Anda di halaman 1dari 32

HIDRO

OGEOLOG GIDAERA
AHDESA
ACIBEUSI,KECAM
MATAN
JATINANGOR,KKABUPAT
TENSUMMEDANG
D
Disusunseba
agailaporannhasilkuliahlapanganhidrogeoloogi

Oleh:

1
Kelompok1

KelasA

An
nugrahWiddiana 27011014
40001

No
ovrizaFirdaaus 27011014
40002

RizkiLambas 27011014
40004

MariniMawaaddah 27011014
40005

AirinShaulaA
Ariani 27011014
40041

FaadliAbdulR
Rahim 27011014
40042

SyyakiraTrisnaafiah 27011014
40043

RidoFauzi 27011014
40044

RiandiWicakssono 27011014
40045

Moch.VirgiR
Ramadhan 27011014
40081

So
ophiaAltaEEkaPuspa 27011014
40082

IndraWicaksoono 27011014
40083

FA
AKULTASSTEKNIK
KGEOLOG
GI
UN
NIVERSITTASPAD
DJADJARA
AN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Air merupakan sumber daya yang sampai saat ini tidak dapat tergantikan dalam
memberikan dukungan dan manfaat demi kehidupan bagi seluruh makhluk hidup di bumi ini.
Sehingga keberadaan dan kualitasnya haruslah dijadikan prioritas utama dalam upaya pelestarian
fungsinya untuk memberikan kehidupan bagi seluruh makhluk hidup. Seperti telah dicantumkan
dalam ayat (3) pasal 33 Undang Undang Dasar 1945, bahwa "Bumi dan air dan kekayaan yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran Rakyat", maka keberadaan sumber daya air di bumi Indonesia ini juga harus
dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan akan air, bagi kemakmuran seluruh
masyarakat.
Namun dalam praktik penyelenggaraan pengelolaan sumber daya air selama ini, tujuan
tersebut masih jauh dari tercapai. Hidrogeologi (hidro- berarti air, dan -geologi berarti ilmu
mengenai batuan) merupakan bagian dari hidrologi yang mempelajari penyebaran dan
pergerakan air tanah dalam tanah dan batuan di kerak Bumi (umumnya dalam akuifer). Untuk
menguraikan terjadinya air tanah di perlukan peninjauan kembali bagaimana dan di mana air
tanah tersebut berada. Distribusinya di bawah permukaan tanah dalam arah vertikal dan
horisontal harus dimasukkan dalam pertimbangan. Zona geologi yang sangat mempengaruhi air
tanah, dan strukturnya dalam arti kemampuannya untuk menyimpan dan menghasilkan air harus
diidentifikasikan.
Dengan adanya fenomena diatas tadi, maka sudah saatnya perencanaan dan pengelolaan
sumber daya air dikaji secara terpadu dan beragam sehingga didapatkan tingkat penggunaan air
yang optimal. Salah satu bentuk pengkajiannya yaitu kuliah lapangan yang akan memberikan
gambaran secara riil mengenai kondisi di masyarakat. Kuliah lapangan Hidrogeologi ini
diadakan di daerah Cibeusi, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian


Mampu mengidentifikasi karakteristik fisik airtanah dengan menggunakan parameter
yang ada.

3
Mampu menggabarkan laju fluktuasi aliran sungai yang ada.
Mampu mengidentifikasi jenis mataair
Mampu melaksanakan uji pompa pada sumur yang ada dan mengidentifikasi karakteristik
akifernya dari hasil uji pemompaan tersebut.

Dengan beberapa tujuan di atas, maka peneliti mengharapkan suatu hasil pencapaian dari
penelitian tersebut, yakni dapat mengetahui beberapa aspek mengenai hidrogeologi yang
mencakup :
1. Mengetahui potensi air tanah di sekitar desa Cibeusi,
2. Memberikan proyeksi perencanaan penyediaan air di daerah penelitian.
3. Memberikan pola pemanfaatan air terhadap tata ruang wilayah.

1.3 Lokasi dan Kesampaian Daerah


Penelitian hidrogeologi dilaksanakan di Desa Cibeusi , Kecamatan Jatinangor, Kabupaten
Sumedang. Desa Cibeusi merupakan sebuah desa yang berada di wilayah Kecamatan Jatinangor.
Lokasinya berada di bagian barat wilayah kecamatan dan berbatasan langsung dengan
Kabupaten Bandung di Kecamatan Cileunyi. Jika dilihat dari pusat Kecamatan Jatinangor,
posisinya berada di sebelah barat dengan jarak sekitar tiga kilometer. Desa Cibeusi merupakan
pintu gerbang Kabupaten Sumedang dengan Kabupaten Bandung karena letaknya berada
dilintasan Jalan Raya antara Bandung Sumedang di KM-25. Desa ini memiliki jarak orbioter
dengan ibu kota kecamatan sejauh 2.5 km dan dapat dijangkau dengan menggunakan angkutan
kota. Sedangkan jarak ke Ibu Kota Kabupaten sejauh 27 km dengan jarak tempuh 1 jam dengan
menggunakan kendaraan bis umum. Secara geografis, Desa Cibeusi dikelilingi oleh wilayah-
wilayah sebagai berikut:
Pada bagian timur, Desa Cibeusi berbatasan dengan Desa Cikeruh.
Pada bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung.
Pada bagian utara berbatasan dengan Desa Cileles.
Sedangkan pada bagian selatan berbatasan dengan Desa Cipacing.
Desa Cibeusi Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang ini memiliki wilayah datar
sebesar 60% dan 30% wilayah perbukitan. Ditinjau dari sudut ketimggian Desa Cibeusi berada
pada ketinggian 1.500 diatas permukaan laut dengan luas wilayah yang dimiliki sebesar 164

