golongan, yaitu: (1) teh yang difermentasikan atau teh hitam (fermented) ; (2) teh
yang tidak difermentasikan atau teh hijau (non fermented) ; (3) teh yang setengah
difermentasikan atau oolong (semi fermented) ; dan (4) teh ekstrak (extract tea).
Tanaman teh merupakan salah satu tanaman perdu yang selalu berdaun
hijau (evergreen shrub) yang dapat tumbuh 15 sampai 30 kaki tingginya, akan
tetapi penanaman teh terus menerus dipotong pada ketinggian tiga sampai lima
kaki saja. Tanaman ini tumbuh baik dataran tinggi, dan paling produktif di dataran
tropis. Daerah komersial teh dunia terpusat pada pegunungan yang terletak dekat
atau di sekitar khatulistiwa antara 42 LU dan 33 LS. Tanaman teh dapat tumbuh
subur di daerah dengan ketinggian 200 sampai 2 000 meter di atas permukaan air
laut. Semakin tinggi letak daerahnya, semakin menghasilkan mutu teh yang baik.
1. High Grown, untuk teh dari perkebunan dengan ketinggian di atas 1 500 m
2. Good Medium, untuk teh dari perkebunan di daerah antara 1 200 1 500
Jawa Barat.
4. Low Medium, untuk teh dari perkebunan di daerah antara 800 1 000 m,
di Jawa Barat.
Faktor-faktor lain yang dapat mendukung bagi pengusahaan teh yang baik
pengolahan. Hal ini berkaitan dengan mutu teh yang dihasilkan mengingat pucuk
teh adalah barang yang cepat busuk, dan harus segera diolah setelah dipetik paling
lama 1,5 hari. Bagian yang dipanen adalah daunnya. Daun ini kemudian diolah
menjadi teh hitam, teh hijau, dan teh oolong. Ketiga jenis teh ini dihasilkan dari
daun tanaman yang sama dengan proses pengolahan yang berbeda. Dari ketiga teh
ini yang diperdagangkan Indonesia adalah teh hitam dan teh hijau.
Teh hitam adalah teh yang dihasilkan dari proses fermentasi (proses
pemeraman) yang merupakan ciri khasnya. Teh hitam ini dihasilkan dari proses
disortasi untuk memisahkan daun yang berukuran besar dan kecil dengan tujuan
agar proses fermentasi dapat dilakukan dengan sempurna dan merata hasilnya.
Setelah proses fermentasi, daun teh dikeringkan dalam mesin pengering yang
sederhana pula. Sebelum dikonsumsi, umumnya teh hijau dicampur dengan daun
Teh oolong merupakan jenis peralihan antara teh hitam dan teh hijau yang
untuk menghasilkan daun teh yang telah dilayukan kemudian dipanaskan dengan
menggunakan panas api atau udara panas. Setelah proses pemanasan dilakukan
dikeringkan. Teh oolong ini tidak dikenal di Indonesia dan merupakan teh khas
kelompok yaitu :
dilihat pada tabel 7 pada tahun 2004 2005 pada rata-rata produksi dunia
mengalami peningkatan sebesar 3,72 persen. Dari tiga belas negara produsen teh
terdapat empat negara yang mengalami penurunan produksi yaitu Turkey, Jepang,
3,92 persen pada tahun 2004 2005. Peningkatan tersebut tidak diikuti dengan
peningkatan ekspor India yang justru menurun. Penurunan volume ekspor teh
sehingga produksi teh India lebih ditunjukkan untuk memenuhi kebutuhan dalam
negerinya
Indonesia mengalami sedikit peningkatan volume ekspor teh sebesar 3,78 persen
14
dibandingkan dengan jumlah kuantitas dari negara India, Cina, Sri Lanka dan
Kenya. Indonesia menduduki peringkat ke lima dalam produksi teh di dunia dan
memperoleh 4,9 persen dari seluruh pangsa pasar di dunia. Hal ini masih lebih
Teh adalah minuman yang dikenal di seluruh dunia, namun tidak semua
negara bisa memproduksi teh. Negara-negara yang tidak mempunyai sumber daya
cukup untuk memproduksi teh akan melakukan impor untuk memenuhi konsumsi
dalam negeri mereka. Negara-negara Eropa adalah negara tujuan utama ekspor
Italia dan Belanda. Menurut ITC (2006), Belanda merupakan salah satu negara
pengimpor terbesar di benua tersebut. Negara Inggris yang selama ini disebut
negara peminum teh, konsumsinya cenderung menurun dapat dilihat dari periode
2002 2004 orang Inggris mengkonsumsi teh sebanyak 2210 gram per kepala.
