Dibuat Oleh:
Tri Wardani (H1E113002)
Pembimbing :
Dr. Nopi Stiyati Prihatini, S.Si., MT
NIP. 19841118 200812 2 003
2016
1
HALAMAN PENGESAHAN
KERJA PRAKTIK
Disusun oleh :
Tri Wardani H1E113002
Penguji
M. Firmansyah, ST.,MT (.)
NIP. 19890911 201504 1 002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Koordinator Kerja Praktik
Teknik Lingkungan
ii
LEMBAR KONSULTASI
iii
RINGKASAN KEGIATAN
Kegiatan Kerja Praktik ini laksanakan selama 23 hari terhitung
sejak tanggal 26 Juli 2016 hingga tanggal 26 Agustus 2016. Kegiatan
Kerja Praktik ini dilakukan di Seksi Konservasi Wilayah II Banjarbaru,
Balai Konservasi Sumberdaya Alam Kalimantan Selatan. Waktu
pelaksanaan kerja praktik ini menyesuaikan waktu kerja pegawai yaitu
Senin-Kamis pukul 07.30-16.00 WITA dan Jumat pukul 07.30-16.30
WITA. Kegiatan yang dilakukan antara lain yaitu pengenalan kawasan
Suaka Margasatwa Kuala Lupak Kabupaten Barito Kuala dan obesvasi
lapangan untuk mengidentifikasi permasalahan konservasi ekosistem
mangrove di SM Kuala Lupak Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan
dan menentukan stategi pengelolaan ekosistem mangrove dengan
analisis SWOT.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas taufik dan hidayah-Nya maka usahausaha dalam menyelesaikan
Laporan Kerja Praktik dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
4.3.3.1 Analisis SWOT ...................................................................... 47
BAB V PENUTUP .................................................................................... 55
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 55
5.2 Saran .............................................................................................. 55
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 57
KESAN DAN PESAN ............................................................................... 60
LAMPIRAN ...............................................................................................61
vii
DAFTAR TABEL
viii
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah :
a. Mengidentifikasi pemasalahan yang terjadi saat ini di Suaka
Margasatwa Kuala Lupak.
b. Mengetahui tingkat keberhasilan restorasi Suaka Margasatwa Kuala
Lupak.
c. Menentukan strategi pengelolaan ekosistem mangrove di Suaka Marga
Kuala Lupak.
BAB II
TINJAUAN UMUM INSTANSI
Kelompok Jabatan
Fungsional
d. Perlindungan
e. Pengamanan
f. Pengendaliaan kebakaran ekosistem di cagar alam, suaka
margasatwa, taman wisata alam dan taman buru.
g. Evaluasi kesesuaian fungsi
h. Pemulihan ekosistem
i. Penutupan kawasan
j. Pengendalian dan pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar
k. Pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan
l. Penyuluhan
m. Bina cinta alam dan pemberdayaan masyarakat didalam dan sekitar
kawasan.
453/Kpts-II/1999 No.435/Menhut-
II/2009
1. CA Gunung Kentawan 257,900 240,434 240,43
2. CA T Kelumpang, Selat Laut dan 66.238,110 59.235,426
Selat Sebuku
3. CA Teluk Pamukan 20.618,838 21.084,503
4. CA Sungai Bulan dan Sungai Lulan 1.857,630 3.026,086
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
Minggu
Tanggal Kegitan
ke
05 Agustus 2016 Tinjauan SM Kuala Lupak
BAB IV
PEMBAHASAN
intertidal dan supratidal yang cukup mendapatkan aliran air, dan arus
pasang surut yang cukup kuat. Oleh karena itu, ekosistem mangrove
biasanya banyak ditemukan di pantai pantai teluk yang dangkal, estuaria,
delta, dan daerah pantai yang terlindung (Anonim1, 2011).
c. Salinitas
Salinitas merupakan faktor terakhir yang mempengaruhi zonasi.
Irwanto (2006) menyatakan Pada bagian dalam terutama di bagian-
bagian yang agak jauh dari muara sungai memiliki salinitas yang tidak
begitu tinggi dibandingkan dengan bagian luar ekosistem mangrove yang
berhadapan dengan laut terbuka.
Pembentukan zonasi, selain dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik, juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni keadaan morfologi tanaman, daya
apung dan cara penyebaran bibitnya serta persaingan antar spesies.
