OGEOLOG GIDAERA
AHDESA
ACIBEUSI,KECAM
MATAN
JATINANGOR,KKABUPAT
TENSUMMEDANG
D
Disusunseba
agailaporannhasilkuliahlapanganhidrogeoloogi
Oleh:
1
Kelompok1
KelasA
An
nugrahWiddiana 27011014
40001
No
ovrizaFirdaaus 27011014
40002
RizkiLambas 27011014
40004
MariniMawaaddah 27011014
40005
AirinShaulaA
Ariani 27011014
40041
FaadliAbdulR
Rahim 27011014
40042
SyyakiraTrisnaafiah 27011014
40043
RidoFauzi 27011014
40044
RiandiWicakssono 27011014
40045
Moch.VirgiR
Ramadhan 27011014
40081
So
ophiaAltaEEkaPuspa 27011014
40082
IndraWicaksoono 27011014
40083
FA
AKULTASSTEKNIK
KGEOLOG
GI
UN
NIVERSITTASPAD
DJADJARA
AN
BAB I
PENDAHULUAN
3
Mampu menggabarkan laju fluktuasi aliran sungai yang ada.
Mampu mengidentifikasi jenis mataair
Mampu melaksanakan uji pompa pada sumur yang ada dan mengidentifikasi karakteristik
akifernya dari hasil uji pemompaan tersebut.
Dengan beberapa tujuan di atas, maka peneliti mengharapkan suatu hasil pencapaian dari
penelitian tersebut, yakni dapat mengetahui beberapa aspek mengenai hidrogeologi yang
mencakup :
1. Mengetahui potensi air tanah di sekitar desa Cibeusi,
2. Memberikan proyeksi perencanaan penyediaan air di daerah penelitian.
3. Memberikan pola pemanfaatan air terhadap tata ruang wilayah.
4
hektar. Luas wilayah tersebut terbagi ke dalam beberapa peruntukan yaitu sebagai lahan
pertanian, lahan pemukiman dan lahan lainnya. Yang dipergunakan sebagai lahan pertanian
sebesar 50 persen dari luas totalnya atau sekitar 82 hektar. Lahan pertaniannya terbagi ke dalam
dua jenis yaitu lahan pesawahan dan lahan non-pesawahan. Luas lahan pesawahannya sebesar 34
persen dari luas total atau sekitar 55,76 hektar. Lahan pertanian bukan pesawahan atau termasuk
lahan ladang, huma dan perkebunan seluas 16 persen atau sekitar 26,24 hektar. Sebesar 15
persennya atau sekitar 24,6 hektar dipergunakan sebagai lahan pemukiman dan pekarangan.
Seluas 15 persen sisanya atau 24,6 hektar dipergunakan untuk keperluan lainnya seperti lahan
fasilitas umum
Desa Cibeusi sendiri memiliki jumlah Rukun Warga dan Rukun Tetangganya masing-
masing sebanyak 14 RW dan 39 RT dengan jumlah penduduk sebanyak 10.809 jiwa. Dengan
rincian sebanyak 5.569 orang berjenis kelamin laki-laki ditambah 5.240 orang berjenis kelamin
perempuan. Jumlah kepala keluarganya sebanyak 1.771 KK. Kepadatan penduduk Desa Cibeusi
sebesar 5.874 orang untuk tiap kilometer luas wilayahnya
Desa Cibeusi memiliki iklim yang relatif sama dengan desa-desa di daerah lain, khusunya
daerah Bandung yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Saat musim penghujan wilayah
tersebut seringkali mengalirkan air ke wilayah yang lebih rendah di sekitarnya sehingga
menimbulkan air di jalan raya. Suhu rata-rata pada daerah Cibeusi yaitu berkisar sekitar 280
300 C.
Perkembangan wilayah Desa Cibeusi sangat dipengaruhi oleh kondisi Kecamatan Jatinangor
yang bergerak sebagai kota pendidikan. Di Desa Cibeusi sendiri terdapat beberapa fasilitas
pendidikan mulai dari pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi. Khusus jenjang
perguruan tinggi di Desa Cibeusi terdapat IPDN (Institut Pendidikan Dalam Negeri) dan dan
Institut Koperasi Indonesia (IKOPIN). Perkembangan ini menyebabkan terjadinya transisi
sebagian penduduk Desa Cibeusi dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri dan
perkotaan. Hal ini diperkuat dengan adanya jalan raya yang menghubungkan Jatinangor dengan
kota Bandung yang menjadi lalu lintas utama orang dan barang. Tidak mengherankan jika
sebagian besar penduduk Desa Cibeusi bekerja di sektor perdagangan dan wiraswasta. Sebagian
lainnya bekerja di sektor pertanian baik sebagai petani maupun buruh tani. Sisanya bekerja di
sektor perhubungan sektor industri.