4
hektar. Luas wilayah tersebut terbagi ke dalam beberapa peruntukan yaitu sebagai lahan
pertanian, lahan pemukiman dan lahan lainnya. Yang dipergunakan sebagai lahan pertanian
sebesar 50 persen dari luas totalnya atau sekitar 82 hektar. Lahan pertaniannya terbagi ke dalam
dua jenis yaitu lahan pesawahan dan lahan non-pesawahan. Luas lahan pesawahannya sebesar 34
persen dari luas total atau sekitar 55,76 hektar. Lahan pertanian bukan pesawahan atau termasuk
lahan ladang, huma dan perkebunan seluas 16 persen atau sekitar 26,24 hektar. Sebesar 15
persennya atau sekitar 24,6 hektar dipergunakan sebagai lahan pemukiman dan pekarangan.
Seluas 15 persen sisanya atau 24,6 hektar dipergunakan untuk keperluan lainnya seperti lahan
fasilitas umum
Desa Cibeusi sendiri memiliki jumlah Rukun Warga dan Rukun Tetangganya masing-
masing sebanyak 14 RW dan 39 RT dengan jumlah penduduk sebanyak 10.809 jiwa. Dengan
rincian sebanyak 5.569 orang berjenis kelamin laki-laki ditambah 5.240 orang berjenis kelamin
perempuan. Jumlah kepala keluarganya sebanyak 1.771 KK. Kepadatan penduduk Desa Cibeusi
sebesar 5.874 orang untuk tiap kilometer luas wilayahnya
Desa Cibeusi memiliki iklim yang relatif sama dengan desa-desa di daerah lain, khusunya
daerah Bandung yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Saat musim penghujan wilayah
tersebut seringkali mengalirkan air ke wilayah yang lebih rendah di sekitarnya sehingga
menimbulkan air di jalan raya. Suhu rata-rata pada daerah Cibeusi yaitu berkisar sekitar 280
300 C.
Perkembangan wilayah Desa Cibeusi sangat dipengaruhi oleh kondisi Kecamatan Jatinangor
yang bergerak sebagai kota pendidikan. Di Desa Cibeusi sendiri terdapat beberapa fasilitas
pendidikan mulai dari pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi. Khusus jenjang
perguruan tinggi di Desa Cibeusi terdapat IPDN (Institut Pendidikan Dalam Negeri) dan dan
Institut Koperasi Indonesia (IKOPIN). Perkembangan ini menyebabkan terjadinya transisi
sebagian penduduk Desa Cibeusi dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri dan
perkotaan. Hal ini diperkuat dengan adanya jalan raya yang menghubungkan Jatinangor dengan
kota Bandung yang menjadi lalu lintas utama orang dan barang. Tidak mengherankan jika
sebagian besar penduduk Desa Cibeusi bekerja di sektor perdagangan dan wiraswasta. Sebagian
lainnya bekerja di sektor pertanian baik sebagai petani maupun buruh tani. Sisanya bekerja di
sektor perhubungan sektor industri.

5
Untuk mencapai lokasi penelitian sendiri, peneliti menggunakan kendaraan motor sebagai
trasnportasi yang digunakan. Hal ini melihat bahwa akses jalan yang dilalui dapat dilalaui motor
sehingga dapat terjangkau dengan waktu yang cukup efektif. Lamanya waktu perjalanan yang
ditempuh dengan jarak kampus Unpad Jatinangor - Desa Cibeusi 15 menit.

1.4 Waktu Pelaksanaan


Penelitian ini dilaksanakan selama dua hari, yaitu pada hari Sabtu tanggal 10 Desember
2016 dan pada hari Minggu tanggal 11 Desember 2016. Dengan durasi penelitian kurang lebih
30 jam.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Geologi Regional

Gambar 2.1. Geologi Regional Daerah Penelitian

Berdasarkan hasil studi literature mengenai keadaan geologi regional, dapat diketahui
bahwa daerah penelitian merupakan daerah hasil dari proses gunung api tua. Batuan yang
ditemukan di daerah penelitian berdasarkan peta geologi regional daerah Bandung merupakan
breksi dan lahar. Komposisi dari komponen breksi sendiri berupa batuan beku andesitic dan
batuan beku basalt. Pada daerah Desa Cibeusi bagian utara ditemukan mata air yang keluar dari
rekahan batuan breksi vulkanik yang sesuai dengan data geologi regional daerah tersebut.

2.2. Hidrogeologi Regional


Hidrogeologi di Desa Cibeusi merupakan gabuangan dari dua jenis akuifer yang ada di
daerah sekitar Jatinangor. Di daerah Jatinangor dan sekitarnya terdapat 3 jenis akuifer yaitu:
Akuifer produktif tinggi yaitu akuifer yang aliran air tanahnya melalui ruang antar butir
dan rekahan-rekahan yang ada pada batuan vulkanik tua pada bagian selatan daerah
Jatinangor.
Akuifer produktif sedang yaitu akuifer yang melalui celah dan ruang antar butir ada pada
daerah Jatinangor bagian Utara.

7
Air tanah langka atau tidak berarti berupa akuifer bercelah atau dengan produktifitas yang
kecil yang sering disebut dengan daerah air tanah langka yang ditemui di daerah
Jatinangor bagian timur.

