PREEKLAMPSIA BERAT
Pembimbing :
Disusun Oleh :
112015140
I. IDENTITAS PASIEN
Identitas Istri Identitas Suami
Nama : Ny. J Nama : Tn. S
Usia : 36 tahun Usia : 38 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Buruh
Suku : Jawa Suku : Jawa
Alamat : Jalan X
Masuk RS : 15 November 2016 dari Poli KIA RSUD Koja
Status generalis
Kepala Normosefal
Mata Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
THT Tonsil T1-T1, faring tidak hiperemis
Leher KGB tidak membesar
Dada Simetris statis dan dimanis, tidak ditemukan retraksi
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ultrasonografi (USG) tanggal 22 November 2016:
DJJ +, jenis kelamin kemungkinan perempuan, plasenta fundus anterior, ICA 7 (4
kuadran), BPD 7.4 cm, AC 20.13 cm, TBJ 911 gr, perkiraan usia kehamilan 30
minggu, umbilical arteri : absent end diastolic
Hasil Laboratorium tanggal 22 November 2016:
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
LED 64 mm/jam 0 - 20
Urin Lengkap
Makroskopis
Warna Kuning pucat Kuning pucat
Kekeruhan Keruh Jernih
Berat Jenis 1.020 1.002 - 1.035
Protein 3+ (-) Negatif
Darah Samar 2+ (-) Negatif
Glukosa (-) Negatif (-) Negatif
Mikroskopis
Leukosit 4-7/LPB <10
Eritrosit 6-8/LPB <3
Bakteria 2+ (-) Negatif
Kristal (-) Negatif (-) Negatif
PEMERIKSAAN ANJURAN
Darah rutin
Urin rutin
CardioTocoGraphy (CTG)
VI. RESUME
Pasien wanita 36 tahun, G5P3A1 dirujuk puskesmas ke RSUD Koja dengan tekanan
darah tinggi. Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD: 160/100 mmHg, Nadi 86
x/menit, RR 20 x/mnt, Suhu 36,70C, TFU 23 cm, letak bokong, bagian terendah janin
belum masuk PAP. Pemeriksaan laboratorium, protein urin positif 3 (3+), hasil
pemeriksaan USG DJJ +, jenis kelamin kemungkinan perempuan, plasenta fundus
anterior, ICA 7 (4 kuadran), BPD 7.4 cm, AC 20.13 cm, TBJ 911 gr, perkiraan usia
kehamilan 30 minggu, umbilical arteri : absent end diastolic.
VII. DIAGNOSIS
Pasien wanita, 36 tahun, G5P3A1 hamil 30 minggu janin tunggal hidup intra
uteri, dengan susp perkembangan janin terganggu (PJT), PEB Tekanan darah tidak
terkontrol, oligohidramnion, letak sungsang.
VIII. TERAPI
- Inj. Dexametason 2x2 amp IV
- MgSO4 bolus 4 gr IV (40% dalam 10 cc), drip 6 gr (1gr/jam)
- Nifedipin 4 x 10 mg
- Metil Dopa 3x 250 mg
- Vit C 2x1 amp
- Rujuk fetomaternal
IX. PROGNOSIS
Prognosis (Ibu) :
Ad vitam : dubia
Ad fungsional : dubia
Ad sanationam : dubia
Prognosis (bayi)
Ad vitam : dubia
Ad fungsional : dubia
Ad sanationam : dubia
Pasien datang sendiri ke poli KIA dengan rujukan dari puskesmas karena tekanan
darah tinggi.
S : tidak ada pusing, tidak terdapat mual dan muntah, gerak janin +
USG = plasenta fundus, air ketuban cukup, BPD 6,68 cm, TBJ 850 gr,
perkiraan usia kehamilan 26 minggu.