Sedangkan periode 2003 2005 teh yang dikonsumsi sebanyak 2120 gram
perkepala3.
dapat dilihat di tabel 8. Tiga negara pengimpor dengan volume terbanyak adalah
Rusia, Inggris, dan Pakistan. Pertumbuhan impor negara Rusia dan Pakistan
periode 2001 2005 meningkat masing-masing sebesar 2,58 persen dan 16,03
persen. Penurunan impor di negara Inggris diperkirakan karena pada tahun 2001-
2005 terjadi penurunan konsumsi di negara tersebut sebesar 0,12 kg per kapita per
tahun. Namun demikian tingkat konsumsi teh per kapita negara Inggris masih
cukup tinggi yaitu 2,21 Kg per tahun, sehingga peluang ekspor teh ke negara
Negara-negara lain yang memiliki tingkat konsumsi teh per kapita cukup
tinggi (lebih dari 1 kg per kapita per tahun) adalah negara Republik Irlandia,
konsumsi teh dunia pada kurun waktu 2002 2005 adalah 2,94 persen per tahun5.
akan teh meningkat, harga teh naik dan memicu para produsen teh untuk
4
Ibid, hlm 125
5
Ibidem.,
16
Indonesia adalah salah satu negara produsen teh terbesar, tetapi tingkat
tidak menghasilkan teh seperti Irak dan Inggris. Konsumsi teh Indonesia tergolong
rendah yaitu 288 gram perkapita per tahun. Tingkat konsumsi teh dikatakan tinggi
jika telah mencapai lebih dari 500 gram perkapita per tahun. Tingkat orang
belum banyak mengetahui tentang manfaat atau khasiat dari mengkonsumsi teh6.
Ekspor teh di Indonesia secara umum di bedakan menjadi dua jenis yaitu
teh hitam dan teh hijau. Selama kurun waktu 2001-2005, teh Indonesia yang
diekspor sebagian besar dalam bentuk teh hitam yakni berkisar antara 90,68
96,24 persen dari seluruh total ekspor teh Indonesia, sedangkan sisanya berkisar
antara 3,76 9,32 persen saja yang merupakan teh hijau (BPS, 2006). Dari hasil
produksi teh yang dihasilkan hanya sebagian kecil saja yang dipasarkan di dalam
Pasar produk teh Indonesia telah memasuki lima benua yaitu Asia, Afrika,
Australia, Amerika dan Eropa. Dari kelima benua tersebut benua Asialah yang
limapuluh negara tujuan. Penjualan ekspor komoditi teh ini dilakukan dengan tiga
cara yaitu dengan auction on sample atau lelang, secara forward sales atau
6
Jy., Catat: Teh Minuman Paling Unggul, http://www.kompas.com, 15 Juni 2007
17
penjualan di muka dan long term contract. Sebagian besar teh Indonesia yang
berlangsung di Jakarta sejak tahun 1972, dimana pada tahun tersebut Jakarta
sudah diakui sebagai salah satu pusat lelang dunia. Pembeli yang berminat
tawaran harganya sesuai dengan yang di intruksikan oleh kliennya di luar negeri
sehingga pada auction ini terjadi pembentukan harga yang disepakati oleh
PTPN). Sekali dalam setiap minggu yaitu biasanya pada hari rabu, KPB PTPN
mengadakan penjualan teh dengan sistem lelang di Jakarta. Pihak penjual yang
berniat menjual hasil produksi tehnya ke luar negeri adalah beberapa PTP dan
Selain disalurkan melalui KPB ada juga ekspor teh yang dijual secara
langsung lewat beberapa kota besar seperti Semarang, Medan dan Belawan. Pada
Gambar 1 dapat dilihat jalur tataniaga ekspor teh Indonesia. Dari gambar terdapat
tiga perkebunan yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN),
dan Perkebunan Besar Swasta (PBS) yang memproduksi teh hitam dan teh hijau.
Komoditi tersebut dipasarkan dengan dua jalur yaitu melalui Kantor Pemasaran
Bersama (KPB) atau langsung lewat pelabuhan sehingga sampai pada konsumen
di luar negeri.