Daerah Desa Cibeusi sendiri pada bagian utara merupakan akuifer dengan produktifitas
tinggi karena baik di musim penghujan maupun musim kemarau, airtanah yang tersedia pada
sumur tidak pernah habis. Sementara pada bagian selatan Desa Cibeusi merupakan daerah
akuifer produktifitas sedng karena saat kemarau, muka air tanahnya berkurang drastis.

2.3. Air Tanah


Air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat di dalam ruang antar
butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah yang
disebut akuifer (Herlambang,1996). Air tanah adalah semua air yang terdapat di bawah
permukaan tanah pada lajur atau zona jenuh air (zone of saturation). Air tanah terbentuk berasal
dari air hujan dan air permukan, yang meresap (infiltrate) mula-mula ke zona tak jenuh (zone of
aeration) dan kemudian meresap makin dalam (percolate) hingga mencapai zona jenuh air dan
menjadi air tanah.

Gambar 2.2. Siklus Hidrologi

Air tanah merupakan salah satu fase dalam daur hidrologi, yakni suatu peristiwa yang
selalu berulang dari urutan tahap yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer,
penguapan dari darat atau laut atau air pedalaman, pengembunan membentuk awan, pencurahan,
pelonggokan dalam tanah atau badan air dan penguapan kembali (KamusHidrologi, 1987). Dari
daur hidrologi tersebut dapat dipahami bahwa air tanah berinteraksi dengan air permukaan serta
komponen-komponen lain yang terlibat dalam daur hidrologi termasuk bentuk topografi, jenis

8
batuan penutup, penggunaan lahan, tetumbuhan penutup, serta manusia yang berada di
permukaan. Air tanah dan air permukaan saling berkaitan dan berinteraksi. Setiap aksi
(pemompaan, pencemaran dll) terhadap air tanah akan memberikan reaksi terhadap air
permukaan, demikian pula sebaliknya.
Jenis-jenis Air Tanah adalah air yang berada pada lapisan di bawah permukaan tanah.
Kedalaman air tanah tidak sama pada setiap tempat. Hal itu tergantung pada tebal tipisnya
lapisan permukaan di atasnya dan kedudukan lapisan air tanah tersebut. Kedalaman air pada
sumur-sumur yang digali merupakan cerminan kedalaman air tanah pada suatu tempat.
Permukaan yang merupakan bagian atas dari tubuh air itu disebut permukaan preatik. Air tanah
berasal dari air hujan, laut, atau magma.
Air tanah yang berasaldari air hujan (air meteorit) disebut air vadosatau air tua.Air
inimengandung air berat (H3) atau tritium. Tritium ialah suatu unsur yang terbentuk pada
atmosfer dan terdapat di dalam tanah karena turun bersama-sama dengan air hujan. Air tanah
yang berasal dari laut juga terdapat di daerah pantai dan kemungkinan air tanah ini asin. Air
tanah yang berasal dari magma disebut air juvenil. Air juvenile belum mengalami siklus
hidrologi. Air ini merupakan air baru yang ditambahkan pada zone kejenuhan dari kulit bumi
yang dalam. Air yang berasal dari magma itu belum tentu berbentuk air, tetapi dapat berbentuk
hidrogen (H) dan oksigen (O2). Berikut beberapa jenis air tanah :
Air Tanah Freatik merupakan air tanah dangkal, contohnya air sumur yang terletak di
antara air permukaan dan lapisan kedap air (impermeable).
Air Tanah Dalam (Artesis) merapakan air tanah dalam, terletak di antara lapisan akuifer
dengan lapisan batuan kedap air (akuifer terkekang).
Air Tanah Meteorit (Vados) merupakan air tanah yang berasal dari proses presipitasi
(hujan) dariawan yang mengalami kondensasi bercampur debu meteorit.
Air Tanah Baru (Juvenil) merupakan air tanah yang terbentuk dari dalam bumi karena
intrusi magma. Air tanah juvenile ditemukan dalam bentuk air panas (geyser).
Air Konat merupakan air tanah yang terjebak pada lapisan batuan purba sehingga sering
disebut fosil water.

2.4. Muka Air Tanah

9
Muka air tanah (water table) merupakan pemisah antara zona air tanah atau phreatic
water dengan pipa kapiler. Muka air tanah (water table) secara teoritis merupakan perkiraan
elevasi air permukaan pada sumur yang hanya merembes pada jarak yang pendek ke zona jenuh
air. Jika air tanah mengalir horisontal, elevasi muka air pada sumur sangat berhubungan dengan
muka air tanah. Dengan adanya sumur akan mengubah bentuk aliran dan elevasi muka air pada
sumur (Davis dan De Wiest, 1966).

Pada kedalaman tertentu, pori-pori tanah maupun batuan menjadi jenuh (saturated) oleh
air. Zona jenuh yang paling atas disebut dengan muka air tanah (water table). Air yang tersimpan
pada zona jenuh disebut dengan air tanah, yang kemudian bergerak sebagai aliran air tanah
melalui batuan dan lapisan-lapisan tanah yang ada di bumi sampai air tersebut keluar sebagai
mata air, atau rembesan masuk ke kolam, danau, sungai dan laut (Fetter, 1994).

Permukaan air tanah disebut water table, sementara lapisan tanah yang terisi air tanah
disebut zona saturasi air. Model aliran air tanah itu sendiri akan dimulai pada daerah resapan air
tanah atau sering juga disebut sebagai daerah imbuhan air tanah (recharge zone). Daerah ini
adalah wilayah dimana air yang berada di permukaan tanah baik air hujan ataupun air permukaan
mengalami proses penyusupan (infiltrasi) secara gravitasi melalui lubang pori tanah/batuan atau
celah/rekahan pada tanah/batuan.