- Nifedipin 4 x 10 mg
- Dopamet 3x250 mg
16 November 2016
S : keluhan ()
P : Th/ lanjut
17 November 2016
P : Th/ lanjut
18 November 2016
P : Th/ lanjutkan
Dopamet 3x500 mg
19 November 2016
P : Konsul jantung
Adalat 3x30 mg
Dopamet 3x500 mg
20 November 2016
P : Th/ lanjutkan
21 November 2016
22 November 2016
LED 64 mm/jam 0 - 20
Urin Lengkap
Makroskopis
Warna Kuning pucat Kuning pucat
Kekeruhan Keruh Jernih
Berat Jenis 1.020 1.002 - 1.035
Protein 3+ (-) Negatif
Darah Samar 2+ (-) Negatif
Glukosa (-) Negatif (-) Negatif
Mikroskopis
Leukosit 4-7/LPB <10
Eritrosit 6-8/LPB <3
Bakteria 2+ (-) Negatif
Kristal (-) Negatif (-) Negatif
23 November 2016
S : tak ada keluhan
O : KU=baik Kesadaran = CM TD=170/110 mmHg N=96x/mnt
RR= 20x/mnt Suhu=36,7oC DJJ(+)
A : G5P3A1 Hamil 30 minggu dengan PEB TD tak terkontrol, susp PJT,
oligohidramnion, letak sungsang
P : Rujuk Fetomaternal RSCM (pasien setuju dirujuk)
TINJAUAN PUSTAKA
Preeklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda khas tekanan darah tinggi
(hipertensi), pembengkakan jaringan (edema anasarka), dan ditemukannya protein dalam
urin (proteinuria) yang timbul karena kehamilan.
Preeklampsia dan eklampsia adalah penyakit hipertensi dalam kehamilan dengan
gejala utama hipertensi akut pada wanita dengan usia kehamilan lebih dari 20 minggu dan
wanita dalam masa nifas. Pada wanita tingkat tanpa kejang disebut preeklampsia
dan pada tingkat dengan kejang disebut eklampsia. Pada umumnya, preeklampsia dan
eklampsia baru timbul sesudah minggu ke-20, setelah persalinan gejala-gejalanya
menghilang dengan sendiri. Untuk diagnosis preeklampsia pada wanita yang hamil 20
minggu atau lebih, ditemukan sekurang-kurangnya hipertensi dan proteinuria. Namun
demikian proteinuria bisa saja tidak ada apabila timbul hipertensi yang disertai dengan
nyeri kepala, penglihatan menjadi kabur, nyeri abdominal atau dari pemeriksaan
laboratorium ditemukan gangguan enzim hati, maka keadaan ini sangat dicurigai suatu
preeklampsia (atypical preeclampsia).
Dikatakan hipertensi apabila tekanan sistolik dan diastolic 140/90 mmHg.
Pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam. Kenaikan
tekanan darah sistolik 30 mmHg dan kenaikan tekanan darah diastolik15 mmHg
sebagai parameter hipertensi sudah tidak dipakai lagi.
Proteinuria adalah protein lebih dari 0,3gr/L dalam urin 24 jam atau lebih dari
1gr/L pada pemeriksaan urin sewaktu. Proteinuria ini harus ada dalam 2 hari berturut-
turut atau lebih.1,2
Dari gejala-gejala klinik preeklampsia dapat dibagi menjadi preeklampsia ringan
dan preeklampsia berat.
Pembagian preeklampsia menjadi berat dan ringan tidaklah berarti adanya dua
penyakit yang jelas berbeda, sebab seringkali ditemukan penderita dengan preeklampsia
ringan dapat mendadak mengalami kejang dan jatuh dalam koma.
Preeklampsia berat merupakan salah satu jenis hipertensi dalam kehamilan yang
sering terjadi. Yang dimaksud dengan preeklamsia adalah sindrom spesifik-kehamilan
berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai
dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria. Preeklampsia terjadi pada umur
kehamilan diatas 20 minggu, paling banyak terlihat pada umur kehamilan 37 minggu,
tetapi dapat juga timbul kapan saja pada pertengahan kehamilan. Preeklampsia dapat
berkembang dari preeklampsia yang ringan sampai preeklampsia yang berat.1
Epidemiologi
Insiden
Frekuensi preeklampsia untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak faktor yang
mempengaruhinya; jumlah primigravida, keadaan sosial ekonomi, tingkat pendidikan,
dan lain-lain. Di Indonesia frekuensi kejadian preeklampsia sekitar 3-10%, sedangkan di
Amerika Serikat dilaporkan bahwa kejadian preeklampsia sebanyak 5% dari semua
kehamilan, yaitu 23,6 kasus per 1.000 kelahiran. Pada primigravida frekuensi
preeklampsia lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida
muda, Sudinaya (2000) mendapatkan angka kejadian preeklampsia dan eklampsia di RSU
Tarakan Kalimantan Timur sebesar 74 kasus (5,1%) dari 1431 persalinan selama periode
1 Januari 2000 sampai 31 Desember 2000, dengan preeklampsia sebesar 61 kasus (4,2%)
dan eklampsia 13 kasus (0,9%). Dari kasus ini terutama dijumpai pada usia 20-24 tahun
dengan primigravida (17,5%). Diabetes melitus, mola hidatidosa, kehamilan ganda,
hidrops fetalis, umur lebih dari 35 tahun dan obesitas merupakan faktor predisposisi
untuk terjadinya preeklampsia. Peningkatan kejadian preeklampsia pada usia > 35 tahun
mungkin disebabkan karena adanya hipertensi kronik yang tidak terdiagnosa dengan
superimposed PIH. 1-4
Di samping itu, preeklampsia juga dipengaruhi oleh paritas. Surjadi, dkk (1999)
mendapatkan angka kejadian dari 30 sampel pasien preeklampsia di RSU Dr. Hasan
Sadikin Bandung paling banyak terjadi pada ibu dengan paritas 1-3 yaitu sebanyak 19
kasus dan juga paling banyak terjadi pada usia kehamilan diatas 37 minggu yaitu
sebanyak 18 kasus. Wanita dengan kehamilan kembar bila dibandingkan dengan
kehamilan tunggal, maka memperlihatkan insiden hipertensi gestasional (13 % : 6 %) dan
preeklampsia (13 % : 5 %) yang secara bermakna lebih tinggi. Selain itu, wanita dengan
kehamilan kembar memperlihatkan prognosis neonatus yang lebih buruk daripada wanita
dengan kehamilan tunggal.