5
Untuk mencapai lokasi penelitian sendiri, peneliti menggunakan kendaraan motor sebagai
trasnportasi yang digunakan. Hal ini melihat bahwa akses jalan yang dilalui dapat dilalaui motor
sehingga dapat terjangkau dengan waktu yang cukup efektif. Lamanya waktu perjalanan yang
ditempuh dengan jarak kampus Unpad Jatinangor - Desa Cibeusi 15 menit.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Geologi Regional
Berdasarkan hasil studi literature mengenai keadaan geologi regional, dapat diketahui
bahwa daerah penelitian merupakan daerah hasil dari proses gunung api tua. Batuan yang
ditemukan di daerah penelitian berdasarkan peta geologi regional daerah Bandung merupakan
breksi dan lahar. Komposisi dari komponen breksi sendiri berupa batuan beku andesitic dan
batuan beku basalt. Pada daerah Desa Cibeusi bagian utara ditemukan mata air yang keluar dari
rekahan batuan breksi vulkanik yang sesuai dengan data geologi regional daerah tersebut.
7
Air tanah langka atau tidak berarti berupa akuifer bercelah atau dengan produktifitas yang
kecil yang sering disebut dengan daerah air tanah langka yang ditemui di daerah
Jatinangor bagian timur.
Daerah Desa Cibeusi sendiri pada bagian utara merupakan akuifer dengan produktifitas
tinggi karena baik di musim penghujan maupun musim kemarau, airtanah yang tersedia pada
sumur tidak pernah habis. Sementara pada bagian selatan Desa Cibeusi merupakan daerah
akuifer produktifitas sedng karena saat kemarau, muka air tanahnya berkurang drastis.
Air tanah merupakan salah satu fase dalam daur hidrologi, yakni suatu peristiwa yang
selalu berulang dari urutan tahap yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer,
penguapan dari darat atau laut atau air pedalaman, pengembunan membentuk awan, pencurahan,
pelonggokan dalam tanah atau badan air dan penguapan kembali (KamusHidrologi, 1987). Dari
daur hidrologi tersebut dapat dipahami bahwa air tanah berinteraksi dengan air permukaan serta
komponen-komponen lain yang terlibat dalam daur hidrologi termasuk bentuk topografi, jenis
8
batuan penutup, penggunaan lahan, tetumbuhan penutup, serta manusia yang berada di
permukaan. Air tanah dan air permukaan saling berkaitan dan berinteraksi. Setiap aksi
(pemompaan, pencemaran dll) terhadap air tanah akan memberikan reaksi terhadap air
permukaan, demikian pula sebaliknya.
Jenis-jenis Air Tanah adalah air yang berada pada lapisan di bawah permukaan tanah.
Kedalaman air tanah tidak sama pada setiap tempat. Hal itu tergantung pada tebal tipisnya
lapisan permukaan di atasnya dan kedudukan lapisan air tanah tersebut. Kedalaman air pada
sumur-sumur yang digali merupakan cerminan kedalaman air tanah pada suatu tempat.
Permukaan yang merupakan bagian atas dari tubuh air itu disebut permukaan preatik. Air tanah
berasal dari air hujan, laut, atau magma.
Air tanah yang berasaldari air hujan (air meteorit) disebut air vadosatau air tua.Air
inimengandung air berat (H3) atau tritium. Tritium ialah suatu unsur yang terbentuk pada
atmosfer dan terdapat di dalam tanah karena turun bersama-sama dengan air hujan. Air tanah
yang berasal dari laut juga terdapat di daerah pantai dan kemungkinan air tanah ini asin. Air
tanah yang berasal dari magma disebut air juvenil. Air juvenile belum mengalami siklus
hidrologi. Air ini merupakan air baru yang ditambahkan pada zone kejenuhan dari kulit bumi
yang dalam. Air yang berasal dari magma itu belum tentu berbentuk air, tetapi dapat berbentuk
hidrogen (H) dan oksigen (O2). Berikut beberapa jenis air tanah :
Air Tanah Freatik merupakan air tanah dangkal, contohnya air sumur yang terletak di
antara air permukaan dan lapisan kedap air (impermeable).