Dalam perjalanannya aliran air tanah ini seringkali melewati suatu lapisan akifer yang
diatasnya memiliki lapisan penutup yang bersifat kedap air (impermeabel). Hal ini
mengakibatkan perubahan tekanan antara air tanah yang berada di bawah lapisan penutup dan air
tanah yang berada diatasnya. Perubahan tekanan inilah yang didefinisikan sebagai air tanah
tertekan (confined aquifer) dan airtanah bebas (unconfined aquifer). Dalam kehidupan sehari-
hari pola pemanfaatan air tanah bebas sering kita lihat dalam penggunaan sumur gali oleh
penduduk, sedangkan airtanah tertekan dalam sumur bor yang sebelumnya telah menembus
lapisan penutupnya.

2.5. Aliran Air Tanah

10
Selain pergerakan air tanah secara vertical dari atas kebawah, air tanah juga bergerak
dengan arah sebaliknya (dari bawah keatas) berdasarkan gaya kapiler. Di dalam akuifer, air tanah
juga bergerak secara horizontal akibat adanya gradient hidrolik yang dijelaskan di dalam hokum
Darcy (Darcys Law). Hukum Darcy menyebutkan bahwa volume air tanah yang mengalir di
dalam batuan berbanding lurus dengan tekanan dan berbanding terbalik dengan tebal lapisan.
Aliran air tanah memiliki karakteristik fisik utama yaitu Konduktivitas Hidrolik dan Hasil
Spesifik. Konduktivitas Hidrolik adalah nilai atau besaran aliran air di dalam batuan melalui
media pori maupun rekahan yang dijelaskan dalam satuan kecepatan (m/s). Hasil Spesifik
merupakan pengeringan volume air pori, ditunjukkan per unit dari total volume. Nilai
Konduktivitas Hidrolik dan Hasil Spesifik yang tinggi mengindikasikan kuantitas yang besar dari
air yang bergerak ke sumur.

Gambar 2.3. Hukum Darcy


Air tanah terbentuk pada zona resapan (recharge zone) dan mengalir hingga mencapai
titik dimana air itu akan kembali muncul di permukaan (discharge zone). Hal ini sangat
dipengaruhi oleh kedudukan zona jenuh air, topografi, kondisi iklim, dan sifat hidrolika akuifer.

2.6. Sistem Akuifer


Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah
permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu sumberdaya air selain air sungai dan air hujan.
Air tanah bergerak di dalam tanah mengisi ruang-ruang antar butir tanah atau dalam rekahan-
rekahan dalam tubuh batuan. Air tanah yang bergerak membentuk sebuah aliran yang termasuk

11
ke dalam salah satu proses dalam sebuah siklus hidrologi. Sumber utama air tanah adalah air
hujan yang terinfiltrasi, dikurangi penguapan dari permukaan tanah dan transpirasi.
Berdasarkan sifat lapisan batuan terhadap air tanah, lapisan batuan dibagi menjadi :
Akuifer ialah suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi satuan geologi yang
permeable baik pada lapisan yang telah terkonsolidasi maupun yang tidak terkonsolidasi
dengan kondisi jenuh air dan mempunyai suatu besaran konduktivitas hidraulik (K)
sehingga mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan meloloskan air dalam jumlah
yang besar. Biasanya berupa batupasir, konglomerat, batuan piroklastik, batugamping,
dan lain-lain.
Akuiklud ialah suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi suatu geologi yang
impermabel dengan nilai konduktivitas hidraulik yang sangat kecil sehingga tidak
memungkinkan air melewatinya. Dapat dikatakan juga merupakan lapisan pambatas atas
dan bawah suatu confined aquifer. Namun lapisan ini masih memiliki kemampuan untuk
menyimpan volume jenuh air (specific retention) tapi sama sekali tidak dapat meloloskan
air. Contoh batuannya adalah batulempung.
Akuitard ialah suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi suatu geologi yang
permabel dengan nilai konduktivitas hidraulik yang kecil namun masih memungkinkan
air melewati lapisan ini, walaupun dengan gerakan yang lambat. Dapat dikatakan juga
merupakan lapisan pambatas atas dan bawah suatu semi confined aquifer. Contoh
batuannya adalah batulempung pasiran.
Akuifug ialah suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi suatu geologi yang
impermeable dengan nilai konduktivitas nol, sehingga sama sekali tidak dapat
meloloskan maupun menyimpan air. Satu-satunya porositas yang dimiliki tubuh batuan
ini adalah porositas sekunder yang hadir dalam bentuk rekahan. Contoh batuannya adalah
batuan metamorf, batuan beku, dan lain-lain.

Baik akuifer, akuiklud, akuitard, dan akuifug tentunya dapat membentuk susunan tertentu
di bawah permukaan. Susunan ini mempengaruhi kondisi tekanan dari air tanah yang mengalir
pada lapisan batuan tersebut. Ketika akuifer kontak langsung dengan atmosfer, maka tekanan di
dalam akuifer tidak akan terlalu tinggi, sehingga jika dilakukan pemboran sampai muka air tanah
akan membentuk mata air freatis, dimana air tanah akan tetap berada pada muka air tanah

12
dibawah permukaan tanah. Ketika akuifer tertindih lapisan impermeable, maka pada akuifer akan
muncul tekanan yang tinggi dan mempengaruhi tekanan air tanah. Ketika akuifer seperti ini di
bor maka air tanah akan keluar hingga permukaan dan membentuk mata air artesis, dimana air
tanah akan keluar dengan sendirinya tanpa perlu pemompaan.

