Anda di halaman 1dari 22

OPTIMASI ARTIFICIAL LIFT BERDASARKAN KARAKTERISTIK

RESERVOIR DENGAN MEMPERTIMBANGKAN ASPEK EKONOMI

1. LATAR BELAKANG MASALAH


Kegiatan untuk menemukan minyak yang ada dalam suatu reservoir,
dimulai dari pemboran eksplorasi, yang bertujuan untuk menemukan cadangan
minyak bumi. Seiring dengan kegiatan tadi akan didapatkan data-data mengenai
keadaan ataupun kondisi dari reservoir yang bersangkutan, meliputi : karakteristik
batuan, fluida, kondisi reservoir serta mekanisme pendorongnya dan lain-lain.
Fluida didalam reservoir terdiri dari hidrokarbon dan air formasi. Hidrokarbon
dapat berupa fasa cair ataupun fasa gas tergantung tekanan dan temperatur
reservoar.
Di dalam batuan reservoir, minyak diharapkan mengalir kedalam lubang
sumur. Laju aliran minyak kedalam lubang sumur tersebut diupayakan
mempunyai laju alir yang optimal sehingga minyak yang di produksi juga
optimal. Pada awal produksi, sumur diproduksi dengan sistem sembur alam, hal
ini dikarenakan tekanan reservoir yang masih besar. Seiring dengan lamanya
waktu produksi, tekanan reservoir akan mengalami penurunan tekanan reservoir.
Sehingga sumur produksi pasti akan mengalami penurunan produktivitas, salah
satu penyebabnya adalah penurunan tekanan alir dasar sumur tersebut.
Dalam tahap produksi, menurunnya laju produksi karena penurunan
tekanan alir dasar sumur dari suatu sumur produksi merupakan suatu keadaan
yang tidak dapat dihindarkan sehingga untuk memperoleh jumlah minyak
semaksimal mungkin, sumur harus tetap dijaga agar tetap berproduksi dengan laju
produksi yang optimum. Oleh karena itu apabila pada suatu sumur terjadi
penurunan laju produksi, maka perlu adanya metode produksi buatan dengan kata
lain perlu adanya pengangkatan buatan (artificial lift) untuk mengangkat fluida
dari reservoir kepermukaan. Artificial lift itu sendiri terdiri dari beberapa metoda,
antara lain dengan menggunakan sucker rod pump (SRP), electrical submersible
pump (ESP), jet pump, gas lift dan Progressive Cavity Pump (PCP).
2. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan dalam penulisan ini antara lain:
a. Untuk melengkapi syarat akademik yang terdapat dalam Jurusan Teknik
Perminyakan Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan
Nasiaonal Veteran Yogyakarta program Strata I.
b. Mengetahui optimasi laju produksi tiap artificial lift dengan pengaruh sifat
fisik batuan dan fluida reservoir dengan mempertimbangkan dari segi
keekonomian.

3. TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Karakteristik Reservoir
Batuan Reservoir adalah batuan yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan
dan melepaskan fluida, sehingga batuan reservoir tersebut harus mempunyai
porositas dan permeabilitas. Pada dasarnya semua batuan dapat menjadi batuan
reservoir apabila mempunyai porositas dan permeabilitas yang cukup, namun
pada kenyataannya batuan sedimen yang banyak dijumpai sebagai batuan
reservoir, khususnya reservoir minyak atau gas.

3.1.1. Komposisi Kimia Batuan Reservoir


Batuan reservoir umumnya terdiri dari batuan sedimen yang dapat berupa
batupasir, batuan karbonat maupun lempung (shale) atau kadang-kadang batuan
vulkanik. Masing-masing batuan tersebut mempunyai komposisi kimia yang
berbeda, demikian juga sifat fisiknya. Komposisi kimia batuan reservoir perlu
diketahui karena jenis atom-atom penyusun batuan reservoir tersebut akan
menentukan sifat fisik dari batuan reservoirnya.

3.1.2. Sifat Fisik Batuan Reservoir


Sifat fisik batuan reservoir dalam hubungannya dengan fluida yang
mengisi pori porinya menentukan volume dan distribusi hidrokarbon yang
terkandung di dalam batuan. Oleh sebab itu penting untuk mengetahui sifat sifat
fisik batuan reservoir.
3.1.2.1. Porositas
Porositas () didefinisikan sebagai fraksi atau persen dari volume ruang
pori-pori terhadap volume batuan total (bulk volume). Besar-kecilnya porositas
suatu batuan akan menentukan kapasitas penyimpanan fluida reservoir.

3.1.2.2. Permeabilitas
Permeabilitas didefinisikan sebagai suatu besaran yang menunjukkan
kemampuan batuan berpori untuk meluluskan suatu fluida. Perhitungan besarnya
permeabilitas, pertama-tama dikembangkan oleh Henry Darcy (1865), yang
memberikan hubungan empiris dalam bentuk diferensial, yaitu :
q k P
v
A L (3-1)
keterangan :
V = kecepatan aliran, cm/sec
= viskositas fluida yang mengalir, cp
dP/dL = penurunan tekanan per unit panjang, atm/cm
k = permeabilitas, darcy

3.1.2.3. Saturasi Fluida


Saturasi fluida didefinisikan sebagai perbandingan volume pori batuan
yang ditempati oleh suatu fluida terhadap volume pori batuan total.

3.1.2.4. Wettabilitas
Apabila dua fluida bersinggungan dengan benda padat, maka salah satu
fluida akan bersifat membasahi permukaan benda padat tersebut, hal ini
disebabkan adanya gaya adhesi.