Air Tanah Dalam (Artesis) merapakan air tanah dalam, terletak di antara lapisan akuifer
dengan lapisan batuan kedap air (akuifer terkekang).
Air Tanah Meteorit (Vados) merupakan air tanah yang berasal dari proses presipitasi
(hujan) dariawan yang mengalami kondensasi bercampur debu meteorit.
Air Tanah Baru (Juvenil) merupakan air tanah yang terbentuk dari dalam bumi karena
intrusi magma. Air tanah juvenile ditemukan dalam bentuk air panas (geyser).
Air Konat merupakan air tanah yang terjebak pada lapisan batuan purba sehingga sering
disebut fosil water.
9
Muka air tanah (water table) merupakan pemisah antara zona air tanah atau phreatic
water dengan pipa kapiler. Muka air tanah (water table) secara teoritis merupakan perkiraan
elevasi air permukaan pada sumur yang hanya merembes pada jarak yang pendek ke zona jenuh
air. Jika air tanah mengalir horisontal, elevasi muka air pada sumur sangat berhubungan dengan
muka air tanah. Dengan adanya sumur akan mengubah bentuk aliran dan elevasi muka air pada
sumur (Davis dan De Wiest, 1966).
Pada kedalaman tertentu, pori-pori tanah maupun batuan menjadi jenuh (saturated) oleh
air. Zona jenuh yang paling atas disebut dengan muka air tanah (water table). Air yang tersimpan
pada zona jenuh disebut dengan air tanah, yang kemudian bergerak sebagai aliran air tanah
melalui batuan dan lapisan-lapisan tanah yang ada di bumi sampai air tersebut keluar sebagai
mata air, atau rembesan masuk ke kolam, danau, sungai dan laut (Fetter, 1994).
Permukaan air tanah disebut water table, sementara lapisan tanah yang terisi air tanah
disebut zona saturasi air. Model aliran air tanah itu sendiri akan dimulai pada daerah resapan air
tanah atau sering juga disebut sebagai daerah imbuhan air tanah (recharge zone). Daerah ini
adalah wilayah dimana air yang berada di permukaan tanah baik air hujan ataupun air permukaan
mengalami proses penyusupan (infiltrasi) secara gravitasi melalui lubang pori tanah/batuan atau
celah/rekahan pada tanah/batuan.
Dalam perjalanannya aliran air tanah ini seringkali melewati suatu lapisan akifer yang
diatasnya memiliki lapisan penutup yang bersifat kedap air (impermeabel). Hal ini
mengakibatkan perubahan tekanan antara air tanah yang berada di bawah lapisan penutup dan air
tanah yang berada diatasnya. Perubahan tekanan inilah yang didefinisikan sebagai air tanah
tertekan (confined aquifer) dan airtanah bebas (unconfined aquifer). Dalam kehidupan sehari-
hari pola pemanfaatan air tanah bebas sering kita lihat dalam penggunaan sumur gali oleh
penduduk, sedangkan airtanah tertekan dalam sumur bor yang sebelumnya telah menembus
lapisan penutupnya.
10
Selain pergerakan air tanah secara vertical dari atas kebawah, air tanah juga bergerak
dengan arah sebaliknya (dari bawah keatas) berdasarkan gaya kapiler. Di dalam akuifer, air tanah
juga bergerak secara horizontal akibat adanya gradient hidrolik yang dijelaskan di dalam hokum
Darcy (Darcys Law). Hukum Darcy menyebutkan bahwa volume air tanah yang mengalir di
dalam batuan berbanding lurus dengan tekanan dan berbanding terbalik dengan tebal lapisan.
Aliran air tanah memiliki karakteristik fisik utama yaitu Konduktivitas Hidrolik dan Hasil
Spesifik. Konduktivitas Hidrolik adalah nilai atau besaran aliran air di dalam batuan melalui
media pori maupun rekahan yang dijelaskan dalam satuan kecepatan (m/s). Hasil Spesifik
merupakan pengeringan volume air pori, ditunjukkan per unit dari total volume. Nilai
Konduktivitas Hidrolik dan Hasil Spesifik yang tinggi mengindikasikan kuantitas yang besar dari
air yang bergerak ke sumur.
11
ke dalam salah satu proses dalam sebuah siklus hidrologi. Sumber utama air tanah adalah air
hujan yang terinfiltrasi, dikurangi penguapan dari permukaan tanah dan transpirasi.