2.7. Sifat Fisik Air Tanah


Sifat fisik Air Tanah berhubungan dengan sifat-sifat fisik air tanah yakni sifat yang
dipergunakan harus bebas dari segala macam kotoran yang dapat terdeteksi oleh indra
penglihatan, indra pembau, dan indra perasa. Karakteristik fisik meliputi warna, bau, rasa,
kekentalan, kekeruhan dan temperatur.
2.7.1. Warna
Warna air dapat disebabkan oleh adanya zat-zat atau material organik yang terkandung
dalam air brsih yang berupa suspensi maupun yang terlarut. Intensitas warna dalam air dapat
diukur dengan satuan unit warna standar yang dihasilkan oleh 1 mg/l platina (sebagai K2PtCl6).
2.7.2. Bau dan rasa
Bau dapat disebabkan oleh zat-zat atau gas-gas yang memiliki aroma-aroma tertentu di
dalam air dan terhisap oleh indra pembau seperti gas H2S, NH3, senyawa fenol, cloro fenol dll.
Rasa ditentukan oleh adanya garam atau zat lain baik yang tersubsidi atau yang terlarut dalam air
seperti MgSO4, Na2SO4 dan NaCl.
2.7.3. Kekentalan
Kekentalan dapat dipengaruhi oleh partikel-pertikel di dalam air. Semakin banyak
dikandung akan semakin kental. Disamping itu, apabila suhunya semakin tinggi, maka
kekentalannya semakin berkurang atau semakin encer.
2.7.4. Kekeruhan
Kekeruhan disebabkan oleh adanya zat-zat yang terkandung di salam air tetapi tidak
terlarutkan, misalkan batulempung, batulanau, dan zat-zat organik serta organisme.
2.7.5. Temperature
Temperatur airtanah dipengaruhi oleh kondisi di sekelilingnya, seperti musim, cuaca
siang dan malam, tempat atau lokasinya, akibat berbagai macam variasi energi matahari yang
diterima oleh permukaan bumi.

13
2.8. Karakteristik Akuifer
Secara umum dalam ilmu hidrogeologi, akifer merupakan suatu batuan/formasi yang
mempunyai kemampuan menyimpan dan mengalirkan airtanah dengan jumlah yang berarti
(signifikan). Batuan-batuan yang berumur tua biasanya telah mengalami kompaksi dan sementasi
sehingga ruang antar butiran menjadi rapat karena termampatkan, menyebabkan tidak bisa
menampung dan meloloskan air dalam jumlah banyak dan bahkan menjadi kedap air
(impermeable). Dengan kata lain permeablitas dan porositasnya kecil demikian juga halnya
dengan batuan beku dan batuan metamorfik. Pada zona-zona seperti ini sangat sulit sekali
diharapkannya ada air tanah kecuali batuan-batuan tersebut banyak mengandung rekahan
(fracture) yang selanjutnya disebut sebagai akuifer rekahan (fracture akuifer) Rekahan dapat
disebabkan oleh tiga kemungkinan yaitu :
Pendinginan yang berlangsung saat pembentukan batuan
Erosi batuan dan pelepasan tekanan dari overburden
Efek dari struktur regional berupa faulting dan fracturing

Batuan beku dan metamorfik memilki porositas yang kecil karena kristalnya yang saling
interlocking. Kombinasi proses pelapukan (weathering) dan fracturing menyebabkan
meningkatnya porositas. Batuan yang memilki rekahan porositasnya akan meningkat 2-5%
sedangkan akibat pelapukan porositasnya meningkat 30-60%, akibatnya kemampuan air meresap
kedalam batuan menjadi lebih besar.

Menurut Kruseman dan de Rieder (1994), berdasarkan sifat fisik dan kedudukannya
dalam kerak bumi, akifer dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
Akifer bebas, yaitu akifer tak tertekan (unconfined aquifer) dan merupakan airtanah
dangkal (umumnya <20 m), umum dijumpai pada daerah endapan aluvial. Airtanah
dangkal adalah airtanah yang paling umum dipergunakan sebagai sumber airbersih oleh
penduduk di sekitarnya.
Akifer setengah tertekan, disebut juga akifer bocor (leaky aquifer), merupakan akifer
yang ditutupi oleh lapisan akitard (lapisan setengah kedap) di bagian atasnya, dapat
dijumpai pada daerah volkanik (daerah batuan tuf).

14
Akifer tertekan (confined aquifer), yaitu akifer yang terletak di antara lapisan kedap air
(akuiklud), umumnya merupakan airtanah dalam (umumnya > 40 m) dan terletak di
bawah akifer bebas. Airtanah dalam adalah airtanah yang kualitas dan kuantitasnya lebih
baik daripada airtanah dangkal, oleh karenanya umum dipergunakan oleh kalangan
industri termasuk di dalamnya kawasan pertambangan (Iskandarsyah, 2008).

Gambar 2.4. Jenis-jenis akuifer yaitu A. Akuifer bebas; B. Akuifer setengah tertekan;
C. Akuifer tertekan

15
BAB III
METODOLOGI

Adapun metode penelitian yang peneliti gunakan pada kuliah lapangan Hidrogeologi
yakni mencakup pemetaan sumur-sumur warga daerah Desa Cibeusi, dan melakukan thapan
pumping and recovery test untuk mengetahui jenis akuifer serta kedalaman muka airtanah di
Desa Cibeusi.

