Bab III Selanjutnya
Bab III Selanjutnya
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), termasuk pneumonia dan
influenza, masih menjadi masalah kesehatan di negara berkembang maupun di
negara maju. Menurut laporan dari International Vaccine Access Centre At The
Johns Hopkins University Bloomberg School Of Public Health pada bulan
November 2010, penyakit pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 1 di
India, nomor 2 di Nigeria dan di Indonesia pada urutan ke 8.
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paruparu (alveoli), dengan gejala batuk yang disertai nafas sesak atau nafas cepat.
Penyakit ini mempunyai tingkat kematian yang tinggi. Secara klinis pada anak
yang lebih tua selalu disertai batuk dan nafas cepat dan tarikan dinding dada ke
dalam. (Sulaeman,2011)
Di Indonesia sendiri jumlah pekerja yang mengalami gangguan fungsi paru
diperkirakan cukup banyak. bedasarkan data kementerian kesehatan tahun 2012
menunjukan bahwa penyakit ISPA di Indonesia sepanjang tahun 2007 dan 2012
mengalami tren kenaikan.pada tahun 2007 jumlah kasus ISPA berkategori batuk
bukan pneumonia sebanyak 7.281.411 kasus dan 765.333 kasus pneumonia. Pada
tahun 2012 jumlah kasus ISPA berkategori batuk bukan pneumonia sebanyak
18.790.481 kasus dan 756.577 kasus pneumonia (Depkes RI, 2012).
Selain itu ISPA bukan saja menyerang orang dewasa atau pekerja yang
berkaitan dengan debu tetapi ISPA juga menyerang anak-anak. Menurut World
Health Organization (WHO) pneumonia/ISPA telah banyak membunuh anak
secara
terpisah
ataupun
dengan
menggabungperawatan
(Unicef)
dan
IDAI
(Ikatan
Dokter
Anak
Indonesia).
WHO
perawatan beberapa penyakit pada balita yang disebut manajemen terpadu balita
sakit (MTBS). MTBS adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam
tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan
secara menyeluruh di unit rawat jalan fasilitas pelayanan kesehatan dasar. MTBS
bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara
menangani balita sakit. MTBS telah diadaptasi pada tahun 1997 atas kerjasama
antara Kemenkes RI, WHO, United Nations Internasional Childrens Emergency
Fund
(Unicef)
dan
IDAI
(Ikatan
Dokter
Anak
Indonesia).
WHO
DAERAH PUSKESMAS
1
2
3
Bandar Khalipah
Mulyorejo
Tanjung Morawa
JUMLAH PENDERITA
PNEUMONIA
2063 balita
1487 balita
1355 balita
Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan
Tahun 2015.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang yang dikemukakan di atas maka
yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana
implementasi penanganan pneumonia pada balita dengan Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi
penanganan pneumonia pada balita dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS) di Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten
Deli Serdang tahun 2015.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1.
Sebagai bahan masukan dan tambahan bagi penelitian lebih lanjut tentang
faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya pneumonia pada balita
utamanya dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2.