Berdasarkan sifat lapisan batuan terhadap air tanah, lapisan batuan dibagi menjadi :
Akuifer ialah suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi satuan geologi yang
permeable baik pada lapisan yang telah terkonsolidasi maupun yang tidak terkonsolidasi
dengan kondisi jenuh air dan mempunyai suatu besaran konduktivitas hidraulik (K)
sehingga mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan meloloskan air dalam jumlah
yang besar. Biasanya berupa batupasir, konglomerat, batuan piroklastik, batugamping,
dan lain-lain.
Akuiklud ialah suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi suatu geologi yang
impermabel dengan nilai konduktivitas hidraulik yang sangat kecil sehingga tidak
memungkinkan air melewatinya. Dapat dikatakan juga merupakan lapisan pambatas atas
dan bawah suatu confined aquifer. Namun lapisan ini masih memiliki kemampuan untuk
menyimpan volume jenuh air (specific retention) tapi sama sekali tidak dapat meloloskan
air. Contoh batuannya adalah batulempung.
Akuitard ialah suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi suatu geologi yang
permabel dengan nilai konduktivitas hidraulik yang kecil namun masih memungkinkan
air melewati lapisan ini, walaupun dengan gerakan yang lambat. Dapat dikatakan juga
merupakan lapisan pambatas atas dan bawah suatu semi confined aquifer. Contoh
batuannya adalah batulempung pasiran.
Akuifug ialah suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi suatu geologi yang
impermeable dengan nilai konduktivitas nol, sehingga sama sekali tidak dapat
meloloskan maupun menyimpan air. Satu-satunya porositas yang dimiliki tubuh batuan
ini adalah porositas sekunder yang hadir dalam bentuk rekahan. Contoh batuannya adalah
batuan metamorf, batuan beku, dan lain-lain.
Baik akuifer, akuiklud, akuitard, dan akuifug tentunya dapat membentuk susunan tertentu
di bawah permukaan. Susunan ini mempengaruhi kondisi tekanan dari air tanah yang mengalir
pada lapisan batuan tersebut. Ketika akuifer kontak langsung dengan atmosfer, maka tekanan di
dalam akuifer tidak akan terlalu tinggi, sehingga jika dilakukan pemboran sampai muka air tanah
akan membentuk mata air freatis, dimana air tanah akan tetap berada pada muka air tanah
12
dibawah permukaan tanah. Ketika akuifer tertindih lapisan impermeable, maka pada akuifer akan
muncul tekanan yang tinggi dan mempengaruhi tekanan air tanah. Ketika akuifer seperti ini di
bor maka air tanah akan keluar hingga permukaan dan membentuk mata air artesis, dimana air
tanah akan keluar dengan sendirinya tanpa perlu pemompaan.
13
2.8. Karakteristik Akuifer
Secara umum dalam ilmu hidrogeologi, akifer merupakan suatu batuan/formasi yang
mempunyai kemampuan menyimpan dan mengalirkan airtanah dengan jumlah yang berarti
(signifikan). Batuan-batuan yang berumur tua biasanya telah mengalami kompaksi dan sementasi
sehingga ruang antar butiran menjadi rapat karena termampatkan, menyebabkan tidak bisa
menampung dan meloloskan air dalam jumlah banyak dan bahkan menjadi kedap air
(impermeable). Dengan kata lain permeablitas dan porositasnya kecil demikian juga halnya
dengan batuan beku dan batuan metamorfik. Pada zona-zona seperti ini sangat sulit sekali
diharapkannya ada air tanah kecuali batuan-batuan tersebut banyak mengandung rekahan
(fracture) yang selanjutnya disebut sebagai akuifer rekahan (fracture akuifer) Rekahan dapat
disebabkan oleh tiga kemungkinan yaitu :
Pendinginan yang berlangsung saat pembentukan batuan
Erosi batuan dan pelepasan tekanan dari overburden
Efek dari struktur regional berupa faulting dan fracturing
Batuan beku dan metamorfik memilki porositas yang kecil karena kristalnya yang saling
interlocking. Kombinasi proses pelapukan (weathering) dan fracturing menyebabkan
meningkatnya porositas. Batuan yang memilki rekahan porositasnya akan meningkat 2-5%
sedangkan akibat pelapukan porositasnya meningkat 30-60%, akibatnya kemampuan air meresap
kedalam batuan menjadi lebih besar.