3.1 Alat yang Digunakan


1. Voltmeter : Untuk mengetahui ketika ujung meteran telah mencapai
permukaan air maka jarum voltmeter akan bergerak
2. Meteran 50 m dan 1.5 m : Untuk pengukuran panjang, lebar, atau kedalaman
3. Kabel 25 m : Penghubung antara ujung yang berada pada titik nol
meteran dan voltmeter
4. Gabus : Untuk uji kecepatan aliran air sungai
5. Stopwatch : Untuk mengukur waktu baik itu saat pengukuran kecepatan
iliran air sungai ataupun penurunan dan kenaikan muka air
sumur saat pumping dan recovery test
6. Alat tulis : Untuk mencatat kegiatan lapangan yang perlu dicatat
7. Senter : Untuk menerangi ketika pengukuran dilakukan pada malam
hari
8. Botol : Sebagai wadah bagi sampel yang diambil dilapangan
9. Alat pengukur pH, TDC, : Untuk mengukur pH, TDC, EC dilab
EC
10. Termometer : Untuk mengukur suhu air dan suhu udara
11. GPS : Untuk ploting posisi sumur dan sungai yang dilakukan
pengamatan
12. Peta : Untuk pedoman dalam mencari sumur saat pemetaan
13. Palu Geologi : Untuk menancapkan tongkat ukur ketika pengukuran debit
sungai
14. Kamera : Untuk mendokumentasikan kegiatan lapangan

16
3.2 Langkah-Langkah Penelitian
3.2.1 Tahap Persiapan
1. Siapkan voltmeter, meteran 50m, kabel 20m, dan pemberat.
2. Kaitkan pemberat di ujung meteran 50m yang berfungsi untuk membuat meteran dalam
keadaan tegang.
3. Ambil ujung kabel dan pasangkan pada ujung meteran 50 m (pastikan ujung kabel
menempel pada 0 m).
4. Letakkan ujung kabel lainnya pada voltmeter.
5. Perhatikan voltmeter, ketika ujung meteran dan kabel tersebut menyentuh permukaan air
maka jarum pada voltmeter akan bergerak.
6. Rangkaian peralatan telah selesai dirangkai.
7. Menyiapkan form yang akan diisi saat pumping test.

3.2.2 Tahap Pekerjaan Lapangan


- Pengukuran Debit Mata Air
1. Cari dan tentukan lokasi dari mata air.
2. Catat koordinat dan elevasi pada jurnal lapangan.
3. Ukur suhu udara di lokasi.
4. Ukur suhu air pada mata air tersebut.
5. Perhatikan arah aliran dari mata air tersebut.
6. Setelah mengetahui arahnya, kemudian hitung debitnya.
7. Catat data pada jurnal lapangan.

- Pengukuran Kedalaman Sumur dan Pumping-Recovery Test


1. Kedalaman Sumur
Catat koordinat, elevasi, hari dan tanggal, cuaca, suhu udara, serta suhu air pada
jurnal lapangan.
Ukur diameter sumur.
Ukur jarak antara bibir sumur sampai permukaan tanah.

17
Masukan rangkaian perlatan pada sumur, perhatikan voltmeter, ketika voltmeter
bergerak maka perhatikan angka pada meteran dan kemudian catat pada jurnal
lapangan.
Kemudin lanjutkan hingga pemberat mencapai dasar sumur, perhatikan angka pada
meteran dan kemudian catat.
Buat sketsa lapangan.

Gambar 3.1 Sketsa Sumur


2. Pumping dan Recovery Test
Tentukan sumur yang akan dilakukan pumping test.
Catat koordinat, elevasi, suhu air serta suhu udara pada form yang telah disediakan.
Masukkan peralatan yang telah dirangkai tadi ke dalam sumur sampai menyentuh
permukaan air (MAT). Catat sebagai kedalaman awal.
Siapkan stopwatch. Keluarkan air dengan cara dipompa. Lalu setiap 1 menit sekali
lihat apakah terdapat penurunan muka air tanah atau tidak. Jika ada catat posisi
kedalaman sekarang. Perhatikan setiap 1 menit sekali dengan memperhatikan
voltmeter. Waktu kemudian ditambah yaitu setiap 5 menit sekali, 10 menit sekali, 20
menit sekali dan kemudian 30 menit sekali.
Catat sampai kondisi permukaan air sumur tidak turun lagi atau bisa dibilang dalam
kondisi steady step.
Setelah dalam posisi steady step, lakukan recovery test.

18
Catat kondisi akhir MAT , kemudian setiap 1 menit sekali periksa apakah terjadi
kenaikan nilai MAT atau tidak. Untuk waktu kemudian ditambah seperti saat
melakukan pumping agar proses recovery lebih terlihat.
Perhatikan sampai MAT kembali ke posisi awal.
Pumping Recovery test telah selesai dilakukan.
Data yang didapat adalah waktu, waterlevel, suhu air, dan suhu udara.

3.2.3 Tahap Pekerjaan Laboratorium


Semua sampel air kemudian dibawa ke laboratorium untuk dilakukan uji sampel
yang meliputi parameter :
o pH
o EC
o TDS
3.2.4 Tahap Analisa Data
Semua data yang telah didapat kemudian diinterpretasikan berdasarkan teori-teori yang
ada seperti metode Jacob dan Draw Dawn.