3.1.2.5. Tekanan Kapiler


Tekanan kapiler didefinisikan sebagai perbedaan tekanan pada batas dua
fluida yang tak saling campur (cairan dengan cairan atau cairan dengan gas)
sebagai akibat dari terjadinya pertemuan permukaan yang memisahkan mereka.
Pada sistem batuan reservoir, tekanan kapiler yang dimaksud adalah perbedaan
tekanan antara fluida non wetting phase (Pnw) dengan fluida wetting phase (Pw)
didalam saluran kapiler yang terbentuk oleh sistem pori-pori batuan.

3.1.2.6. Kompresibilitas Batuan


Pada formasi batuan di kedalaman tertentu, terdapat dua gaya yang bekerja
padanya, yaitu gaya akibat beban batuan diatasnya (overburden) dan gaya yang
timbul akibat adanya fluida yang terkandung dalam pori-pori batuan tersebut.
Pada keadaan statik, kedua gaya berada dalam keadaan setimbang. Bila tekanan
reservoir berkurang akibat pengosongan fluida, maka kesetimbangan gaya ini
terganggu, akibatnya terjadi penyesuaian dalam bentuk volume pori-pori,
perubahan batuan dan volume total batuan. Koefisien penyusutan ini disebut
kompresibilitas batuan.

3.1.2.7. Resistivitas
Batuan berpori terbentuk oleh mineral-mineral, fragmen batuan, dan ruang
kosong (pori-pori). Pada dasarnya padatan penyusun batuan tidak konduktif
terhadap arus listrik, kecuali mineral clay dan besi. Kelistrikan batuan dipengaruhi
oleh:
Porositas
Hubungan antar pori-pori
Fluida yang mengisi pori-pori
Tingkat sementasi
Kandungan mineral clay dan besi
Jenis batuan (lithologi).

3.1.3. Sifat Fisik Fluida Reservoir


Fluida yang terdapat dalam reservoir pada temperatur dan tekanan
tertentu secara alamiah merupakan campuran yang komplek dalam komposisi
kimianya. Kegunaan mengetahui karakteristik fluida reservoir antara lain untuk
memperkirakan cadangan akumulasi hidrokarbon, menentukan laju aliran minyak
dan gas dari reservoir menuju sumur, mengontrol tekanan fluida dalam reservoir
dan sebagainya. Sifat fisik fluida yang dimaksud meliputi densitas, viskositas,
factor volume fluida, kompresibilitas dan kelarutan gas dalam minyak.

3.1.4. Kondisi Reservoir


Yang dimaksud kondisi reservoir adalah tekanan dan temperatur reservoir
sebelum diproduksikan. Kondisi reservoir ini memegang peranan penting dalam
semua kegiatan eksplorasi maupun eksploitasi minyak dan gas, mulai dari awal
pemboran sampai akhir produksi.

3.1.5. Jenis-Jenis Reservoir


Jenis reservoir dapat dibagi berdasarkan :
a. Jenis perangkap reservoir yang dikelompokan menjadi tiga yaitu
perangkap struktur, perangkap stratigrafi dan perangkap kombinasi.
b. Jenis mekanisme pendorong dapat dikelompokan menjadi lima jenis
tenaga pendorong meliputi depletion gas drive, gas cap drive, segregation
drive, water drive dan combination drive.
c. Fasa fluida reservoir yang meliputi reservoir gas, minyak dan kondensat.

3.2. Metode Artificial Lift


3.2.1. Sucker Rod Pump
Sucker rod pump merupakan salah satu metode pengangkatan buatan,
dimana untuk mengangkat minyak ke permukaan digunakan pompa dengan
tangkai pompa (rod). Metode ini digunakan pada sumur-sumur dengan viskositas
rendah-medium, tidak ada problem kepasiran, GOR tinggi, sumur-sumur lurus
dan fluid level tinggi.
Pada saat ini dikenal tiga macam pompa sucker rod, yaitu:
1. Conventional Unit
2. Air Balance
3. Mark II
Prinsip kerja dari sucker rod : Prime mover menghasilkan gerak rotasi,
gerakan ini di rubah menjadi gerakan naik-turun oleh pumping unit, terutama oleh
sistem pitman, assembly crank. Kemudian gerak angguk naik-turun ini oleh horse
head dijadikan gerakan angguk naik-turun yang selanjutnya menggerakan plunger
yang berada di dalam sumur. Instalasi pumping unit di permukaan dihubungkan
dengan pompa yang ada di dalam sumur oleh sucker rod, sehingga gerak lurus
naik-turun dari horse head dipindahkan ke plunger pompa dan plunger ini
bergerak naik turun dalam barrel pompa. Pada saat upstroke, plunger ini bergerak
ke atas, di bawah plunger terjadi penurunan tekanan. Karena tekanan dasar sumur
lebih besar dari tekanan dalam pompa, maka kondisi ini mengakibatkan standing
valve terbuka dan minyak masuk ke dalam pompa. Minyak di atas travelling valve
akan terangkat ke atas pada waktu upstroke. Pada saat downstroke, standing valve
tertutup karena tekanan minyak dalam barrel pompa lebih besar dari tekanan dasar
sumur, sedangkan bagian atasnya, yaitu travelling valve terbuka oleh minyak
akibat turunnya plunger, selanjutnya minyak akan masuk ke dalam tubing. Proses
ini dilakukan secara berulang-ulang sehingga minyak sampai ke permukaan dan
terus ke separator melalui flow line.