18
Jalur Pemasaran
Kantor Langsung
Pemasaran lewat
Bersama pelabuhan
ekspor
Konsumen
luar negeri
keunggulan daya saing suatu komoditi, sedangkan Teori Berlian Porter (Porters
daya saing yang kuat. Namun, walaupun memiliki daya saing yang kuat, beberapa
tahun belakangan ini pangsa pasar udang Indonesia terhadap dunia cenderung
menurun. Dilihat dari posisi daya saing komparatifnya, komoditi udang Indonesia
Thailand, Vietnam, dan India sebagai sesama negara Asia. Sedangkan faktor
internasional antara lain sulitnya mendapatkan akses kredit dan pembiayaan usaha
teknologi dan industri terpadu; serta usaha pembenuran dan pengolahan pasca
Herzaman (1998) melakukan penelitian terhadap daya saing teh hitam dan
adanya kecenderungan harga teh hitam di pasar dunia yang menurun serta untuk
untuk itu digunakan analisis BSD. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
pengolahan yang telah habis umur ekonomisnya sehingga dapat menekan biaya
komparatif dan kompetitif pengusahaan teh hijau pada pada CV. Wijaya Tea,
bahwa pengusahaan teh hijau CV. Wijaya Tea menguntungkan dan efisien secara
finansial karena memiliki keuntungan yang lebih besar dari nol yaitu Rp. 1.597,03
perkilogram teh hijau dan memiliki nilai PCR lebih kecil dari satu yaitu sebesar
0,73 per kilogram teh hijau. Pengusahaan teh hijau juga menguntungkan secara
ekonomi dengan nilai keuntungan sebesar Rp. 2.097,64 per kilogram teh hijau dan
nilai DRC sebesar 0,65. Nilai DRC yang lebih kecil dari nilai PCR (DRC<PCR)
mempengaruhi ekspor komoditi teh Indonesia serta daya saing komoditi teh di
serta untuk mengetahui potensi daya saing komoditi teh di pasar internasional.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode
ekspor teh Indonesia yaitu produksi teh domestik, volume ekspor teh Indonesia
tahun sebelumnya, harga teh dunia, harga teh dunia tahun sebelumnya, nilai tukar
rupiah tahun sebelumnya, konsumsi teh domestik dan harga teh domestik. Dari
tujuh variabel tersebut tiga variabel berpengaruh nyata pada taraf 5 persen,
variabel tersebut adalah variabel produksi teh domestik, volume ekspor tahun
(Constant Market Share) untuk mengetahui daya posisi daya saing teh Indonesia
di pasar teh dunia. Model Constant Share Market (CMS) digunakan untuk
mengetahui keunggulan kompetitif atau daya saing ekspor di pasar dunia dari
suatu negara relatif terhadap negara pesaingnya. Pada analisis CMS menurut
Leamer dan Stern (1970) dalam Suprihatini (2005) kegagalan ekspor suatu negara
disebabkan oleh tiga alasan yaitu karena ekspor terkonsentrasi pada komoditi
yang pertumbuhannya relatif lebih rendah, ekspor lebih ditujukan ke wilayah yang
pengekspor lainnya. Seperti umumnya pada setiap model, model CMS juga
memiliki beberapa kelemahan. Beberapa kelemahan dari model CMS ini telah
antara lain bahwa persamaan yang digunakan sebagai basis untuk menguraikan
dari terjadinya perubahan daya saing ekspor tidak dapat dievaluasi dengan hanya
22
menggunakan analisis CMS saja. Kelemahan analisis CMS yang lain adalah
mengabaikan perubahan daya saing pada titik waktu yang terdapat di antara dua
titik waktu yang digunakan. Namun demikian, analisis ini sangat berguna untuk
negatif. Kondisi tersebut disebabkan karena (1) komposisi produk teh yang
diekspor Indonesia kurang mengikuti kebutuhan pasar yang tercermin dari angka
komposisi produk teh Indonesia yang bertanda negatif (-0,032) (2) negara-negara
yang memiliki pertumbuhan impor teh tinggi yang tercermin dari angka distribusi
yang bertanda negatif (-0,045) dan (3) daya saing teh Indonesia di pasar teh dunia
yang cukup lemah yang tercermin dari angka faktor persaingan yang bertanda
negatif (-0,211).
Anissa (2006) melakukan penelitian tentang analisis daya saing teh hitam
Indonesia di pasar internasional. Penelitian ini didasari bahwa pangsa pasar teh
yang disebabkan oleh supply Indonesia yang semakin menurun selama beberapa
tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
menggunakan data panel. Pengolahan data dilakukan dengan tiga metode yaitu
metode pooled OLS, metode fixed effect dan metode random effect. Berdasarkan
hasil pengolahan data melalui estimasi model menggunakan data panel dengan
23
terhadap pangsa pasar teh hitam Indonesia berdasarkan nilai probabilitas yang
diperoleh adalah produksi teh hitam Indonesia dan jumlah konsumsi teh hitam
dalam negeri. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap pangsa
pasar teh hitam Indonesia yaitu variabel harga riil teh hitam Indonesia dan
variabel nilai tukar riil. Berdasarkan hasil analisis hasil pengolahan data tersebut
mencerminkan kondisi nyata daya saing teh hitam Indonesia di pasar internasional
dimana Indonesia sebagai salah satu negara produsen teh hitam terbesar di dunia
tidak dapat mempengaruhi harga pasar dan seringkali memperoleh tingkat harga
yang lebih rendah daripada harga teh hitam negara produsen lain seperti Sri Lanka
dan India.
sebelumnya adalah pada komoditi teh yang akan dibahas. Pada penelitian-
penelitian sebelumnya hanya dibahas mengenai komoditi teh hitam atau teh hijau
saja sedangkan pada penelitian ini dibahas komoditi teh yang mencakup empat
terdiri dari HS 090210 (Teh hijau dikemas 3kg); HS 090220 (Teh hijau dikemas
3kg); HS 090240 (teh hitam dikemas 3 kg); HS 090230 (Teh hitam dikemas
3kg). Selain itu, terdapat perbedaan dari alat analisis yang dipakai yaitu
untuk mengetahui struktur pasar dan pangsa pasar yang dimiliki oleh komoditi teh
komoditi teh dari sisi keunggulan kompetitif digunakan pendekatan Teori Berlian