defek,
disebelah bawah spermatik kord.
3. Dilakukan penjahitan dengan benang non absorbsi 3-0 ke arah :
-

Medial : perios tuberkulum pubikum.

Lateral : melingkari spermatik kord.

Superior : pada konjoin tendon.

Inferior : pada ligamentum inguinal. 13

Karena penjahitan pada tehnik Shouldice dilakukan cara jelujur tidak


terputus pada titik yang berbeda kesegarisannya menyebabkan tarikan yang terjadi
menyebar dan terdistribusi dibanyak titik sehingga rasa nyeri menjadi tidak
dominan disatu tempat. Hal inilah yang menyebabkan keluhan rasa nyeri pasca
operasi menjadi lebih ringan dibanding tehnik konvensional lainnya.13
Penggunaan material sintetis sebagai penutup defek miopektineal dinding
belakang kanalis inguinal memerlukan persyaratan tertentu, prostesis yang dipakai
harus cukup kuat sebagai penyangga, tidak bersikap alergen, mempunyai potensi
untuk menimbulkan respon inflamasi dan cepat berintegrasi dengan jaringan
sekitar. Agar integrasi menjadi solid, prostesis berupa anyaman yang berpori
sehingga jaringan tumbuh diantara pori-pori tersebut. Polypropylene mesh
dikategorikan memiliki sifat tersebut serta mampu bersifat permanen sehingga
tidak diperbolehkan kontak langsung dengan organ visera karena akan
menimbulkan perlengketan serta obstruksi atau pembentukan fistula. Saat ini
polypropylen mesh dipilih sebagai prostesis baku dalam petatalaksanaan hernio
plasty.6
Hernioplasty

dengan

polypropylene

mesh

mencegah

terjadinya

peregangan sewaktu rekonstruksi dinding belakang kanalis inguinal sehingga


perasaan nyeri pasca operasi dapat berkurang dengan nyata. Diikuti pemulihan
dan kembali kepada aktivitas rutin yang lebih dini, serta pencegahan rekurensi
jangka panjang. Pemulihan dan kemampuan kerja setelah operasi ternyata sangat

21

dipengaruhi oleh rasa sakit (Callesen, 1999). Bax (1999) melaporkan dengan
polypropylene mesh lebih dari 60% pekerja kasar dan lebih dari 90% pekerja
kantoran telah dapat bekerja dalam 10 hari. Ismail (2000) melaporkan 74 %
penderita telah kembali mengemudikan mobil dalam 10 hari, 49 % diantaranya
dalam 7 hari.6
Untuk mencegah rekurensi jangka panjang penggunaan material harus
cukup lebar untuk menutup seluruh defek miopektineal (dengan ukuran 10 x 5
cm), tidak terjadi lipatan-lipatan, melingkari bagian dari spermatik kord di daerah
kanalis inguinal interna.6

22

BAB III
KESIMPULAN
Hernia merupakan kasus tersering di bagian bedah abdomen sesudah
appendicitis. Hernia didefinisikan adalah suatu penonjolan abnormal organ atau
jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun
hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan
dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal.
Hernia inguinalis dibagi dua jenis hernia inguinalis medialis/hernia
inguinalis directa/hernia inguinalis horisontal dan hernia ingunalis lateralis/ hernia
indirecta/hernia obliqua. Yang tersering hernia inguinalis lateralis angka
kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang paling sering adalah yang
sebelah kanan.
Pada hernia inguinalis lateralis processus vaginalis peritonaei tidak
menutup (tetap terbuka). Komplikasi yang terjadi yaitu inkarserasi dan
strangulasi. Jika sudah terjadi strangulasi penanganan segera adalah dengan
operasi. Operasi hernia ada berbagai macam teknik yaitu : Marcy, Bassini, McVay,
Shouldice, Lichtenstein Tension free.

23

DAFTAR PUSTAKA
1. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery.
17thEdition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217.
2. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartzs Principles of
Surgery. Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394.
3. Inguinal

Hernia:

Anatomy

and

Managementhttp://www.medscape.com/viewarticle/420354_4
4. Manthey,

David.

Hernias

2007. http://www.emedicine.com/emerg/topic251.htm
5. Norton,Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic
Science and Clinical Evidence. New York. Springer. 787-803.
6. http://www.hernia.tripod.com/inguinal.html
7. Kerry V. Cooke.incarcerated hernia.2005. http://www.webmed.com
8. http://www.webmed.com/digestive-disorders/tc/Inguinal-Hernia-Symptoms
9. Way, Lawrence W. 2003. Hernias & Other Lesions of the Abdominal Wall.
Current Surgical Diagnosis and Treatment. Eleventh edition. New York. Mc
Graw-Hill. 783-789.
10. http://www.healthsystem.virginia.edu/toplevel/home/
11. http://www.webmed.com/digestive-disorders/tc/Inguinal-Hernia
12. Bland, Kirby I. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery. New
York. WB Saunders Company. 795-801
13. Cook,

John.

2000.

Hernia.

General

Surgery

at

the

Distric

Hospital. Switzerland. WHO. 151-156.


14. Zinner, Michael J. 2001. Hernias. Maingots Abdominal Operation. Volume 1.
Tenth edition. New York. Mc Graw-Hill. 479-525.

24

Anda mungkin juga menyukai