Formasi ekosistem mangrove yang terbentuk di kawasan mangrove
biasanya didahului oleh jenis pohon pedada dan api-api sebagai pionir
yang memagari daratan dari kondisi laut dan angin. Jenis-jenis ini mampu
hidup di tempat yang biasa terendam air waktu pasang karena
mempunyai akar pasak. Pada daerah berikutnya yang lebih mengarah ke
daratan banyak ditumbuhi jenis bakau (Rhizophora spp). Pohon tancang
tumbuh di daerah berikutnya makin menjauhi laut, ke arah daratan.
Daerah ini tanahnya agak keras karena hanya sesekali terendam air yaitu
pada saat pasang yang besar dan permukaan laut lebih tinggi dari
biasanya (Irwanto, 2006).
2) Penghasil kayu
Kayu yang dapat dihasilkan dari ekosistem mangrove, bervariasi
mulai dari kayu pertukangan, kayu bakar, dan bahan baku arang.
Berbagai jenis tumbuhan dari ekosistem mangrove, kayunya dapat pula
dimanfaatkan sebagai bahan baku industri kertas (pulp) seperti
Rhizophora, Avicennia dan Bruguiera serta bahan penyamak kulit
seperti ekstrak kulit kayu bakau (Rhizophora).
3) Sumber plasma nutfah
Jenis-jenis flora dan fauna dari ekosistem mangrove yang sampai
saat ini belum teridentifikasi manfaatnya bagi manusia, akan menjadi
sumber plasma bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan penelitian
dimasa yang akan datang. Dengan kemajuan teknologi, tidak tertutup
kemungkinan jenis-jenis tersebut kelak berpotensi meningkatkan
kualitas tanaman dan hewan melalui budidaya.
4.2 Permasalahan
Permasalahan yang ada yaitu tingginya tingkat kerusakan ekosistem
mangrove di Suaka Margasatwa Kuala Lupak dan belum ditentukannya
stategi pengelolaan yang sesuai dengan kondisi Kawasan Suaka
Margasatwa Kuala Lupak Kabupaten Barito Kuala.
yang harus dibasmi karena menjadi hama yang dapat mengurangi hasil
panen mereka. Sedangkan Bekantan (Nasalis larvatus),
keberadaannya telah bergeser ke areal di luar kawasan SM Kuala
Lupak.
3. Pembuatan tanggul-tanggul di sekeliling tambak dan jalan setapak
berakibat pada terhalangnya sirkulasi air laut yang mendukung
kehidupan habitat mangrove. Sehingga berdampak pada kematian
masal terhadap vegetasi mangrove.
4. Pendirian gubuk-gubuk kerja atau rumah (permanen atau semi
permanen) sebagai tempat beristirahat dan/atau tempat tinggal para
penggarap tambak illegal mengakibatkan aktifitas satwa liar terganggu.
Jumlah gubuk kerja/rumah di dalam kawasan SM Kuala Lupak
mencapai 50 buah yang tersebar di 9 (sembilan) alur sungai.
5. Berkurangnya populasi mangrove berakibat pada meningkatnya laju
abrasi daerah pantai, meningkatnya laju intrusi air laut serta
berkurangnya masukan unsur hara bagi biota perairan.
6. Terjadi pencemaran tanah dan air sungai akibat sampah-sampah
rumah tangga, sarana transportasi air dan penggunaan pestisida, dan
pakan bandeng dan nila sehingga berdampak pada penurunan biota-
biota air yang hidup di habitat mangrove.
Mencermati uraian di atas, serta rendahnya pengetahuan masyarakat
terhadap makna konservasi sumberdaya mangrove, maka kondisi dan
keberadaan kawasan mangrove secara alamiah di Suaka Margasatwa
kuala lupak kabupaten Barito kuala dihadapkan pada tiga tantangan
strategis yaitu;
1. Pengelolaan secara profesional untuk tujuan pelestarian, penyelamatan
(pengamanan), dan pemanfaatan secara terbatas berdasarkan peranan
fungsinya.