Faktor Risiko
Walaupun belum ada teori yang pasti berkaitan dengan penyebab terjadinya
preeklampsia, tetapi beberapa penelitian menyimpulkan sejumlah faktor yang
mempengaruhi terjadinya preeklampsia. Faktor risiko tersebut meliputi; 1-4
1) Riwayat preeklampsia. Seseorang yang mempunyai riwayat preeklampsia atau
riwayat keluarga dengan preeklampsia maka akan meningkatkan risiko terjadinya
preeklampsia
2) Primigravida, karena pada primigravida pembentukan antibodi penghambat (blocking
antibodies) belum sempurna sehingga meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia.
Perkembangan preeklampsia semakin meningkat pada umur kehamilan pertama dan
kehamilan dengan umur yang ekstrem, seperti terlalu muda atau terlalu tua.
3) Kegemukan
4) Kehamilan ganda. Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita yang mempuyai bayi
kembar atau lebih.
5) Riwayat penyakit tertentu. Wanita yang mempunyai riwayat penyakit tertentu
sebelumnya, memiliki risiko terjadinya preeklampsia. Penyakit tersebut meliputi
hipertensi kronik, diabetes, penyakit ginjal atau penyakit degeneratif seperti reumatik
arthritis atau lupus. 1-4
Etiologi
Etiologi preeklampsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori-
teori yang dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya, oleh
karena itu disebut penyakit teori; namun belum ada yang memberikan jawaban yang
memuaskan. Teori sekarang yang dipakai sebagai penyebab preeklampsia adalah teori
iskemia plasenta. Namun teori ini belum dapat menerangkan semua hal yang berkaitan
dengan penyakit ini. Adapun etiologi yang diperoleh dari teori-teori tersebut adalah ; 1-4
Peran Prostasiklin dan Tromboksan. Pada preeklampsia dan eklampsia didapatkan
kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga sekresi vasodilatator prostasiklin oleh sel-
sel endotelial plasenta berkurang, sedangkan pada kehamilan normal, prostasiklin
meningkat. Sekresi tromboksan oleh trombosit bertambah sehingga timbul
vasokonstriksi generalisata dan sekresi aldosteron menurun. Akibat perubahan ini
menyebabkan pengurangan perfusi plasenta sebanyak 50%, hipertensi dan penurunan
volume plasma.
Peran Faktor Imunologis. Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama
karena pada kehamilan pertama terjadi pembentukan blocking antibodies terhadap
antigen plasenta tidak sempurna. Pada preeklampsia terjadi kompleks imun humoral
dan aktivasi komplemen. Hal ini dapat diikuti dengan terjadinya pembentukan
proteinuria. 1-4
Peran Faktor Genetik . Preeklampsia hanya terjadi pada manusia. Preeklampsia
meningkat pada anak dari ibu yang menderita preeklampsia.
Iskemik dari uterus. Terjadi karena penurunan aliran darah di uterus 1-4
Defisiensi kalsium. Diketahui bahwa kalsium berfungsi membantu mempertahankan
vasodilatasi dari pembuluh darah.
Disfungsi dan aktivasi dari endotelial. Kerusakan sel endotel vaskuler maternal
memiliki peranan penting dalam patogenesis terjadinya preeklampsia. Fibronektin
dilepaskan oleh sel endotel yang mengalami kerusakan dan meningkat secara
signifikan dalam darah wanita hamil dengan preeklampsia. Kenaikan kadar
fibronektin sudah dimulai pada trimester pertama kehamilan dan kadar fibronektin
akan meningkat sesuai dengan kemajuan kehamilan.
