Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PAROTITIS

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners


Departemen Anak

Oleh:
Maretta Sekar Dewi
NIM. 150070300011001

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
PAROTITIS

A. DEFINISI
Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit
menular dimana sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang
menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang
sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi
bagian bawah. Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat
timbul secara endemik atau epidemik. Gangguan ini cenderung menyerang
anak-anak dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus) (Warta Medika, 2009).
Parotitis ialah penyakit virus akut yang biasanya menyerang kelenjar
ludah terutama kelenjar parotis (sekitar 60% kasus). Gejala khas yaitu
pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar parotis. Pada saluran kelenjar
ludah terjadi kelainan berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran dan
penyumbatan saluran. Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis
(buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ
lainnya. Adapun mereka yang beresiko besar untuk menderita atau tertular
penyakit ini adalah mereka yang menggunakan atau mengkonsumsi obat-
obatan tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid dan mereka yang
kekurangan zat Iodium dalam tubuh (Sumarmo,2008).

B. ETIOLOGI
Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari kelompok
paramyxovirus, yang juga termasuk didalamnya virus parainfluenza, measles,
dan virus newcastle disease. Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90
300 m. Virus telah diisolasi dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin,
otak, dan jaringan terinfeksi lain. Mumps merupakan virus RNA rantai tunggal
genus Rubulavirus subfamily Paramyxovirinae dan family Paramyxoviridae.
Virus mumps mempunyai 2 glikoprotein yaitu hamaglutinin-neuramidase dan
perpaduan protein. Virus ini juga memiliki dua komponen yang sanggup
memfiksasi, yaitu : antigen S atau yang dapat larut (soluble) yang berasal dari
nukleokapsid dan antigen V yang berasal dari hemaglutinin permukaan.
Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus ini hanya dapat
bertahan selama 4 hari pada suhu ruangan. Paramyxovirus dapat hancur
pada suhu <4 C, oleh formalin, eter, serta pemaparan cahaya ultraviolet
selama 30 detik. Virus masuk dalam tubuh melalui hidung atau mulut. Virus
bereplikasi pada mukosa saluran napas atas kemudian menyebar ke kalenjar
limfa local dan diikuti viremia umum setelah 12-25 hari (masa inkubasi) yang
berlangsung selama 3-5 hari. Selanjutnya lokasi yang dituju virus adalah
kalenjar parotis, ovarium, pancreas, tiroid, ginjal, jantung atau otak. Virus
masuk ke system saraf pusat melalui plexus choroideus lewat infeksi pada sel
mononuclear. Masa penyebaran virus ini adalah 2-3 minggu melalui dari
ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Virus
dapat diisolasi dari saliva 6-7 hari sebelum onset penyakit dan 9 hari sesudah
munculnya pembengkakan pada kalenjar ludah. Penularan terjadi 24 jam
sebelum pembengkakan kalenjar ludah dan 3 hari setelah pembengkakan
menghilang (Sumarmo,2008).

C. EPIDEMIOLOGI
Parotitis merupakan penyakit endemik pada populasi penduduk urban.
Virus menyebar melalui kontak langsung, air ludah, muntah yang bercampur
dengan saliva dan urin. Epidemi tampaknya terkait dengan tidak adanya
imunisasi, bukan pada menyusutnya imunitas.
Parotitis merupakan penyakit endemik pada komunitas besar, dan
menjadi endemik setiap kurang lebih 7 tahun. Relatif jarang terjadi epidemi,
terbatas pada kelompok yang berhubungan erat, yang hidup dalam rumah,
perkemahan, barak tentara, asrama atau sekolah. Ada penurunan insiden
sejak pengenalan vaksin parotitis epidemika pada tahun 1968.
Dalam setahun, parotitis banyak terjadi pada musim dingin. Golongan
umur yang terkena 5 15 tahun, juga ditemukan pada usia dibawah 30 tahun.
Parotits kadang juga terjadi pada usia dibawah 4 tahun dan siatas 40 tahun.
Namun meskipun demikian, pada daerah yang terisolasi atau daerah yang
tidak ada sejarah pernah endemik parotitis ditemukan kejadian parotitis pada
usia dibawah 1 tahun sebesar 17% dan umur 3 4 tahun sebesar 70% - 80%.
Gender juga berpengaruh terhadap angka kejadian parotitis. Laki-laki lebih
sering terkena parotitis dibandingkan perempuan.

D. KLASIFIKASI
1. Parotitis Kambuhan
Anak-anak mudah terkena parotitis kambuhan yang timbul pada usia
antara 1 bulan hingga akhir masa kanak-kanak. Kambuhan berarti
sebelumnya anak telah terinfeksi virus kemudian kambuh lagi.
2. Parotitis Akut
Parotitis akut ditandai dengan rasa sakit yang mendadak, kemerahan dan
pembengkakan pada daerah parotis. Dapat timbul sebagai akibat pasca-
bedah yang dilakukan pada penderita terbelakang mental dan penderita
usia lanjut, khususnya apabila penggunaan anestesi umum lama dan
adanya gangguan dehidrasi.

E. MANIFESTASI KLINIS
Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus
mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan
tanda-tanda sakit (subclinical). Namun demikian mereka sama dengan
penderita lainnya yang mengalami keluhan, yaitu dapat menjadi sumber
penularan penyakit tersebut. Masa tunas (masa inkubasi) penyakit Gondong
sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari. Adapun tanda dan gejala yang
timbul setelah terinfeksi dan berkembangnya masa tunas dapat digambarkan
sebagai berikut :
1. Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam
(suhu badan 38,5 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan
nafsu makan, nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan
adakalanya disertai kaku rahang (sulit membuka mulut).
2. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang
diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua
kelenjar mengalami pembengkakan. Pembengkakan biasanya berlangsung
sekitar 3 hari kemudian berangsur mengempis. Kadang terjadi
pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan
kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria dewasa adakalanya terjadi
pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran
darah.

F. PATOGENESIS
Pada umumnya penyebaran paramyxovirus sebagai agent penyebab
parotitis (terinfeksinya kelenjar parotis) antara lain akibat:
1. Percikan ludah
2. Kontak langsung dengan penderita parotitis lain
3. Muntahan
4. Urine
Virus tersebut masuk tubuh bisa melalui hidung atau mulut. Biasanya
kelenjar yang terkena adalah kelenjar parotis. Infeksi akut oleh virus mumps
pada kelenjar parotis dibuktikan dengan adanya kenaikan titer IgM dan IgG
secara bermakna dari serum akut dan serum konvalesens. Semakin banyak
penumpukan virus di dalam tubuh sehingga terjadi proliferasi di parotis/epitel
traktus respiratorius kemudian terjadi viremia (ikurnya virus ke dalam aliran
darah) dan selanjutnya virus berdiam di jaringan kelenjar/saraf yang kemudian
akan menginfeksi glandula parotid. Keadaan ini disebut parotitis.
Akibat terinfeksinya kelenjar parotis maka dalam 1-2 hari akan terjadi
demam, anoreksia, sakit kepala dan nyeri otot (Mansjoer, 2000). Kemudian
dalam 3 hari terjadilah pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula
unilateral kemudian bilateral, disertai nyeri rahang spontan dan sulit menelan.
Pada manusia selama fase akut, virus mumps dapat diisoler dari saliva,
darah, air seni dan liquor. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi
dan nekrosis jaringan.

G. PEMERIKSAAN
1. Anamnesis
Pada anamnesis didapatkan keluhan yaitu demam (38,5 39,5 oC), nafsu
makan turun, sakit kepala, muntah, sakit waktu menelan dan nyeri otot.
Kadang dengan keluhan pembengkakan pada bagian pipi yang terasa
nyeri baik spontan maupun dengan perabaan , terlebih bila penderita
makan atau minum sesuatu yang asam.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien parotitis akan didapatkan antara lain :
a. Pada inspeksi terlihat pembengkakan dan eritema pada kulit leher, baik
unilateral maupun bilateral.
b. Kelenjar parotis yang mengalami inflmasi biasanya teraba kenyal.
c. Kelenjar submandibularis dan sublingualis juga mengalami
pembengkakan.
d. Adanya nyeri telan
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah rutin
Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya
leukopenia ringan yakni kadar leukosit dalam satu liter darah menurun.
Normalnya leukosit dalam darah adalah 4 x 109 /L darah .dengan
limfositosis relatif, namun komplikasi sering menimbulkan leukositosis
polimorfonuklear tingkat sedang.
b. Amilase serum
Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan
pembengkakan parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang
lebih 2 minggu.Kadar amylase normal dalam darah adalah 0-137 U/L
darah.
c. Pemeriksaan serologis
Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk menunjukan
adanya infeksi virus (Nelson, 2000), yaitu:
Hemaglutination inhibition (HI) test
Uji ini menerlukan dua spesimen serum, satu serum dengan onset
cepat dan serum yang satunya di ambil pada hari ketiga. Jika
perbedaan titer spesimen 4 kali selama infeksi akut, maka
kemungkinannya parotitis.
Neutralization (NT) test
Dengan cara mencampur serum penderita dengan medium untuk
biakan fibroblas embrio anak ayam dan kemudian diuji apakah terjadi
hemadsorpsi. Pengenceran serum yang mencegah terjadinya
hemadsorpsi dinyatakan oleh titer antibodi parotitis epidemika. Uji
netralisasi asam serum adalah metode yang paling dapat dipercaya
untuk menemukan imunitas tetapi tidak praktis dan tidak mahal.
Complement Fixation (CF) test
Tes fiksasi komplement dapat digunakan untuk menentukan jumlah
respon antibodi terhadap komponen antigen S dan V bagi diagnosa
infeksi parotitis epidemika akut. Antibodi terhadap antigen V
mencapai titer puncak dalam 1 bulan dan menetap selama 6 bulan
berikutnya dan kemudian menurun secara lambat 2 tahun sampai
suatu jumlah yang rendah dan tetap ada. Peningkatan 4 kali lipat
dalam titer dengan analisis standar apapun menunjukan infeksi yang
baru terjadi. Antibodi terhadap antigen S timbul cepat, sering
mencapai maksimum dalam satu minggu setelah timbul gejala, hilang
dalam 6 sampai 12 minggu.
Pemeriksaan Virologi
Isolasi virus jarang sekali digunakan untuk diagnosis. Isolasi virus
dilakukan dengan biakan virus yang terdapat dalam saliva, urin, likuor
serebrospinal atau darah. Biakan dinyatakan positif jika terdapat
hemardsorpsi dalam biakan yang diberi cairan fosfat-NaCl dan tidak
ada pada biakan yang diberi serum hiperimun.

H. DIAGNOSIS BANDING
Pada umumnya diagnosis klinik parotitis mudah ditegakkan, tetapi
pada kasus tertentu perlu dibedakan dengan penyakit lain yang member
gambaran klinis hampir sama, yaitu :
a. Parotitis supurative, pada penyakit ini sering terjadi pengeluaran nanah dari
dalam kelenjar parotis bila dilakukan penekanan dan terjadi leukositosis.
b. Kalkulus saliva, akibat sumbatan saluran kelenjar parotis yang
menyebabkan pembengkakan interminten.
c. Sialolithiasis (batu parotis), gejala yang ditimbulkan diantara pembesarkan
kelenjar parotis yang berlangsung lambat dan terus menerus disertai
perasaan nyeri yang ringan sampai berat.
d. Limfadenitis preaurikuler atau servikal anterior karena sebab apapun.
e. Tumor parotis, ditandai dengan pembesaran kelenjar parotis yang
berlangsung cepat dan progresif, umumnya unilateral dan tidak disertai
rasa nyeri.
f. Sjorgen`s syndrome (Parotitis, keratokonjuntivitis, tidak adanya air mata)

I. PENATALAKSANAAN
Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited (sembuh/hilang
sendiri) yang berlangsung kurang lebih dalam satu minggu. Tidak ada terapi
spesifik bagi infeksi virus Mumps oleh karena itu pengobatan parotitis
seluruhnya simptomatis dan suportif.
Pasien dengan parotitis harus ditangani dengan kompres hangat,
sialagog seperti tetesan lemon, dan pijatan parotis eksterna. Cairan intravena
mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi karena terbatasnya asupan
oral. Jika respons suboptimal atau pasien sakit dan mengalami dehidrasi,
maka antibiotik intravena mungkin lebih sesuai.
Berikut tata laksana yang sesuai dengan kasus yang diderita:
1. Penderita rawat jalan
Penderita baru dapat dirawat jalan bila tidak ada komplikasi (keadaan
umum cukup baik).
a. Istirahat yang cukup, di berikan kompres.
b. Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup
c. Kompres panas dingin bergantian
d. Medikamentosa
e. Analgetik-antipiretik bila perlu
Metampiron : anak > 6 bulan 250 500 mg/hari maksimum 2 g/hari
Parasetamol : 7,5 10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis
Hindari pemberian aspirin pada anak karena pemberian aspirin
berisiko menimbulkan Sindrom Reye yaitu sebuah penyakit langka
namun mematikan. Obat-obatan anak yang terdapat di apotik belum
tentu bebas dari aspirin. Aspirin seringkali disebut juga sebagai
salicylate atau acetylsalicylic acid.
2. Penderita rawat inap
Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepalahebat,
gejala saraf perlu rawat inap diruang isolasi
a. Diet lunak, cair dan TKTP
b. Analgetik-antipiretik
c. Berikan kortikosteroid untuk mencegah komplikasi

J. PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara
imunisasi pasif dan imunisasi aktif.
1. Pasif
Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau
mengurangi komplikasi.

2. Aktif
Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis
epidemika yang hidup tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp
and dohme) atau diberikan subkutan pada anak berumur 15 bulan
(Ngastiyah, 2007). Vaksin ini tidak menyebabkan panas atau reaksi lain
dan tidak menyebabkan ekskresi virus dan tidak menular. Menyebabkan
imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama vaksin campak dan
rubella (MMR yakni vaksin Mumps, Morbili, Rubella). Pemberian vaksinasi
dengan virus mumps, sangat efektif dalam menimbulkan peningkatan
bermakna dalam antibodi mumps pada individu yang seronegatif sebelum
vaksinasi dan telah memberikan proteksi 15 sampai 95 %. Proteksi yang
baik sekurang-kurangnya selama 12 tahun dan tidak mengganggu vaksin
terhadap morbili, rubella, dan poliomielitis atau vaksinasi variola yang
diberikan serentak.
Kontraindikasi: Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi
maternal; Individu dengan riwayat hipersensitivitas terhadap komponen
vaksin; demam akut; selama kehamilan; leukimia dan keganasan;
limfoma; sedang diberi obat-obat imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit;
sedang mendapat radiasi.
Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi bila
diberikan setelah pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi
penggunaan vaksin Mumps dalam situasi ini
K. KOMPLIKASI
Komplikasinya meliputi septicemia, osteomielitis mandibular, ekstensi
fasial, obstruksi jalan napas, mediastinitis, thrombosis vena jugulris interna,
dan disfungsi nervus fasialis. Gondongan telah dilaporkan menyebabkan
meningoensefalitis, pankretitis, orkitis, miokarditis, perikarditis, arthritis, dan
nefritis.
Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa
penyulit, tetapi kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2
minggu. Keadaan seperti ini dapat menimbulkan komplikasi, dimana virus
dapat menyerang organ selain kelenjar liur. Hal tersebut mungkin terjadi
terutama jika infeksi terjadi setelah masa pubertas.
Dibawah ini komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau
pengobatan yang kurang dini menurut Nelson (2000) :
1. Meningoensepalitis
Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala ringan, yang
kemudian disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang
tinggi (hiperpireksia). Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering
pada anak-anak.
2. Ketulian
Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun insidensinya
rendah (1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf unilateral,
kehilangan pendengaran mungkin sementara atau permanen.
3. Orkitis
Peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh, testis
yang terkena mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang
permanen sehingga kemandulan dapat terjadi pada masa setelah puber
dengan gejala demam tinggi mendadak, menggigil, mual, nyeri perut
bagian bawah, gejala sistemik, dan sakit pada testis. Testis paling sering
terinfeksi dengan atau tanpa epidedimitis. Bila testis terkena infeksi maka
terdapat perdarahan kecil. Orkitis biasanya menyertai parotitis dalam 8
hari setelah parotitis. Keadaan ini dapat berlangsung dalam 3 14 hari.
Testis yang terkena menjadi nyeri dan bengkak dan kulit sekitarnya
bengkak dan merah. Rata-rata lamanya 4 hari.Sekitar 30-40% testis yang
terkena menjadi atrofi. Gangguan fertilitas diperkirakan sekitar 13%.
Tetapi infertilitas absolut jarang terjadi.
4. Ensefalitis atau Meningitis
Peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa sakit kepala, kaku
kuduk, mengantuk, koma atau kejang. 5-10% penderita mengalami
meningitis dan kebanyakan akan sembuh total. 1 diantara 400-6.000
penderita yang mengalami ensefalitis cenderung mengalami kerusakan
otak atau saraf yang permanen, seperti ketulian atau kelumpuhan otot
wajah.
5. Ooforitis
Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar 7% pada
penderita wanita pasca pubertas

6. Pankreatitis
Peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama. Penderita
merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan
menghilang dalam waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh total.
Nyeri perut sering ringan sampai sedang muncul tiba-tiba pada parotitis.
Biasanya gejala nyeri epigastrik disertai dengan pusing, mual, muntah,
demam tinggi, menggigil, lesu, merupakan tanda adanya pankreatitis
akibat mumps.
7. Nefritis
Kadang-kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap penderita dan
viruria terdeteksi pada 75%. Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak-anak
belum diketahui. Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14 hari sesudah
parotitis. Nefritis ringan dapat terjadi namun jarang. Dapat sembuh
sempurna tanpa meninggalkan kelainan pada ginjal.
8. Tiroiditis
Walaupun tidak biasa, pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus dapat
terjadi pada umur sekitar 1 minggu sesudah mulai parotitis dengan
perkembangan selanjutnya antibodi antitiroid pada penderita.
9. Miokarditis
Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi, tetapi infeksi ringan
miokardium mungkin lebih sering daripada yang diketahui. Miokarditis
ringan dapat terjadi dan muncul 510 hari pada parotitis. Gambaran
elektrokardiografi dari miokarditis seperti depresi segmen S-T, flattening
atau inversi gelombang T. Dapat disetai dengan takikardi, pembesaran
jantung dan bising sistolik.
10. Artritis
Jarang ditemukan pada anak-anak. Atralgia yang disertai dengan
pembengkakan dan kemerahan sendi biasanya penyembuhannya
sempurna. Manifestasi lain yang jarang tapi menarik pada parotitis adalah
poliarteritis yang sering kali berpindah-pindah. Gejala sendi mulai 1-2
minggu setelah berkurangnya parotitis. Biasanya yang terkena adalah
sendi besar khususnya paha atau lutut. Penyakit ini berakhir 1-12 minggu
dan sembuh sempurna.

11. Kelainan pada mata


Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan yang nyeri,
biasanya bilateral, dari kelenjar lakrimalis; neuritis optik (papillitis) dengan
gejala-gejala bervariasi dari kehilangan penglihatan sampai kekaburan
ringan dengan penyembuhan dalam 1020 hari; uveokeratitis, biasanya
unilateral dengan fotofobia, keluar air mata, kehilangan penglihatan cepat
dan penyembuhan dalam 20 hari; skleritis, tenonitis, dengan akibat
eksoftalmus; trombosis vena sentral.
DAFTAR PUSTAKA

Merdjani, Abbas. 2002. Parotitis Epidemika, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak:
infeksi dan penyakit tropis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI .

Anonim. 2005. Pediatric Clinical Practice Guideline for Parotitis, diambil dari
http://www.hc-sc.gc.ca/fnisah
spnia/pubs/services/2001pedguide/chap18beng.php

Anonim. 2008. Parotitis,diambil dari http://www.wikipedia.com/parotitis.htm

Jerry W. Templer. 2008. Parotitis, diambil dari


http://www.emedicine.medscape.com/Parotiti/882461-print.htm

Komite medic, Standar Pelayanan Medis parotitis Epidemika, Standar


Pelayanan Medik RSUP dr.Sardjito ; Penerbit Medika fakultas Kedokteran
Universitas Gajah Mada

Snell S. Richard. 2006. Anatomi Klinik, Ed-6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Anda mungkin juga menyukai