Menurut Kruseman dan de Rieder (1994), berdasarkan sifat fisik dan kedudukannya
dalam kerak bumi, akifer dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
Akifer bebas, yaitu akifer tak tertekan (unconfined aquifer) dan merupakan airtanah
dangkal (umumnya <20 m), umum dijumpai pada daerah endapan aluvial. Airtanah
dangkal adalah airtanah yang paling umum dipergunakan sebagai sumber airbersih oleh
penduduk di sekitarnya.
Akifer setengah tertekan, disebut juga akifer bocor (leaky aquifer), merupakan akifer
yang ditutupi oleh lapisan akitard (lapisan setengah kedap) di bagian atasnya, dapat
dijumpai pada daerah volkanik (daerah batuan tuf).
14
Akifer tertekan (confined aquifer), yaitu akifer yang terletak di antara lapisan kedap air
(akuiklud), umumnya merupakan airtanah dalam (umumnya > 40 m) dan terletak di
bawah akifer bebas. Airtanah dalam adalah airtanah yang kualitas dan kuantitasnya lebih
baik daripada airtanah dangkal, oleh karenanya umum dipergunakan oleh kalangan
industri termasuk di dalamnya kawasan pertambangan (Iskandarsyah, 2008).
Gambar 2.4. Jenis-jenis akuifer yaitu A. Akuifer bebas; B. Akuifer setengah tertekan;
C. Akuifer tertekan
15
BAB III
METODOLOGI
Adapun metode penelitian yang peneliti gunakan pada kuliah lapangan Hidrogeologi
yakni mencakup pemetaan sumur-sumur warga daerah Desa Cibeusi, dan melakukan thapan
pumping and recovery test untuk mengetahui jenis akuifer serta kedalaman muka airtanah di
Desa Cibeusi.
16
3.2 Langkah-Langkah Penelitian
3.2.1 Tahap Persiapan
1. Siapkan voltmeter, meteran 50m, kabel 20m, dan pemberat.
2. Kaitkan pemberat di ujung meteran 50m yang berfungsi untuk membuat meteran dalam
keadaan tegang.
3. Ambil ujung kabel dan pasangkan pada ujung meteran 50 m (pastikan ujung kabel
menempel pada 0 m).
4. Letakkan ujung kabel lainnya pada voltmeter.
5. Perhatikan voltmeter, ketika ujung meteran dan kabel tersebut menyentuh permukaan air
maka jarum pada voltmeter akan bergerak.
6. Rangkaian peralatan telah selesai dirangkai.
7. Menyiapkan form yang akan diisi saat pumping test.
17
Masukan rangkaian perlatan pada sumur, perhatikan voltmeter, ketika voltmeter
bergerak maka perhatikan angka pada meteran dan kemudian catat pada jurnal
lapangan.
Kemudin lanjutkan hingga pemberat mencapai dasar sumur, perhatikan angka pada
meteran dan kemudian catat.
Buat sketsa lapangan.
18
Catat kondisi akhir MAT , kemudian setiap 1 menit sekali periksa apakah terjadi
kenaikan nilai MAT atau tidak. Untuk waktu kemudian ditambah seperti saat
melakukan pumping agar proses recovery lebih terlihat.
Perhatikan sampai MAT kembali ke posisi awal.
Pumping Recovery test telah selesai dilakukan.
Data yang didapat adalah waktu, waterlevel, suhu air, dan suhu udara.
19
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
4.1.Pemetaan Hidrogeologi
CB 1
Jenis Sumur Sumur Gali
CB 2
Jenis Sumur Sumur Gali
20
CB 3
Jenis Sumur Sumur Gali
CB 4
Jenis Mata Air Mata Air Rekahan
21
CB 5
Lebar Sungai 2, 35 meter
CB 6
Jenis Sumur Sungai Gali
22
CB 7
Jenis Sumur Sumur Gali
CB 8
Jenis Sumur Sumur Gali
23
CB 9
Jenis Sumur Sumur Gali
24
19 35 3,50 50 4,73 39
20 40 3,56 56 4,67 45
21 45 3,63 65 4,63 49
22 50 3,69 69 4,60 52
23 55 3,76 76 4,56 56
24 60 3,81 81 4,54 58
25 70 3,94 94 4,44 68
26 80 4,04 104 4,41 71
27 90 4,14 114 4,33 79
28 100 4,24 124 4,28 84
29 110 4,31 131 4,21 91
30 120 4,40 140 4,14 98
31 135 4,46 146 4,06 106
32 150 4,58 158 3,97 115
33 165 4,66 166 3,89 123
34 180 4,74 174 3,80 132
35 200 5,00 200 3,72 140
36 220 5,17 217 3,62 150
37 240 5,27 227 3,53 159
38 270 5,45 245 3,42 178
39 300 5,45 245 3,34 178
40 360 5,45 245 3,17 205
41 420 3,04 208
42 480 2,97 215
4
MAT (Meter)
0
1 10 100 1000
Waktu ( Menit)
25
4.2.2. Grafik Recovery Test
4
MAT (Meter)
0
1 10 100 1000
Waktu (Menit)
a. Debit pumping
Pengukuran debit dilakukan menggunakan botol dengan volume 0,7 L, kemudian di
catat waktu yang dibutuhkan untuk mengisi penuh botol tersebut. Kegiatan di lakukan
sebanyak 3 kali.