3.2.5 Tahap Penyusunan Laporan


Tahap ini merupakan tahap akhir penelitian yang meliputi rekontruksi dan interpretasi
data lapangan serta didukung oleh data hasil analisa laboratorium. Hasilnya disajikan dalam
bentuk laporan penelitian, dilengkapi dengan peta lokasi penelitian dan jurnal lapangan.

19
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
4.1.Pemetaan Hidrogeologi
CB 1
Jenis Sumur Sumur Gali

Tinggi Bibir Sumur 0.51 meter


Kedalaman Sumur 15 meter
Diameter Sumur 1 meter
Kedalaman MAT 12,29 meter
Tinggi Muka Air 635,2 mdpl

Fluktuasi MAT 2 meter

Penggunaan Air MCK dan Air Minum

CB 2
Jenis Sumur Sumur Gali

Tinggi Bibir Sumur 0.6 meter


Kedalaman Sumur 8 meter
Diameter Sumur 0,75 meter
Kedalaman MAT 2,2 meter
Tinggi Muka Air 772,2 meter

Fluktuasi MAT 1 meter

Penggunaan Air MCK dan Air Minum

20
CB 3
Jenis Sumur Sumur Gali

Tinggi Bibir Sumur 0,78 meter


Kedalaman Sumur 10 meter
Diameter Sumur 0,88 meter
Kedalaman MAT 2,2 meter
Tinggi Muka Air 702, 1 mdpl

Fluktuasi MAT 4 meter

Penggunaan Air MCK dan Air Minum

CB 4
Jenis Mata Air Mata Air Rekahan

Kondisi Mata Air Diturap


Debit Mata Air 0,27 liter/detik
Penggunaan Air MCK dan Air Minum

21
CB 5
Lebar Sungai 2, 35 meter

Kedalaman Sungai 0,4 meter

CB 6
Jenis Sumur Sungai Gali

Tinggi Bibir Sumur 0,67 meter


Kedalaman Sumur 11,4 meter
Diameter Sumur 0,68 meter
Kedalaman MAT 3,1 meter
Tinggi Muka Air 745, 9 meter

Fluktuasi MAT 1 meter

Penggunaan Air MCK dan Air Minum

22
CB 7
Jenis Sumur Sumur Gali

Tinggi Bibir Sumur 0,84 meter


Kedalaman Sumur 9 meter
Diameter Sumur 1 meter
Kedalaman MAT 1,08 meter
Tinggi Muka Air 731,91

Fluktuasi MAT - 7,6 meter

Penggunaan Air MCK dan Air Minum

CB 8
Jenis Sumur Sumur Gali

Tinggi Bibir Sumur 0,8 meter


Kedalaman Sumur 14 meter
Diameter Sumur 1 meter
Kedalaman MAT 6 meter
Tinggi Muka Air 757 mdpl

Fluktuasi MAT 3,2 meter

Penggunaan Air MCK dan Air Minum

23
CB 9
Jenis Sumur Sumur Gali

Tinggi Bibir Sumur 0,5 meter


Kedalaman Sumur 11 meter
Diameter Sumur 0,85 meter
Kedalaman MAT 2,9 meter
Tinggi Muka Air 770,1 meter

Fluktuasi MAT MCK dan Air Minum

Penggunaan Air MCK dan Air Minum

4.2.Hasil Pumping dan Recovery Test


TABEL PUMPING DAN RECOVERY TEST
No. Time Measure Drawdown Measure Recovery
(Minute) (Meter) (cm) (Meter) (cm)
1 0 2,99 0 5,12 0
2 1 3 1 5,11 1
3 2 3,02 3 5,10 2
4 3 3,04 5 5,09 3
5 4 3,06 7 5,08 4
6 5 3,07 8 5,07 5
7 6 3,08 9 5,06 6
8 7 3,1 11 5,04 8
9 8 3,13 13 5,03 9
10 9 3,14 14 5,02 10
11 10 3,15 15 5,00 12
12 12 3,18 18 4,98 14
13 14 3,20 20 4,92 20
14 16 3,24 24 4,91 21
15 18 3,27 27 4,89 23
16 20 3,29 29 4,86 26
17 25 3,37 37 4,83 29
18 30 3,44 44 4,80 32

24
19 35 3,50 50 4,73 39
20 40 3,56 56 4,67 45
21 45 3,63 65 4,63 49
22 50 3,69 69 4,60 52
23 55 3,76 76 4,56 56
24 60 3,81 81 4,54 58
25 70 3,94 94 4,44 68
26 80 4,04 104 4,41 71
27 90 4,14 114 4,33 79
28 100 4,24 124 4,28 84
29 110 4,31 131 4,21 91
30 120 4,40 140 4,14 98
31 135 4,46 146 4,06 106
32 150 4,58 158 3,97 115
33 165 4,66 166 3,89 123
34 180 4,74 174 3,80 132
35 200 5,00 200 3,72 140
36 220 5,17 217 3,62 150
37 240 5,27 227 3,53 159
38 270 5,45 245 3,42 178
39 300 5,45 245 3,34 178
40 360 5,45 245 3,17 205
41 420 3,04 208
42 480 2,97 215

4.2.1. Grafik Pumping Test

Grafik Pumping Test


6

4
MAT (Meter)

0
1 10 100 1000
Waktu ( Menit)

25
4.2.2. Grafik Recovery Test

Gafik Recovery Test


6

4
MAT (Meter)

0
1 10 100 1000
Waktu (Menit)