Patofisiologi
Preeklamsia termasuk dalam hipertensi dalam kehamilan. Patofisiologi dari hipertensi
dalam kehamilan tidak dapat dijelaskan dalam satu teori saja. Teori-teori yang sekarang
banyak dianut adalah :
5 Teori Genetik
Ada faktor keturunan dan familial dengan model gen tunggal. Genotipe ibu
lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial jika
dibandingkan dengan genotipe janin. telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami
preeklamsia, 26% anak perempuannya akan mengalami preeklamsia pula, sedangkan
hanya 8% anak menantu mengalami preeklamsia. 2
Manifestasi Klinis
Gejala subjektif. Pada preeklampsia didapatkan sakit kepala di daerah frontal,
skotoma, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah-
muntah. Gejala-gejala ini sering ditemukan pada preeklampsia yang meningkat dan
merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan timbul. Tekanan darah pun akan meningkat
lebih tinggi, edema dan proteinuria bertambah meningkat. 2-6
Pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan meliputi;
peningkatan tekanan sistolik 30mmHg dan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah
meningkat lebih dari 140/90mmHg. Tekanan darah pada preeklampsia berat meningkat
lebih dari 160/110 mmHg dan disertai kerusakan beberapa organ. Selain itu kita juga akan
menemukan takikardia, takipnu, edema paru, perubahan kesadaran, hipertensi
ensefalopati, hiperefleksia, pendarahan otak. 2-6
Diagnosis
Diagnosis preeklampsia dapat ditegakkan dari gambaran klinik dan pemeriksaan
laboratorium. Dari hasil diagnosis, maka preeklampsia dapat diklasifikasikan menjadi dua
golongan yaitu; 2-6
1) Preeklampsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
Tekanan darah 140/90 mmHg setelah 20 minggu kehamilan dengan riwayat tekanan
darah normal.
Proteinuria kuantitatif 0,3 gr perliter atau kualitatif 1+ atau 2+ pada urine kateter
atau midstream.
Edema pada lengan, muka, perut, atau edema geralisata. Edema lokal tidak
dimasukkan dalam kriteria preeklamsia.
Perawatan eclampsia
Perawatan dasar eclampsia yang utama ialah terapi suportif untuk stabilisasi fungsi
vital, yang harus selalu diingat Airway, Breathing, Circulation (ABC), mengatasi dan
mencegah kejang, mengatasi hipoksemia dan asidemia mencegah trauma pada pasien pada
waktu kejang, mengendalikan tekanan darah, khususnya pada waktu krisis hipertensi,
melahirkan janin pada waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat.
Perawatan medikamentosa dan perawatan suportif eclampsia, merupakan perawatan
yang sangat penting. Tujuan utama pengobatan medikamentosa eclampsia ialah mencegah
dan menghentikan kejang, mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya hipertensi krisis,
mencapai stabilisasi ibu seoptimal mungkin sehingga dapat melahirkan janin pada saat dan
dengan cara yang tepat
Pengobatan medikamentosa
Obat antikejang
Obat antikejang yang menjadi pilihan pertama ialah magnesium sulfat. Bila dengan
jenis obat ini kejang masih sukar diatasi, dapat dipakai obat jenis lain, misalnya tiopental.
Diazepam dapat dipakai sebagai alternative pilihan, namun mengingat dosis yang diperlukan
sangat tinggi, pemberian diazepam hanya dilakukan oleh mereka yang berpengalaman.
Pemberian diuretikum hendaknya selalu disertai dengan memonitor plasma elktrolit. Obat
kardiotonika ataupun obat-obat anti hipertensi hendaknya selalu disiapkan dan diberikan
benar-benar atas indikasi.
Magnesium sulfat
Pemberian magnesium sulfat pada dasarnya sama seperti pemberian magnesium sulfat
pada preeclampsia berat. Pengobatan suportif terutama ditujukan untuk gangguan fungsi
organ-organ penting, misalnya tindakan-tindakan untuk memperbaiki asidosis,
mempertahankan ventilasi paru-paru, mengatur tekanan darah, mencegah dekompensasi
kordis. Pada penderita yang mengalami kejang dan koma, nursing care sangat penting,
misalnya meliputi cara-cara perawatan penderita dalam suatu kamar isolasi, mencegah
aspirasi, mengatur infus penderita, dan monitoring produksi urin.