Q = Volume (l) / Waktu (detik)
b. D
Q = (Q1 + Q2 + Q3) / 3
e
= (0,35 + 0,32 + 0,331)
b = 0,33 l / dtk
i
t Recovery
t = 480 x 60 detik = 28800 detik
Volume sumur = Luas alas x tinggi
= 3,14 X 0,365 x 0,365 x 2,32 = 0,97052 m3 = 970,52 L
Debit recovery (Q) = V / t = 970, 52 L / 28800 detik = 0,0337 L/ dtk
c. Transmivitas ( T )
26
Jadi transmivitas dari lokasi penelitian yaitu = 0,028031 L / dtk
d. Storativitas ( S )
S= Q (debit recovery) / Luas area x tinggi
S = 0.0337 / 3,14 x 0,365 x 0,365 x 2,15
S= 0,0337 / 0.89941
S = 0.03747
Storativitas dari aquifer daera penelitian = 0,03747
e. Gradient Hidrolik ( K )
K=T/b
K = 0.0287031 / 3.433
K= 0,008360938 L/dtk
Jadi gradient hidrolik dari daerah penelitian = 0,008360938 L/dtk
27
b. Grafik
HIDROGRAF SUNGAI CB 5
0,385
0,38
0,375
TMA (M)
0,37
0,365
TMA
0,36
0,355
0,35
21,00
22,00
23,00
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
8,00
9,00
10,00
11,00
12,00
13,00
14,00
15,00
JAM
Debit Sungai CB 5
2400
Debit ( Cm^3 / Detik)
2300
2200
2100
2000
1900
1800
0,365 0,37 0,375 0,374 0,38 0,376 0,381 0,368
TMA ( Meter)
Debit
28
= 0,462953 x 0,238702
= 0,11050 m3/s
Debit minimum
Q=
= 0,462950 x 0,179869
= 0,083270 m3/s
d. Faktor yang mempengaruhi Fluktuasi Muka Air Sungai
Muka air sungai mengalami kenaikan apabila terjadi hujan pada hulu sungai
Muka air sungai berkurang akibat air sungai digunakan untuk keperluan warga disekitar
sungai
Merupakan anak sungai yang menyebabkan pasokan air terbagi-bagi untuk anak sungai
yang lainnya
4.3.Peta Alian Air Tanah
29
30
31
4.4.Pengukuran Parameter Fisik
32
BAB V
KESIMPULAN
Daerah Desa Cibeusi, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang ini merupakan hasil
gunungapi tua, berupa breksi dan lahar. Komposisi dari komponen breksi sendiri berupa
batuan beku andesitic dan batuan beku basalt. Pada daerah Desa Cibeusi bagian utara
ditemukan mata air yang keluar dari rekahan batuan breksi vulkanik yang sesuai dengan data
geologi regional daerah tersebut
Hidrogeologi di Desa Cibeusi merupakan gabuangan dari dua jenis akuifer yang ada di
daerah sekitar Jatinangor. Daerah Desa Cibeusi bagian utara merupakan akuifer dengan
produktifitas tinggi, Sementara pada bagian selatan Desa Cibeusi merupakan daerah akuifer
produktifitas sedang.
Pumping test dilakukan untuk mengetahui karakteristik akifer. Di dapatkan Debit pumping
(Q) 0,331 L/detik; Debit Recovery (Q) 0,0337 L/detik; Trasmisivitas (T) 0,028031 L/detik;
Gradient Hidrolik (K) 0,008360938 L/detik.
Analisis Hidrograf dilakukan untuk mengetahui debit sungai. Debit Maksimum Sungai
Citatah adalah 0,11050 m3/s, dan Debit minimumnya adalah 0,083270 m3/s.
Dari peta muka air tanah, maka aliran air tanah Desa Cibeusi dari timur ke barat.
33