4.2.3. Perhitungan Pumping

a. Debit pumping
Pengukuran debit dilakukan menggunakan botol dengan volume 0,7 L, kemudian di
catat waktu yang dibutuhkan untuk mengisi penuh botol tersebut. Kegiatan di lakukan
sebanyak 3 kali.
Q = Volume (l) / Waktu (detik)

Q1 = 0,7 l / 2 detik Q2 = 0,7 l / 2,18 detik Q3 = 0,7 l / 0,33 detik


= 0,35 l / dtk = 0,32 l / dtk = 0,33 l / detik

b. D
Q = (Q1 + Q2 + Q3) / 3
e
= (0,35 + 0,32 + 0,331)
b = 0,33 l / dtk
i
t Recovery
t = 480 x 60 detik = 28800 detik
Volume sumur = Luas alas x tinggi
= 3,14 X 0,365 x 0,365 x 2,32 = 0,97052 m3 = 970,52 L
Debit recovery (Q) = V / t = 970, 52 L / 28800 detik = 0,0337 L/ dtk
c. Transmivitas ( T )

26
Jadi transmivitas dari lokasi penelitian yaitu = 0,028031 L / dtk
d. Storativitas ( S )
S= Q (debit recovery) / Luas area x tinggi
S = 0.0337 / 3,14 x 0,365 x 0,365 x 2,15
S= 0,0337 / 0.89941
S = 0.03747
Storativitas dari aquifer daera penelitian = 0,03747

e. Gradient Hidrolik ( K )
K=T/b
K = 0.0287031 / 3.433
K= 0,008360938 L/dtk
Jadi gradient hidrolik dari daerah penelitian = 0,008360938 L/dtk

4.3 Hasil Analisa Hidrograf Aliran


a. Kondisi fisik sungai
Tempat dilakukannya hidrograf yaitu pada Sungai Citatah di desa Cibeusi yang
terletak pada koordinat S 060 54 52,5 dan E 1070 45 31,0 pada elevasi 877 mdpl. Sungai
citatah merupakan salah satu mata air berada di kaki gunung manglayang, masih bersifat alami,
belum terganggu oleh kegiatan tangan manusia. Kenampakan kondisi sungai yaitu airnya bersifat
jernih, ridak terlihat sampah-sampah pada tepi sungai dan aliran sungai serta masih dikelilingi
oleh tanaman-tanaman.

4.4 kondisi fisik sungai Citatah

27
b. Grafik

HIDROGRAF SUNGAI CB 5
0,385

0,38

0,375
TMA (M)

0,37

0,365
TMA
0,36

0,355

0,35
21,00
22,00
23,00
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
8,00
9,00
10,00
11,00
12,00
13,00
14,00
15,00
JAM

Debit Sungai CB 5
2400
Debit ( Cm^3 / Detik)

2300
2200
2100
2000
1900
1800
0,365 0,37 0,375 0,374 0,38 0,376 0,381 0,368
TMA ( Meter)

Debit

c. Debit Maksimum dan Minimum


Debit Maksimum
Q=

28
= 0,462953 x 0,238702
= 0,11050 m3/s
Debit minimum
Q=
= 0,462950 x 0,179869
= 0,083270 m3/s
d. Faktor yang mempengaruhi Fluktuasi Muka Air Sungai
Muka air sungai mengalami kenaikan apabila terjadi hujan pada hulu sungai
Muka air sungai berkurang akibat air sungai digunakan untuk keperluan warga disekitar
sungai
Merupakan anak sungai yang menyebabkan pasokan air terbagi-bagi untuk anak sungai
yang lainnya
4.3.Peta Alian Air Tanah

29
30
31
4.4.Pengukuran Parameter Fisik

No. EC (s/cm) TDS (mg/L) pH Suhu (0C)


Sampel
CB 1 390 190 6,6 25,7
CB 2 230 100 6,6 25,8
CB 3 470 230 6,7 25,9
CB 4 150 70 6,7 25,9
CB 5 130 60 7,6 25,6
CB 6 280 130 7 25,6
CB 7 390 190 6,5 25,6
CB 8 670 320 6,8 25,5
CB 9 240 110 6,6 25,4
4.5.Analisis Kimia Air Tanah
Masih dalam proses pengujian

32
BAB V
KESIMPULAN

Daerah Desa Cibeusi, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang ini merupakan hasil
gunungapi tua, berupa breksi dan lahar. Komposisi dari komponen breksi sendiri berupa
batuan beku andesitic dan batuan beku basalt. Pada daerah Desa Cibeusi bagian utara
ditemukan mata air yang keluar dari rekahan batuan breksi vulkanik yang sesuai dengan data
geologi regional daerah tersebut
Hidrogeologi di Desa Cibeusi merupakan gabuangan dari dua jenis akuifer yang ada di
daerah sekitar Jatinangor. Daerah Desa Cibeusi bagian utara merupakan akuifer dengan
produktifitas tinggi, Sementara pada bagian selatan Desa Cibeusi merupakan daerah akuifer
produktifitas sedang.
Pumping test dilakukan untuk mengetahui karakteristik akifer. Di dapatkan Debit pumping
(Q) 0,331 L/detik; Debit Recovery (Q) 0,0337 L/detik; Trasmisivitas (T) 0,028031 L/detik;
Gradient Hidrolik (K) 0,008360938 L/detik.
Analisis Hidrograf dilakukan untuk mengetahui debit sungai. Debit Maksimum Sungai
Citatah adalah 0,11050 m3/s, dan Debit minimumnya adalah 0,083270 m3/s.
Dari peta muka air tanah, maka aliran air tanah Desa Cibeusi dari timur ke barat.

33

Anda mungkin juga menyukai