2. Meningkatkan kualitas baik terhadap habitat dan jenis, untuk
mempertahankan keberadaan sebagai akibat terdegradasinya
kawasan, baik karena ulah aktivitas manusia yang tidak bertanggung-
(a) (b)
Gambar 4.7 (a) Penanaman Bakau tahun 2015, (b) Kondisi pertumbuhan
Mangrove 2016
(a) (b)
Identifikasi Permasalahan Dan Penentuan Strategi Pengelolaan Ekosistem Mangrove 40
di SM Kuala Lupak Kabupaten Barito Kuala
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
(c)
Gambar 4.8 (a) Penanaman Bakau (b) Operasi Gabungan (c) Pendataan
Pemilik Sawah
b. Pendekatan Teknis
Apabila peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan
menuai hasil positif untuk menunjang kesuksesan restosi dapat dilakukan
strategi pengelolaan teknis restorasi sesuai prosedur teknik untuk
perencanaan dan pelaksanaan restorasi mangrove. Ada lima langkah
penting yang dapat dilakukan untuk menunjang kesuksesan restorasi
mangrove yaitu :
a. Perlindungan
Merupakan suatu sistem yang terdiri dari proses yang berkait satu
dengan lainnya dan saling mempengaruhi, yang apabila terputus akan
mempengaruhi kehidupan. Agar manusia tidak dihadapkan pada
b. Pengawetan
Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya terdiri dari unsur-unsur
hayati dan nonhayati (baik fisik maupun nonfisik). Semua unsur ini sangat
berkait dan pengaruh mempengaruhi. Punahnya salah satu unsur tidak
dapat diganti dengan unsur yang lain. Usaha dan tindakan konservasi
untuk menjamin keanekaragaman jenis meliputi :
1) Penetapan dan penggolongan tumbuhan dan satwa yang dilindungi
dan tidak dilindungi.
2) Pengelolaan jenis tumbuhan dan satwa serta habitatnya.
3) Pemeliharaan satwa untuk mencegah kepunahan.
4) Pengembangbiakan tumbuhan dan satwa.
c. Pemanfaatan
Pemanfataan secara lestari suaka margasatwa merupakan usaha
pengendalian/pembatasan dalam pemanfaatan sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya sehingga pemanfaatan tersebut dapat dilaksanakan
secara terus menerus pada masa mendatang. Kawasan Suaka
margasatwa kuala lupak dapat dimanfaatkan untuk kegiatan:
1.
yang akurat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan ini adalah :
1. Permasalahan konservasi mangrove di SM kuala Lupak kabupaten
barito kula disebabkan oleh penebangan vegetasi, aktivitas
pertambakan, aktivitas pertanian dan pengusaan lahan secara ilegal.
2. Presentase keberhasilan restorasi yang dilakukan balai konservasi
sumber daya alam sebesar 59 %.
3. Strategi pengeloaan ekosistem mangrove berdasarkan analisis SWOT
yang dapat dilakukan dalam upaya konservasi kawasan ekosistem
mangrove dengan : a. memaksimalkan fungsi utama ekosistem
mangrove; b. kaidah-kaidah Pengelolaan disesuaikan dengan status
kawasan; c. meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan
mangrove Kawasan Suaka Margasatwa Kuala Lupak; d. meningkatkan
kajian dan penelitian ekosistem mangrove; e. meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan lingkungan; f.
meningkatkan perekonomian masyarakat; g. penyusunan rencana
pengelolaan bersama melibatkan masyarakat dan pemerintah; h.
meningkatkan pengawasan dan monitoring.
5.2 Saran
Saran yang dapat di berikan adalah :
1. Mengajak dan mengikutsertakan masyarakat, mahasiswa, LSM, dan
perusahan untuk berperan aktif dalam upaya pelestarian lingkungan
2. Membuat pintu air pada tambak dan memastikan pintu air tidak
tertutup.
3. Melakukan monitoring terhadap kualitas air, tanah baik fisik maupun
kimia yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mangrove.
Bengen, 2002. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut serta
Prinsip Pengelolaannya. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan
Lautan. Bogor : IPB.
Halidah dan Saprudin. 2010. Potensi dan Nilai Jasa tidak langsung
ekosistem mangrove di Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan. Info
Ekosistem Vol. VII, No.1 : 21-30. Bogor: Badan Litbang
Keekosisteman.
57
Macnae, 1968. A general Account of the fauna and flora or mangrove
swamps and forest in the indo pasific region. Adv.Mor.Biol. 6: 73-
270
58
Snedaker, S.C. 1978. Mangroves: their values and perpetuation. Nature
and Resources.
59
KESAN DAN PESAN
A. KESAN
Selama kerja praktik di Seksi Konservasi Wilayah II banjarbaru, Balai
Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Selatan, banyak hal-hal baru
yang dapat dipelajari yang tidak dapat kita pelajari hanya dari kampus.