Perawatan koma
Perlu diingat bahwa penderita koma tidak dapat bereaksi atau mempertahankan diri
terhadap suhu yang ekstrem, posisi tubuh yang menimbulkan nyeri dan aspirasi, karena
hilangnya refleks muntah. Bahaya terbesar yang mengancam penderita koma, ialah
terbuntunya jalan napas atas. Setiap penderita eclampsia yang jatuh dalam koma harus
dianggap bahwa jalan napas atas terbuntu, kecuali dibuktikan lain.
Oleh karena itu, tindakan pertama-tama pada penderita yang jatuh koma (tidak sadar),
ialah menjaga dan mengusahakan agar jalan napas atas tetap terbuka.
Untuk menghindari terbuntunya jalan napas atas oleh pangkal lidah dan epiglotis dilakukan
tindakan sebagai berikut. Cara yang sederhana dan cukup efektif dalam menjaga terbukanya
jalan napas atas, ialah dengan maneuver head-tilt-neck-lift, yaitu kepala direndahkan dan
leher dalam posisi ekstensi ke belakang head-tilt-chain-lift, dengan kepala direndahkan dan
dagu ditarik ke atas, atau jaw-thrust, yaitu mandibula kiri kanan diekstensikan ke atas sambil
mengangkat kepala ke belakang. Tindakan ini kemudian dapat dilanjutkan dengan
pemasangan oropharyngeal airway.
Hal penting kedua yang perlu diperhatikan ialah bahwa penderita koma akan
kehilangan reflex muntah sehingga kemungkinan terjadinya aspirasi bahan lambung sangat
besar. Lambung ibu hamil harus selalu dianggap sebagai lambung penuh. Oleh karena itu,
semua benda yang ada dalam rongga mulut dan tenggorokan, baik berupa lender maupun sisa
makanan, harus segera diisap secara intermitten. Penderita ditidurkan dalam posisi stabil
untuk drainase lendir.
Monitoring kesadaran dan dalamnya koma memakai Glasgow Coma Scale. Pada
perawatan koma perlu diperhatikan pencegahan decubitus dan makanan penderita. Pada
koma yang lama, bila nutrisi tidak mungkin, dapat diberikan melalui naso Gastric Tube
(NGT).
Pengobatan obstetric
Sikap terhadap kehamilan ialah semua kehamilan dengan eclampsia harus diakhiri,
tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin. Persalinan diakhiri bila sudah
mencapai stabilisasi (pemulihan) hemodinamika dan metabolism ibu.
Pada perawatan pascapersalinan, bila persalinan terjadi pervaginam, monitoring tanda-tanda
vital dilakukan sebagaimana lazimnya.
Prognosis
Bila penderita tidak terlambat dalam pemberian pengobatan, maka gejala perbaikan
akan tampak jelas setelah kehamilannya diakhiri. Segera setelah persalinan berakhir
perubahan patofisiologik akan segera pula mengalami perbaikan. Diuresis terjadi 12 jam
kemudian setelah persalinan. Keadaan ini merupakan tanda prognosis yang baik, karena hal
ini merupakan gejala pertama penyembuhan. Tekanan darah kembali normal dalam beberapa
jam kemudian.
Eklampsia tidak mempengaruhi kehamilan berikutnya, kecuali pada janin dari ibu yang sudah
mempunyai hipertensi kronik. Prognosis janin pada penderita eclampsia juga tergolong
buruk. Seringkali janin mati intrauterine atau mati pada fase neonatal karena memang kondisi
bayi sudah sangat inferior.
DISKUSI KHUSUS
1 Cunningham, F.G et al. Williams Obstetrics.23rd edition. Volume 2. New York: Mc Graw
Hill Medical Publising Division:2014.p.740-92.
2 Wiknosastro H. Hipertensi dalam kehamilan. Editor Wiknjosastro H, Saifuddin AB,
Rachmihadhi T, dalam Ilmu Kebidanan edisi kedua, cetakan keempat, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.2007.h.281-301
3 Arnett. Current Obstetry and Gynecology. McGrawHills : USA. 2007.p.345-89
4 Fortner K. Fox HE. Wallach EE. The Johns Hopkins Manual of Gynecology & Obstetrics.
Edisi ke3. Baltimore: Maryland. 2008.p982-98
5 Manuaba I. Preeclampsia. Edisi 2012. Diunduh dari
http://www.emedicinehealth.com/preeclampsia/page10_em.htm
6 Sepllan. Prognosis preeclamsia. Edisi 2012. Diunduh
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000898.htm