3.2.2. Electric Submersible Pump


Pertama kali dikembangkan di Rusia pada tahun 1917 oleh Armias, yang
kemudian pindah ke California. Walaupun pertamakali tidak begitu berhasil,
kemudian ESP dipakai di Phillips Petroleum Co di Bartlesville Oklahoma atas
pertolongan Frank Phillips. Pompa reda merupakan salah satu jenis dari
pengangkatan buatan yang memungkinkan untuk sumur-sumur dalam dengan laju
produksi besar. Penggunaan pompa reda (pompa sentrifugal) juga dapat
digunakan untuk sumur-sumur miring. Istilah lain yang sering digunakan untuk
menyebut pompa ini adalah Electric Submersible Pump. Pada umumnya pompa
jenis ini digunakan pada sumur-sumur artificial lift dengan produksi besar dan
GOR rendah. Tetapi pada kenyataannya perusahaan-perusahaan minyak juga
menggunakannya untuk memproduksi sumur-sumur dengan viskositas tinggi,
GOR tinggi dan temperatur tinggi.
Pada dasarnya pompa reda adalah pompa sentrifugal bertingkat banyak,
dimana poros dari pompa centrifugal dihubungkan langsung dengan penggerak.
Motor penggerak ini menggunakan tenaga listrik, sedang sumber listriknya
diambil dari power plant, dimana tenaga listrik untuk pompa disuplai dari switch
board dan transformator di permukaan dengan perantara kabel listrik yang diklem
pada tubing dengan jarak 15-20 ft.
Setiap tingkat dari pompa centrifugal terdiri dari impeller (bagian yang
berputar) dan diffuser (bagian yang diam). Tenaga dalam bentuk tekanan didapat
dari cairan yang dipompakan di sekitar impeller. Gerakan berputar impeller
mengakibatkan cairan ikut berputar, yaitu arah radial (akibat dari gaya sentrifugal)
dan arah tangensial.
Seperti pompa sentrifugal, ESP bekerja dengan sumbu putarnya yang
tegak lurus dimana memompakan cairan dengan jalan memutar cairan yang
melalui immpeler pompa. Cairan masuk ke dalam immpeler pompa menuju poros
popa, dikumpulkan oleh diffuser dan kemudian akan dilempar keluar. Tenaga
mekanis motor oleh immpeler dirubah menjadi tenaga hidrolik. Immpeler terdiri
dari dua piringan yang di dalamnya terdapat sudu-sudu. Pada saat immpeler
diputar dengan kecepatan sudut , cairan yang ditampung dalam rumah pompa
kemudian dialirkan melalui diffuser dan sebagian tenaga kinetik dirubah menjadi
tenaga potensial berupa tekanan, karena cairan dilempar keluar maka akan terjadi
proses penghisapan.

3.2.3. Jet Pump


Jet pump adalah perkembangan dari hydraulic pump unit (HPU). Jet pump
telah dikembangkan sejak tahun 1930. Jet pump mulai popular pada tahun 1970 di
industri minyak dan sangat populer digunakan di perumahan untuk memompa air.
Jet pump cukup baik untuk memproduksi minyak dengan laju cukup besar, karena
biaya operasi rendah, tidak mudah rusak karena tidak ada bagian metal yang
bergerak, toleran terhadap pasir dan sedikit gas (gas tersebut dapat membantu
mengangkat minyak ke atas bila GOR 400-500 SCF/STB) mengimbangi
kehilangan efisiensi pompanya. Laju produksinya 50-12000 B/D. Daya kuda
triplex 6-275 hp dan kedalaman pemasangan > 8000 ft.
Kelemahan dari jet pump antara lain :
1. Membutuhkan daya kuda relatif besar dan efisiensinya rendah, hanya disekitar
25-35% maksimum.
2. Untuk menghindari kavitasi, dibutuhkan penenggelaman pompa cukup dalam
dan tekanan isap (suction intake, Pps) yang besar.
3. Harga pemasangannya cukup mahal sekitar $225000 (termasuk triplex).
Prinsip kerja pompa jet adalah berdasarkan transfer momentum antara dua
aliran power fluid bertekanan tinggi yang dialirkan melalui suatu nozel dan energi
potensial (tekanan) diubah ke energi kinetis dalam bentuk kecepatan tinggi atau
jet. Fluida produksi bercampur dengan power fluid di pipa pencampuran yang
disebut throat. Dengan bercampurnya power fluid dengan fluida produksi maka
momentum dipindahkan ke fluida produksi sehingga energinya akan meningkat.
Dengan dilakukannya pencampuran tersebut (pipa melebar dengan sudut sekitar
6o) maka kecepatan fluida (terutama power fluid) akan berkurang dan sebagian
energinya diubah kembali ke energi potensial (tekanan) yang cukup untuk
mengirim campuran (power fluid balik dan produksi) tersebut ke permukaan.
Power fluid adalah fluida yang digunakan sebagai media penghantar untuk
mentransfer energi yang diberikan dari permukaan ke fluida sumur. Energi
diberikan pada fluida ini adalah dengan memompakan fluida ke dalam sumur
melalui tubing dengan tekanan injeksi tertentu.
Kualitas power fluid, baik minyak maupun air yaitu viskositas dan
terutama jumlah partikel padat merupakan faktor yang sangat mempengaruhi
umur pompa. Untuk itu power fluid harus bersih dari partikel-partikel dan dapat
berfungsi sebagai pelumas. Partikel padat yang diijinkan adalah 10-15 ppm untuk
minyak dengan berat jenis 30-40 API, ukuran partikel tidak lebih dari 15 mikron
dengan kadar garam maksimum sebesar 12 lb/1000 bbl minyak dari lapangan
yang bersangkutan harus di proses dan dibersihkan agar dapat digunakan sebagai
power fluid.

3.2.4. Gas Lift


Gas lift adalah suatu usaha pengangkatan fluida sumur dengan cara
menginjeksikan gas bertekanan tinggi (minimal 250 psi) sebagai media
pengangkat ke dalam kolom fluida melalui valve-valve yang dipasang pada tubing
dengan kedalaman dan spasi tertentu. Injeksi gas pada proses gas lift dapat
dilakukan baik melalui tubing maupun annulus tubing-casing. Dikembangkan
pada tahun 1930.
Gas lift dapat dilakukan pada sumur yang memenuhi beberapa syarat,
diantaranya:
Tersedianya gas dalam jumlah yang memadai untuk injeksi, baik dari
reservoarnya sendiri maupun dari tempat lain.
Fluid level masih tinggi.
Prinsip dasar pengangkatan pada gas lift adalah
Penurunan gradien tekanan fluida di dalam tubing.
Pengembangan gas yang diinjeksikan.
Pendorongan oleh gas bertekanan tinggi yang diinjeksikan
Ditinjau dari cara penginjeksian gas ke dalam sumur, injeksi gas dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
Continous Flow, disini gas diinjeksikan secara kontinu dengan laju
tertentu selama pengangkatan fluida berlangsung.
Intermitten Flow, disini gas diinjeksikan secara terputus-putus dengan laju
besa secara berkala. Siklus injeksi diatur sesuai dengan laju aliran fluida
dari formasi ke sumur.

3.2.5. Progressive Cavity Pump (PCP)


Progressive Cavity Pump (PCP) merupakan salah satu jenis pompa putar
(rotary pump) yang terdiri dari rotor berbentuk ulir yang digerakkan oleh
penggerak melalui rod dan drive head, serta berputar didalam stator yang
merupakan bagian diam dari pompa yang dihubungkan kepermukaan oleh tubing.
Prime mover umumnya menggunakan motor listrik yang dipasang dipermukaan
didekat wellhead yang dihubungkan dengan perantara v-belt drive ke drive
assembly-nya. Stator pompa biasanya dihubungkan dengan tubing produksi
dipermukaan (pada tubular PCP) dan stator pompa dimasukkan dalam tubing
(pada insertabel PCP).
PCP terdiri dari dua komponen utama, yaitu stator yang diam berbentuk
pipa selubung yang bagian dalamnya terbuat dari bahan elastomer yang berbentuk
double threaded helical dan rotor yang bergerak secara rotary dan dalam
keadaan normal akan memompa fluida dan mendorongnya kepermukaan secara
positif (positive displacement pump). Arti positif disini adalah bahwa fluida yang
telah masuk kedalam pompa seluruhnya akan didorong kepermukaan tanpa
adanya fluida yang mengalir balik seperti yang terjadi pada pompa ESP. Dalam
keadaan normal clearance antara rotor dan stator yang membentuk cavities tidak
terbuka (ada celah) sehingga fluida yang mengisi cavities akan didorong
kepermukaan dengan cara pemindahan cavities yang terbentuk secara terus-
menerus sesuai dengan prinsip PCP sendiri.
Bila tekanan absolut dari cairan pada suatu titik didalam pompa berada
dibawah tekanan gelembung pada temperatur cairan, maka gas yang semula
terlarut didalam cairan akan terbebaskan. Gelembung-gelembung gas ini akan
mempunyai tekanan lebih tinggi, dimana gelembung akan mengecil lagi secara
tiba-tiba yang mengakibatkan shock yang besar pada dinding didekatnya.
Fenomena ini disebut kavitasi (cavitation). Kejadian ini berhubungan dengan
kondisi pengisapan. Bila kondisi berada diatas tekanan gelembung, maka kavitasi
tidak akan terjadi. Pada PCP ini justru sistem kerjanya membuat kavitasi,
sehingga pengaruh tekanan gelembung dapat diabaikan, tetapi pengesetan pompa
tetap perlu diperhitungkan.
Pada PCP prinsip yang bekerja yaitu proses pemindahan rongga-rongga
yang terbentuk antara rotor dan stator yang berlangsung secara terus-menerus
dimana motor yang berputar dalam stator. Pada waktu rotor berputar secara
eksentris di dalam stator serangkaian rongga-rongga (cavities) yang terpisah 180o
satu sama lain bergerak maju dari sisi sebelah bawah naik menuju sisi pompa
sebelah atas. Pada saat rongga yang satu mengecil, rongga yang bersebelahan
akan membesar dengan kecepatan yang sama sehingga terjadi aliran fluida tanpa
kejutan-kejutan, karena tidak ada katup (valve) seperti pada pompa sucker rod
sehingga tidak ada gas yang terperangkap (gas lock) yang dapat mengurangi
efisiensi pompa dan aliran yang ada berlangsung secara kontinyu dengan
kecepatan rendah yang konstan (low velocity non-pulsating positive
displacement). Pompa jenis ini mampu menahan tekanan tersekat masing-masing
rongga satu sama lain oleh suatu seal yang terbentuk seperti garis (seal line)
antara rotor dan stator atau tepatnya pada bagian elastomernya.
Elastomer merupakan bagian dari stator berbentuk karet yang sangat
penting perannya dalam pertimbangan penggunaan pompa PCP ini. Elastomer
reaktif terhadap fluida produksi (minyak) dan mefmbentuk clearance antara rotor
dan stator.

3.3. Analisa Aspek Ekonomi


Pada bab keekonomian ini, akan membahas tentang analisa cash flow dan
indikator ekonomi.
Analisis Cash flow adalah ujung tombak dari suatu analisa keekonomian.
Disini akan diterangkan bagaimana melakukan perkiraan dari cash flow dari suatu
pengembangan lapangan minyak yang potensial. Pada bagian ini juga akan
ditunjukkan bagaimana melakukan perhitungan tentang pajak, faktor eskalasi, dan
juga cara menghitung depresiasi suatu capital.
Indikator ekonomi akan memperlihatkan bagaimana suatu cash flow
dirubah menjadi satu indikator ekonomi dari suatu proyek yang akan atau sedang
dilaksanakan. Pengertian dan metode perhitungan dari net present value, internal
rate of return, payback period, dan profit investment ratio akan dijelaskan.

3.3.1. Analisa Cash Flow (Cash Flow Analysis)


Perkiraan (forecast) dari suatu cash flow adalah merupakan dasar dari
seluruh aspek analisa ekonomi dalam hal mengambil suatu keputusan investasi
yang akan dilakukan dalam industri minyak dan gas bumi.

3.3.1.1. Defenisi Cash Flow dan Net Cash Flow


Cash flow adalah gambaran aliran dana masuk (cash in flow) dan dana
keluar (cash out flow) pada periode waktu tertentu. Sedangkan, Net cash flow
adalah aliran dana masuk (cash in flow atau cash received) dikurangi aliran dana
keluar (cash out flow atau cash expended) pada periode waktu tertentu.

3.3.1.2. Cash Flow untuk Proyek Minyak dan Gas Bumi


Pada industri minyak dan gas bumi, bentuk cash flow sangat komplek. Hal
ini terjadi dikarenakan umur dari proyek minyak dan gas bumi bisa lebih dari 20
tahun, sehingga harus bisa direncanakan dengan baik kapan (t) harus dibayarkan
(cost) dan kapan akan diperoleh pemasukan (revenue) dengan perhitungan
finansial yang detail.
Periode waktu perhitungan dari cash flow dalam suatu industri minyak dan
gas bumi biasanya dilakukan tahunan, tapi bisa juga dalam jangka yang lebih
pendek yaitu kuartal ataupun bulanan. Perkiraan cash flow (cash flow forecasting)
dari suatu kesempatan investasi merupakan dasar untuk dapat melakukan kajian
keekonomian dari setiap invesatsi yang dilakukan.

3.3.1.3. Net Cash Flow dan Profit


Net cash flow dan profit adalah dua konsep yang sangat penting untuk
dibedakan karena sering keduanya diartikan sama tapi pada dasarnya kedua istilah
ini sangat jauh berbeda.

3.3.1.4. Net Cash Flow dan Tax (Pajak)


Pada industri minyak dan gas bumi, bagian terbesar dari proyeksi dari net
cash flow adalah pajak. Pada industri ini, besarnya pajak ini bisa lebih besar dari
50% dari net cash flow.

3.3.1.5. Penyusutan (Depreciation)


Pada bagian terdahulu telah dijelaskan tentang perbedaan perhitungan net
cash flow dan profit. Net cash flow adalah selisih antara pemasukan (cash
received) dengan pengeluaran (cash spent). Pada bagian lain, profit adalah
perhitungan depresiasi dari capex yang dibagi-bagi pada periode tahun berjalan.
Depresiasi ini tidak mempunyai efek langsung dalam menentukan net cash
flow tapi bukan berarti bukan sama sekali tidak ada pengaruhnya terhadap cash
flow. Bagaimanapun juga depresiasi ini mempunyai efek tidak langsung, karena
adanya perhitungan depresiasi akan mempengaruhi besaran pajak yang harus
dibayarkan perusahaan, dimana besarnya pajak akan berpengaruh langsung
terhadap net cash flow.
Standar internasional yang digunakan pada industri minyak dan gas bumi
untuk menghitung depresiasi ada 6 metode yaitu: straight line method, declining
balance method, double declining balance method, unit of production method,
dan sum of year digit method, dan loss carry forward method.

3.3.1.6. Net Cash Flow dan Inflasi


Pada prinsipnya, setiap item pada cash flow akan dipengaruhi oleh efek
inflasi. Sebagai contoh, dimasa yang akan datang biaya untuk membangun
platform akan dipengaruhi kenaikan harga besi baja dan biaya buruh yang akan
membangun platform tersebut. Begitu juga dengan biaya pemboran akan lebih
mahal akibat makin bertambahnya harga biaya perpindahan rig akibat kenaikan
harga bahan bakar dan material yang dibutuhkan seperti casing, tubing, semen,
lumpur pemboran juga mengalami hal yang sama.

3.3.1.7. Net Cash Flow Dengan Pembiayaan Proyek dari Modal Pinjaman
Pada industri padat modal seperti minyak dan gas bumi, setiap perusahaan
pasti membutuhkan modal kerja dalam menjalankan kegiatan usahanya. Modal
kerja ini dibutuhkan untuk pembelian capital, pembiayaan operasional (operating
cost) dan non capital cost. Adapun modal ini bisa didapat dari dana perusahaan
sendiri ataupun dari luar perusahaan misalkan dari pinjaman bank.

3.3.2. Indikator Ekonomi (Economics Indicators)


Indikator ekonomi (economic indicators or profit indicators or decision
criteria or economic yardstick or measures of investment worth) adalah indikator
tunggal untuk menguji net cash flow. Indikator ekonomi akan menentukan
seberapa cepat, dan seberapa besarnya keuntungan yang akan diperoleh dari suatu
investasi yang akan ditanamkan. Kemudian membandingkannya dengan alternatif
investasi yang lain, sehingga didapat gambaran apakah melanjutkan investasi atau
mengalihkannya ke investasi yang lain.
Pada industri minyak dan gas bumi, ada empat indikator ekonomi yang
utama, yaitu:
Net Present Value
Pay out Time atau Payback Period
Internal Rate of Return (IRR)
Profit to Investment Ratio
Semua indikator ekonomi tersebut diatas adalah merupakan indikator tunggal
(single indicator) untuk menilai aliran daripada cash flow.
Parameter indikator ekonomi yang baik harus mempunyai karakteristik
sebagai berikut:
1. Harus dapat membandingkan dan merankingkan tingkat keuntungan
dari beberapa kesempatan investasi
2. Harus dapat memperhitungkan time value of money
Harus bisa memberikan gambaran tingkat keuntungan, meskipun sekecil-kecilnya.

3.3.2.1. Nilai Waktu dari Uang (Time Value of Money Present Value Concept)
Waktu adalah faktor yang paling penting dalam daya pendapatan (earning
power) dari suatu investasi. Satu dollar yang diterima hari ini adalah jauh lebih
berguna daripada satu dollar yang diterima suatu saat dimasa yang akan datang,
karena satu dollar hari ini bisa digunakan untuk membeli (untuk mendapatkan
harga yang lebih murah daripada harga yang akan datang) atau uang tersebut
diinvestasikan dibank atau jenis usaha yang lain (untuk menghasilkan
keuntungan), jadi waktu adalah uang (time is equal to money). Ini adalah prinsip
dasar yang harus diterapkan dalam suatu evaluasi keekonomian.

3.3.2.2. Pay out Time (POT) atau Pay Back Periode


Pay out time adalah waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan harga
kumulatif net cash flow sama dengan nol. Dengan kata lain, pay out time adalah
waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan investasi yang ditanamkan kembali.

3.3.2.3. Net Present Value (NPV)


Dengan kelemahan payback period, maka dicari indikator ekonomi yang
lain yang memperhitungkan time value of money. Salah satu indikator ekonomi
yang memperhatikan nilai waktu dari uang adalah net present value (NPV).

3.3.2.4. Internal Rate of Return (IRR)


Internal rate of return, atau discounted rate of return, atau rate of return
adalah besarnya discount rate (i) yang menyebabkan harga net present value
(NPV) sama dengan nol.

3.3.2.5. Profit to Investment Ratio (PIR)


Profit to investment ratio sering juga disebut sebagai return on investment
(ROI) adalah perbandingan antara total undiscounted net cash flow dengan total
investasi. Hal ini merupakan ukuran dari seberapa banyak proyek cash flow dapat
menutupi investasi.

3.3.2.6. Discounted Profit to Investment Ratio (DPR)


Discounted profit to investment ratio (DPR) atau disebut juga Discounted
Return on Investment (DROI), hampir sama dengan profit to investment ratio,
yang bebeda adalah pada PIR atau ROI belum didiscounted atau belum dibawa ke
nilai sekarang, sedangkan DPR sudah dilakukan discounted atau sudah dibawa
kenilai sekarang.

4. METODOLOGI
Metode pengumpulan data yang dilakukan penulis yaitu dengan cara
mengumpulkan referensi dan studi literatur kemudian melakukan analisa terhadap
data, setelah itu melakukan pembahanan terhadap objek tersebut.
OPTIMASI ARTIFICIAL LIFT BERDASARKAN KARAKTERISTIK RESERVOIR DENGAN MEMPERTIMBANGKAN
ASPEK EKONOMI

Karakteristik Reservoir

Komposisi Kimia Batuan Sifat Fisik Batuan Sifat Fisik Fluida Kondisi Jenis Reservoir

Metode Artificial Lift

No
Sucker Rod Electric Submersible Jet Pump Gas Lift Progressive Cavity
No No No No

A Data Produksi Optimasi Artificial


Analisa Ekonomi
Lift
5. RENCANA DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................
DAFTAR TABEL..............................................................................................
DAFTAR PERSAMAAN..................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................
BAB II. KARAKTERISTIK RESERVOIR.......................................................
2.1. Komposisi Kimia Batuan Reservoir.............................................
2.1.1. Batu Pasir............................................................................
2.1.2. Batu Karbonat.....................................................................
2.1.3. Batu Shale...........................................................................
2.2. Sifat Fisik Batuan Reservoir.........................................................
2.2.1. Porositas..............................................................................
2.2.2. Permeabilitas.......................................................................
2.2.3. Saturasi Fluida....................................................................
2.2.4. Wettabilitas..........................................................................
2.2.5. Tekanan kapiler...................................................................
2.2.6. Kompresibilitas...................................................................
2.2.7. Resistivitas..........................................................................
2.3. Sifat Fisik Fluida Reservoir..........................................................
2.3.1. Densitas...............................................................................
2.3.1.1. Densitas Minyak....................................................
2.3.1.2. Densitas Gas...........................................................
2.3.1.3. Densitas Air............................................................
2.3.2. Viskositas............................................................................
2.3.2.1. Viskositas Minyak..................................................
2.3.2.2. Viskositas Gas........................................................
2.3.2.3. Viskositas Air.........................................................
2.3.3. Faktor Volumer Formasi Fluida..........................................
2.3.3.1. Faktor Volume Formasi Minyak............................
2.3.3.2. Faktor Volume Formasi Gas..................................
2.3.3.3. Faktor Volume Formasi Air....................................
2.3.4. Kompresibilitas Fluida........................................................
2.3.4.1. Kompresibilitas Minyak.........................................
2.3.4.2. Kompresibilitas Gas...............................................
2.3.4.3. Kompresibilitas Air................................................
2.3.5. Kelarutan Gas Dalam Minyak............................................
2.4. Kondisi Reservoir.........................................................................
2.4.1. Tekanan Reservoir...............................................................
2.4.1.1. Tekanan Hidrostatik...............................................
2.4.1.2. Tekanan Kapiler.....................................................
2.4.1.3. Tekanan Overburden..............................................
2.4.2. Temperatur Reservoir..........................................................
2.5. Jenis-Jenis Reservoir.....................................................................
2.5.1. Berdasarkan Jenis Perangkap Reservoir.............................
2.5.1.1. Perangkap Struktur.................................................
2.5.1.2. Perangkap Stratigrafi.............................................
2.5.1.3. Perangkap Kombinasi............................................
2.5.2. Berdasarkan Mekanisme Pendorong...................................
2.5.2.1. Depletion Drive......................................................
2.5.2.2. Gas Cap Drive.......................................................
2.5.2.3. Segregation Drive..................................................
2.5.2.4. Water Drive............................................................
2.5.2.5. Combination Drive.................................................
2.5.3. Berdasarkan Fasa Fluida.....................................................
2.5.3.1. Reservoir Gas.........................................................
2.5.3.1.1. Reservoir Gas Kering.............................
2.5.3.1.2. Reservoir Gas Basah..............................
2.5.3.2. Reservoir Gas Kondensat.......................................
2.5.3.3. Reservoir Minyak...................................................
2.5.3.3.1. Reservoir Minyak Berat.........................
2.5.3.3.2. Reservoir Minyak Ringan......................
BAB III. METODE ARTIFICIAL LIFT.............................................................
3.1. Sucker Rod Pump..........................................................................
3.1.1. Peralatan Sucker Rod Pump................................................
3.1.1.1. Peralatan Di Atas Permukaan Sucker Rod Pump...
3.1.1.2. Peralatan Di Bawah Permukaan Sucker Rod
Pump.....................................................................
3.1.2. Analisa Peralatan Sucker Rod Pump...................................
3.1.2.1. Analisa Gerakan Rod..............................................
3.1.2.2. Sucker Rod String..................................................
3.1.2.3. Effective Plunger Stroke.........................................
3.1.2.4. Kecepatan Pompa...................................................
3.1.2.5. Perhitungan Counterbalance.................................
3.1.2.6. Perhitungan Torsi (Puntiran)..................................
3.1.2.7. Kapasitas Pompa (Pump Displacement)
3.1.2.8. Efisiensi Total Sucker Rod Pump
3.1.2.9. Perhitungan Beban Polished Rod (Polished Rod
Load)......................................................................
3.1.2.10. Hydraulic Horse Power.......................................
3.1.2.11. Brake Horse Power (Power Input)......................
3.1.2.12. Penentuan Efisiensi Total Pompa.........................
3.1.3. Perencanaan Sucker Rod Pump...........................................
3.1.3.1. Screening Criteria SRP..........................................
3.1.4. Optimasi Sucker Rod Pump................................................
3.2. Electrical Submersible Pump........................................................
3.2.1. Peralatan Electical Submersible Pump
3.2.1.1. Peralatan Di Atas Permukaan Electrical
Submersible Pump.................................................
3.2.1.2. Peralatan Di Bawah Permukaan Electrical
Submersible Pump.................................................
3.2.2. Analisa Peralatan Electrical Submersible Pump.................
3.2.2.1. Pemilihan Jenis Dan Ukuran Pompa......................
3.2.2.2. Penentuan Jumlah Tingkat Pompa.........................
3.2.2.3. Pemilihan Motor....................................................
3.2.2.4. Pemilihan Kabel Listrik.........................................
3.2.2.5. Pemilihan Ukuran Transformer Dan Switchboard.
3.2.3. Perencanaan Electrical Submersible Pump........................
3.2.3.1. Screening Criteria ESP..........................................
3.2.4. Optimasi Electrical Submersible Pump..............................
3.3. Jet Pump................................................................................
3.3.1. Peralatan Jet Pump..............................................................
3.3.1.1. Peralatan Di Atas Permukaan Jet Pump.................
3.3.1.2. Peralatan Di Bawah Permukaan Jet Pump.............
3.3.2. Analisa Peralatan Jet Pump.................................................
3.3.2.1. Analisa Ukuran Nozzle Dan Throat.......................
3.3.2.2. Cavitation...............................................................
3.3.3. Perencanaan Jet Pump........................................................
3.3.3.1. Screening Criteria Jet Pump..................................
3.3.4. Optimasi Jet Pump..............................................................
3.4. Gas Lift...............................................................................
3.4.1. Tipe Gas Lift.......................................................................
3.4.1.1. Continuous Flow Gas Lift......................................
3.4.1.2. Intermittent Flow Gas Lift.....................................
3.4.2. Peralatan Gas Lift................................................................
3.4.2.1. Peralatan Di Atas Permukaan Gas Lift...................
3.4.2.2. Peralatan Di Bawah Permukaan Gas Lift...............
3.4.3. Instalasi Gas Lift.................................................................
3.4.3.1. Instalasi Terbuka (Opened Installation).................
3.4.3.2. Instalasi Setengah Terbuka (Semi Closed
Installation)............................................................
3.4.3.3. Instalasi Tertutup (Closed Installation)..................
3.4.4. Perencanaan Gas Lift..........................................................
3.4.4.1. Perencanaan Dan Perhitungan Continous
Gas Lift...................................................................
3.4.4.2. Perencanaan Dan Perhitungan Intermittent
Gas Lift...................................................................
3.4.4.3. Screening Criteria Gas Lift....................................
3.4.5. Optimasi Gas Lift................................................................
3.5. Progressive Cavity Pump..............................................................
3.5.1. Tipe-Tipe Progressive Cavity Pump...................................
3.5.1.1. Tubular Progressive Cavity Pump.........................
3.5.1.2. Insertable Progressive Cavity Pump......................
3.5.2. Peralatan Progressive Cavity Pump....................................
3.5.2.1. Peralatan Di Atas Permukaan Progressive Cavity
Pump......................................................................
3.5.2.2. Peralatan Di Bawah Permukaan Progressive Cavity
Pump......................................................................
3.5.2.3. Peralatan Tambahan...............................................
3.5.3. Perencanaan Progressive Cavity Pump...............................
3.5.3.1. Screening Criteria PCP.........................................
3.5.4. Analisa Peralatan Progressive Cavity Pump.......................
3.5.4.1. Kondisi Suction......................................................
3.5.4.2. Kondisi Discharge.................................................
3.5.4.3. Penentuan Pump Setting Depth..............................
3.5.5. Optimasi Progressive Cavity Pump....................................
BAB IV. ANALISA ASPEK EKONOMI..........................................................
4.1. Defenisi Cash Flow dan Net Cash Flow.........................................
4.2. Cash Flow untuk Proyek Minyak dan Gas Bumi..........................
4.2.1. Pendapatan Kotor (Gross Revenue)....................................
4.2.2. Biaya (Cost)
4.2.2.1. Capital Cost...........................................................
4.2.2.2. Non Capital Cost....................................................
4.2.2.3. Operating Cost.......................................................
4.2.2.4. Abandonment Cost.................................................
4.2.2.5. Tax (Government Take)..........................................
4.2.2.6. Sunk Cost...............................................................
4.2.3. Net Cash Flow dan Profit....................................................
4.2.4. Net Cash Flow dan Pajak....................................................
4.2.5. Penyusutan (Depreciation).................................................
4.1.5.1. Metode Garis Lurus (Straight Line Methode)........
4.1.5.2. Metode Declining Balance....................................
4.1.5.3. Metode Double Declining Balance........................
4.1.5.4. Metode Unit of Production....................................
4.1.5.5. Metode Sum of Year Digit......................................
4.1.5.6. Metode Loss Carry Forward.................................
4.2.6. Net Cash Flow dan Inflasi...................................................
4.2.7. Net Cash Flow-Pembiayaan Projek dari Modal Pinjaman.
4.1.7.1. Sumber Modal........................................................
4.1.7.2. Perhitungan Net Cash Flow-Pembiayaan dari Bank
4.3. Indikator Ekonomi (Economics Indicators)....................................
4.3.1. Nilai Waktu dari Uang (Time Value of Money)....................
4.3.2. Pay Out Time (POT)............................................................
4.3.3. Net Present Value (NPV)......................................................
4.3.4. Internal Rate of Return (IRR)..............................................
4.3.5. Profit to Investment Ratio (PIR)..........................................
4.3.6. Discounted Profit to Investment Ratio (DPR)......................
BAB V. PEMBAHASAN..................................................................................
BAB VI. KESIMPULAN..................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
LAMPIRAN.......................................................................................................

6. Rencana Daftar Pustaka


1. Ahmed, T., Handbook Reservoir Engineering, Gulf Publishing Company,
Houston, Texas, 2000.
2. Amyx, J.W., Bass, D.W. JR, Whitting, R.L. ; Petroleum Reservoir
Engineering Physical Properties, Mc Graw Hill Books Company, New York,
Toronto, London, 1960.
3. Brown, Kermit E. ; The Technology Of Artificial Lift Method, Vol. 1, 2a, 2b,
4 Pen Well Book, Tulsa, Oklahoma, 1980.
4. Clark, N.J. ;Element of Petroleum Reservoir, Revision Edition, American
Institute of Mining, Metalurgical and Petroleum engineering, Inc., Dallas-
Texas, 1974.
5. Cole W., Frank. Reservoir Engineering Manual, Second Edition, Gulf
Publishing Co. Houston, Texas, USA, 1983.
6. Craft, B.C., Hawkins, M.F. ; Applied Petroleum Reservoir Engineering,
Englewood Cliffs, Prentice Hall, Inc., New Jersey, 1959.
7. Mc Cain, William D. Jr. ; The Properties Of Petroleum Fluids, Penn Well
Publishing Company, Tulsa, Oklahoma, 1973.
8. Widjajono. 2002. Manajemen dan Ekonomi Minyak dan Gas Bumi.

Anda mungkin juga menyukai