Kita dapat melihat permasalahan langsung dilapangan. Pembelajaran
yang diberikan pada kerja praktik sangat membantu karena dilakukan
secara nyata, terlebih lagi dalam mencari solusi sebuah permasalahan
yang harus disesuaikan dengan banyak hal tidak hanya teori tetapi juga
fakta dilpangan. Kesempatan untuk mengunjungi kawasan ekosistem
Suaka Margasatwa Kuala Lupak kabupaten Barito Kuala sangat lah
berarti, dimana dapat melihat kondisi eksisting kawasan ekosistem
mangrove, ekosistem mangrove memiliki peranan yang sangat penting
untuk kehidupan baik manusia maupun alam sekitar sehingga perlu dijaga
keutuhannya.
B. PESAN
Selama memiliki kesempatan kerja praktik dimanapun tempatnya.
Perbanyaklah ilmu dengan lebih banyak bertanya. Lebih banyak
bersosialisasi dengan berbagai macam orang.
60
Lampiran
LAMPIRAN A
61
Matriks Permasalahan dan Upaya Penanganan Perambahan
Di SM Kuala Lupak Periode 2010 s/d 2015
Jenis dan Jumlah Luasan yang
No. Luasan
Perambahan masih tersisa
Upaya yang telah dilakukan Hasil yang telah dicapai Upaya tindak lanjut
1. Luas = 2.975 Ha Tambak ikan dan udang = 1.314,51 Ha Sosialisasi dan penyuluhan Para petambak mulai mengerti Pemantapan kawasan melalui
Berdasarkan SK 1.551 Ha terkait kawasan dan peraturan arti penting kawasan mangrove. legalitas tapal batas
Menteri Kehutanan Luasan yang terdata = dan perundangan. Para petambak mendukung Penanganan perambahan melalui
dan Perkebunan 1.000 Ha Operasi gabungan terhadap rehabilitasi mangrove upaya pre-entif, preventif dan
No.453/Kpts-II/1999 Pondok buruh tambak 135 penggarap tambak. Telah terbentuknya kelompok represif
tanggal 17 Juni 1999 pondok Memberikan Surat Edaran masyarakat peduli mangrove pada Melaksanakan kegiatan
Luas = 3.307,96 Ha Jumlah penggarap 135 KK tentang Peringatan Gangguan tanggal 26 Nopember 2015 pengelolaan kawasan sesuai yang
2. Berdasarkan SK terdiri atas Keamanan di Kawasan Notulensi rapat penyelesaian tertuang di Rencana Pengelolaan
Menteri Kehutanan - Sungai Pagatan 14 KK Konservasi No. SE.1260/IV- permasalahan SM Kuala Lupak Kawasan
No. 435/Menhut- - Sungai Bahaur 16 KK K.23.PPH/2013 tanggal 4 Juni tanggal 3 September 2013 Pembinaan dan pemberdayaan
II/2009 tanggal 23 Juli - Sungai Ladung 23 KK 2013 masyarakat melalui kelompok
2009 - Sungai Bakau 22 KK Rehabilitasi lahan tambak yang telah dibentuk
- Sungai Pampan 12 kk dengan penanaman bakau. Koordinasi yang lebih intensif ke
- Sungai Tongkang 10 kk Rapat koordinasi dengan instansi pihak muspika, muspida dan
- Sungai Rintisan 11 KK pemkab. Barito Kuala tanggal 12 Kepala Daerah terkait
- Sungai Rangit 12 KK Agustus 2015 penanganan perambahan SM
- Sungai Handil Bahagia 15 Kuala Lupak
KK Akan mengusulkan peninjauan
(data terbaru tahun 2015) kembali terkait tata batas
Persawahan = 442,45 Ha kawasan.
Perkebunanan kelapa = 2 Pendataan pemilik sawah.
Ha Terwujudnya kerjasama tentang
Bangunan Menara Suar = pemanfaatan dan pengelolaan
0,5 Ha Koordinasi dengan pihak Distrik kawasan
Navigasi II Banjarmasin
LAMPIRAN B
LAMPIRAN D
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : P.9/Menhut-II/2013
TENTANG
Menimbang : Bahwa sebagai tindak lanjut ketentuan Pasal 33, Pasal 34 dan Pasal 40
Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan
Reklamasi Hutan perlu menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan
tentang Tata Cara Pelaksanaan, Kegiatan Pendukung, dan Pemberian
Insentif Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan;
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu Pengertian
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang selanjutnya disingkat RHL adalah upaya
untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan
lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam
mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga.
LAMPIRAN D
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN